• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pembahasan

2. Proses Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Program

Proses pemberdayaan masyarakat petani yang dilakukan dalam program pekarangan terpadu mencakup kegiatan pembinaan yang meliputi kegiatan penyuluhan dan pelatihan intensifikasi pekarangan guna pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal, yang didalamnya meliputi kegiatan penataan lahan pekarangan, pengembangan ternak di pekarangan, pengembangan ikan di pekarangan, dan budidaya tanaman pekarangan yang di damping oleh PPL Desa Sambirejo Bapak Sunaryo.

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan dalam proses pemberdayaan masyarakat ini dilakukan pada awal pencanangan program saja selama beberapa kali, selanjutnya petani melakukan kegiatan di pekarangan mereka sendiri, berdasarkan kemampuan, kemauan dan kebutuhan sendiri. Selain itu, petani juga meminta untuk dilakukan pelatihan selama dua kali guna membantu dalam kegiatan intensifikasi pekarangan yaitu pelatihan penataan lahan pekarangan dan pembuatan kandang ayam serta pembudidayaan ikan di pekarangan. Selanjutnya petani dan wanita tani melakukan kegiatan intensifikasi pekarangan sendiri dengan tenaga kerja dari intern keluarga sendiri. Sehingga keadaan ini memberikan kesempatan bagi petani dan wanita tani untuk kreatif melakukan kegiatan di pekarangan sesuai dengan kemauan, kemampuan dan sesuatu yang diinginkan guna tercapai tujuannya meningkatkan pendapatan. Tahapan dari proses pemberdayaan ini dilakukan melalui beberapa pendekatan, mulai dari pendekatan secara personal sampai pada massa. Proses ini dilakukan mulai dari tahap penyadaran, pelatihan dan pendampingan seperti yang dilakukan oleh PPL. Seperti yang di sampaikan oleh Sulistyani (2004), bahwa “Tahap-tahap yang harus dilalui dalam proses

pemberdayaan masyarakat meliputi: (a) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar, (b) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan ketrampilan agar terbuka wawasan dan memberikan ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil peran dalam pembangunan, dan (c) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan- ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian” Pada tahap penyadaran ini merupakan tahap persiapan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tahap ini penyuluh sebagai pihak yang memberdayakan, memberikan sentuhan penyadaran yang akan membuka keinginan dan kesadaran masyarakat mengenai kondisinya saat ini, dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya perbaikan kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Begitu juga dengan proses penyadaaran pada pemberdayaan masyarakat dalam program pekarangan terpadu ini, dimana penyuluh dan pemerintah desa melakukan kegiatan penyuluhan sebelum menyampaikan usulan program pekarangan terpadu ini. Masyarakat Desa Sambirejo menanggapinya dengan antusias mengikuti penyuluhan mengenai upaya peningkatan pendapatan keluarga ini, namun karena keterbatasan dana sampai saat ini pelaksana pekarangan terpadu belum mencapai sepenuhnya.

Kegiatan penyuluhan ini merupakan upaya penyadaran dan sekaligus pengenalan program. Seperti pernyataan mosher (1966), yang menyatakan bahwa penyuluh pertanian hanya sebagai “faktor pelancar”, pengalaman di Indonesia menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan menjadi sangat mutlak, sebagai pemicu sekaligus pemacu pembangunan pertanian, atau lebih sering dikatakan sebagai ujung tombak pembangunan pertanian. Oleh karena itu, dengan keterlibatan penyuluh dalam kegiatan pemberdayaan ini sangat memberikan manfaat yang besar bagi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan dalam program pekarangan terpadu.

Tahap transformasi kemampuan dalam pemberdayaan masyarakat ini pelatihan pekarangan percontohan milik Ibu Lilis yang meliputi kegiatan penataan lahan pekarangan, meliputi cara menempatkan tanaman, kandang dan

ikan yang baik, cara membuat kandang ayam yang aman, dan membuat kolam ikan, pengembangan ternak dan ikan. Penyuluh hanya melakukan pengawasan dan pendampingan jika petani hendak bertanya, seluruh kegiatan tersebut dilakukan oleh petani. Kegiatan Penyuluhan dan demplot pada tahap pembelajaran/transformasi kemampuan ini hanya dilakukan selama dua kali pada awal program pekarangan terpadu ini dilaksanakan, setelah itu semuanya dilakukan oleh petani sendiri.

Tahap ketiga ini merupakan tahan pengayaan atau peningkatan intelektualitas dan ketrampilan yang diperlukan supaya mereka membentuk kemampuan yang mandiri. Dari kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam program pekaranga terpadu ini selama pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, petani mengambil keputusan dan melakukan kegiatan di pekarangan sendiri, dengan modal sendiri dan tenaga sendiri melakukan kegiatan penataan pekarangan, pengembangan ternak dan ikan serta memilih tanaman yang akan ditanam di pekarangan sendiri. Penyuluh hanya melakukan kegiatan pembinaan pada saat penyuluhan rutin setiap bulannya dan pendampingan ketika mendatangi lahan petani.

Pemahaman petani mengenai program pekarangan terpadu dan petani yang melakukan kegiatan pengolahan pekarangan sendiri merupakan wujud kemandirian petani dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Hal ini sangat membantu pelaksanaan proses pemberdayaan masyarakat dalam program pekarangan terpadu seperti di ungkapkan oleh Mardikanto (2009), bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan dan meningkatkan memandirian masyarakat. Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung jawab (accountable) demi perbaikan kehidupan. Oleh karena itu, melalui partisipasi petani terhadap program pekarangan terpadu ini menjadi modal utama keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan petani Desa Sambirejo.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul meliputi kegiatan penyuluhan, penataan lahan pekarangan, pengembangan ternak di pekarangan, pengembangan ikan di pekarangan, dan budidaya tanaman pekarangan. Masyarakat petani paham bahwa kegiatan pemberdayaan ini merupakan kegiatan guna meningkatkan kemandirian petani serta membantu meningkatkan produktivitas serta pendapatan keluarga. Upaya meningkatkan kemandirian masyarakat petani melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan terpadu ini seperti yang diungkapkan oleh Sulistyani (2004) bahwa “tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Untuk menjadi mandiri perlu dukungan kemampuan berupa sumberdaya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumberdaya lainnya yang bersifat fisik material”. Sehingga masyarakat petani Desa Sambirejo mengetahui tujuan kegiatan pemberdayaan ini.

Kegiatan dalam peningkatan kemampuan petani sendiri meliputi kegiatan penataan lahan pekarangan dilakukan oleh petani pemilik pekarangan sendiri, dengan arahan dari penyuluh pada saat penyuluhan, sehingga petani melakukan penataan pekarangan sesuai keinginannya sendiri dengan memanfaatkan apa yang ada di lahan pekarangan miliknya. Selain itu kegiatan pengembangan ternak yang di budidayakan, dimana di pilih ternak yang mudah dalam pemeliharaannya, misalnya unggas, sapi dan kambing. Selain mudah pemeliharaannya, juga sangat bermanfaat bagi kehidupan petani baik untuk konsumsi keluarga, dijual ataupun kotorannnya yang berguna untuk tanah pertanian petani. Kegiatan pengembangan ternak di pekarangan dalam pemberdayaan ini dilakukan kegiatan pemeliharaan ternak yang bisa dimanfaatkan oleh petani, baik untuk konsumsi, dijual ataupun kotorannya seperti unggas, kambing atau sapi.

Pengembangan ikan lele merupakan jenis ikan yang paling banyak dibudidayakan karena mudah dalam pembudidayaannya dimana lele bisa hidup

di dalam lumpur atau air yang mengandung sedikit oksigen, sehingga lele bisa dipelihara di perairan yang kualitas airnya rendah sekalipun. Selain itu, makanan untuk lele juga sangat mudah, yaitu seperti jentik nyamuk, siput, cacing, larva, bahkan limbah rumah tangga. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Sunaryo (wawancara, 10 Maret 2010) sebaiknya dalam memilih tanaman pekarangan, petani memperhatikan hal-hal antara lain nilai gizi, umur tanaman, menghasilkan hasil yang tinggi, baik dalam pengaturan iklim, memilih jenis tanaman sesuai selera, serta budidaya jenis tanaman yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan.

3. PeningkatanProduktivitasLahanPekaranganDanPendapatan Petani

Dokumen terkait