• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Kajian Teori 2. Karakter Siswa

2.1.2 Proses Belajar Mengajar .1Pengertian Belajar .1Pengertian Belajar

Sudjana (2013: 28) menyatakan bahwa belajar merupakan proses untuk mengubah tingkah laku seseorang melalui berbagai pengalaman. Kemudian, Slameto (2013: 2) mengartikan belajar sebagai suatu usaha untuk memperoleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sardiman (2014: 20) mendefinisikan belajar sebagai serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, atau meniru, sebagai upaya untuk merubah perilaku. Belajar akan lebih baik saat siswa melakukan sendiri atau terlibat langsung dalam kegiatan belajar.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk mengubah perilaku siswa dengan cara melibatkannya dalam kegiatan belajar, seperti membaca, mengamati, mendengarkan, atau meniru, sehingga ia memperoleh pengalaman belajar.

2.1.2.2 Ciri-ciri Belajar

Tidak semua perubahan perilaku dapat disebut sebagai aktivitas belajar. Menurut Suprijono (2014: 4), ciri-ciri perubahan perilaku sebagai hasil belajar, adalah sebagai berikut:

(1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.

(2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. (3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

(4) Positif atau berakumulasi.

(5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. (6) Permanen atau tetap.

(7) Bertujuan dan terarah.

(8) Mencakup keseluruhan potensi belajar. 2.1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Slameto (2013: 54) menyebutkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar. Sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Adapun rincian dari masing-masing faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto, adalah sebagai berikut: (a) Faktor Intern

(1) Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan dan cacat tubuh.

(2) Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

(3) Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan rohani. (b) Faktor Ekstern

(1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

(2) Faktor sekolah, meliputi metode mangajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah

(3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Adapun faktor intern yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah karakter siswa. Sedangkan faktor ekstern yang dimaksud adalah metode mengajar.

2.1.2.4 Pengertian Mengajar

Istilah mengajar tidak dapat dipisahkan dari belajar. Kedua istilah ini merupakan dua peristiwa berbeda, tetapi berkaitan sangat erat (Hamalik, 2013: 44). Hamalik menyebutkan ada enam definisi mengajar, yaitu:

(a) Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di sekolah.

(b) Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.

(c) Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga tercipta kondisi belajar bagi peserta didik.

(d) Mengajar atau mendidik adalah kegiatan memberikan bimbingan belajar kepada peserta didik.

(e) Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.

(f) Mengajar adalah suatu proses membantu peserta didik menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

(Hamalik, 2013: 44) Selanjutnya, Djamarah dan Zain (2013: 39) mendefinisikan mengajar sebagai suatu proses untuk mengatur dan mengorganisasi lingkungan di sekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan serta mendorong mereka melakukan proses belajar. Mengajar bukanlah menyampaikan pelajaran tetapi merupakan proses membelajarkan siswa.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah proses untuk membuat siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam mengajar, peran guru tidak hanya sebagai penyampai materi tetapi juga sebagai fasilitator belajar.

2.1.2.5 Tahapan Mengajar

Terdapat tiga tahapan dalam mengajar. Ketiga tahap yang dimaksud, yaitu tahap prainstruksional, tahap instruksional, serta tahap penilaian dan tindak lanjut (Sudjana, 2013: 147).

(a) Tahap Prainstruksional

Tahap prainstruksional adalah tahapan pada saat guru memulai proses belajar mengajar. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterima serta menumbuhkan kondisi belajar berkaitan dengan pelajaran pada hari tersebut. Kegiatan pada tahap ini, antara lain:

(1) Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat yang tidak hadir.

(2) Guru bertanya kepada siswa, sampai mana pembahasan pembelajaran sebelumnya.

(3) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya.

(4) Guru memberikan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.

(5) Guru mengulang kembali bahan pelajaran sebelumnya secara singkat dan mencakup semua aspek bahan yang pernah diajarkan sebelumnya.

(Sudjana, 2013: 148-149)

(b) Tahap Instruksional

Tahap instruksional merupakan tahap pengajaran atau tahap inti. Pada tahap ini, guru memberikan bahan pelajaran yang telah disusun sebelumnya. Adapun kegiatan pada tahap ini, antara lain:

(1) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan pengajaran yang harus dicapai oleh peserta didik.

(2) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas pada hari itu (3) Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi.

(4) Memberikan contoh-contoh konkret pada setiap materi yang dibahas.

(5) Menggunakan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi.

(6) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua materi.

(Sudjana, 2013: 149-150)

(c) Tahap Penilaian

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam mengajar. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahap sebelumnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, antara lain sebagai berikut:

(1) Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau beberapa peserta didik mengenai semua pokok materi yang sudah dibahas pada tahap pengajaran.

(2) Jika pertanyaan yang diajukan belum bisa dijawab oleh peserta didik kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai oleh peserta didik.

(3) Guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang berkaitan dengan topik atau pokok materi.

(4) Guru mengakhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberi tahu pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

(Sudjana, 2013: 151-152)

2.1.2.6 Hasil Belajar

Rifa’i dan Anni(2010: 85) menyatakan bahwa, “Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan

belajar”.

Kemudian, Sudjana (2011: 22) menyatakan bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

Dari beberapa definisi yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dimiliki siswa setelah mengikuti serangkaian kegiatan belajar, sehingga ia memperoleh pengalaman belajar.

Bloom (dalam Suprijono, 2014: 6), membagi hasil belajar menjadi tiga kelompok, yaitu pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun riniciannya, adalah sebagai berikut:

(a) Ranah Kognitif, meliputi: knowledge (pengetahuan, ingatan), comperehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),

analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan, merencakan, membentuk bangunan baru), dan

evaluation (menilai).

(b) Ranah Afektif, meliputi: receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), dan

characterization (karakterisasi).

(c) Ranah Psikomotorik, meliputi: iniatory, pre-routine, rountinized, keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar afektif berupa karakter siswa, serta hasil belajar kognitif yang berupa nilai hasil belajar (nilai akademik).

2.1.2.7 Pengertian Proses Belajar Mengajar

Kamus Bahasa Indonesia (2008) memaknai proses sebagai runtutan perubahan atau peristiwa dalam perkembangan sesuatu. Berkaitan dengan

kegiatan belajar, maka proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai runtutan peristiwa saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

Dalam kegiatan belajar, tidak selamanya siswa memerlukan kehadiran guru, contohnya pada saat membaca buku. Hal ini berbeda dengan mengajar, karena guru memerlukan adanya sejumlah siswa yang akan diajar (Djamarah dan Zain, 2013: 38).

Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa merupakan subjek dan objek dari kegiatan pengajaran (Djamarah dan Zain, 2013: 38). Proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh aktivitas siswa dalam belajar. Apabila proses belajar mengajar dapat membangkitan kegiatan belajar siswa, maka proses tersebut dikatakan efektif (Sardiman, 2014: 49). Tujuan pengajaran pun dikatakan berhasil jika siswa mau atau berusaha bersikap aktif untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan (Djamarah dan Zain, 2013: 38).

2.1.2.8 Ciri-ciri Kegiatan Belajar Mengajar

Menurut Edi Suardi (dalam Djamarah dan Zain, 2013: 39), ciri-ciri kegiatan belajar mengajar, adalah sebagai berikut:

(a) Belajar mengajar memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu.

(b) Diperlukan suatu prosedur yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga tercipta suatu interaksi.

(c) Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi khusus, yakni materi yang didesain dan dibuat sebelum kegiatan belajar mengajar.

(d) Terdapat aktivitas siswa, karena dalam kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan individu yang belajar. Jadi, siswa harus bersikap aktif, baik secara fisik maupun mental.

(e) Guru berperan sebagai pembimbing. Artinya, di dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus mampu memberi motivasi agar tercipta proses belajar yang kondusif. Guru pun harus siap menjadi mediator dalam segala situasi belajar.

(f) Kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin, yaitu sebuah pola tingkah laku yang diatur berdasarkan ketentuan yang ditaati oleh guru siswa.

(g) Pencapaian tujuan pembelajaran dalam sistem berkelas (kelompok atau individu) memerlukan batas waktu.

(h) Untuk mengetahui tercapainya tujuan pengajaran diperlukan evaluasi.

2.1.2.9 Komponen Proses Belajar Mengajar

Sudjana (2013: 30) menyebutkan ada empat komponen yang saling berhubungan dan mempengaruhi proses belajar mengajar, seperti berikut:

(a) Tujuan, merupakan rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya.

(b) Bahan, merupakan seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan oleh kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan.

(c) Metode dan alat, merupakan cara atau teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan.

(d) Penilaian, adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Atau, dapat dikatakan jika penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa.

Dalam proses belajar mengajar, pengajaran dianggap berhasil apabila, daya serap siswa terhadap bahan pengajaran mencapai prestasi tinggi serta perilaku yang ditulis dalam tujuan pengajaran tercapai, baik secara individu atau kelompok (Djamarah dan Zain, 2013: 106).

Selanjutnya Djamarah dan Zain (2013: 107) mengelompokkan tingkat keberhasilan proses belajar mengajar menjadi empat kelompok, yaitu:

(a) Istimewa atau maksimal, saat seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dikuasai oleh siswa.

(b) Baik sekali atau optimal, saat sebagaian besar bahan pelajaran yang diajarkan (76% sampai 99%) dikuasai oleh siswa.

(c) Baik atau minimal, saat bahan pelajaran yang diajarkan 60% sampai 75% dikuasai oleh siswa.

(d) Kurang, saat siswa hanya menguasai kurang dari 60% bahan pelajaran yang diajarkan.

2.1.3 Metode Active Learning Tipe Quiz Team