Proses Hirarki Analitik atau Analytical Hierarchy Process (AHP)
merupakan suatu analisis yang dapat dipakai dalam pengambilan keputusan untuk memahami kondisi suatu sistem dan membantu melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan untuk memahami kondisi suatu sistem dan membantu melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan. Metode ini digunakan dalam memodelkan masalah dan pendapat, dimana permasalahannya telah benar-benar dinyatakan secara jelas, dievaluasi, diperbincangkan dan diprioritaskan untuk dikaji (Saaty 1980). AHP yang disampaikan oleh Saaty (1980) sebagai pengkajian terhadap kondisi nyata tanpa melalui proses penyederhanaan, tetapi mempertahankan model yang kompleks seperti semula. Untuk itu masalah nyata yang kompleks dan tidak terstruktur perlu dilakukan penyusunan beberapa bagian komponen atau perubahan pada struktur bangunan secara hirarki.
Hirarki adalah abstraksi struktur suatu sistem, dimana fungsi hirarki antar komponen dan dampaknya pada sistem secara keseluruhan dapat dipelajari. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, semuanya tersusun ke
bawah dari suatu puncak (tujuan akhir), kemudian ke suatu sub tujuan (sub
objective), kemudian faktor-faktor pendorong (forces) yang mempengaruhi sub
tujuan-tujuan pelaku aktor, kebijakan, strategi. Hasil dari strategi tersebut selanjutnya timbul pertanyaan yang berkaitan dengan hirarki ini, bagaimana dan berapa besar suatu faktor individu dari tingkat yang lebih rendah pada hirarki itu mempengaruhi faktor puncak, yaitu tujuan utama, karena pengaruh ini tidak akan seragam bagi semua faktor dan untuk itu perlu dilakukan identifikasi terhadap intensitasnya, atau sering disebut dengan menyusun prioritas (Fewidarto 1996).
Teknik analisis AHP digunakan untuk menemukan pemecahan masalah
yang bersifat strategis dengan prinsip kerja yaitu decomposition, comparative
judgment, síntesis of priority dan logical consistency.
(1) Decomposition (Dekomposisi), merupakan pemecahan permasalahan yang
utuh menjadi beberapa bagian komponennya. Untuk mendapatkan hasil kajian yang teliti diperlukan proses penyusunan komponen pada beberapa tingkatan/hirarki. Tahapan ini mendefinisikan persoalan dengan membagi persoalan tersebut menjadi beberapa unsur. Pembagian dilakukan sampai ke tingkat yang tidak mungkin dilakukan pemecahan lagi, sehingga akan didapat beberapa tingkatan persoalan yang disusun secara terstruktur. Proses tersebut dinamakan hirarki karena memiliki lima tingkatan yaitu fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif.
(2) Comparative Judgment (Perbandingan Komparasi), merupakan penilaian
terhadap masalah berdasarkan kepentingan relatif 2 (dua) komponen pada tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Penilaian tersebut, merupakan faktor penting dari PHA karena akan berpengaruh
terhadap prioritas komponen. Hasil penilaian disajikan dalam bentuk matrix
pairwise comparasion. Elemen-elemen pada suatu tingkatan tertentu dinilai
kepentingan relatif terhadap elemen lainnya, yang mengacu pada elemen yang dibandingkan dengan jalan meminta pendapat dari pakar. Penilaian dilakukan dengan komparasi berpasangan, yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen lain pada setiap tingkatan hirarki secara berpasangan, akhirnya dapat dinilai antar dua elemen secara kuantitaif, yang disajikan dalam matriks komparasi berpasangan.
(3) Síntesis of Priority, merupakan penentuan peringkat beberapa komponen berdasarkan penilaian kepentingan relatif. Penentuan peringkat dilakukan
berdasarkan nilai eigen vector pada setiap matrix pairwise comparasion untuk
mendapatkan local priority. Untuk mendapatkan global priority harus
dilakukan síntesis terhadap local priority. Proses pengurutan berdasarkan
kepentingan relatif melalui prosedur síntesis dinamakan priority setting.
(4) Logical Consistency, merupakan proses untuk menjamin semua komponen
dikelompokkan secara logis dan dilakukan prioritas secara konsisten sesuai kriteria yang logis. Konsistensi memiliki dua makna, pertama bermakna bahwa obyek serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek yang didasarkan kriteria tertentu. Apabila penilaian tidak konsisten, maka proses diulang untuk memperoleh penilaian yang tepat.
AHP membuka kesempatan adanya perbedaan pendapat dan konflik sebagaimana yang terjadi dalam kondisi nyata dalam usaha mencapai konsensus. Semua problema sistem ini tidak dapat dipecahkan melalui komponen yang terukur seperti keadaan ya dan tidak (1 dan 0). Karena ada kondisi perbedaan kepentingan. AHP mencoba memecahkan masalah dengan cara membandingkan masukan secara berpasangan berdasarkan skala yang dapat membedakan setiap pendapat serta mempunyai keteraturan dalam nilai skala komparasi Saaty : 1 sampai dengan 9 yang ditunjukkan pada Tabel 7.
Saaty (1993) telah membuktikan bahwa nilai skala komparasi 1 sampai dengan 9 merupakan pengambilan keputusan individual yang baik dalam pendekatan suistem dengan pertimbangan ketelitian yang ditunjukkan pada nilai
RMS (Root Means Square) dan MAD (Mean Absolute Deviation).
Tabel 7 Komparasi penilaian berdasarkan skala Saaty
Nilai Keterangan
1 Sama pentingnya 3 Sedikit lebih penting 5 Jelas lebih penting 7 Sangat jelas lebih penting 9 Mutlak lebih penting
2,4,6,8 Jika terjadi keraguan jawaban antara 2 nilai yang berdekatan 1/(1-9) Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9
Dalam analisis menggunakan AHP dilakukan melalui beberapa proses yakni sebagai berikut:
(1) Matriks pendapat individu
Untuk menyusun prioritas dilakukan identifikasi terhadap intensitas masalah yang merupakan faktor dominan. Teknik komparasi berpasangan menerapkan penilaian para pakar berdasarkan skala komparasi berpasangan, sehingga membentuk matriks segi. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan prioritas yang dicari berdasarkan nilai eigen vector dan untuk
mendapatkan konsistensi penilaian diukur berdasarkan nilai eigen value.
(2) Matriks pendapat gabungan
Matriks Pendapatan Gabungan merupakan susunan matriks baru yang
eleven matriknya gij berasal dari rataan geometrik atau “geometric means”
elemen matriks pendapat individu aij yang rasio konsistensinya (CR) memenuhi
persyaratan.
(3) Pengolahan horizontal
Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas semua eleven keputusan pada setiap tingkat hirarki. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal adalah 1) perkalian baris 2) perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen 3) perhitungan nilai eigen maksimum 4) perhitungan indeks konsistensi dan 5) perhitungan rasio konsistensi.
(4) Pengolahan vertikal
Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap
eleven pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap fokus utama (ultimate
(5) Revisi pendapat
Revisi pendapat dapat dilakukan jika rasio konsistensi pendapat cukup tinggi, dan dianggap konsistensi jika mempunyai nilai sama dengan 0.1, sedangkan nilai akurasi data ditunjukkan dengan nilai RMS dari baris dan perbandingan nilai bobot baris terhadap kolom.