• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat

3. Proses Pemberdayaan

Proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membantu masyarakat untuk mengembangkan

kemampuannya sendiri sehingga bebas dan mampu mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada masyarakat.

Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002:703), proses dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu atau rangkaian tindakan perbuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk.

Proses pemberdayaan masyarakat terdapat dua unsur kecenderungan yang pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses yang memberikan atau mengalihkan sebagai kekuatan, kekuasaan dan kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan yang pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua proses pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan memoivasi individu agar mempunyai kemampuan dan keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog (Pranarka, 1996:45).

Menurut Isbandi Rukminto Adi (2002:173), pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang akan berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja. Menurut Nanich Machendra dan Agus Ahmad Syafe’I

(2001:25), Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap:

a. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna dan tidak memberdayakan.

b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak memberdayakan.

c. Mengidentifikasi masalah.

d. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna.

e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan implementasi.

Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto (2013:125-126), hakikat pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Sosialisasi merupakan salah satubagian terpenting dalam proses pemberdayaan ini dilakukan guna menciptakan komunikasi dan dialog dengan masyarakat. Dalam proses tersebut masyarakat bersama-sama melakukan hal-hal berikut:

a. Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta peluang-peluangnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya. Pada tahap ini diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan. Proses ini meliputi:

1) Persiapan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melakukan pertemuan-pertemuan dan teknis pelaksanaannya. Menurut Isbandi (2012:179), bahwa pada tahap ini terdapat persiapan petugas, dan persiapan lapangan. Persiapan petugas ini diperlukan untuk menyamakan persepsi antar anggota sebagai pelaku perubahan. Sedangkan persiapan lapangan, untuk studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran. Tahap persiapan ini dilakukan sebelum memasuki suatu kelompok tertentu atau sebelum dimulainya perencanaan kegiatan. Tahap persiapan ini penting dilakukan untuk memperoleh kesepakatan dan menghindari gesekan, demi keberhasilan program kegiatan pemberdayaan yang akan dilakukan.

2) Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan; Pada tahap pengkajian ini, dilakukan dengan mengidentifikasi masalah ataupun kebutuhan dan juga sumber daya yang dimiliki masyarakat sasaran. Menurut Isbandi (2012:237-239), dalam proses mengkaji kebutuhan dan potensi wilayah terdapat lima modal yaitu modal manusia, modal fisik, modal sosial, modal finansial dan modal alam. Kelima modal diatas dijadikan roda penggerak

kehidupan dalam suatu masyarakat. Sehingga bila lima modal diatas dikelola dengan baik, maka kehidupan masyarakat pun akan berjalan dengan baik. Akan tetapi kelima modal tersebut dapat menjadi kelebihan atau kekurangan yang harus diperbaiki dan dikembangkan.

3) Pembahasan hasil dan penyusunan rencana tindak lanjut. Pada tahap ini, pelaku perubahan dapat memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya.

b. Menyusun rencana kegiatan kelompok, berdasarkan hasil kajian, meliputi;

1) Memprioritaskan dan menganalisa

masalah-masalah. Menurut Isbandi (2013: 139), dalam fase ini, masyarakat dan pemerintah setempat adalah kelompok utama dalam menganalisis pokok permasalahan yang akan atau sedang dibahas. Masyarakat dan pemerintah setempat merupakan yang melakukan perencanaan dalam memilih tindakan yang akan mereka lakukan.

2) Identifikasi alternative pemecahan masalah yang terbaik. Menurut Isbandi (2013: 177), setelah menganalisa masalah yang ada, kemudian pada fase ini membahas alternatif tindakan untuk pemecahan masalah yang dapat

mereka pilih guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses ini, biasanya masyarakat atau pemerintah setempat dapat mempengaruhi bentuk tindakan yang akan diterapkan, melalui proses diskusi.

3) Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk pemecahan masalah, dalam pemberdayaan selalu dikaitkan dengan suatu kebutuhan, dan harus juga di kaitkan dengan potensi.

4) Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasian pelaksanaannya. Menurut Isbandi (2012:183), dalam proses ini, petugas bertindak sebagai fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan kegiatan apa yang tepat untuk dilaksanakan pada saat itu. Program atau kegiatan yang akan dikembangkan tentunya harus sesuai dengan tujuan. Sedangkan, menurut Totok Mardikanto (2013:128), pengorganisasian pelaksanaannya yakni termasuk pemilihan pemimpin, pembagian peran, dan pengembangan jejaring kemitraan. c. Menerapkan rencana kegiatan kelompok: Rencana

yang telah disusun bersama dengan dukungan fasilitasi dari pendamping selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit dengan tetap memperhatikan realisasi dan rencana

awal. Menurut Isbandi (2012:184), bahwa pada tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial dalam proses pemberdayaan, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara pelaku perubahan dan warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga. Permasalahan yang terjadi baik dari dalam maupun luar akan menjadi penghambat proses pelaksanaan program ataupun kegiatan. Untuk menghindari adanya hambatan dalam pelaksanaan maka terlebih dahulu diadakannya sosialisasi. Menurut Totok Mardikanto (2013:125), sosialisasi merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi akan membantu meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait program yang telah direncanakan. d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus

menerus secara partisipatif (participatory monitoring and evaluation/PME). PME ini dilakukan secara mendalam pada semua tahapan pemberdayaan masyarakat agar porsesnya berjalan sesuai dengan tujuannya. PME adalah suatu proses penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan, baik prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat disusun proses perbaikan kalau diperlukan. Menurut Isbandi (2012:185), pada proses

pengawasan dan evaluasi ini sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga, karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini dapat membentuk sistem masyarakat yang lebih mandiri. Pada proses monitoring dan evaluasi ini diharapkan dapat memberikan umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun kegiatan.

Dokumen terkait