• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses konsultasi dalam rangka penyusunan Peraturan Menteri Kehutanan

SIS-REDD+ INDONESIA

4.3 Konsultasi dan proses dengan para pemangku kepentingan

4.3.1 Proses konsultasi dalam rangka penyusunan Peraturan Menteri Kehutanan

tentang REDD

Contoh kegagalan peraturan dalam mengintegrasikan masukan dari pihak lain ialah Peraturan Menteri Kehutanan No. 30/2009 tentang REDD. Meskipun pemangku kepentingan dari beberapa lembaga pemerintah dan LSM internasional dan nasional memberi saran dalam acara konsultasi dengan

masyarakat pada tanggal 25 Maret 2008, rekomendasi mereka tidak tercermin pada hasil akhir.127 Beberapa perbedaan utama antara peraturan dan saran yang diberikan oleh berbagai lembaga pada pertemuan tersebut—AMAN, DNPI, DKN, CIFOR, TNC, AusAID, GTZ, Kementerian Keuangan, dan APHI— dicantumkan dalam Lampiran 1.

Sebagai contoh, AMAN menanggapi tentang tidak adanya pendekatan berbasiskan hak dalam rancangan Peraturan Menteri Kehutanan No. 30/2009, dan memberikan beberapa rekomendasi mengenai pengelolaan masyarakat setempat. Akan tetapi,

127 Ada saran untuk meninjau dan menunda peraturan tersebut, tetapi tidak dilakukan. Selama konsultasi dengan masyarakat di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2008, berbagai pemangku kepentingan memaparkan rekomendasi mereka, tetapi tidak cukup tercermin dalam peraturan pada tahap akhir. Pemaparan yang dimaksud dan peraturan pada tahap akhir tercantum pada lampiran laporan ini.

Tabel 21. Pertemuan yang diselenggarakan dalam rangka penyusunan R‑PP No. Tempat/Waktu/

Kegiatan Lembaga penyelenggara Peserta Lingkup/fokus

1 Bogor (Jawa Barat) Januari

Seminar penjangkauan

Institut Pertanian

Bogor Wakil pemerintah, swasta, LSM, dosen dan mahasiswa, lembaga penelitian

Pasca‑COP 13 UNFCCC: tanggapan terhadap Rencana Aksi Bali dan keputusan COP tentang REDD

2 Samarinda, Berau, Balikpapan (Kalimantan Timur) Januari dan Maret Konsultasi dengan pemangku kepentingan Pemda, Kemenhut, Pelestarian Alam (TNC), GTZ

Dinas pada Pemda, Kemenhut, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian

Peningkatan kepedulian mengenai kemajuan REDD pasca‑COP 13 Memperlancar pembentukan kelompok kerja REDD+ di Kalimantan Timur

3 Jakarta Februari Seminar penjangkauan

Universitas Indonesia Wakil pemerintah, swasta, LSM, dosen dan mahasiswa, lembaga penelitian

Persoalan perubahan iklim secara umum

Tantangan dan peluang REDD

4 Semarang (Jawa Tengah) April Seminar penjangkauan Tokoh agama,

Kemenhut Tokoh agama, wakil Kemenhut, pemda, dan pemangku kepentingan lain

Dampak perubahan iklim dan agama

Peluang menurut berbagai keadaan perubahan iklim 5 Sulawesi (semua provinsi) Februari‑April Konsultasi dengan pemangku kepentingan LSM, pemda,

Kemenhut Wakil pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, kelompok masyarakat setempat

Peningkatan kepedulian dan konsultasi dengan pemangku kepentingan mengenai persiapan pelaksanaan REDD, termasuk hasil kajian IFCA dan tindak‑lanjutnya

6 Yogyakarta Mei Seminar

Universitas Gadjah

Mada, Kemenhut Dosen dan mahasiswa Penanganan persoalan perubahan iklim dalam kehutanan di Indonesia

7 Pekanbaru (Riau) Juni Konsultasi dengan pemangku kepentingan LSM, pemda,

Kemenhut Wakil pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, kelompok masyarakat setempat

Peningkatan kepedulian dan konsultasi dengan pemangku kepentingan mengenai persiapan pelaksanaan REDD, termasuk hasil kajian IFCA dan tindak‑lanjutnya 8 Jakarta

Juli

Konferensi REDD

TNC Indonesia Semua kantor TNC, wakil pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, kelompok masyarakat setempat

Berbagi hasil pembelajaran dari prakarsa yang berkaitan dengan REDD 9 Jakarta Juli Konsultasi dengan pemangku kepentingan Kementerian

Kehutanan Wakil pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, kelompok masyarakat setempat, mitra internasional

Konsultasi dengan pemangku kepentingan mengenai rancangan Permenhut tentang REDD

Rancangan Permenhut juga dimuat pada situs web IFCA (situs web Kementerian Kehutanan) sebelum dan setelah tahap konsultasi Saran/tanggapan juga diminta melalui email dan sarana komunikasi lainnya

berlanjut ke halaman berikutnya No. Tempat/Waktu/

Kegiatan Lembaga penyelenggara Peserta Lingkup/fokus

10 Palangkaraya (Kalimantan Tengah) Oktober Konsultasi dengan pemangku kepentingan

Pemda, Lahan Basah

Internasional (WI) Wakil pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, kelompok masyarakat setempat, mitra internasional (Australia‑KFCP)

Peningkatan kepedulian mengenai kemajuan REDD

Konsultasi dengan pemangku kepentingan mengenai rancangan Permenhut tentang REDD oleh wakil Kementerian Kehutanan Pembentukan kelompok kerja REDD di Kalimantan Tengah 11 Papua

Oktober Lokakarya penjangkauan

Pemda, Kemenhut Wakil pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, kelompok masyarakat setempat

Peningkatan kepedulian dan konsultasi dengan pemangku kepentingan mengenai REDD dan A/R CDM

12 Bogor (Jawa Barat) November Pelatihan bagi petugas Kemenhut di daerah bidang konservasi hutan Kementerian

Kehutanan Petugas Kemenhut di daerah bidang konservasi hutan

Persoalan hutan dan perubahan iklim: adaptasi dan mitigasi (termasuk A/R CDM, REDD, dan PES berbasis hutan lainnya)

13 Jakarta dll. Lokakarya berkala

Kementerian

Kehutanan Wakil pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian (bergantung pada pokok bahasan dan fokus lokakarya)

Penyusunan Sistem Informasi Sumberdaya Hutan (FRIS) dan Sistem Neraca Karbon Nasional (NCAS); kerja sama Indonesia‑Australia

14 Jakarta dll. Atas permintaan

Instansi

pemerintah dll. Wakil pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, masyarakat setempat, mitra internasional (bergantung pada pokok bahasan dan fokus acara)

Difasilitasi oleh Kementerian Kehutanan dalam lokakarya REDD Peningkatan kepedulian

Pelatihan dan kegiatan lain (oleh Pokja FCC/ Balitbanghut/ Sekretariat IFCA) 15 Jakarta Berkala Diskusi kelompok terarah Kementerian

Keuangan Instansi pemerintah terkait, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian

Segi keuangan perubahan iklim REDD 16 Jakarta dll. Rapat koordinasi untuk konsultasi Instansi pemerintah terkait (Kemenhut, KLH, Kemkeu, Bappenas, kementerian lain), DNPI, mitra internasional

Wakil pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, kelompok masyarakat setempat, mitra internasional

Semua persoalan perubahan iklim Kehutanan sebagai bidang strategis perubahan iklim nasional REDD sebagai salah satu fokus utama

17 Yogyakarta, Mataram (NTB), Aceh, Papua, Jambi, Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Palu (Sulawesi Tengah), and Bali Bappenas,

UN‑REDD, mitra Wakil pemerintah daerah dan pusat, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, masyarakat setempat, mitra internasional

Strategi Nasional REDD+

peraturan akhir tetap tidak mendorong penataan yang bertumpu pada hak masyarakat, dan kepemilikan oleh negara tetap menguasai tata cara pengakuan atas hak. DNPI mengusulkan agar rancangan tersebut disusun dengan mempertimbangkan hubungan antarsektor karena kementerian‑kementerian bekerja sama secara erat dalam melaksanakan REDD; hal ini tidak terlihat dalam peraturan pada tahap akhir.

Contoh ini menunjukkan bahwa meskipun persyaratan untuk proses partisipatif dalam penyusunan peraturan secara teknis telah terpenuhi, namun hal ini tidak selalu berdampak pada hasil akhir, dan tidak diberikan alasan yang jelas mengenai diterima atau ditolaknya rekomendasi.

Organisasi‑organisasi masyarakat sipil telah mengikuti berbagai saluran dan proses yang tersedia dalam hal pengembangan proyek REDD+ dan kebijakan pada sektor kehutanan. Sejumlah organisasi beberapa kali mengeluarkan pernyataan dan siaran pers tentang persoalan perubahan iklim, termasuk REDD+ sebagai kemungkinan penyelesaian atas perubahan iklim. Organisasi‑organisasi masyarakat sipil juga telah memberikan masukan atas proposal berbagai proyek atau program di Indonesia. Contoh yang paling nyata ialah masukan yang diberikan kepada pemerintah dan Bank Dunia tentang proses perumusan R‑Plan Indonesia berdasarkan program FCPF. Tanggapan dari masyarakat madani mencakup rekomendasi berikut. • FCPF hendaknya mempertimbangkan persoalan

tata kelola oleh Pemerintah Indonesia; jika hal ini diabaikan, FCPF dianggap tidak mengakui masalah mendasar mengenai kehutanan di Indonesia. • Hak masyarakat adat, kawasan pengelolaan

dan sumberdaya alam mereka yang dilindungi berdasarkan UNDRIP hendaknya diakui dan dihargai dalam proses penyusunan R‑Plan. Keselamatan manusia dan keberlanjutan lingkungan hidup hendaknya diletakkan di atas kepentingan ekonomi.

• FPIC hendaknya dimasukkan sebagai asas pokok dalam melibatkan masyarakat adat dan masyarakat

setempat dalam perancangan, pelaksanaan, dan aspek‑aspek tata kelola lainnya dalam penyusunan R‑Plan.

Perkembangan akhir‑akhir ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pemangku kepentingan pada beberapa bagian dari proses kebijakan REDD+ telah meningkat, setidaknya secara sepintas. Sebagai contoh, upaya sistematis dilakukan untuk melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam penyusunan Strategi Nasional REDD+ melalui konsultasi di daerah dan diskusi kelompok terarah. Namun demikian, penting untuk meninjau sejauh mana masukan benar‑benar mempengaruhi dokumen tahap akhir dari strategi. Kenyataan bahwa masyarakat madani disertakan dalam pembentukan tim teknis Satuan Tugas REDD+ menunjukkan upaya yang lebih sungguh‑sungguh untuk melibatkan beberapa pihak di kalangan masyarakat. Akan tetapi, penting untuk memeriksa dengan cermat apakah dalam kenyataannya susunan tim ini memberikan peluang yang cukup bagi masyarakat untuk terlibat dalam penetapan kebijakan.

4.4 Pilihan dan proses kebijakan

REDD+ mendatang