BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Proses Pembelajaran Kelompok Eksperimen dan
Penelitian dilakukan dalam beberapa pertemuan dengan materi ajar bangun datar segi empat. Pada kelompok eksperimen, pembelajaran lebih berpusat pada siswa, karena pada setiap pertemuannya siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam bahan ajar yang berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK). Pendekatan pembelajaran metaphorical thinking terdiri dari beberapa tahapan, yaitu siswa diberi permasalahan kontekstual, membuat metafora, membuat model dari permasalahan, dan menyimpulkan.
Tahapan pertama pendekatan pembelajaran metaphorical thinking adalah siswa diberi permasalahan kontekstual. Pada tahap ini siswa diberi stimulus untuk merepresentasikan ide-ide matematis berdasarkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Permasalahan disajikan dalam Lembar Kerja Kelompok (LKK).
Tahapan kedua, siswa mengidentifikasi konsep-konsep utama. Pada tahap iini siswa mengumpulkan data dan informasi yang terdapat pada permasalahan kontekstual yang diberikan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada lembar kerja kelompok. Pada tahap ini siswa dilatih untuk merepresentasikan informasi kedaam bentuk gambar, simbol-simbol aljabar, atau pun kata-kata. Pada pertemuan awal, siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKK yang diberikan, meskipun peneliti sudah menjelaskan petunjuk pengerjaan serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan. Tampak jelas bahwa siswa tidak terbiasa dengan pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah,
siswa pun nampak tidak terbiasa dengan masalah matematika berbentuk kata-kata atau cerita sehingga mengharuskan peneliti untuk membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKK. Pada tahap ini siswa juga diminta untuk membuat model dari masalah yang diberikan, baik model dalam bentuk sketsa maupun model matematis.
Pada pertemuan pertama peneliti harus menjelaskan maksud dari setiap pertanyaan yang terdapat pada LKK. Padahal seharusnya siswa berusaha sendiri memahami permasalahan dan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan bekal pengetahuan yang sudah dimilikinya. Kecuali jika mereka memerlukan informasi tambahan yang tidak bisa mereka peroleh sendiri, barulah di sini peneliti berperan sebagai fasilitator pembelajaran memberikan penjelasan tambahan. Pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking pada pertemuan pertama dan kedua kurang berjalan sesuai harapan peneliti.
Pada pertemuan ketiga, keempat, dan seterusnya, siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan metaphorical thinking ini. Peneliti hanya perlu menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dan cara pengerjaan, kemudian siswa berdiskusi dengan kelompoknya tanpa banyak bertanya mengenai hal-hal yang memang seharusnya dipahami oleh siswa sendiri. Berikut contoh pengerjaan siswa pada tahap membuat model dari masalah yang diberikan.
Gambar 4.4
Pada LKK 2 (lampiran) diberikan situasi masalah, kemudian siswa diminta untuk menyimpulkan situasi tersebut menurut pendapat mereka masing-masing. Gambar 4.1 di atas menunjukkan bagaimana salah satu kelompok merepresentasikan informasi dari situasi masalah ke dalam bentuk teks tertulis.
(a)
(b) Gambar 4.5
Contoh Hasil Representasi Siswa Berupa Gambar (Visual)
Gambar tersebut menunjukkan hasil representasi visual yang dikerjakan oleh salah satu kelompok. Pada bagian a LKK tersebut siswa diminta untuk membuat gambar garis potong kue krasikan agar potongan kue tersebut berbentuk segitiga siku-siku dan trapesium siku-siku. Pada bagian b siswa diminta untuk
menggabungkan potongan kue yang berbentuk segitiga siku-siku dan trapesium siku-siku tersebut sedemikian hingga berbenuk persegi panjang. Dari gambar di atas terlihat bahwa sebenarnya siswa memiliki potensi dan kemampuan merepresentasikan ide-ide matematis yang merupakan hasil pemikirannya, hanya saja mereka memerlukan situasi pembelajaran yang medukung dan dapat menstimulusnya. Pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking ini memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan kemampuan representasi matematis mereka.
Gambar 4.6
Contoh Hasil Representasi Siswa Berupa Ekspresi Matematis
Gambar 4.3 merupakan salah satu contoh hasil kerja siswa pada LKK 6 (lampiran) dalam menemukan rumus luas belah ketupat menggunakan rumus luas persegi panjang yang melibatkan ekspresi matematis. LKK 6 ini berisi permasalahan dalam menurunkan rumus luas belah ketupat dan layang-layang. Siswa harus menganalisis permasalahan berupa gambar untuk menemukan cara memodifikasi belah ketupat sehingga berbentuk persegi panjang. Setelah membuat modifikasi yang tepat, kemudian siswa membuat persamaan matematis dengan mengaplikasikan konsep luas persegi panjang.
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa siswa masih belum terbiasa menyelesaikan permasalahan secara sistematis. Tampak bahwa siswa memberikan tanda sama dengan (=) untuk menyatakan panjang tepat di bawah tanda sama dengan yang menyatakan luas persegi panjang. Seharusnya siswa tidak menuliskan tanda sama dengan pada bagian itu.
Tahapan ketiga, siswa diminta membuat metafora untuk mengilustrasikan suatu konsep. Pada tahap ini siswa diminta memetaforakan suatu konsep seperti yang peneliti contohkan pada tahap penyajian masalah kontekstual. Siswa diminta saling bertukar metafora dengan teman sekelompoknya, kemudian mendiskusikan metafora yang tepat untuk mengilustrasikan suatu konsep. Gambar berikut menunjukkan salah satu contoh metafora siswa.
Gambar 4.7
Contoh Hasil Metafora Siswa
Gambar 4.4 tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki potensi dalam mengilustrasikan suatu konsep. Pada lembar kerja kelompok tersebut, kelompok ini menunjukkan bahwa mereka mampu membuat metafora yang mengilustrasikan bahwa panjang sisi-sisi yang berhadapan dan sejajar pada
persegi panjang adalah sama panjang. Pada jawaban kelompok ini, mereka mengilustrasikan kesamaan panjang sisi-sisi yang berhadapan dengan kecepatan tukang cat yang mengecat pinggiran lapangan.
Tahapan terakhir adalah penyimpulan. Pada tahap ini peneliti bersama siswa menyimpulkan kembali konsep-konsep apa saja yang telah dipelajari dan menanyakan siswa mengapa memilih metafora tersebut dalam mengilustrasikan konsep.
Sedangkan dalam kelompok kontrol, siswa diberi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional. Pembelajaran konvensional yang biasa digunakan oleh guru matematika di MTsN Tangerang II Pamulang adalah pembelajaran yang menggunakan metode ekspositori yang berorientasi pada guru, dimana guru menjelaskan materi dan siswa diminta menyimak dan mencatat penjelasan yang diberikan, kemudian siswa diberikan contoh-contoh soal. Peneliti pun menggunakan metode ekspositori yang digunakan di sekolah tersebut. Hanya saja pada bagian pemberian contoh soal peneliti memberikan contoh-contoh soal yang mengandung indikator representasi matematis.