• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MELALUI IMPLEMENTASI METODE ACTIVE LEARNING TIPE QUIZ TEAM PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SUKODONO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MELALUI IMPLEMENTASI METODE ACTIVE LEARNING TIPE QUIZ TEAM PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SUKODONO"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI METODE ACTIVE LEARNING TIPE

QUIZ TEAM PADA MATA PELAJARAN TIK

KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SUKODONO

Skripsi

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Oleh

Pramagita Cukita Fiani NIM.5302411041

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ii

NIM : 5302411041

Progam Studi : S-1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Judul Skripsi : PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MELALUI IMPLEMENTASI METODE ACTIVE LEARNING TIPE

QUIZ TEAM PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SUKODONO

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Progam Studi S-1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer FT. UNNES.

Semarang, 17 November 2015 Pembimbing,

(3)
(4)

iv

(1) Skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akedemik sarjana, baik di Universitas Negeri Semarang (UNNES) maupun di perguruan tinggi lain.

(2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukkan Tim Penguji.

(3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

(4) Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya yang sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Semarang, 17 November 2015 yang membuat pernyataan,

(5)

v

(1) Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya pahami. (Konfusius)

(2) Character isn’t inherited. One builds its daily by the way one thinks and acts, thought by thought, action by action. (Helen G. Douglas)

(3) Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah S.W.T, ku persembahkan skripsi ini untuk:

(1) Kedua orang tuaku, Ibu Kristi Handayani dan Bapak Cucuk Sucahyono.

(2) Kedua adikku, Edho Krisna Pradipta dan Shabilla Cahya Masitha, serta seluruh keluarga besarku.

(3) Sahabatku Karina, Iin, Fitaya, dan Azizah.

(4) Keluarga kos An-Nisa. (5) Teman-teman sebimbingan.

(6) Teman-teman Rombel 1, PTIK UNNES angkatan 2011, PPL SNEIKA 2014, dan KKN Vokasi Nongkosawit 2014.

(6)

vi

Teknik Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing : Drs. Sri Sukamta, M.Si.

Kata Kunci : Quiz Team, Metode Active Learning Tipe Quiz Team, Implementasi, Karakter, Hasil Belajar

Terbatasnya jumlah laboratorium komputer di SMP Negeri 1 Sukodono menyebabkan siswa tidak dapat belajar di laboratorium komputer setiap minggu. Oleh sebab itu, pembelajaran dilakukan di kelas. Akan tetapi, tidak setiap kelas dilengkapi dengan LCD, sehingga dalam mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode ceramah belum mampu membentuk karakter positif siswa serta belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan inovasi metode mengajar. Salah satunya menggunakan Metode Active Learning Tipe Quiz Team. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team, mengetahui karakter siswa yang terbentuk melalui implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team, serta hasil belajar siswa setelah dilakukan implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team pada mata pelajaran TIK kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukodono.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukodono. Sampel diperoleh melalui teknik random sampling dengan cara undian, dan diperoleh kelas VIII B sebagai kelas sampel. Data diperoleh melalui teknik observasi, dokumentasi, dan tes. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Proses implementasi Metode

(7)

vii

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat berhasil dengan baik tanpa bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. (2) Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. (3) Dr.-Ing. Dhidik Prastiyanto, S.T., M.T., Ketua Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

(4) Ir. Ulfah Mediaty Arief, M.T., Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer.

(5) Drs. Sri Sukamta, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, motivasi, serta membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.

(6) Drs. Sugeng Purbawanto, M.T. dan Riana Defi Mahadji Putri, S.T., M.T., sebagai Dosen Penguji I dan II.

(7) Pihak SMP Negeri 1 Sukodono yang telah membantu penulis saat melaksanakan kegiatan penelitian.

(8) Seluruh Ibu/Bapak Dosen beserta Staff dan Karyawan Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

(9) Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran, hingga skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, November 2015

(8)

viii

Persetujuan Pembimbing ... ii

Pengesahan ... iii

Pernyataan Keaslian ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Rumusan Masalah ... 5

1.5 Tujuan Penelitian ... 5

1.6 Manfaat Penlitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kajian Teori ... 8

2.1.1 Karakter Siswa ... 8

2.1.1.1 Pengertian Karakter ... 8

2.1.1.2 Nilai-nilai Karakter ... 9

2.1.1.3 Pembentukan Karakter Siswa ... 11

a. Pengertian Pendidikan Karakter ... 11

b. Desain Pendidikan Karakter ... 12

c. Prinsip Pendidikan Karakter ... 12

2.1.2 Proses Belajar Mengajar ... 13

(9)

ix

2.1.2.5 Tahapan Mengajar ... 17

2.1.2.6 Hasil Belajar ... 18

2.1.2.7 Pengertian Proses Belajar Mengajar ... 19

2.1.2.8 Ciri-ciri Kegiatan Belajar Mengajar ... 20

2.1.2.9 Komponen Proses Belajar Mengajar ... 21

2.1.3 Metode Active Learning Tipe Quiz Team ... 22

2.1.3.1 Metode Mengajar ... 22

2.1.3.2 Active Learning ... 24

2.1.3.3 Quiz Team ... 26

2.1.4 Mata Pelajaran TIK Kelas VIII ... 28

2.1.4.1 Pengertian TIK ... 28

2.1.4.2 Mata Pelajaran TIK ... 29

a. Karakteristik Mata Pelajaran TIK ... 29

b. Tujuan Mata Pelajaran TIK ... 30

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran TIK ... 30

2.1.4.3 Mata Pelajaran TIK Kelas VIII ... 30

2.2 Pembentukan Karakter Siswa Melalui Implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team ... 31

2.3 Penelitian yang Relevan ... 35

2.4 Kerangka Berpikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.4 Variabel Penelitian ... 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6 Instrumen Penelitian ... 41

(10)

x

3.7.1.3 Reliabilitas ... 45

3.7.2 Analisis Data ... 46

3.7.2.1 Data Proses Implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team ... 46

3.7.2.2 Data Karakter Siswa ... 46

3.7.2.3 Data Hasil Belajar Siswa ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Data Proses Implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team ... 49

4.1.2 Data Karakter Siswa ... 50

4.1.3 Data Hasil Belajar Siswa ... 51

4.2 Pembahasan ... 51

4.2.1 Proses Implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team ... 52

4.2.2 Karakter Siswa Setelah Dilakukan Implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team ... 56

4.2.3 Hasil Belajar Siswa ... 59

4.2.4 Pembentukan Karakter Siswa Melalui Implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran TIK Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Sukodono ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1 Simpulan ... 64

5.2 Saran ... 65

Daftar Pustaka ... 66

(11)

xi

2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangasa ... 9

2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran TIK Kelas VIII Semester 1 ... 31

2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran TIK Kelas VIII Semester 2 ... 32

2.4 Indikator Karakter Siswa ... 33

3.1 Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba ... 43

3.2 Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 44

3.3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba... 44

4.1 Data Proses Implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team .... 49

4.2 Data Karakter Siswa ... 50

(12)

xii

2.1 Prosedur Quiz Team ... 35 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 37 4.1 Grafik Proses Implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz

(13)

xiii

1. Silabus ... 69

2. RPP ... 72

3. Materi Pembelajaran ... 79

4. Kisi-kisi dan Soal Uji Coba ... 87

5. Analisis Validitas, Tingkat Kesukaran Soal, Reliabilitas ... 92

6. Contoh Perhitungan Validitas ... 96

7. Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 98

8. Contoh Perhitungan Reliabilitas ... 100

9. Kisi-kisi dan Soal Evaluasi Hasil Belajar ... 101

10. Kunci Jawaban Soal Uji Coba dan Soal Evaluasi Hasil Belajar ... 104

11. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru ... 105

12. Hasil Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru ... 108

13. Kisi-kisi Lembar Observasi Karakter Disiplin Siswa ... 116

14. Kisi-kisi Lembar Observasi Karakter Komunikatif Siswa ... 117

15. Kisi-kisi Lembar Observasi Karakter Toleransi Siswa ... 118

16. Kisi-kisi Lembar Observasi Karakter Tanggung Jawab Siswa ... 119

17. Hasil Lembar Observasi Karakter Disiplin Siswa ... 120

18. Hasil Lembar Observasi Karakter Komunikatif Siswa ... 122

19. Hasil Lembar Observasi Karakter Toleransi Siswa ... 124

20. Hasil Lembar Observasi Karakter Tanggung Jawab Siswa ... 126

21. Daftar Nama Siswa ... 128

22. Daftar Pembagian Kelompok ... 129

23. Nilai Ulangan Sebelum Implementasi ... 130

24. Nilai Ulangan Sesudah Implementasi ... 132

25. Surat Izin dan Selesai Penelitian ... 134

26. Surat Tugas Pembimbing dan Penguji ... 136

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bidang studi TIK, salah satu materi yang ada dalam mata pelajaran TIK adalah program pengolah kata. Materi ini diajarkan untuk siswa kelas VIII (delapan) pada semester gasal atau ganjil. Program pengolah kata yang biasa diajarkan di sekolah adalah Microsoft Office Word. Sedangkan di SMP Negeri 1 Sukodono, program pengolah kata yang diajarkan adalah Microsoft Word 2007.

Pada tahun ajaran 2015/2016, seluruh siswa dari kelas VII (tujuh) hingga kelas IX (sembilan) di SMP Negeri 1 Sukodono menerima mata pelajaran TIK. Namun, SMP Negeri 1 Sukodono hanya memiliki satu laboratorium komputer, sehingga tidak setiap minggu siswa dapat belajar di laboratorium komputer.

Saat siswa tidak dapat belajar di laboratorium komputer, proses belajar mengajar dilakukan di dalam kelas. Akan tetapi, tidak semua kelas dilengkapi dengan Liquid Crystal Display (LCD), sehingga dalam mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah.

(15)

kepada guru (teacher centered), sedangkan siswa hanya ditempatkan sebagai penerima materi. Akibatnya, saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa menjadi cepat bosan dan mudah mengantuk.

Selain itu, penggunaan metode ceramah juga belum mampu membentuk karakter positif siswa. Hal ini terlihat dari sikap siswa saat mengikuti proses pembelajaran. Saat bel masuk berbunyi, siswa tidak segera masuk kelas melainkan menunggu guru masuk terlebih dahulu. Pada saat pelajaran berlangsung, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa juga tidak menyimak materi yang sedang disampaikan guru. Begitu pula saat guru mengajukan pertanyaan, siswa lebih memilih diam dibandingkan menjawab pertanyaan tersebut.

Rendahnya aktivitas belajar serta belum terbentuknya karakter positif siswa, ternyata mempengaruhi nilai hasil belajar siswa. Setelah dilakukan evaluasi pembelajaran, masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Oleh sebab itu, siswa yang belum tuntas harus mengikuti program perbaikan nilai atau remidi agar nilai mereka bisa melampaui KKM. Adapun KKM untuk mata pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Sukodono adalah 75.

(16)

Saat ini ada banyak metode pembelajaran. Akan tetapi, belum tentu metode-metode tersebut dapat diterapkan di setiap sekolah. Hal ini karena, karakteristik siswa di masing-masing sekolah berbeda. Metode Active Learning

(pembelajaran aktif) merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Sukodono.

Metode Active Learning adalah suatu metode belajar yang menekankan kegiatan belajarnya pada aktivitas siswa. Dengan berpusatnya kegiatan belajar pada aktivitas siswa, diharapkan akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan. Dengan suasana kelas yang menyenangkan, diharapkan siswa akan termotivasi agar selalu bersikap aktif, sehingga hasil belajarnya pun akan meningkat.

Salah satu teknik yang ada dalam Metode Active Learning adalah Quiz Team. Metode ini dikembangkan oleh Melvin Silberman dengan tujuan untuk meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap apa yang mereka pelajari dengan menyenangkan dan tidak menakutkan.

Melalui Metode Active Learning Tipe Quiz Team, siswa diajak belajar bersama teman sekelompok. Bentuk kegiatannya, antara lain: berdiskusi bersama teman sekelompok, membuat pertanyaan serta jawaban singkat dari pertanyaan tersebut, serta bertanding kuis dengan kelompok lain.

(17)

terlibat di dalam proses belajar mengajar, maka semakin tinggi peluang meningkatnya nilai hasil belajar siswa.

Dengan demikian, untuk membentuk karakter serta meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Sukodono, diperlukan

penelitian tentang “Pembentukan Karakter Siswa Melalui Implementasi Metode

Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran TIK Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Sukodono”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, dapat ditemukan masalah, sebagai berikut:

(1) Terbatasnya jumlah laboratorium komputer, sehingga pembelajaran TIK dilakukan di kelas.

(2) Tidak semua kelas dilengkapi dengan LCD, sehingga dalam mengajar guru menggunakan metode ceramah.

(3) Metode ceramah belum mampu memunculkan aktivitas belajar siswa serta belum dapat membentuk karakter siswa.

(4) Hasil belajar siswa menggunakan metode ceramah belum maksimal, karena ada siswa yang belum mencapai nilai KKM.

1.3 Pembatasan Masalah

(18)

(1) Penelitian ini berfokus pada proses implementasi Metode Active Learning

Tipe Quiz Team, pembentukan karakter siswa, serta hasil belajar siswa menggunakan Metode Active Learning Tipe Quiz Team.

(2) Proses pembentukan karakter siswa dilakukan melalui implementasi Metode

Active Learning Tipe Quiz Team pada mata pelajaran TIK kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukodono. Adapun waktu pelaksanaannya adalah pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016, dengan pokok bahasan fungsi menu dan ikon pada Microsoft Word 2007.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

(1) Bagaimana proses implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team

pada mata pelajaran TIK kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukodono?

(2) Bagaimana karakter siswa setelah dilakukan implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team pada mata pelajaran TIK kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukodono?

(3) Bagaimana hasil belajar siswa setelah dilakukan implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team pada mata pelajaran TIK kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukodono?

1.5 Tujuan Penelitian

(19)

dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

(1) Untuk mengetahui proses implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team pada mata pelajaran TIK kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukodono.

(2) Untuk mengetahui karakter siswa yang terbentuk melalui implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team pada mata pelajaran TIK kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukodono.

(3) Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan implementasi Metode

Active Learning Tipe Quiz Team pada mata pelajaran TIK kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukodono.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai berikut:

(1) Dengan diterapkannya Metode Active Learning Tipe Quiz Team, siswa dapat merasakan suasana baru dalam proses belajar mengajar, sehingga diharapkan akan tercipta aktivitas belajar siswa.

(2) Dengan munculnya aktivitas belajar siswa, diharapkan karakter siswa akan terbentuk.

(3) Dengan terbentuknya karakter siswa, diharapkan nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

(20)
(21)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakter Siswa

2.1.1.1 Pengertian Karakter

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008), karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa karakter merupakan watak atau tabiat seseorang berupa sifat-sifat kejiwaan dan akhlak (budi pekerti) yang berbeda antara individu satu dengan lainnya.

Lickona (dalam Wibowo, 2012: 32) mendefinisikan karakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral dan dilakukan secara nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, serta karakter-karakter mulia lainnya.

Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Wibowo, 2012: 35) mengartikan karakter sebagai tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk berpikir, bersikap, dan bertindak.

(22)

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seseorang berupa watak atau tabiat yang diwujudkan dengan sikap atau perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Berkaitan dengan kegiatan belajar siswa, maka karakter dapat diartikan sebagai watak atau sikap yang dimiliki siswa selama kegiatan belajar berlangsung. Adapun karakter yang dimaksud adalah karakter positif, bukan negatif. Kemudian, karakter positif tersebut diharapkan akan tetap melekat pada siswa meski kegiatan belajar telah usai.

2.1.1.2 Nilai-nilai Karakter

Negara Indonesia merupakan negara kepulaun yang terdiri dari berbagai macam suku. Setiap suku di Indonesia memiliki nilai luhur yang dapat dijadikan sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Wibowo, 2012: 43), nilai-nilai luhur yang dimiliki setiap suku di Indonesia dapat diringkas menjadi 18 karakter, seperti berikut:

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa

No. Nilai Deskripsi

1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

(23)

serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9 Rasa Ingin

Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,

dan didengar. 10 Semangat

Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11 Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12 Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13 Bersahabat / Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15 Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16 Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18 Tanggung

Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dari kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

(24)

2.1.1.3 Pembentukan Karakter Siswa

Pembentukan karakter siswa diartikan sebagai proses untuk membentuk karakter positif yang dimiliki siswa. Proses pembentukan karakter siswa dapat dilakukan melalui pendidikan karakter.

(a) Pengertian Pendidikan Karakter

Samani dan Haryanto (2014: 44) menyatakan bahwa pendidikan karakter

merupakan, “Proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan

karsa”.

Muslich (2013: 71) memaknai pendidikan karakter sebagai proses membangun karakter, berupa sifat atau pola perilaku yang berkaitan dengan dimensi moral yang positif, bukan yang negatif.

Pendidikan karakter menurut Wibowo (2012: 36), adalah pendidikan yang dapat membentuk karakter-karakter luhur siswa, sehingga mereka bisa menerapkan dan mempraktikkannya dalam kehidupannya, baik dalam keluarga, anggota masyarakat, atau warga negara.

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha untuk membangun atau membentuk karakter positif yang dimiliki oleh siswa.

(25)

pendidikan karakter dilakukan secara konsisten dan terus menerus; dan (3) penanaman nilai karakter.

(b) Desain Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui tiga desain (Wibowo, 2012: 49), seperti berikut:

(1) Berbasis Kelas

Dalam desain ini, pendidikan karakter tercipta melalui relasi antara guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar.

(2) Berbasis Kultur Sekolah

Dalam desain ini, pendidikan karakter diciptakan melalui kultur sekolah yang membentuk karakter siswa dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa.

(3) Berbasis Komunitas

Dalam desain ini, diperlukan kerja sama yang baik dari pihak sekolah dengan masyarakat di luar lembaga pendidikan, seperti keluarga, masyarakat umum, atau negara.

(c) Prinsip Pendidikan Karakter

(26)

mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan sosial serta mendorongnya melihat diri sebagai makhluk sosial (Wibowo, 2012: 72).

Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Wibowo, 2012: 72-75) meyebutkan prinsip-prinsip pendidikan karakater, sebagai berikut:

(1) Berkelanjutan, berarti bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal siswa masuk hingga selesai dari suatu satuan pendidikan.

(2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Artinya, proses pengembangan nilai-nilai karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. (3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan. Artinya, berarti materi nilai karakter

tidak dijadikan sebagai pokok bahasan, melainkan menggunakan pokok bahasan untuk mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter.

(4) Proses pendidikan dilakukan dengan penekanan agar siswa secara aktif dan menyenangkan, artinya proses pendidikan karakter dilakukan oleh siswa bukan oleh guru, dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.

2.1.2 Proses Belajar Mengajar 2.1.2.1 Pengertian Belajar

(27)

perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sardiman (2014: 20) mendefinisikan belajar sebagai serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, atau meniru, sebagai upaya untuk merubah perilaku. Belajar akan lebih baik saat siswa melakukan sendiri atau terlibat langsung dalam kegiatan belajar.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk mengubah perilaku siswa dengan cara melibatkannya dalam kegiatan belajar, seperti membaca, mengamati, mendengarkan, atau meniru, sehingga ia memperoleh pengalaman belajar.

2.1.2.2 Ciri-ciri Belajar

Tidak semua perubahan perilaku dapat disebut sebagai aktivitas belajar. Menurut Suprijono (2014: 4), ciri-ciri perubahan perilaku sebagai hasil belajar, adalah sebagai berikut:

(1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.

(2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. (3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

(4) Positif atau berakumulasi.

(5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. (6) Permanen atau tetap.

(7) Bertujuan dan terarah.

(8) Mencakup keseluruhan potensi belajar.

2.1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

(28)

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar. Sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Adapun rincian dari masing-masing faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto, adalah sebagai berikut: (a) Faktor Intern

(1) Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan dan cacat tubuh.

(2) Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

(3) Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan rohani. (b) Faktor Ekstern

(1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

(2) Faktor sekolah, meliputi metode mangajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah

(3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

(29)

dimaksud dalam penelitian ini adalah karakter siswa. Sedangkan faktor ekstern yang dimaksud adalah metode mengajar.

2.1.2.4 Pengertian Mengajar

Istilah mengajar tidak dapat dipisahkan dari belajar. Kedua istilah ini merupakan dua peristiwa berbeda, tetapi berkaitan sangat erat (Hamalik, 2013: 44). Hamalik menyebutkan ada enam definisi mengajar, yaitu:

(a) Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di sekolah.

(b) Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.

(c) Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga tercipta kondisi belajar bagi peserta didik.

(d) Mengajar atau mendidik adalah kegiatan memberikan bimbingan belajar kepada peserta didik.

(e) Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.

(f) Mengajar adalah suatu proses membantu peserta didik menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

(Hamalik, 2013: 44) Selanjutnya, Djamarah dan Zain (2013: 39) mendefinisikan mengajar sebagai suatu proses untuk mengatur dan mengorganisasi lingkungan di sekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan serta mendorong mereka melakukan proses belajar. Mengajar bukanlah menyampaikan pelajaran tetapi merupakan proses membelajarkan siswa.

(30)

2.1.2.5 Tahapan Mengajar

Terdapat tiga tahapan dalam mengajar. Ketiga tahap yang dimaksud, yaitu tahap prainstruksional, tahap instruksional, serta tahap penilaian dan tindak lanjut (Sudjana, 2013: 147).

(a) Tahap Prainstruksional

Tahap prainstruksional adalah tahapan pada saat guru memulai proses belajar mengajar. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterima serta menumbuhkan kondisi belajar berkaitan dengan pelajaran pada hari tersebut. Kegiatan pada tahap ini, antara lain:

(1) Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat yang tidak hadir.

(2) Guru bertanya kepada siswa, sampai mana pembahasan pembelajaran sebelumnya.

(3) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya.

(4) Guru memberikan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.

(5) Guru mengulang kembali bahan pelajaran sebelumnya secara singkat dan mencakup semua aspek bahan yang pernah diajarkan sebelumnya.

(Sudjana, 2013: 148-149)

(b) Tahap Instruksional

Tahap instruksional merupakan tahap pengajaran atau tahap inti. Pada tahap ini, guru memberikan bahan pelajaran yang telah disusun sebelumnya. Adapun kegiatan pada tahap ini, antara lain:

(1) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan pengajaran yang harus dicapai oleh peserta didik.

(31)

(4) Memberikan contoh-contoh konkret pada setiap materi yang dibahas.

(5) Menggunakan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi.

(6) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua materi.

(Sudjana, 2013: 149-150)

(c) Tahap Penilaian

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam mengajar. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahap sebelumnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, antara lain sebagai berikut:

(1) Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau beberapa peserta didik mengenai semua pokok materi yang sudah dibahas pada tahap pengajaran.

(2) Jika pertanyaan yang diajukan belum bisa dijawab oleh peserta didik kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai oleh peserta didik.

(3) Guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang berkaitan dengan topik atau pokok materi.

(4) Guru mengakhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberi tahu pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

(Sudjana, 2013: 151-152)

2.1.2.6 Hasil Belajar

Rifa’i dan Anni(2010: 85) menyatakan bahwa, “Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan

belajar”.

Kemudian, Sudjana (2011: 22) menyatakan bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

(32)

Dari beberapa definisi yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dimiliki siswa setelah mengikuti serangkaian kegiatan belajar, sehingga ia memperoleh pengalaman belajar.

Bloom (dalam Suprijono, 2014: 6), membagi hasil belajar menjadi tiga kelompok, yaitu pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun riniciannya, adalah sebagai berikut:

(a) Ranah Kognitif, meliputi: knowledge (pengetahuan, ingatan), comperehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),

analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan, merencakan, membentuk bangunan baru), dan

evaluation (menilai).

(b) Ranah Afektif, meliputi: receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), dan

characterization (karakterisasi).

(c) Ranah Psikomotorik, meliputi: iniatory, pre-routine, rountinized, keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar afektif berupa karakter siswa, serta hasil belajar kognitif yang berupa nilai hasil belajar (nilai akademik).

2.1.2.7 Pengertian Proses Belajar Mengajar

(33)

kegiatan belajar, maka proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai runtutan peristiwa saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

Dalam kegiatan belajar, tidak selamanya siswa memerlukan kehadiran guru, contohnya pada saat membaca buku. Hal ini berbeda dengan mengajar, karena guru memerlukan adanya sejumlah siswa yang akan diajar (Djamarah dan Zain, 2013: 38).

Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa merupakan subjek dan objek dari kegiatan pengajaran (Djamarah dan Zain, 2013: 38). Proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh aktivitas siswa dalam belajar. Apabila proses belajar mengajar dapat membangkitan kegiatan belajar siswa, maka proses tersebut dikatakan efektif (Sardiman, 2014: 49). Tujuan pengajaran pun dikatakan berhasil jika siswa mau atau berusaha bersikap aktif untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan (Djamarah dan Zain, 2013: 38).

2.1.2.8 Ciri-ciri Kegiatan Belajar Mengajar

Menurut Edi Suardi (dalam Djamarah dan Zain, 2013: 39), ciri-ciri kegiatan belajar mengajar, adalah sebagai berikut:

(a) Belajar mengajar memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu.

(b) Diperlukan suatu prosedur yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga tercipta suatu interaksi.

(34)

(d) Terdapat aktivitas siswa, karena dalam kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan individu yang belajar. Jadi, siswa harus bersikap aktif, baik secara fisik maupun mental.

(e) Guru berperan sebagai pembimbing. Artinya, di dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus mampu memberi motivasi agar tercipta proses belajar yang kondusif. Guru pun harus siap menjadi mediator dalam segala situasi belajar.

(f) Kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin, yaitu sebuah pola tingkah laku yang diatur berdasarkan ketentuan yang ditaati oleh guru siswa.

(g) Pencapaian tujuan pembelajaran dalam sistem berkelas (kelompok atau individu) memerlukan batas waktu.

(h) Untuk mengetahui tercapainya tujuan pengajaran diperlukan evaluasi.

2.1.2.9 Komponen Proses Belajar Mengajar

Sudjana (2013: 30) menyebutkan ada empat komponen yang saling berhubungan dan mempengaruhi proses belajar mengajar, seperti berikut:

(a) Tujuan, merupakan rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya.

(b) Bahan, merupakan seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan oleh kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan.

(35)

(d) Penilaian, adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Atau, dapat dikatakan jika penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa.

Dalam proses belajar mengajar, pengajaran dianggap berhasil apabila, daya serap siswa terhadap bahan pengajaran mencapai prestasi tinggi serta perilaku yang ditulis dalam tujuan pengajaran tercapai, baik secara individu atau kelompok (Djamarah dan Zain, 2013: 106).

Selanjutnya Djamarah dan Zain (2013: 107) mengelompokkan tingkat keberhasilan proses belajar mengajar menjadi empat kelompok, yaitu:

(a) Istimewa atau maksimal, saat seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dikuasai oleh siswa.

(b) Baik sekali atau optimal, saat sebagaian besar bahan pelajaran yang diajarkan (76% sampai 99%) dikuasai oleh siswa.

(c) Baik atau minimal, saat bahan pelajaran yang diajarkan 60% sampai 75% dikuasai oleh siswa.

(d) Kurang, saat siswa hanya menguasai kurang dari 60% bahan pelajaran yang diajarkan.

2.1.3 Metode Active Learning Tipe Quiz Team 2.1.3.1 Metode Mengajar

(36)

kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang ditentukan. Berkaitan dengan proses belajar mengajar, maka metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sudjana (2013: 76) menyatakan bahwa, “Metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan menurut Slameto (2013: 82), “Metode

adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Kemudian, Uno dan Mohamad (2014: 7) mendefinisikan metode sebagai cara yang digunakan oleh guru untuk menjalankan fungsinya serta merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan oleh guru untuk melakukan interaksi dengan siswa dalam suatu proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran.

Metode mengajar yang baik adalah metode yang mampu menciptakan kegiatan belajar siswa (Sudjana, 2013: 76). Sebelum kegiatan belajar berlangsung, seorang guru harus memperhatikan pemilihan dan penentuan metode. Efektivitas penggunaan metode dapat terjadi apabila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Oleh karena itu, sebelum mengajar guru harus mengetahui kelebihan dan kelemahan metode yang akan diterapkannya (Djamarah dan Zain, 2013: 77).

(37)

(a) Anak Didik

Perbedaan individual siswa, baik pada aspek biologis, intelektual, atau psikologis, mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan. Dalam memilih metode, guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. (b) Tujuan

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Saat memilih metode, guru harus memperhatikan tujuan pengajaran yang sejalan dengan taraf kemampuan yang harus diberikan kepada siswa.

(c) Situasi

Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan oleh guru tidak selamanya sama dari hari ke hari. Situasi belajar diciptakan sesuai dengan sifat bahan dan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, situasi belajar yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode.

(d) Fasilitas

Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar siswa di sekolah. (e) Guru

Kepribadian, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah masalah intern guru dalam memilih metode.

2.1.3.2 Active Learning

(38)

berpusat kepada guru (teacher centered) dan pembelajaran aktif yang berpusat kepada siswa (student centered). Dalam penelitian ini, pembelajaran aktif yang dimaksud adalah pembelajaran aktif yang berpusat kepada siswa.

Konsep pembelajaran aktif sudah dikenal sejak lama. Lebih dari 2400 tahun lalu, seorang Konfusius dari Cina menyatakan konsep belajar aktif, sebagai berikut:

“Yang saya dengar, saya lupa.”

“Yang saya lihat, saya ingat.”

“Yang saya kerjakan, saya pahami.”

(Silberman, 2014: 23)

Dari pernyataan tersebut, Melvin Silberman memodifikasi dan memperluasnya menjadi Paham Belajar Aktif, seperti berikut:

Yang saya dengar, saya lupa.

Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.

Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.

Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.

Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.

(39)

Warsono dan Hariyanto (2014: 24) meyebutkan bahwa, pembelajaran aktif adalah kegiatan membuat siswa menjadi aktif saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan atau aktivitas dapat berupa aktivitas melakukan sesuatu, baik secara fisik atau intelektual.

Sedangkan menurut Sardiman (2014: 97), dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif berbuat. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif (Active Learning) adalah proses pembelajaran yang memusatkan kegiatan belajarnya kepada aktivitas siswa. Aktivitas siswa dapat berupa aktivitas fisik maupun intelektual. Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa tidak hanya mendengar penjelasan dari guru, tetapi juga terlibat di dalam proses belajar mengajar.

2.1.3.3 Quiz Team

Quiz Team adalah salah satu jenis metode yang ada dalam pembelajaran aktif (Active Learning). Metode ini dikembangkan oleh Melvin Silberman.

Menurut Silberman (2014: 175), “Teknik tim ini dapat meningkatkan rasa

tanggung jawab siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang

menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak membuat mereka takut”.

(40)

memberi arahan, mengemukakan pendapat, atau menyampaikan informasi, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan suasana belajar yang menyenangkan, siswa diharapkan dapat bertanggungjawab terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.

Berikut ini adalah prosedur atau langkah-langkah untuk menerapkan

Quiz Team:

(a) Pilihlah topik yang bisa disajikan dalam tiga segmen. (b) Bagilah siswa menjadi tiga tim.

(c) Jelaskan format pelajaran dan mulailah penyajian materinya. Batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu.

(d) Perintahkan Tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat. Kuis tersebut harus sudah siap dalam tidak lebih dari 5 menit. Tim B dan C menggunakan waktu ini untuk memeriksa catatan mereka.

(e) Tim A memberi kuis kepada anggota Tim B. Jika tim B tidak dapat menjawab satu pertanyaan, Tim C segera menjawabnya. (f) Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota

Tim C, dan mengulang proses tersebut.

(g) Ketika kuisnya selesai, lanjutkan dengan segmen kedua dari pelajaran Anda, dan tunjuklah Tim B sebagai pemandu kuis. (h) Setelah Tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan

segmen ketiga dari pelajaran Anda, dan tunjuklah Tim C sebagai pemandu kuis.

(Silberman, 2014 : 175)

Untuk memilih metode yang akan digunakan, seorang guru harus mengetahui kelebihan dan kelemahan metode tersebut. Adapun kelebihan dan kelemahan Metode Active Learning Tipe Quiz Team menurut Listyawan (2012), adalah sebagai berikut:

(a) Kelebihan Quiz Team

(1) Pembelajaran berpusat kepada siswa.

(41)

menerima pengetahuan. (3) Sangat menyenangkan.

(4) Memberdayakan semua potensi dan indera siswa. (5) Menggunakan metode yang bervariasi.

(b) Kelemahan Quiz Team

(1) Siswa sulit mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak didampingi oleh pendidik.

(2) Pembahasan terkesan ke segala arah atau tidak terfokus.

2.1.4 Mata Pelajaran TIK Kelas VIII 2.1.4.1 Pengertian TIK

Departemen Pendidikan Nasional (2003: 6) menyebutkan bahwa, istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terdiri dari dua istilah, yakni Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Istilah Teknologi Informasi berkaitan dengan segala hal yang berhubungan dengan proses, penggunaan alat bantu, manipulasi dan pengelolaan informasi. Sedangkan istilah Teknologi Komunikasi berkaitan dengan segala hal yang berhubungan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.

(42)

2.1.4.2 Mata Pelajaran TIK

Mata pelajaran TIK merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Berikut ini disebutkan karakteristik, tujuan, serta ruang lingkup mata pelajaran TIK.

(a) Karakteristik Mata Pelajaran TIK

Karakteristik mata pelajaran TIK menurut Panduan Pengembangan Silabus Teknologi Informasi dan Komunikasi (dalam Ghufron, 2008) adalah sebagai berikut:

(1) Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan keterampilan menggunakan komputer meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. (2) Materi Teknologi Informasi dan Komunikasi berupa tema-tema esensial,

aktual, serta global yang berkembang dalam kemajuan teknologi pada masa kini.

(3) Tema-tema esensial dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan perpaduan dari cabang-cabang Ilmu Komputer, Matematik, Teknik Elektro, Teknik Elektronika, Telekomunikasi, Sibernetika dan Informatika.

(43)

(b) Tujuan Mata Pelajaran TIK

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, tujuan mata pelajaran TIK, yaitu:

(1) Agar siswa memahami teknologi informasi dan komunikasi.

(2) Agar siswa mengembangkan keterampilan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(3) Agar siswa mengembangkan sikap kritis, kreatif, apresiasif dan mandiri dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

(4) Supaya siswa menghargai karya cipta di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

(c) Ruang Lingkup Mata Pelajaran TIK

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, disebutkan mengenai ruang lingkup mata pelajaran TIK, sebagai berikut: (1) Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk

mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan informasi. (2) Penggunaan alat bantu untuk memroses dan memindah data dari satu

perangkat ke perangkat lainnya.

2.1.4.3 Mata Pelajaran TIK Kelas VIII

(44)

Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran TIK kelas VIII (delapan) pada semester satu, dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran TIK Kelas VIII Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Menggunakan perangkat lunak pengolah kata untuk menyajikan informasi

1.1 Mengidentifikasi menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah kata.

1.2 Menjelaskan fungsi menu dan ikon pada program pengolah kata.

1.3 Menggunakan menu dan ikon pokok pada perangkat lunak pengolah kata.

1.4 Membuat dokumen pengolah kata sederhana. Sedangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran TIK kelas VIII (delapan) pada semester dua, dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran TIK Kelas VIII Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi

2.1 Mengidentifikasi menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah angka.

2.2 Menjelaskan fungsi menu dan ikon pada program pengolah angka.

2.3 Menggunakan menu dan ikon pokok pada perangkat lunak pengolah angka.

2.4 Membuat dokumen pengolah angka sederhana.

2.2 Pembentukan Karakter Siswa Melalui Implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran TIK Kelas VIII di SMP

Negeri 1 Sukodono

(45)

membentuk karakter siswa melalui penerapan Metode Active Learning Tipe Quiz Team. Adapun karakter yang dimaksud adalah karakter positif, bukan karakter negatif.

Pada penelitian ini, proses pembentukan karakter siswa dilakukan melalui mata pelajaran TIK kelas VIII pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 Sukodono, pada pokok bahasan fungsi menu dan ikon pada Microsoft Word 2007.

Proses pembentukan karakter siswa melalui implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team dilakukan menggunakan desain berbasis kelas dan melalui mata pelajaran. Artinya, proses pembentukan karakter dilakukan di dalam kelas dan terintegrasi dengan pokok bahasan dari mata pelajaran TIK. Melalui proses ini, diharapkan akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan, sehingga karakter positif siswa akan muncul.

Tidak semua karakter akan diamati, melainkan karakter yang sesuai dengan Metode Active Learning Tipe Quiz Team, yaitu: disiplin, komunikatif, toleransi, dan tanggung jawab. Indikator karakter siswa yang akan terbentuk melalui implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team pada mata pelajaran TIK kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukodono, dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut ini:

Tabel 2.4 Indikator Karakter Siswa No. Nilai

Karakter

Deskripsi Indikator

1 Disiplin Tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

a. Siswa masuk kelas tepat waktu.

b. Siswa berseragam sesuai dengan tata tertib.

(46)

siswa segera membentuk kelompok.

d. Siswa membuat soal tepat waktu. 2 Komunikatif Tindakan yang

memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

a. Siswa berinteraksi dengan guru.

b. Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami.

c. Siswa menyumbangkan pendapat saat pembuatan soal.

d. Siswa berdiskusi dengan teman sekelompok. e. Siswa berbicara dengan

sopan, baik kepada guru maupun teman.

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

a. Siswa mau bekerja dengan teman e. Siswa mau menerima

kekalahan dari tim lain. 4 Tanggung b. Siswa terlibat dalam

proses pembuatan soal. c. Siswa memeriksa catatan

(47)

budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

d. Siswa segera menjawab soal dari kelompok lain. e. Siswa melaksanakan

perintah guru.

Untuk mengetahui, apakah siswa sudah menunjukkan perilaku sesuai indikator atau belum, dapat dituliskan melalui pernyataan seperti berikut (Wibowo, 2013: 97):

(1) BT (Belum Terlihat) : saat siswa belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku dalam indikator.

(2) MT (Mulai Terlihat) : saat siswa sudah memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku dalam, tetapi belum.

(3) MB (Mulai Berkembang) : saat siswa sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku dalam indikator dan mulai konsisten.

(4) MK (Membudaya) : saat siswa terus menerus memperlihatkan perilaku dalam indikator secara konsisten.

(48)

Gambar 2.1 Prosedur Quiz Team

2.3 Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti terdahulu dan ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Maisaroh dan Roestrieningsih (2010)

dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di SMK Negeri 1 Bogor”. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa penerapan metode pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team

memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Rizkiyana (2013) dengan

judul “Penerapan Metode Quiz Team Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menerapkan Prinsip-prinsip Kerjasama Kolega Dan

Guru melakukan Kegiatan Pendahuluan

1. Guru menjelaskan langkah-langkah Quiz Team. 2. Guru membagi siswa menjadi tiga tim atau kelompok. 3. Guru menjelaskan materi.

4. Guru dan Siswa melakukan Quiz Team Segmen Pertama 5. Guru dan Siswa melakukan Quiz Team Segmen Kedua 6. Guru dan Siswa melakukan Quiz Team Segmen Ketiga 7. Guru merekap perolehan skor akhir setiap kelompok.

(49)

Pelanggan Pada Siswa Kelas X AP SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun Ajaran

2012/2013”. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa metode Quiz Team dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2013) dengan judul

“Pendidikan Karakter Pada Proses Pembelajaran Matematika Kelas X SMA

Negeri 1 Juwana Kabupaten Pati”. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran. dari proses pembelajaran tersebut diperoleh karakter kerja sama, tanggung jawab, pantang menyerah, dan kerja keras.

Dari hasil penelitian relevan di atas, diketahui bahwa karakter siswa dapat dibentuk melalui proses pembelajaran. Artinya, karakter siswa dibentuk melalui integrasi mata pelajaran. Selain itu, Metode Active Learning Tipe Quiz Team juga dapat meningkatkan hasil belajar serta keaktifan siswa.

2.4 Kerangka Berpikir

(50)

siswa pun kemungkinan akan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka berpikir secara jelas dapat diperlihatkan pada gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

Proses Implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team pada Mata Pelajaran TIK Kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukodono

Hasil Belajar

Afektif

Karakter Siswa : a. Disiplin b. Komunikatif c. Toleransi

d. Tanggung Jawab

Kognitif

(51)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Hal ini karena, data yang diperoleh dan diolah berupa angka (kuantitatif). Data berupa angka tersebut, kemudian diubah menjadi kalimat atau dideskripsikan. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dilaksanakannya penelitian. Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Sukodono, Kabupaten Sragen. Sedangkan waktu penelitian adalah pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016, mulai 14 September sampai 30 September 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

(52)

Negeri 1 Sukodono pada semester gasal, tahun ajaran 2015/2016, mulai dari kelas VIII A hingga VIII G.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009: 81). Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus representatif.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling, yaitu melalui undian dengan cara menuliskan huruf A hingga G pada kertas kecil. Kemudian, kertas tersebut digulung dan diambil secara acak. Dengan demikian, diberikan hak yang sama kepada setiap kelas untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Berdasarkan teknik tersebut, didapatkan kelas VIII B sebagai kelas sampel.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, lalu ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 38). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah proses implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team, karakter siswa yang terbentuk melalui implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team, dan hasil belajar siswa setelah dilakukan implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

(53)

teknik, yaitu teknik tes dan non-tes. Adapun penjelasan dari masing-masing teknik, adalah sebagai berikut:

3.5.1 Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa setelah dilakukan proses implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda dan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang sedang diajarkan. Pemahaman siswa dapat dilihat melalui ketuntasan hasil belajar. Siswa dikatakan tuntas apabila telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran TIK, yaitu 75.

3.5.2 Teknik Non-Tes

Dalam penelitian ini, teknik non-tes yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan observasi. Adapun penjelasan dari masing-masing teknik, adalah sebagai berikut:

3.5.2.1 Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Dalam pelaksanaannya, akan diselidiki mengenai benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 158).

(54)

lain: Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), daftar nama siswa, jumlah siswa, dan data lain yang berkaitan dengan penelitian.

3.5.2.2 Observasi

Teknik observasi digunakan apabila penelitian berkaitan dengan perilaku manusia (Sugiyono, 2009: 145). Dalam penelitian ini, teknik observasi digunakan untuk mengamati proses implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team

serta karakter siswa yang terbentuk selama proses tersebut berlangsung.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, yaitu untuk mengukur variabel penelitian (Sugiyono, 2009: 103). Adapun instrumen dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

(1) Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Lembar observasi aktivitas mengajar guru digunakan untuk mengamati jalannya proses implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team. Adapun kisi-kisi dari lembar observasi ini, dapat dilihat pada lampiran 11. (2) Lembar Observasi Karakter Siswa

Lembar observasi karakter siswa digunakan untuk mengamati karakter siswa yang terbentuk melalui proses implementasi Metode Active Learning Tipe

(55)

Learning Tipe Quiz Team. Adapun kisi-kisi dari lembar observasi ini, dapat dilihat pada lampiran 13-16.

(3) Tes Evaluasi Hasil Belajar

Tes evaluasi hasil belajar, digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan proses implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team. Namun sebelum digunakan, tes tersebut harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Saat soal sudah valid dan reliabel, maka soal tersebut dapat digunakan sebagai tes evaluasi belajar. Adapun kisi-kisi dan soal evaluasi hasil belajar, dapat dilihat di lampiran 9.

3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Analisis Instrumen 3.7.1.1 Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti dengan tepat (Arikunto, 2006: 168).

Dalam penelitian ini, validitas instrumen diukur menggunakan rumus korelasi product moment,seperti berikut:

r y N XY X Y

√{N X2 ( X)2} {N Y2 ( Y)2}

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara X dan Y

(56)

Y : skor total yang diperoleh siswa N : jumlah peserta uji coba

X2 : jumlah kuadrat nilai X

Y2 : jumlah kuadrat nilai Y

XY : jumlah perkalian skor item dengan skor total

(Arikunto, 2012: 87) Dalam penelitian ini, peserta uji coba soal berjumlah 32 siswa. Sedangkan taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%. Dengan demikian, nilai rtabel untuk taraf signifikansi 5% dengan N = 32 adalah 0,349. Jadi, apabila nilai rxy soal lebih besar dari 0,349, maka soal tersebut dikatakan valid. Tetapi, bila rxy soal lebih kecil dari 0,349, maka soal tersebut dikatakan tidak valid. Adapun hasil uji validitas soal, dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Validitas Soal Evaluasi Hasil Belajar

Kriteria Nomor Soal Jumlah

Valid 2, 3, 5, 6, 7, 9, 11, 17, 18, 19, 20, 23, 25,

26, 27, 28, 30, 31, 32, 34, 35 21 Tidak Valid 1, 4, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 21, 22, 24,

29, 33 14

Dari 35 soal yang diujicobakan, terdapat 14 butir soal yang tidak valid dan 21 butir soal valid. Soal yang valid dapat digunakan, karena telah mencakup seluruh indikator. Sedangkan soal yang tidak valid, tidak dipakai karena sudah terwakili oleh soal lain yang masih satu indikator. Perhitungan uji validitas selengkapnya, dapat dilihat pada lampiran 5.

3.7.1.2 Tingkat Kesukaran Soal

(57)

karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berpikir bagaimana cara memecahkan soal. Sebaliknya jika soal terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dalam mengerjakan soal (Arikunto, 2012: 222). Tingkat kesukaran soal dapat dicari menggunakan rumus, sebagai berikut:

P JS

Keterangan:

P : indeks tingkat kesukaran soal

B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

(Arikunto, 2012: 223)

Tabel 3.2 Kategori Kesukaran Soal

Indeks Kesukaran Soal Keterangan

0,00 – 0,30 0,32 – 0,70 0,71 – 1,00

Sukar Sedang Mudah (Sumber : Arikunto, 2012: 225)

Berdasarkan soal yang diujicobakan, diperoleh data hasil uji tingkat kesukaran soal, seperti pada tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal

Kriteria Nomor Soal Jumlah

Sukar 8, 12, 13, 29 4

Sedang 1, 4, 6, 7, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 23,

24, 27, 28, 30, 33, 35 19

(58)

3.7.1.3 Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen dikatakan baik apabila dapat dipercaya untuk digunakan (Arikunto, 2006: 178). Reliabilitas menunjuk pada tingkat keandalan. Apabila suatu instrumen reliabel, maka instrumen tersebut dapat dipercaya, sehingga dapat diandalkan. Adapun reliabilitas pada penelitian ini dicari menggunakan rumus KR-20, sebagai berikut:

r11 n 1n ( S 2 pq

S2 )

Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen

p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)

pq : jumlah hasil perkalian antara p dengan q n : banyaknya item

S : standar deviasi dari tes (akar varians)

(59)

3.7.2 Analisis Data

3.7.2.1 Data Proses Implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team Data proses implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team

diperoleh melalui lembar observasi aktivitas mengajar guru. Agar data dapat dianalisis, maka data yang masih berupa kalimat (data kualitatif) harus diubah menjadi data kuantitatif terlebih dahulu. Caranya adalah dengan memberikan skor pada setiap aspek yang diamati, sehingga diperoleh persentase nilai akhir.

Data aktivitas mengajar guru dianalisis menggunakan Skala Guttman

dengan tipe “Ya-Tidak” serta skor 1-0. Skor 1 diberikan pada jawaban “Ya”. Sedangkan skor 0 diberikan pada jawaban “Tidak”.

Kemudian, langkah berikutnya adalah mencari persentase nilai akhir menggunakan rumus deskriptif persentase, seperti berikut:

Persentase Nilai Akhir Total Skor PerolehanSkor Maksimal 100

(Purwanto, 2009: 207) Setelah didapatkan persentase nilai akhir, langkah berikutnya adalah mengubahnya menjadi kalimat atau mendeskripsikannya. Apabila nilai akhir menunjukkan nilai ≥ 80%, maka proses implementasi Metode Active Learning

Tipe Quiz Team sudah terlaksana dengan baik. Namun, apabila nilai akhir menunjukkan nilai < 80%, maka proses implementasi Metode Active Learning

Tipe Quiz Team belum terlaksana dengan baik.

3.7.2.2 Data Karakter Siswa

(60)

Dari lembar observasi ini, dapat diketahui karakter siswa yang terbentuk melalui proses implementasi Metode Active Learning Tipe Quiz Team. Agar data dapat dianalisis, maka data yang masih berupa kalimat (data kualitatif) harus diubah menjadi data kuantitatif terlebih dahulu. Caranya adalah dengan memberikan skor pada setiap indikator yang diamati, sehingga diperoleh persentase nilai akhir.

Data karakter siswa dianalisis menggunakan Skala Likert, dengan ketentuan pemberian skor, sebagai berikut:

Skor 1 : apabila siswa yang menunjukkan perilaku sebanyak 1-8 siswa Skor 2 : apabila siswa yang menunjukkan perilaku sebanyak 9-16 siswa Skor 3 : apabila siswa yang menunjukkan perilaku sebanyak 17-24 siswa Skor 4 : apabila siswa yang menunjukkan perilaku sebanyak 25-32 siswa Kemudian, langkah selanjutnya adalah mencari persentase nilai akhir menggunakan rumus deskriptif persentase, seperti berikut:

Persentase Nilai Akhir Total Skor Perolehan

Skor Maksimal 100

(Purwanto, 2009: 207) Setelah didapatkan persentase nilai akhir, maka langkah selanjutnya adalah mengubahnya menjadi kalimat atau mendeskripsikannya. Adapun kategori karakter siswa, adalah sebagai berikut:

Gambar

Tabel
Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa
Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran TIK
Tabel 2.4 Indikator Karakter Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran aktif tipe team quiz pada mata pelajaran kesekretarisan yang dalam penerapannya di dalam kelas akan

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan penerapan metode

kurikulum 2013 ditinjau dari instrumen penilaian terhadap kesesuaian.. pelaksanaan pembelajaran di kelas VIII pada mata pelajaran IPA SMP Negeri. se-Kecamatan Mojosongo

Sedangkan untuk analisis setiap aspek pada kelas kontrol 1 kelas VIII D SMP Negeri 4 Mojokerto diperoleh Berdasarkan hasil rata-rata yang didapatkan dari angket

Aktualisasi peranan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan akhlaq siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung dengan jalan: 1)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa, implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan pada siswa kelas VIII A4 SMP Negeri 3 Sawan pada

Berdasarkan observasi awal pada mata pelajaran TIK kelas VII B SMP Negeri 9 Salatiga menunjukan bahwa motivasi siswa sebesar 39,06 %, dengan motivasi instrinsik dan

Model pembelajaran yang digunakan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 3 Maniamolo ini menyebabkan siswa tidak aktif dan tidak kreatif dalam mengembangkan