• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2 Landasan Teori

2.2.2 Modul

2.2.2.5 Prosedur Penulisan Modul

Modul merupakan media pembelajaran yang sistematis, maka dalam menyusunan modul perlu memperhatikan prosedur penulisan modul yang sudah ditetapkan. Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi ajar yang dibuat secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai suatu tujuan kompetensi. Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:12-16) menjelaskan tiga prosedur penulisan modul yaitu, (1) analisis kebutuhan modul, (2) penyusunan draf, dan (3) uji coba. Adapun penjelasan ketiga prosedur sebagai berikut.

1. Analisis kebutuhan Modul

Analisis kebutuhan adalah kegiatan menaganalisis tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Penetapan judul suatu modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada bagian terpenting dari kegiatan yang akan dilakukan. Analisisi kebutuham modul berguna untuk mencari atau menetapkan jumlah dan judul yang harus dikembangkan. Langkah-langkah menganalisis kebutuhan modul menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:12) adalah sebagai berikut.

a. Menentukan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan dimuat dalam susunan modulnya. Hal pertama yang dilakukan dalam penyusunan modul adalah analisis kebutuhan modul dan menentukan judulnya. Berdasarkan garis inti pada kompetensi yang terdapat pada pempelajaran yang akan dilakukan.

b. Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi yang ingin dicapai yaitu merumuskan ruang lingkup pembelajaran dan menentukan capaian pembelajaran. Hal tersebut bertujuan agar tercapai kompetensi pembelajaran dari menggunakan modul yang disusun.

c. Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan. Perumusan indikator-indikator capaian materi dan menentukan materi yang sesuai dengan indikator merupakan hal penting dalam penyusunan modul.

d. Menentukan judul modul yang akan disusun. Penentuan judul disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran. Judul yang dicantumkan pada modul harus sesuai berkaitan kegiatan materi yang akan diajarkan. Contonya jika materinya mengenai frasa eksosentris, maka judulnya harus berhubungan dengan frasa eksosentris. Dengan demikian, melalui judulnya pembaca dapat memahami secara garis besar hal yang akan dipelajari.

e. Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul. Dengan menganalisis kebutuhan, pengembangan modul dapat dilakukan dan dapat disusun sesuai kebutuhan penggunanya. Jika sasaran

modul yang dibuat untuk mahasiswa, maka modul disusun sesuai dengan kebutuhan untuk mahasiswa. Modul digital frasa eksosentris

2. Penyusunan Draf

Penyusunan draf modul merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draf modul bertujuan menyediakan konsep suatu modul sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Adapun, langkah-langkah penyusunan draf modul menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:13) adalah dengan menetapkan judul modul, menetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul, menetapkan kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir, menetapkan garis besar atau outline modul, mengembangkan materi menjadi garis-garis besar, dan memeriksa ulang draf yang telah dihasilkan.

Untuk melaksanakan uji coba draf modul yang akan diuji dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut. (1) siapkan dan perbanyak modul draf yang akan diuji sebanyak peserta yang akan diikut sertakan dalam uji coba modul, (2) susunlah instrumen pendukung uji coba, (3) salurkan draf modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji coba, (4) informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba, dan (5) proses dari simpulkan hasil pengumpulan masukan yang didapatkan melalui uji coba.

Berdasarkan uji coba akan mendapat berbagai masukan untuk penyempurnaan draf modul. Uji coba dapat dilakukan dalam kelompok kecil dan uji coba yang

lapangan. Uji coba kelompok kecil dilakukan hanya kepada 2-4 orang peserta, sedangkan uji coba lapangan dilakukan kepada peserta berjumlah 20-30 peserta didik. 3. Uji Coba

Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Ada enam langkah-langkah uji coba draf modul menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:14) yaitu menyiapkan draf modul sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba menyusun instrumen pendukung uji coba, membagikan draf dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji coba, menginformasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba, mengumpulkan kembali draf modul dan instrumen uji coba, dan menyimpulkan hasil pengumpulan naskah masukan yang disaring melalui instrumen uji coba.

4. Validasi

Validasi modul adalah suatu proses pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Kesesuaian modul dengan kebutuhan peserta didik dapat dikatakan layak atau tidak. Suatu modul dikatakan layak harus melakukan validasi melibatkan pihak praktisi ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait modul itu sendiri. Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:15) menyebutkan beberapa langkah yang dilakukan dalam memvalidasi modul yaitu: (1) persiapkan dan gandakan draf modul yang akan divalidasi sesuai dengan jumlah validator yang akab berpartisipasi dalam validasi, (2) susun instrumen pendukung validasi, (3) sebarkan draf modul dan

instrumen validasi kepada validator untuk divalidasi, (4) informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus dilakukan oleh validator. Hal ini bertujuan agar validator tidak salah memahami arahan atau supaya tidak terjadi miskomunikasi, lalu (5) kumpulkan kembali draf modul dan instrumen validasi yang telah telah divalidasi oleh validator, dan (6) proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring melalui instrumen validasi.

Dari kegiatan validasi ini akan menghasilkan kesimpulan berupa masukan dan persetujuan dari validator sesuai dengan bidanya masing-masing. Masukan akan digunakan sebagai bahan perbaikan modul tersebut.

5. Revisi

Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi (Direktorat,2008:15). Tujuan dari revisi ini adalah untuk finalisasi atau penyempurnaan akhir, sehingga modul dapat menghasilkan modul yang sesuai dengan kebutuhan. Perbaikan suatu modul harus melalui aspek-aspek sebagai berikut. Pengorganisasian materi pembelajaran, penggunaan metode instruksional, penggunaan bahasa, dan aspek terakhir adalah pengorganisasian tata tulis dan perwajahan. Dengan adanya revisi, peningkatan kualitas suatu modul harus seimbang terus-menerus. Suatu modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki, sehingga mengalami penyempurnaan.

Dokumen terkait