• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem penyelesaian sengketa WTO adalah sebuah elemen pusat (a central element) dalam menyediakan keamanan (security) dan kepastian (predictability) bagi sistem perdagangan multilateral. Anggota menyadari bahwa sistem penyelesaian sengketa itu akan berfungsi untuk mempertahankan hak dan kewajiban anggota dibawah

persetujuan-persetujuan yang tercakup di dalamnya, serta untuk mengklarifikasi keberadaan ketentuan-ketentuan dari persetujuan-persetujuan dimaksud dalam kesesuaiannya dengan aturan kebiasaan dari interpretasi hukum internasional public (customary rules of interpretation of public internasional law).75

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa prosedur penyelesaian sengketa WTO dimuat dalam DSU, oleh karena itu uraian tentang hal tersebut yang disini mencakup mulai dari: upaya konsultasi (consultation), kemudian upaya dengan menggunakan jasa baik, konsiliasi dan mediasi (good offices, consilitiation, and meditation), lalu diadakannya pembentukan panel (establishing of panels), upaya berlanjut yang berupa banding (appellate review), sampai pada pelaksanaan dan rekomendasi, dibawah ini akan mengacu pada ketentuan-ketentuan DSU.76

a. Konsultasi (Concultations)

Berikut ini adalah tahap-tahap dalam penyelesaian sengketa dalam WTO:

Tujuan dari mekanisme penyelesaian sengketa dagang di WTO adalah untuk menguatkan solusi yang positif terhadap sengketa.Tahap pertama adalah konsultasi antara pihak-pihak yang bersengketa.Setiap anggota harus menjawab secara tepat dalam waktu sepuluh hari untuk meminta diadakan konsultasi dan memasuki periode konsultasi selama tiga puluh hari setelah waktu permohonan.77

75 Pasal 3 (2) DSU 76 Sutiarnoto, Ibid, hlm. 33. 77 Pasal 4(3) DSU.

Untuk memastikan kejelasannya, setiap permohonan untuk konsultasi harus diberitahukan kepada DSB secara tertulis, kemudian disebutkan alasan-alasan permohonan konsultasi termasuk dasar-dasar hukum untuk pengaduan.

Sistem penyelesaian sengketa melalui WTO yang diatur dalam DSU cenderung untuk mengedepankan atau mengutamakan dilakukannya konsultasi diantara negara yang bersengketa sebagaimana ditegaskan dalam pasal 4(1) DSU yakni: “Members affirms their resolve to strengthen and improve the effectiveness of the consultation procedures employed by members”. Konsultasi tersebut bisa berupa perundingan informal maupun formal, seperti melalui saluran diplomatik.

Bila konsultasi gagal dan kedua pihak setuju, masalah ini dapat diajukan ke Direktur Jenderal WTO yang akan siap menawarkan diadakan Good Offices,

konsiliasi, atau mediasi dalam menyelesaikan sengketa.78 b. Jasa Baik, Konsiliasi dan Mediasi

Pengaturan tentang penyelesaian sengketa WTO dengan cara jasa baik, konsiliasi dan mediasi dimuat dalam pasal 5 DSU tentang “Good Offices, Conciliation and Mediation”. Ketiga bentuk penyelesaian sengketa secara damai dengan melibatkan jasa pihak ketiga ini dalam DSU disebutkan sebagai prosedur yang bisa dilakukan secara sukarela jika para pihak yang bersengketa sepakat atau menyetujui hal tersebut.79

78 Syahmin Ak, Ibid, hlm 253. 79

Penyelesaian dengan ketiga cara ini harus dilakukan secara confidential atau rahasia serta pelaksanaannya tidak mengurangi hak masing-masing pihak untuk melangkah ke prosedur atau tata cara penyelesaian sengketa lebih lanjut.80

Dengan demikian ketiga cara ini bersifat sangat fleksibel oleh karena dapat dimulai setiap saat serta dapat pula diakhiri setiap saat manakala prospek penyelesaiannya dianggap gagal. Manakali diakhiri pihak pemohon dapat mengajukan permohonan untuk diadakan pembentukan panel.81

c. Pembentukan Panel

Hal itu bilamana jasa-jasa baik, konsiliasi atau mediasi masuk dalam jangka waktu 60 hari setelah tanggal diterimanya permohonan konsultasi, pihak pengadu harus mengikuti suatu periode 60 hari sesudah tanggal diterimanya pemohonan konsultasi sebelum mengajukan permohonan pembentukan panel. Pihak pengadu hanya bisa dapat mengajukan permohonan pembentukan panel selama periode 60 hari jika para pihak yang bersengketa sama-sama telah menyadari bahwa ketiga cara ini telah gagal menyelesaikan sengketa.

Bila setelah 60 hari konsultasi tersebut juga gagal untuk mencapai suatu keputusan, pemohon dapat meminta DSB menbentuk suatu panel untuk mengadakan pengkajian.Pembentukan suatu panel adalah otomatis dan keanggotaan panelis harus terbentuk dalam sepuluh hari setelah persetujuan pembentukan

80 Ibid, ayat (2) DSU 81

panel.Adapun standar kerangka acuan panel yang harus disirkulasikan kepada seluruh anggota WTO berbunyi sebagai berikut.

to examine, in the light of the relevant provisions in (name of the covered agreement (s) cited by parties to dispute), the matter referred to the DSB by (name of party) in document……… and to make such finding as will assist the DSB in making provided for in that/those agreement (s)”.

Dalam hubungan ini, dijelaskan sebagai berikut.82

a) Sekretariat WTO akan mengusulkan nama-nama ketiga penelis kepada pihak-pihak yang bersengketa. Hal ini berarti Sekretariat WTO harus memiliki suatu daftar orang-orang yang ahli. Dalam pengisian daftar tersebut, para anggota WTO juga dapat mengusulkannya.

b) Ketiga panelis tersebut bertindak atas kapasitas pribadi dan tidak boleh tunduk terhadap tekanan dari suatu pihak atau suatu negara mana pun. Dengan kata lain, pemilihan keanggotaan panelis harus selektif.

c) Panelis-panelis yang ditawarkan tersebut pada umumnya bekas wakil-wakil negara untuk WTO atau pejabat/pensiunan pejabat-pejabat pemerintah/lembaga-lembaga internasional yang memiliki pengetahuan tentang masalah yang dipersengketakan tersebut.

82

d) Sekretariat WTO akan mempersiapkan informasi tentang latar belakang permasalahan dan fakta-faktanya.

Dan dalam melaksanakan tugasnya, panel akan memberlakukan hal-hal diantaranya:83

a) Presentasi mengenai temua-temuan dan alasan-alasannya

b) Mengadakan pertemuan-pertemuan dengan pihak-pihak yang bersengketa dan dengan negara-negara ketiga

c) Mendapatkan/mengumpulkan masing-masing bantahan d) Pertemuan-pertemuan tambahan bila dianggap perlu

e) Menyiapkan laporan tentang faktanya dan argument yang disajikan oleh pihak-pihak yang bersengketa

f) Menyerahkan laporan sementara kepada pihak yang bersengketa g) Mengonsepkan kesimpulan dan rekomendasi

h) Menyampaikan laporan akhir kepada pihak-pihak yang bersengketa. Pengaturan tentang pembentukan panel untuk menyelesaikan sengketa dimuat dalam pasal 6 DSU tentang Establishment of Panels dimana disebutkan bahwa: “If the complaining party so request, a panel shall be established at the latest at the DSB meeting following that at which the first appears as an item on the DSB’s agenda, unless that meeting the DSB decides by consensus not to establish a panel”. 84

83Ibid, hlm. 262

84

Jadi jika para pihak mengajukan permohonan, pembentukan panel akan dilakukan pada pertemuan terakhir DSB, kecuali pada pertemuan tersebut DSB memutuskan dengan konsensus untuk tidak membentuk suatu panel. Permohonan untuk membentuk panel harus dibuat secara tertulis dan harus menunjukan bilamana konsultasi diadakan, identifikasi langkah-langkah khusus dan memuat suatu ringkasan singkat dari dasar hukum pemohon untuk mengemukakan masalah secara jelas.

Dalam praktiknya, permohonan secara tertulis tersebut juga mencantumkan upaya-upaya yang telah dilakukan dalam proses konsultasi, menunjukan upaya-upaya atau tindakan suatu negara yang di persengketakan dan memberikan ringkasan mengenai dasar hukum pemohonnya. Persyaratan-persyaratan pendirian panel dan wewenangnya diatur dalam the Understanding.Namun demikian para pihak sepakat, dapat pula menentukan persyaratan-persyaratan baru diluar the Understanding. Fungsi utama dari panel dalam DSB adalah untuk membantu DSB dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai badan penyelesaian sengketa WTO. Secara spesifik, fungsi panel adalah:85

a) Membuat penilaian terhadap suatu sengketa secara objektif dan menguraikan apakah suatu pokok sengketa bertentangan atau tidak dengan perjanjian-perjanjian WTO (Covered Agreements).

85

b) Merumuskan dan menyerahkan hasil-hasil temuannya yang akan dijadikan bahan untuk membantu DSB dalam merumuskan rekomendasi atau putusan.

Laporan yang dibuat oleh panel harus memcantumkan hal-hal berikut:86 a) Hasil penemuan panel yang menyangkut pokok sengketa b) Penerapan hukum terhadap pokok sengketa

c) Alasan bagi penemuan dan rekomendasi. d. Badan Banding (Appelate Review)

Suatu gambaran baru dari mekanisme penyelesaian sengketa di WTO memberikan kemungkinan penarikan terhadap salah satu pihak dalam suatu berlangsungnya panel. Semua permohonan akan didengar oleh badan peninjau (Appelate Body) yang dibentuk oleh DSB. Badan ini terdiri dari tujuh orang yang merupakan perwakilan dari keanggotaan WTO yang akan melayani dalam termin empat tahun. Mereka harus merupakan orang yang ahli di bidang hukum dan perdagangan internasional, dan tidak berafiliasi dengan negara mana pun.

Tiga orang anggota dari Appellate Body mendengarkan permohonan-permohonan mereka dapat membela, mengubah atau membatalkan hasil kesimpulan panel sesuai aturan, namun pengajuan permohonan tidak lebih 60-90 hari.Tiga puluh hari sesudah pengeluaran, laporan dari Appellate Body harus diterima oleh DSB dan tanpa syarat

86 Ibid

diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa. Jika tidak, konsensus akan diberlakukan terhadap pengesahan ini.

Pengaturan mengenai upaya banding ini dimuat dalam pasal 17 DSU dengan judul “Appellate Review”. Badan banding ini dibuat oleh DSB dan badan ini akan mendengarkan banding atas kasus dari panel. Pihak-pihak dalam sengketa dapat mengajukan banding terhadap putusan panel.87

Proses pemeriksaan banding tidak boleh lebih dari 60 hari, sejak para pihak memberitahukan secara formal keinginannya untuk banding.

DSU mensyaratkan bahwa banding dibatasi untuk menperjelas interpretasi hukum atas suatu ketentuan atau pasal dalam perjanjian WTO. Banding tidak dapat diajukan untuk mengubah bukti-bukti yang ada atau bukti baru yang muncul kemudian.

88

Berdasarkan uraian diatas, selanjutnya dapat dilihat dibawah ini table yang menggambarkan mekanisme penyelesaian sengketa WTO yang ringkas, terstruktur dan sistematis sebagaimana berikut:

Berdasarkan itu maka dapat diketahui bahwa badan banding tidak dapat memenuhi batas waktu tersebut maka ia dapat memperpanjang hingga maksimum 90 hari. Untuk itu, ia harus memberitahukan kepada DSB secara tertulis beserta alasan perpanjagan kapan laporan akan diberikan.

89 87 Ibid. 88 Pasal 17 (5) DSU 89 http//www.wto.org

Waktu Bentuk atau Tahapan 60 hari Konsultasi, mediasi, dan dsbnya

45 hari Panel dibentuk dan panelis ditunjuk 6 bulan laporan final dari panel pada para pihak 3 minggu laporan final panel pada anggota WTO 60 hari

Dispute Settlement Body mengadopsi laporan (Jika tidak ada banding)

total = 1 tahun (tanpa banding) 60-90 hari laporan banding

30 hari DSB mengadopsi laporan banding total = 1 tahun

3 bulan (dengan banding) Sumber: http//www.wto.org

e. Implementasi Putusan dan Rekomendasi

Kebijaksanaan menekankan bahwa peraturan dari DSB sangat penting demi mencapai resolusi yang efektif dari persengketaan-persengketaan yang bermanfaat untuk semua anggota.Pada pertemuan DSB berlangsung dalam waktu tiga puluh hari dari adopsi panel, pihak yang bersangkutan harus menyatakan niat untuk menghargai implementasi dari rekomendasi-rekomendasi.90

Untuk memastikan agar pihak (yang dikalahkan) melaksanakan rekomendasi atau putusan DSB, maka DSB akan terus mengawasi pelaksanaan rekomendasi

90

atas putusannya.91

Bila hal itu tidak berguna untuk segera menyetujui, anggota akan diberikan suatu periode waktu yang beralasan yang di tentukan oleh DSB.

Dimana ketentuan ini merupakan ketentuan baru yang tidak dikenal sebelumnya dalam GATT.

92

Bila hal ini tidak mungkin dilakukan oleh arbitrator yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal WTO. Arbitrase harus selesai dalam kurun waktu 60 hari dari batas waktu, dan hasil keputusan harus diterima oleh pihak-pihak yang bersangkutan sebagai final, dan tidak diteruskan pada arbitrase lainnya. DSB Apabila itu gagal dalam waktu yang sudah ditentukan, diwajibkan untuk melakukan negoisasi dengan pengugat untuk menentukan kompensasi yang bisa diterima oleh kedua belah pihak yang bersengketa.Jika dalam waktu 20 hari tidak disepakati kompensasi yang memuaskan kedua belah pihak, maka penggugat dapat mohon otorisasi dari DSB untuk menangguhkan konsesi-konsesi atau obligasi-obligasi terhadap pihak tergugat.Prosedur menentukan bahwa DSB menjamin otorisasi ini dalam waktu 30 hari dari batas waktu “reasonable period of time”. Jika konsensus akan diberlakukan, jika anggota yang bersangkutan menolak atau keberatan terhadap tingkat suspense, maka hal tersebut akan diteruskan pada arbitrase. Hal ini akan diselesaikan oleh anggota-anggota panel yang asli.

91 Pasal 21 (6) DSU 92

selanjutna member kuasa suspensi dari konsesi-konsesi secara konsisten dari hasil penyelesaian arbitraror.Jika tidak, maka diadakan konsensus.

Dokumen terkait