BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai tuntutan pembangunan bangsa, dimana kualitas suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggungjawab pendidikan, terutama dalam menyiapkan peserta didik menjadi subyek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional pada bidang masing-masing. Upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat tercapai secara optimal, apabila dilakukan pengembangan dan perbaikan terhadap komponen pendidikan itu sendiri.
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan jalan melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas tenaga pengajar, serta penyempurnaan kurikulum yang menekankan pada pengembangan aspek-aspek yang bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (life skill) yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri, dan berhasil dimasa yang akan datang.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan kejuruan tingkat menengah atas yang disediakan pemerintah dalam rangka menyiapkan tenaga kerja siap pakai. Hal ini sesuai dengan tujuan instruksional pendidikan menengah kejuruan yaitu siswa diharapkan menjadi tenaga profesional yang memiliki keterampilan yang memadai, produktif, kreatif dan mampu berwirausaha. Untuk itu perlu kiranya siswa SMK dibekali dengan kemampuan dasar dan keterampilan teknik yang memadai.
Proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah khususnya SMK saat ini masih belum seluruhnya berpusat pada siswa. Hal ini terbukti dengan masih seringnya digunakan model ceramah atau ceramah yang hampir pada
semua mata pelajaran atau mata pelajaran termasuk mata pelajaran kesekretarisan. Padahal tidak semua materi kesekretarisan harus diajarkan dengan model ceramah atau ceramah. Kenyataan pengajaran kesekretarisan yang seperti ini menunjukkan bahwa pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok sangatlah penting.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh bahwa hasil belajar pada Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 untuk mata pelajaran kesekretarisan masih belum memenuhi KKM . Hal ini disebabkan karena pelaksanaan pembelajarannya masih disampaikan dengan menggunakan model ceramah, sedangkan siswa mendengarkan apa yang dijelaskan guru serta mencatat hal yang dianggap penting oleh siswa dan siswa kurang diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya terhadap materi yang diajarkan, sehingga menyebabkan suasana belajar yang kurang menarik dan komunikatif.
Piihan metode pembelajaran sangat beragam dan dapat divariasikan sesuai kebutuhan. Variasi metode pembelajaran memungkinkan guru maupun siswa lebih kreatif, suasana belajar di kelas pun menjadi lebih menarik, dan menyenangkan dan tidak membosankan dengan adanya hal-hal baru. Dari beragam pilihan metode pembelajaran tersebut salah satunya adalah model pembelajaran active learning.
Pembelajaran aktif (avtive learning) merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik interaksi antar siswa maupun dengan pengajar dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran active learning adalah pembelajaran aktif yang melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami. Metode pembelajaran ini mencoba memahami sisi psikologis siswa dalam kesiapannya menerima materi pelajaran dengan mengajak mereka aktif dalam proses belajar.
answers. They must talk about what they are learning, write about it, relate it to past experiences, and apply it to their daily lives. They must make what they learn part of themselves.” Active learning dalam proses pembelajarannya siswa dituntut untuk selalu aktif dalam hal menyampaikan pendapat ataupun memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan di kelas.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa active learning adalah proses belajar dimana siswa mendapat kesempatan untuk lebih
banyak melakukan aktivitas belajar, hubungan interaktif dengan materi pelajaran maupun pengoptimalan potensi yang dimiliki, sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Penerapan sistem pembelajaran ceramah secara terus-menerus tanpa variasi tersebut dapat menjadi kendala dalam pembentukan pengetahuan secara aktif khususnya dalam mata pelajaran Kesekretarisan, maka diperlukan variasi dan kreativitas dalam model pembelajaran. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran aktif tipe team quiz pada mata pelajaran kesekretarisan yang dalam penerapannya di dalam kelas akan tercipta suasana belajar siswa aktif yang saling komunikatif, saling mendengar, saling berbagi, saling memberi dan menerima, yang mana keadaan tersebut selain dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi juga meningkatkan interaksi sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kesekretarisan.
Penerapan model pembelajaran aktif tipe team quiz pada mata pelajaran kesekretarisan diharapkan dapat tercipta suasana belajar siswa aktif yang saling berkomunikasi, saling mendengar, saling berbagi, saling memberi dan menerima, yang mana keadaan tersebut selain dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi juga meningkatkan interaksi sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Team quiz merupakan salah satu tipe dalam metode pembelajaran active
learning yang berfungsi untuk menghidupkan suasana belajar, mengaktifkan
oleh Mel Silberman. Metode belajar aktif tipe team quiz akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode belajar aktif tipe team quiz ini, siswa bersama-sama dengan timnya mempelajari materi dalam lembaran kerja, mendiskusikan materi, saling memberikan arahan, saling member pertanyaan dan jawaban. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi dari guru, akan tetapi juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan melakukan uji coba secara langsung, sehingga siswa tidak mudah lupa dan memahami materi tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Purwanto (2011) tentang penggunaan active learning dengan strategi team quiz dalam pembelajaran ilmu bangunan di SMK 5 Surakarta, bahwa penggunaan model tersebut mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa. Serta dalam penelitian rina Rusiana (2011) Penerapan Model Avtive Learning dengan Strategi Team Quiz pada Materi Reproduksi manusia di SMA dapat menuntanskan hasil belajar dengan baik.
Pemilihan metode team quiz sebagai fokus penelitian ini, disebabkan metode team quiz memiliki potensi lebih daripada pembelajaran dengan menggunakan model ceramah dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui sistem gotong-royong, saling membantu. Pemilihan metode pembelajaran team quiz jika dibandingkan dengan metode dari model pembelajaran aktif lainnya
Berdasarkan uraian di atas, judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KESEKRETARISAN KELAS XI ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016”
B. Rumusan Masalah
Rumusan dalam penelitian ini yaitu apakah penerapan metode active learning tipe team quiz pada mata pelajaran Kesekretarisan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran dalam mata pelajaran Kesekretarisan di Kelas XI Administrasi Perkantoran 1 SMK Kristen 1 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan peneliti memperoleh dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoretis
a. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian dan kedepan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan didunia pendidikan saat proses belajar mengajar.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa dapat memberikan pengetahuan dan membantu menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga meningkatkan pemahaman materi pelajaran Kesekretarisan.