• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran open approach lebih tinggi dari pada yang diajarkan dengan dengan pembelajaran konvensional. Skor rata-rata kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis siswa dengan pembelajaran open

approach juga lebih tinggi daripada dengan pembelajaran konvensional. Salah satu

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference Equal variances assumed .557 .458 5.209 65 .000 15.276 2.933 Equal variances not

assumed 5.200 63.697 .000 15.276 2.938

Tabel 4.4

Hasil Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Kemampuan Penalaran Induktif-Kreatif Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

50

faktor yang menjadi alasan mengapa kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi adalah proses pembelajaran yang digunakan di dalam kelas, yaitu dengan pembelajaran open approach.

Pembelajaran dengan open approach merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, mendorong siswa untuk mampu menyelesaikan permasalahan matematis yang menekankan keterbukaan belajar, siswa aktif berdiskusi, mengungkapkan ide-ide yang muncul, dan mencari alternatif jawaban lain, serta melakukan penyimpulan ide pada tahapan akhir. Sementara pembelajaran konvensional secara dominan guru lebih banyak mendominasi, mulai dari penanaman konsep yang langsung diberikan guru kepada siswa, siswa tidak diberikan ruang untuk mengkonstruk pengetahuan dan nalarnya sendiri, sehingga siswa kurang memiliki kesempatan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis untuk ide-ide yang mereka miliki. Pada pertemuan pertama pelaksanaan penelitian, proses pembelajaran belum bisa berjalan dengan baik sesuai harapan peneliti. Sebelumnya peneliti menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan open approach kepada siswa kelas eksperimen, kemudian peneliti memberikan petunjuk penggunaan lembar kerja siswa (LKS), namun kebanyakan siswa masih bingung dalam mengerjakan LKS, peneliti mengamati kebingungan yang terjadi pada siswa lebih ke arah kemandirian belajar siswa untuk tidak mau mencoba secara mandiri memahami pertanyaan-pertanyaan dalam LKS, kebanyakan siswa lebih senang untuk langsung bertanya kepada guru apa yang diminta untuk dijawab dalam LKS tersebut, selain itu proses diskusi terlihat belum berjalan dengan baik, siswa masih cenderung belajar individu, sehingga pada pertemuan pertama pembelajaran dengan Open

Approach kurang berjalan dengan lancar.

Kendala yang dihadapi peneliti pada pertemuan pertama adalah penguasaan kelas dan waktu, penguasaan kelas karena banyaknya siswa yang bertanya untuk pengerjaan LKS dan waktu yang menjadi semakin berkurang karena penguasaan kelas yang belum kondusif. Pada pertemuan pertama, ketika proses pembelajaran telah memasuki tahapan diskusi dan membandingkan, banyak siswa yang masih terlihat bekerja secara individu untuk menyelesaikan LKS sehingga

diskusi masih kurang terbentuk dengan kondusif. Selain itu siswa masih kurang mandiri, peneliti sedikit kesulitan untuk meminta siswa melakukan presentasi. Oleh sebab itu, pada pertemuan kedua dan selanjutnya peneliti lebih menekankan kembali kepada siswa cara pengerjaan LKS, meminta siswa untuk berdiskusi dengan baik ketika sudah waktunya diskusi, meminta siswa untuk lebih mandiri dan berani untuk presentasi.

Selanjutnya pelaksaan penelitian untuk pertemuan kedua dan selanjutnya secara perlahan-lahan siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran open approach, siswa mulai belajar untuk mencoba memahami pertanyaan yang diberikan di LKS tanpa banyak bertanya pada peneliti, siswa mulai bisa berdiskusi dengan baik bersama teman sekelasnya, siswa sudah memiliki rasa tanggung jawab untuk melakukan presentasi dan siswa dengan baik melakukan kegiatan penyimpulan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat siswa yang belum serius mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan pengalaman pada pertemuan pertama, peneliti juga berusaha mengatur waktu untuk lebih efisien agar pembelajaran menjadi lebih efektif.

Proses pembelajaran dengan open approach secara rinci dijelaskan sebagai berikut dengan mengambil contoh masalah pada pertemuan ketiga. Pada awal pertemuan, tahapan pertama pada pembelajaran open approach yaitu guru

mengajukan masalah open-ended, pada tahapan ini guru mengajukan masalah

terbuka kepada siswa, masalah yang diajukan guru tertuang dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Pada pertemuan ketiga materi yang akan dipelajari yaitu mengenai luas dan keliling bangun datar persegi panjang dan persegi. Di LKS guru memberikan sebuah masalah yang bertujuan agar siswa mampu menarik kesimpulan mengenai luas dan keliling persegi dan persegi panjang dengan cara yang unik. Masalah telah didesain agar memiliki multicara dalam menjawab. Pada saat siswa menerima LKS guru meminta siswa untuk membaca soal dengan baik agar memahami permasalahan yang diberikan. Berikut contoh masalah pada pertemuan ketiga.

52

Gambar 4.2

Contoh Masalah pada Pertemuan Ketiga

Setelah siswa membaca permasalahan yang ada di LKS, lanjut ke tahapan kedua yaitu siswa belajar mandiri pada tahapan ini secara individu siswa mengidentifikasi masalah yang terdapat pada LKS dengan cara menuliskan informasi apa saja yang diketahui dan ditanyakan dari permasalahan yang diberikan pada kolom yang tersedia di LKS. Berikut hasil jawaban siswa pada tahapan siswa

belajar mandiri dalam mengidentifikasi masalah.

Gambar 4.3

Berdasarkan pada gambar, terlihat bahwa siswa sudah mampu mengidentifikasi masalah dengan menuliskan masalah yang diberikan dengan kata-kata sendiri. Tahapan ini melatih siswa untuk bisa menemukan situasi apa yang menjadi dasar dari suatu permasalahan. Permasalahan yang dibuat pada pertemuan ketiga ini bertujuan agar siswa mampu menarik kesimpulan dengan cara yang unik. Jadi pada tahapan pertama kemampuan nalar siswa sudah dilatih dengan cara siswa telah bisa memahami dan mengidentifikasi permasalahan yang kemudian dituliskan dengan kata-kata sendiri. Selanjutnya, pada tahapan pembelajaran siswa belajar

mandiri selain siswa mengidentifikasi masalah yang diberikan, secara individu

siswa berusaha menemukan ide untuk memecahkan masalah yang diberikan. Berikut jawaban siswa pada tahapan siswa belajar mandiri dalam menemukan ide untuk memecahkan masalah.

Gambar 4.4

Hasil Pekerjaan Siswa pada tahapan Siswa Belajar Mandiri Pada tahap ini, siswa diminta untuk menentukan luas dan keliling dari model A, setelah siswa menemukan luas dan keliling dari model A, siswa diminta untuk memberikan cara yang berbeda dari penyelesaian yang telah digunakan. Tahapan ini melatih kemampuan siswa untuk berpikir secara individu menemukan

54

sendiri penyelesaian dari masalah yang diberikan, hal ini akan menghasilkan jawaban siswa yang original berdasarkan pemikirannya sendiri. Selain itu tahapan ini juga mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada aspek keluwesan dengan siswa diminta untuk mencari alternatif jawaban lain. Setelah siswa berhasil mencari luas dan keliling model A, masih dalam tahapan siswa belajar mandiri selanjutnya siswa diminta untuk mencari luas dan keliling model B beserta dengan alternatif jawaban sama halnya seperti pertanyaan luas dan keliling model A, berikut hasil jawaban siswa.

Gambar 4.5

Hasil Pekerjaan Siswa pada tahapan Siswa Belajar Mandiri

Pada tahapan ketiga, yaitu diskusi dan membandingkan pada tahapan ini guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok, kemudian guru meminta siswa untuk mendiskusikan dalam kelompok hasil jawaban LKS yang telah dikerjakan secara individu pada tahapan siswa belajar mandiri, tugas guru pada tahapan ini adalah mengontrol kegiatan diskusi siswa agar kegiatan diskusi berjalan lancar, lebih lanjut guru mencatat ide atau cara yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Berikut jawaban siswa pada tahapan diskusi dan membandingkan.

Gambar 4.6

Hasil Pekerjaan Siswa pada tahapan Diskusi dan Membandingkan Dari gambar terlihat bahwa siswa mampu memberikan dua alternatif jawaban dalam mencari luas model A. Pertama, siswa mempartisi model A menjadi dua bagian, lalu dicari masing-masing luasnya dan hasil akhir dijumlahkan, cara kedua siswa mengurangi luas keseluruhan dengan luas bagian-bagian yang tidak dicari. Di tahapan diskusi dan membandingkan, selain siswa berdiskusi dengan teman sekelas, siswa juga diminta untuk melakukan presentasi. Di tahapan ini setelah siswa berdiskusi selanjutnya guru meminta perwakilan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelas. Ketika perwakilan dari kelas melakukan presentasi, kelas yang lain diminta guru untuk membandingkan hasil penyelesaian kelas dengan hasil yang sedang dipresentasikan. Melakukan presentasi merupakan proses menjelaskan kepada orang lain mengenai ide yang kita gunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menjelaskan ide kepada orang lain semakin melatih kepahaman dan nalar siswa, karena siswa tidak mungkin mampu menjelaskan ide dengan kata-kata sendiri jika siswa sendiri belum memahami ide apa yang akan dijelaskan kepada orang lain.

56

Tahapan terakhir dari pembelajaran open approach yaitu membuat

ringkasan, pada tahapan ini guru membimbing siswa untuk menyimpulkan

berbagai ide yang muncul dari tahapan diskusi dan membandingkan, siswa diminta untuk menyimpulkan ide atau cara dari kelompok mana yang berbeda dari kelompok yang lain. Berikut jawaban siswa pada tahapan membuat ringkasan.

Gambar 4.7

Hasil Pekerjaan Siswa pada tahapan Membuat Ringkasan Gambar menunjukan bahwa siswa mampu menyimpulkan ide atau cara yang berbeda dari kelompok lain. Tahapan ini melatih kemampuan siswa dalam melakukan generalisasi karena pada tahapan ini siswa terbiasa membuat ringkasan atas sejumlah ide yang muncul dari proses diskusi, dalam hal ini siswa melihat sejumlah fakta berupa sejumlah ide yang teramati lalu kemudian melakukan penyimpulan atas sejumlah ide tersebut, hal ini sesuai dengan generalisasi yang merupakan proses penarikan kesimpulan dari sejumlah fakta yang teramati.

Pada kelas eksperimen, setiap pertemuan selalu diberikan lembar kerja siswa yang berisi langkah-langkah pembelajaran open approach. Langkah-langkah pembelajaran tersebut mendorong siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis, sementara pembelajaran pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Pembelajaran konvensional dalam penelitian ini merupakan pembelajaran dengan ekspositori. Pembelajaran ekspositori dimulai dengan guru memberikan penjelasan materi mengenai pokok bahasan yang sedang dibahas yaitu segiempat, setelah penjelasan materi guru memberikan contoh soal terkait dengan materi yang telah dijelaskan, dalam kegiatan ini dimungkinkan bagi siswa untuk bertanya bila ada hal-hal yang kurang dimengerti, tahapan selanjutnya yaitu guru memberikan siswa latihan soal-soal yang terkait dengan materi, kemudian guru membahas latihan soal yang diberikan bersama-sama dengan siswa. Pada pembelajaran konvensional seperti ini, peran guru terlihat sangat mendominasi, siswa terbiasa untuk langsung mendapatkan konsep dari penjelasan yang guru berikan tanpa mendapatkan kesempatan yang lebih untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan nalarnya. Dengan pembelajaran seperti ini maka siswa kurang mendapat kesempatan untuk melatih dan mengembangkan kebiasan berpikir, pemahaman konsep dan bernalar terhadap ide-ide yang baru atau unik dalam kegiatan pembelajaran.

2. Analisis Hasil Tes Kemampuan Penalaran Induktif-Kreatif Matematis

Dokumen terkait