• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses dan Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah Periode 2009 –

Bab IV Kesimpulan dan Saran, bab ini berisi kesimpulan dari analis

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPRD

B. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD

I. Proses dan Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah Periode 2009 –

Peraturan Daerah Provinsi adalah salah satu produk hukum daerah yang bersifat pengaturan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Dalam membuat suatu peraturan daerah DPRD dan pemerintah daerah harus tetap memperhatikan ketentuan hukum yang sudah ada. Hal ini agar dalam pembuatan peraturan daerah DPRD dan Pemerintah Daerah mempunyai dasar hukum yang jelas.

Undang – Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perudang – Undangan merupakan dasar hukum dalam pembentukan peraturan perundang – undangan di Indonesia termasuk pembentukan peraturan daerah. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang – Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perudang – Undangan , “ Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah proses pembuatan Peraturan Perundang – undangan yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan.” Undang – Undang ini kemudian diganti oleh Undang – Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perudang – Undangan. Menurut undang – undang ini pengertian pembentukan peraturan perundang – undangan ialah dapat dilihat pada Pasal 1 angka 1 dalam Undang – Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perudang – Undangan yang berbunyi: “Pembentukan Peraturan Perundang – undangan adalah pembuatan Peraturan perundang – undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,

pengesahan atau penetapan dan pengundangan”. Setiap pembentukan peraturan

peraturan perundang – undangan yang diuraikan pada pengertian pembentukan peraturan perundang – undangan. Pembentukan Perda sebagai salah satu bentuk dari peraturan perundang – undangan dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah harus mengikuti peraturan perundang - undangan tersebut. Perda merupakan salah satu dari produk hukum daerah. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah pada Pasal 1 angkat 1 menyatakan ;

“pembentukan produk hukum daerah adalah proses pembuatan peraturan

perundang-undangan daerah yang dimulai dari tahap perencanaan, persiapan,

perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan.”

Peraturan menteri ini juga merupakan dasar hukum pembentukan perda.

Sesuai dengan Undang – Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan dan kemudian digantikan dengan Undang – Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan dan Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat dua mekanisme pengajuan rancangan perundang- undangan yaitu rancangan perda yang berasal dari Gubernur dan rancangan perda yang berasal dari DPRD. Rancangan Perda yang berasal dari Gubernur diatur dalam Peraturan Presiden . Sedangkan Rancangan Perda yang berasal dari DPRD diatur dalam peraturan pemerintah. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada Pasal 2 ayat (2) disebutkan bahwa fungsi legislasi diwujudkan dalam membentuk suatu peraturan daerah bersama Kepala Daerah. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan DPRD ini menjadi dasar dari pembentukan dari Tata Tertib DPRD Provinsi Sumatera Utara.

Sesuai dengan Undang – Undang No. 12 Tahun 2011 Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, dan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 10/K/2012 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara pembentukan Perda Provinsi Sumatera Utara oleh DPRD Periode 2009 – 2014 terdiri dari beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :

a. Tahapan Perencanaan

Perencanaan penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara dilakukan dalam Program Legislasi Daerah Provinsi Sumatera Utara. Program Legislasi Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut Prolegda adalah instrumen perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah Provinsi yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.99

Prolegda Provinsi memuat program pembentukan Peraturan Daerah Provinsi dengan judul Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, materi yang diatur,

99 Pasal 1 angka 10 Undang Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan

dan keterkaitannya dengan Peraturan Perundang – undangan lain. Materi yang diatur serta keterkaitannya dengan Peraturan Perundang – undangan lainnya merupakan keterangan mengenai konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang meliputi :100

a. latar belakang dan tujuan penyusunan; b. sasaran yang ingin diwujudkan;

c. pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur; dan d. jangkauan dan arah pengaturan.

Kemudian dilakukan pengkajian dan penyelarasan lalu dituangkan dalam Naskah Akademik. Prolegda Provinsi ditetapkan untuk jangka waktu 1 tahun berdasarkan skala prioritas pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi. Penyusunan dan penetapan Prolegda Provinsi dilakukan setiap tahun sebelum penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi. Dalam penyusunan daftar rancangan peraturan daerah dalam Prolegda provinsi didasarkan kepada :101

a. perintah Peraturan Perundang-undangan lebih tinggi; b. rencana pembangunan daerah;

c. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan d. aspirasi masyarakat daerah.

. Penyusunan Prolegda dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan DPRD.102 Berdasarkan ketentuan tersebut Penyusunan Prolegda Provinsi ada yang dilaksanakan di lingkungan Pemerintah daerah dan ada juga yang dilaksanakan oleh DPRD.

100

Pasal 33 ayat (2) Undang – Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan

101

Pasal 35 Undang – Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan

102 Pasal 8 ayat (1)Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

a) Penyusunan Prolegda di lingkungan Pemerintah daerah

Penyusunan Prolegda di lingkungan Pemerintah daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. Berikut uraian proses pembentukan Prolegda di Pemerintah daerah :

(1) Kepala daerah memerintahkan pimpinan SKPD menyusun Prolegda di lingkungan pemerintah daerah.

(2) Prolegda ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas pembentukan Rancangan Perda. (3) Penyusunan dan penetapan Prolegda dilakukan setiap tahun

sebelum penetapan Rancangan Perda tentang APBD provinsi.103 Penyusunan Prolegda di lingkungan pemerintah daerah dikoordinasikan oleh Biro Hukum provinsi dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait. Instansi vertikal terkait sebagaimana dimaksud di atas, diikutsertakan apabila sesuai dengan; kewenangan , materi muatan; atau kebutuhan dalam pengaturan.104 Hasil penyusunan Prolegda kemudian diajukan oleh Biro Hukum Provinsi kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.105 Setelah itu kepala daerah provinsi (Gubernur ) menyampaikan hasil penyusunan Prolegda di lingkungan pemerintah daerah kepada Badan Legislasi (Balegda) melalui pimpinan DPRD.

b) Penyusunan Prolegda di lingkungan DPRD

Badan Legislasi yang menyusun Prolegda di lingkungan DPRD. Prolegda ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas pembentukan Rancangan Perda. Penyusunan dan penetapan Prolegda dilakukan

103

Pasal 9Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

104

Pasal 10 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

105

Pasal 10 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

setiap tahun sebelum penetapan Rancangan Perda tentang APBD provinsi.106 Penyusunan Prolegda antara pemerintah daerah dan DPRD dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi Sumatera Utara yaitu badan legislasi DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2009 – 2014. Hasil penyusunan Prolegda disepakati menjadi Prolegda dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD Provinsi Sumatera Utara. Prolegda Provinsi Sumatera Utara di atas ditetapkan dengan Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2009 – 2014.

Dalam Prolegda provinsi dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas :107

a. akibat putusan Mahkamah Agung; b. APBD;

c. pembatalan atau klarifikasi dari Menteri Dalam Negeri; dan d. perintah dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

setelah Prolegda ditetapkan. b. Tahapan Penyusunan

Rancangan Peratuan Daerah (Ranperda ) dapat berasal dari DPRD atau Gubernur. 108 Ranperda yang berasal dari DPRD atau Gubernur disertai penjelasan atau keterangan dan/ atau naskah akademik.109 Ranperda tersebut

106

Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

107

Pasal 14 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

108

Pasal 114 ayat (1) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 10/K/2012 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

109

Pasal 114 ayat (2) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 10/K/2012 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

diajukan berdasarkan program legislasi daerah.110 Dalam keadaan tertentu, DPRD atau Gubernur dapat mengajukan Rancangan Peraturan Daerah provinsi di luar Prolegda Provinsi. 111 Keadaan tertentu yang dimaksud ialah sebagai berikut :

a. untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam;

b. akibat kerja sama dengan pihak lain; dan

c. keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu Rancangan Perda yang dapat disetujui bersama oleh Balegda dan biro hukum provinsi. 112

Sebelum dilakukan penyusunan Perda maka terlebih dahulu mempersiapkan Ranperda atau dapat dikatakan tahapan persiapan penyusunan. Tahapan persiapan penyusunan ini dapat dilakukan di lingkungan pemerintah dan di lingkungan DPRD yaitu sebagai berikut :

a) Persiapan Penyusunan Perda di Lingkungan Pemerintah Daerah

Persiapan penyusunan Perda di Lingkungan Pemerintah Daerah ini diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. Adapun tahapan persiapan penyusunan Perda di lingkungan pemerintah daerah adalah sebagai berikut :

110

Pasal 114 ayat (3) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 10/K/2012 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

111

Pasal 114 ayat (4) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 10/K/2012 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

112

Pasal 38 Undang – Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan

(1) Kepala daerah memerintahkan kepada pimpinan SKPD menyusun Rancangan Perda berdasarkan Prolegda.113

(2) Pimpinan SKPD menyusun Rancangan Perda disertai naskah akademik dan/atau penjelasan atau keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.114

(3) Rancangan Perda diajukan kepada Biro Hukum Provinsi.115 (4) Dalam hal Ranperda mengenai :116

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; b. pencabutan Perda; atau

c. perubahan Perda yang hanya terbatas mengubah beberapa materi; hanya disertai dengan penjelasan atau keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.

(5) Rancangan Perda yang disertai naskah akademik sebagaimana telah melalui pengkajian dan penyelarasan, yang terdiri atas:117

a. latar belakang dan tujuan penyusunan; b. sasaran yang akan diwujudkan;

c. pokok pikiran, ruang lingkup, atau objek yang akan diatur; dan jangkauan dan arah pengaturan.

(6) Rancangan Perda yang berasal dari kepala daerah dikoordinasikan oleh Biro Hukum provinsi untuk pengharmonisasian, pembulatan, dan

113

Pasal 16 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

114

Pasal 17 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

115 Pasal 17 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

116

Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

117

Pasal 19 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

pemantapan konsepsi.118

(7) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi dapat mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum. 119

(8) Kepala daerah membentuk Tim Penyusunan Ranperda. 120

(9) Ketua Tim melaporkan perkembangan Rancangan Perda dan/atau permasalahan kepada sekretaris daerah.121

(10) Rancangan Perda provinsi yang telah dibahas harus mendapatkan paraf koordinasi dari kepala Biro Hukum dan pimpinan SKPD terkait.122

(11) Pimpinan SKPD atau pejabat yang ditunjuk mengajukan Rancangan Perda yang telah mendapat paraf koordinasi kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.123

(12) Sekretaris daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan terhadap Rancangan Perda yang telah diparaf koordinasi124

(13) Perubahan dan/ atau penyempurnaan Rancangan Perda yang telah diparaf

118

Pasal 20 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

119

Pasal 20 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

120

Pasal 21 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

121

Pasal 22 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

122

Pasal 23 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

123

Pasal 23 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

124

Pasal 24 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

dikembalikan kepada SKPD pemrakarsa.125

(14) Hasil penyempurnaan Ranperda disampaikan kepada sekretaris daerah setelah dilakukan paraf koordinasi oleh kepala biro hukum provinsi.126 (15) Sekretaris Daerah menyampaikan Rancangan Perda yang telah

disempurnakan kepada kepala daerah.127

(16) Kepala daerah menyampaikan Rancangan Perda kepada pimpinan DPRD untuk dilakukan pembahasan.128

(17) Kepala daerah membentuk Tim asistensi pembahasan Rancangan Perda129 (18) Tim asistensi diketuai oleh sekretaris daerah atau pejabat yang ditunjuk

oleh kepala daerah.130

b) Persiapan Penyusunan Perda di Lingkungan DPRD

Adapun proses persiapan penyusunan Perda yang berasal dari DPRD adalah sebagai berikut:

(1) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh Anggota DPRD , Komisi , Gabungan Komisi , atau Badan Legislasi Daerah.131

125

Pasal 24 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

126

Pasal 24 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

127

Pasal 24 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

128

Pasal 25 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

129

Pasal 26 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

130

Pasal 26 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

131

Pasal 115 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 10/K/2012 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

(2) Rancangan Peraturan Daerah disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD disertai dengan naskah akademik, daftar nama dan tanda tangan pengusul, dan diberikan nomor pokok oleh Sekretariat DPRD.

(3) Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai :132 a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi ; b. pencabutan Peraturan Daerah Provinsi; atau

c.perubahan Peraturan Daerah Provinsi yang hanya terbatas mengubah beberapa materi disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.

(4) Rancangan Perda yang disertai naskah akademik sebagaimana telah melalui pengkajian dan penyelarasan, yang terdiri atas:133

a. latar belakang dan tujuan penyusunan; b. sasaran yang akan diwujudkan;

c. pokok pikiran, ruang lingkup, atau objek yang akan diatur; dan;

d. jangkauan dan arah pengaturan.

(5) Pimpinan DPRD menyampaikan kepada Badan Legislasi Daerah untuk dilakukan pengkajian.

(6) Pimpinan DPRD menyampaikan hasil pengkajian yang dilakukan oleh Badan Legislasi Daerah kepada Rapat Paripurna DPRD tetapi Ranperda yang sudah dikaji oleh Badan Legislasi harus disampaikan kepada semua Anggota DPRD selambat – lambatnya 7 hari sebelum Rapat Paripurna tersebut.

(7) Dalam Rapat Sidang Paripurna DPRD , yang dilakukan ialah :134

132

Pasal 56 ayat (3) Undang – Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Pembentukan Perundang – undangan

133 Pasal 29 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

a. pengusul memberikan penjelasan mengenai Ranperda yang diusulkannya,

b. Fraksi dan anggota DPRD lainnya memberikan pandangan.

c. Kemudian pengusul memberikan jawaban atas pandangan Fraksi dan anggota DPRD lainnya.

(8) Dalam hal Rapat Paripurna DPRD memutuskan usul Ranperda berupa :135 a. Presetujuan;

b. Persetujuan dengan perubahan; atau c. Penolakan

(9) Dalam hal persetujuan dengan perubahan, DPRD menugasi Komisi, gabungan Komisi, Badan Legislasi Daerah, atau Panitia Khusus untuk menyempurnakan Ranperda tersebut.

(10) Ranperda yang telah disiapkan oleh DPRD disampaikan dengan surat Pimpinan DPRD kepada Gubernur untuk dilakukan tahap pembicaraan. Ranperda yang berasal dari Gubernur diajukan dengan surat Gubernur kepada Pimpinan DPRD. Ranperda disiapkan dan diajukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Apabilah dalam masa sidang Gubernur dan DPRD menyampaikan Ranperda dengan materi yang sama maka yang dibahas adalah Ranperda yang disampaikan oleh DPRD sedangkan

134

Pasal 115 ayat (6) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 10/K/2012 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

135

Pasal 115 ayat (7) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 10/K/2012 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

Ranperda yang disampaikan oleh Gubernur digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan. 136

Dalam penyusunan pembentukan perda Provinsi Sumatera Utara yang maka perlu dibentuk Panitia Khusus (Pansus) dan bekoordinasi dengan tim pendamping. Dari hasil tersebut dibuatlah suatu draft Naskah Akademik dan Ranperda awal. Kemudian diadakan rapat-rapat internal pansus dan tim pendamping, kemudian dimasukkan pendapat serta saran dari Gubernur maupun tim pendamping. Dalam proses ini, dilakukan study banding yang dapat dilakukan sebelum maupun sesudah rapat dengan tim tekhnis. Karena suatu perda sangat erat hubungannya dengan masyarakat, maka perlu diadakan suatu public hearing dengan stake holder yang terkait. Masukan – masukan dari public hearing akan ditindak lanjuti dalam suatu rapat.

c. Tahapan Pembahasan

Rancangan Perda sebelum menjadi Perda harus dibahas oleh DPRD dan Kepala Daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pembahasan dilakukan melalui 2 tingkat pembicaraan, yaitu pembicaraan tingkat I dan tingkat II. Pembicaraan tingkat I meliputi penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan Balegda, atau pimpinan panitia khusus dalam rapat paripurna mengenai Rancangan Peraturan Daerah. Selanjutnya mendengarkan pendapat Gubernur terhadap Rancangan Peraturan Daerah dan fraksi memberikan tanggapan atau jawaban terhadap pendapat kepala daerah. Pembahasan dilakukan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau panitia khusus yang dilakukan

136

Pasal 117 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 10/K/2012 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

bersama dengan kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk mewakilinya. Setelah pembicaraan tingkat I dilakukan seluruhnya, dilanjutkan dengan pembicaraan tingkat II, pembicaraan ini mengenai pengambilan keputusan pada rapat paripurna. Pengambilan Keputusan dilakukan dengan cara musyawarah mufakat. Apabilah setelah diadakan musyawarah mufakat belum dapat diambil keputusan maka dilakukan dengan suara terbanyak. Dalam hal Ranperda tidak mendapat persetujuan bersama antara DPRD dan Gubernur, Ranperda tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPRD pada masa sidang yang sama. d. Tahap Penetapan dan Pengundangan

Penyampaian Ranperda tersebut dilakukan paling lambat 7 hari terhitung sejak persetujuan bersama. Dengan telah tersampaikannya persetujuan Ranperda tersebut maka Gubernur menetapkan Ranperda menjadi Perda dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 30 hari. Jika dalam 30 hari belum mendapat tanda tangan dari Gubernur, maka Ranperda tersebut sah menjadi perda dan wajib diundangkan dalam Lembaran Daerah. Peraturan daerah yang telah ditetapkan oleh kepala daerah agar memiliki kekuatan hukum dan mengikat masyarakat harus diundangkan dalam lembaran daerah yang dilakukan oleh sekretaris daerah. Dengan diundangkannya dalam lembaran daerah maka setiap orang dianggap telah mengetahui perda dimaksud. Peraturan Daerah yang berkaitan dengan APBD, pajak daerah, retribusi daerah, dan tata ruang daerah sebelum diundangkan dalam Lembaran Daerah harus dievaluasi oleh Kementerian Dalam Negeri sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang – undangan. Peraturan Daerah yang setelah diundangkan dalam Lembaran Daerah harus

disampaikan kepada Kementerian Dalam Negeri sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang – undangan.

Untuk jangka waktu yang diperlukan dalam pembentukan suatu Perda tidak bisa ditentukan tergantung dengan Perda yang dibentuk, tetapi biasanya membutuhkan waktu tiga sampai empat bulan untuk pembentukuan satu Perda.

II.Hasil Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Provinsi Sumatera Utara