• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.3. Kerangka Teori

I.3.1.5. Proses Pembentukan Citra / Pencitraan (Imagology)

Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertian tentang fakta-fakta atau kenyataan.20 Pencitraan (imagology) merupakan satu upaya untuk menciptakan karya kreatif yang dibalut dengan berbagai teknik persuasi baik itu dalam bentuk audio, visual maupun narasi yang hasilnya menampilkan sesuatu gambaran (realitas) yang lebih menarik dan meyakinkan.21

Kata imagologi (imagology) pertama kali diungkapkan oleh Milan Kundera dalam salah satu novelnya yang berjudul “Immortality”. Imagologi merupakan penggabungan kata imago dan logos yang berarti logika imajinasi. Imagologi merupakan manifestasi dari imaginasi yang berisi kata, tanda dan citra atau gambar. Imagologi tidak membedakan mana yang realitas aktual dan mana yang merupakan realitas hasil representasi (virtual). Hal tersebut karena imagologi berada sekaligus dalam dunia yang bergerak maju secara dialektis dimana terdapat aktualisasi dan virtualisasi. Virtualisasi yang dimaksud dalam proses imagologi dapat dijelaskan dalam permainan, keindahan dan normatifitas yang dilogiskan menjadi citra atau gambaran (imagi). Dalam proses selanjutnya,

20

Soleh Sumirat & Elvinaro Ardianto, OpCit, hal.115

21

Lihat Bachtiar Aly, Kompetisi Pencitraan,

http://news.okezone.com/SKS/index.php/ReadStory/2009/06/01/274/224900/kompetisi-pencitraan, diakses pada 1 juli 2009

virtualisasi menjadi bagian dari aktualisasi yang terimitasi dimana imagi-imagi

dalam proses virtualiasi menjadi rujukan dalam memahami suatu realitas.22

Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif, pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Tidak akan ada teori sikap atau aksi sosial yang tidak didasarkan pada penyeledikan tentang dasar-dasar kognitif. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh ohn S. Nimpoeno dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip, sebagai berikut :

Gambar 1. Model Pembentukan Citra23

Hubungan digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan

22

Lihat Budi Hartanto, Virtual Revolution, http://www.bloxster.net/buzzart/, diakses pada 19 Maret 2009

23

Soleh Sumirat & Elvinaro Ardianto, OpCit, hal.115

Kognisi Motivasi Sikap Persepsi Respon Perilaku Stimulus Rangsangan

output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap.

Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada individu diterima atau ditolak.

Jika rangsangan ditolak proses selanjutnya tidak dapat berjalan, hal ini menunjukkan bahwa rangsangan tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsangan itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan.

Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsangan. Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti tentang rangsangan tersebut.

a. Persepsi

Diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsangan berdasarkan pengalaman mengenai rangsangan. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi pandangan individu akan positif bila informasi yang diberikan oleh rangsangan dapat memenuhi kognisi individu.

b. Kognisi

Yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan akan timbul apabila individu telah mengerti rangsangan tersebut, sehingga

individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.

c. Motivasi

Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

d. Sikap

Adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan (like) atau tidak menyenangkan (dislike). Sikap ini juga dapat diperteguh atau diubah.24

I.3.2.Politik

Asal mula politik itu sendiri menurut Robert Dahl, berasal dari kata “polis” yang berarti “negara kota”, dengan demikian politik memiliki hubungan khusus antara manusia yang hidup bersama, dalam hubungan ini timbul aturan, kewenangan, dan pada akhirnya kekuasaan. Tetapi menurut Hoogerwerf, politik

24

bisa saja dikatakan sebagai kebijaksanaan, kekuatan, kekuasaan, pemerintahan, konflik dan pembagian atau kata-kata serumpun.25

Tetapi dalam kehidupan nyata, penguasa-penguasa bijak tidak mesti selalu bersikap bijak. Artinya, negara dari hakim atau raja yang bajik tidaklah permanent. Stabilitas terjadi bila semua kelas rakyat berlainan dapat

Secara esensial politik merupakan aspek kehidupan manusia yang mempunyai nilai luhur dan fundamental. Hal ini karena politik adalah ruang publik. ia merupakan pola managemen kolektif, lokus bertemunya beragam kepentingan dan aspirasi manusia. Pada prinsipnya, karakter manusia adalah keinginan untuk hidup bersama. Manusia manapun tidak mungkin hidup sendiri tanpa bersinggungan dan ditopang oleh manusia lain. Seseorang bisa eksis karena terkait dengan teman, saudara, sanak famili, ketua RT, tukang becak, penjual sayur, guru, mahasiswa, supir bus, tukang sapu, petugas pom bensin, tukang bakso dan sebagainya. Dan inilah sebenarnya esensi dan fungsi substantif entitas politik yakni berbagi kerja untuk kemaslahatan bersama. Dari masing-masing komponen itu, tidak ada yang tidak penting, semuanya penting. Karena apabila salah satunya macet, maka akan memacetkan komponen yang lain

Politik merupakan suatu fungsi hubungan antara penguasa dan yang dikuasai. Pemerintahan mungkin dijalankan oleh satu orang (raja, diktator, otokrat, tiran), beberapa orang (oligarki, yunta, elit), atau banyak orang (electorates).

25

berpartisipasi; tetapi, demokrasi absolute menimbulkan anarki. Kompromi terbaik adalah Negara yang mencerminkan kekuasaan kelas.26

Politik berkaitan dengan kekuasaan, begitulah yang dikemukakan oleh Hans J. Morgenthau dalam tulisannya yang berjudul Politics Among Nation yang mendominasi kegiatan terisolasi realis sesudah Perang Dunia II, menegaskan proposisi bahwa kekuasaan adalah fokus utama studi dan praktek hubungan internasional. Pemikirannya tentang realisme politik dan tentang kekuasaan tercermin dalam kutipan berikut ini.27

Pada umumnya, dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu

Politik internasional, seperti halnya semua politik, adalah perjuangan memperoleh kekuasaan. Adapun tujuan akhir dari politik internasional, tujuan menengahnya adalah kekuasaan. Negarawan-negarawan dan bangsa-bangsa mungkin mengejar tujuan akhir berupa kebebasan, keamanan, kemakmuran atau kekuasaan itu sendiri. Mereka mungkin mendefinisikan tujuan-tujuan merka itu dalam pengertian tujuan yang religius, filosofis, ekonomis atau sosial. Mereka mungkin berharap bahwa tujuan ini akan terwujud melalui perkembangan alamiah urusan kemanusiaan. Tetapi begitu mereka berusaha mencapai tujuan-tujuan mereka dengan menggunakan politik internasional, mereka melakukannya dengan berupaya memperoleh kekuasaan.

26

David E. Apter, Pengantar Analisa Politik, Jakarta : LP3ES, hal.68

27

Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional (Disiplin dan Metodologi), Jakarta: LP3ES, 1990, hal 20

menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Lagipula politik menyangkut kegiatan berbagai-berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang seorang (individu).28