• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S."

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT SETU BABAKAN

BERBASIS BUDAYA BETAWI DAN KULINER OLEH UNIT PENGELOLA KAWASAN

PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI

SETU BABAKAN SRENGSENG SAWAH, JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

PUTRA WAHYU RHAMADHAN NIM 11160540000028

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H/2021 M

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT SETU BABAKAN

BERBASIS BUDAYA BETAWI DAN KULINER OLEH UNIT PENGELOLA KAWASAN

PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI

SETU BABAKAN SRENGSENG SAWAH, JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Putra Wahyu Rhamadhan 11160540000028

Pembimbing

Drs. Yusra Kilun, M.Pd. NIP. 197606172005011006

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Setu Babakan Berbasis Budaya Betawi Dan Kuliner Oleh Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan” telah diujikan munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juli 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 15 Juli 2021

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekertaris Sidang

Dr. Muhtadi, M.Si. Dr. Wahyunengsih, M. Pd. NIP. 197506012014111001 NIP. 198505202020122009

Penguji I Penguji II

Dr. Tantan Hermansah, M. Si WG. Pramita Ratnasari, M.Si NIP. 19760617200501100 NIP. 197602102003122202

Pembimbing

Drs. Yusra Kilun, M.Pd. NIP. 195706051991031004

(4)

LEMBAR PERNYATAAN Saya bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Putra Wahyu Rhamadhan

NIM : 11160540000028

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Setu Babakan Berbasis Budaya Betawi Dan Kuliner Oleh Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan” merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat gelar Sarjana Strata I (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Narasumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Juli 2021

(5)

ABSTRAK Putra Wahyu Rhamadhan

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Setu Babakan Berbasis Budaya Betawi Dan Kuliner Oleh Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

Perkampungan Budaya Betawi merupakan salah satu tempat yang mayoritas penduduknya beretnis Betawi yaitu salah satu etnis yang ada dan diakui di Kota Jakarta. Seiring perkembangan zaman Perkampungan Budaya Betawi yang tadinya hanya sebagai tempat tinggal bagi penduduk beretnis Betawi berubah fungsi tidak hanya sebagai pemukiman saja akan tetapi juga sebagai sarana Pelestarian dan Pengembangan Budaya, informasi, penelitian, serta parawisata.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan; (2) Apa saja hasil yang diperoleh para pengrajin makanan dan minuman khas Betawi;. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi adalah pemberdayaan ekonomi pada subyek pengrajin makanan dan minuman khas Betawi yang berada di wilayah tersebut, dengan beberapa proses yang dilakukan, seperti: (1) Mengidentifikasi Potensi Wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan guna mengetahui pontensi masyarakat khususnya di bidang ekonomi; (2) Menyusun Rencana Kegiatan Program, yang terdiri dari pembinaan sebagai bentuk pemberdayaan dan workshop pertunjukkan untuk membekali para pengrajin agar lebih kreatif dan mandiri dalam mengembangkan usahanya; (3) Implementasi Kegiatan Program UPK Setu Babakan; (4) Monitoring dan evaluasi. Hasil dari proses yang dilakukan oleh Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi dalam program

(6)

pemberdayaan ini menuai hasil, seperti: (1) ekonomi, dimana dari program ini membuat pendapatan dan pengembangan usahanya meningkat; (2) ilmu pengetahuan, dengan adanya kegitan workshop pertunjukkan membuat para pengrajin mendapatkan ilmu pengetahuan baru baik dari pemateri atau belajar secara masing- masing.

Kata kunci : Proses, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Budaya Betawi dan Kuliner

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji syukur penulis ucapkan atas segala nikmat dan karunia yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan. Dengan rahmat-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan tugas akhir yaitu skripsi dengan judul “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Setu Babakan Berbasis Budaya Betawi dan Kuliner Setu Babakan, Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta Selatan Oleh Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi”, skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Strata satu (S-1) di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alihi Wassalam, juga kepada keluarga dan para sahabatnya dan semoga kita termasuk ke dalam umat Nabi Muhammad yang Allah izinkan untuk berkumpul bersama kelak di Syurga-Nya.

Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti mengucapkan terimakasih banyak atas saran, dorongan dan bimbingan, serta kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian dan penulisan hasil skripsi ini, sebagaimana nama-nama tercantum di bawah ini:

1. Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

2. Suparto, M.Ed., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., BSW, MSW., sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dr. Sihabudin Noor, M.Ag., sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi. Cecep Sastra Wijaya, MA., sebagai Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Muhtadi, M.S.i., Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi. WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si., Sekretaris Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Yusra Kilun, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan dengan sangat baik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Dr. Muhtadi, M.S.i, Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi masukan dan saran dari awal sampai dengan akhir perkuliahan.

6. Seluruh dosen yang telah mengajarkan banyak hal kepada peneliti selama menjalankan perkuliahan; Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, M A., Dr. Tantan Hermansah, M.Si., Nurul Hidayati, S.Ag., M.Pd., Wati

(9)

Nilamsari, M.Si., Rosita Tandos, M.ComDev., Ph.D., M. Hudri, M.Ag. Dicky Andika, M.Si beserta seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan ilmunya selama perkuliahan

7. Kedua orang tua tercinta penulis Bapak Mabariyanto dan Ibu Hayati yang tidak pernah berhenti selalu mendoakan, Abdul Latif, S.Hut., Evi Tri Mardianti dan Abdul Hadi kakak-kakakku yang selalu memberi dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian karya ilmiah ini.

8. Teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2016, kakak kelas maupun adik kelas. Terimakasih atas doa dan dukungannya. 9. Terkhusus kawan-kawanku seperjuangan, Taufik

Hidayatullah, Yoga Faisal A, Nurmuzam, Nanang Fathurrohman Afrizal Al Kamil, Muh Rohim, Eki Risky Juniar, Reza Rudiana A, Misbahul Hilmi, Noval Fahrizal A dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya, yang selalu memberikan hal-hal baik kepada penulis

10. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis sangat menyadari bahwa laporan dari penelitian ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu peneliti sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak

(10)

yang bersifat membangun guna melengkapi kekurangan dari penelitian ini, agar peneliti dapat memperbaiki isi hasil skripsi, sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ciputat, 09 juli 2021

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

1. Pembatasan Masalah ... 7

2. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian... 9

E. Metodelogi Penelitian ... 10

1. Pendekatan Penelitian... 10

2. Macam dan Sumber Data ... 11

3. Teknik Pengumpulan Data ... 11

4. Teknik Analisa Data ... 15

F. Tinjauan Pustaka ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II LANDASAN TEORI ... 22

A. Pemberdayaan Masyarakat ... 22

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 22

(12)

3. Proses Pemberdayaan ... 29

4. Indikator Keberdayaan ... 36

B. Pemberdayaan Ekonomi ... 38

1. Definisi Ekonomi ... 38

2. Definisi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 40

BAB III PROFIL PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN ... 42

A. Latar Belakang dan Sejarah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ... 42

B. Proses Setu Babakan Menjadi Cagar Budaya Betawi ... 46

C. Pengembangan Kelembagaan Pengelola ... 49

D. Visi dan Misi ... 52

E. Letak Geografis ... 52

BAB IV HASIL TEMUAN PENELITIAN ... 54

A. Proses Pemberdayaan Ekonomi Yang Dilakukan Oleh UPK Setu Babakan ... 54

1. Mengidentifikasi Potensi Wilayah ... 54

2. Menyusun Rencana Kegiatan Program... 59

3. Implementasi Kegiatan Program ... 67

4. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Program ... 70

B. Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh UPK Setu Babakan 71 1. Memiliki Kemandirian Dalam Segi Pengetahuan dan Pengalaman Berjualan ... 71

2. Peningkatan Ekonomi ... 73

BAB V PEMBAHASAN ... 75

A. Proses Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Yang Dilakukan Oleh UPK Setu Babakan ... 75

1. Mengidentifikasi Potensi Wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ... 75

(13)

2. Menyusun Rencana Kegiatan Program... 78

3. Implementasi Kegiatan Program UPK Setu Babakan ... 82

4. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Program Pembinaan dan Wokshop Pertunjukan ... 86

B. Hasil Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Yang Dilakukan Oleh UPK Setu Babakan ... 88

1. Kebebasan Mobilitas ... 89

2. Kemampuan Membeli Komoditas Kecil ... 90

3. Kemampuan Membeli Komoditas Besar ... 91

BAB VI PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar3.1 Keadaan Kondisi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

(15)

DAFTAR TABEL Tebel 1.1 Informasi Informan

Tabel 5.1 Penghasilan Sebelum dan Sesudah Mengikuti Pembinaan

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Suatu kota pasti memiliki ciri khas tersendiri melalui kebudayaannya, mulai dari bahasa, sistem keagamaan, mata pencaharian, pendidikan, teknologi dan sebagainya. Kota Jakarta terkenal dengan masyarakat yang menyebut dirinya sebagai orang Betawi atau orang Jakarta asli.

Betawi adalah suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta, dan wilayah sekitarnya yang termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini biasa disebut pula dengan orang Betawi, Melayu Betawi, atau orang Jakarta, atau Jakarte menurut logat setempat (Junus, M & Melalatoa, 1995:160). Suku Betawi tidak hanya berdiam di Kota Jakarta, tetapi ada juga yang tinggal di pinggiran kota seperti di daerah Jawa Barat.

Orang Betawi yang berdiam di kota Jakarta memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang. Sejak lebih dari 400 tahun yang lalu, masyarakat Betawi yang kemudian menjadi masyarakat seperti yang dikenal sekarang merupakan hasil asimilasi (Junus, M & Melalatoa, 1995:160).

Betawi merupakan hasil dari pembauran banyak unsur budaya, berbagai bangsa dan suku bangsa di Indonesia. Etnis Betawi adalah salah satu etnis yang ada dan diakui di Kota Jakarta. Kota Jakarta sebagai kota heterogen dengan berbagai suku yang di dalamnya termasuk Betawi, Jawa, Sunda, Bali, Batak dan berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia. Begitu

(17)

juga masyarakat keturunan Cina, Arab, dan India menetap di Jakarta, masyarakat mancanegara yang hidup di Jakarta akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakatnya hingga saat ini. Ini terjadi sejak abad ke-17 dan diakui sejak abad ke-19 sebagai kelompok etnis yang berbeda dengan etnis lainnya yang ada di Batavia (Mutiara Khusnul Chotimah, 2007:2).

Pertumbuhan dan perkembangan wilayah-wilayah urban di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat siginifikan. Hal tersebut menjadikan wilayah-wilayah urban di Indonesia sangat heterogen serta mengalami berbagai tantangan tersendiri dalam kehidupan. Salah satu tantangan dan menjadi permasalahan dalam kemajuan tersebut adalah mulai tergerusnya lingkungan kebudayaan masyarakat lokal yang ada di wilayah urban. Hal tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah dan elemen masyarakat secara keseluruhan, untuk ikut andil dalam menanggapi perkembangan dan kemajuan suatu daerah.

Dalam Al-Qur‘an Surah Ar-Rum Ayat 41 dijelaskan bahwa:

ِساَّنلا يِدْيَأ ْتَبَسَك اَمِب ِر ْحَبْلا َو ِّرَبْلا يِف ُداَسَفْلا َرَهَظ َنوُع ِج ْرَي ْمُهَّلَعَل اوُل ِمَع يِذَّلا َض ْعَب ْمُهَقيِذُيِل

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS. Ar-Rum, 30:41).

(18)

Pada surah Ar-Rum, ayat 41 telah dijelaskan bahwa kerusakan yang terjadi di muka bumi disebabkan oleh ulah perbuatan manusia sendiri. Kerusakan tersebut juga dapat terjadi di lingkungan sosial budaya, yang sering melanda wilayah- wilayah urban di Indonesia.

Upaya dalam melestarikan bangunan dan lingkungan kebudayaan pada wilayah-wilayah urban di Indonesia harus diusahakan dalam rangka menjawab tantangan dan permasalahan yang sedang dihadapi oleh wilayah urban di Indonesia. Perhatian pemerintah dan masyarakat secara umum menjadi penting dalam melaksanakan pelestarian bangunan dan lingkungan cagar budaya di wilayah-wilayah urban di Indonesia (Try Ananda Rahman, 2017).

Upaya untuk melestarikan lingkungan kebudayaan terdapat pada Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Perkampungan Budaya betawi Setu Babakan merupakan embrio pusat kebudayaan betawi tempat tumbuh dan berkembangnya keasrian alam, tradisi, betawi yang meliputi : keagamaan, kebudayaan dan kesenian (www.setubabakan.com, 2020).

Perda No. 3, 2005 tentang pembangunan Perkampungan Budaya Betawi diarahkan untuk kelestarian budaya Betawi, keserasian bangunan dan lingkungan yang mencerminkan ciri khas budaya betawi. Pemanfaatan dan pengembangan Perkampungan Budaya Betawi diarahkan pada pemanfaatan dan pengembangan budaya, rumah tinggal, pendidikan, industri

(19)

rumah tangga, pertanian, perikanan, perternakan dan obyek wisata.

Pada dasarnya Perkampungan Budaya Betawi ini merupakan salah satu objek wisata kebudayaan yang ada di tengah kota yang di dalamnya terdapat keunikan seperti banyak para pelaku usaha dan pengrajin khas Betawi yang sekarang sudah mulai jarang di jumpai.

Makanan dan minuman khas betawi yang sudah jarang di temui di berbagai wilayah di Jakarta dapat di temui di Perkampungan Betawi Setu Babakan ini. Di daerah perkampungan ini masih banyak di dapatkan pada pelaku usaha dan pengrajin kuliner khas Betawi. Seperti para pelaku usaha yang menjual Bir Pletok, Kerak Telor, Dodol Betawi, dan Kue Kambang Goyang.

Jika dilihat dari sejarahnya makanan dan minuman khas Betawi ini memang sedikit mengadopsi makanan dan minuman dari zaman Belanda seperti bir pletok. Sejarah bir pletok berawal dari zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu beberapa kalangan masyarakat lokal yang sudah membaur dengan bangsa Belanda sering diundang pesta untuk minum bir bersama orang Belanda. Akan tetapi, mayoritas etnis Betawi yang beragama Islam tidak meminum minuman beralkohol yang di haramkan oleh agama.

Saat perayaan itulah orang Betawi yang melihat wine, ingin membuat minuman serupa. Karena dilarang oleh agama untuk minum-minuman beralkohol, orang Betawi akhirnya membuat minuman yang terbuat dari lada, jahe, dan kulit kayu

(20)

secang sebagai pewarna alami untuk membuat minuman ini berwarna merah (http://panganpendia.com, 2020) .

Sedangkan makanan khas Betawi lainnya yang sering di jumpai di Perkampungan Budaya Setu Babakan yaitu kerak telor. Kerak telor sudah ada pada masa zaman penjajahan Belanda. Dulu masyarakat Betawi tidak sengaja menciptakan kerak telor. Kerak telor tercipta dari hasi coba-coba membuat beragam makanan dengan memanfaatkan banyaknya buah kelapa pada saat itu.

Pada tahun 1970an, masyarakat Betawi mulai memberanikan diri menjajakan kerak telor di pasaran (m.fimela.com, 2019). Tidak disangka banyak yang menyukai makanan, yang bahan-bahannya terdiri dari beras ketan putih, cabe merah, kencur, jahe, garam, merica bubuk, kelapa muda parut, telur ayam/telur bebek, ebi, dan bawang merah goreng.

Selain kerak telor dan bir pletok masih ada beberapa makanan khas Betawi yang sudah jarang di temui, yaitu dodol betawi. Makanan khas Betawi yang satu ini sering dihidangkan pada setiap acara masyarakat Betawi seperti hajatan hingga upacara keagamaan. Makanan ini masih bisa ditemui di sekitar Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Dilihat dari pembuatan dodol, ternyata tersirat makna sosial, karena begitu sulit dalam membuat dodol maka semangat gotong royong, keriangan dan semangat persaudaraan diperlukan dalam pembuatannya (http://kebudayaan.kemdikbut.go.id, 2018).

(21)

Selanjutnya kue kambang goyang, kue yang menjadi suguhan khas masyarakat Betawi dan biasa disajikan pada saat hari Raya Idul Fitri dan acara-acara hajatan ini menjadi salah satu kue tradisional nusantara yang disajikan untuk tamu yang bersilaturahmi karena memiliki rasa yang renyah dan gurih. Kue kering ini disebut kembang goyang karena ketika di goreng cetakan digoyang-goyangkan di atas minyak panas.

Bahan-bahan yang padat digunakan untuk membuat kue kembang goyang ini cukup mudah didapatkan, diantaranya telur ayam, gula pasir, tepung beras, tepung sagu, santan, kelapa, wijen putih, dan minyak goreng (http://jakarta-tourism.go.id, 2018). Di Setu Babakan ada beberapa pengrajin makanan khas Betawi seperti dodol betawi, kerak telor, bir pletok, dan sebagainya. Para pengrajin ini adalah masyarakat sekitar yang tinggal di daerah Setu Babakan.

Penjelasan di atas ialah bagaimana potensi pengrajin lokal yang dapat dikembangkan sebagaimana mestinya. Seprti diketahui bahwa para pelaku usaha dan pengrajin kuliner khas Betawi yang sudah sangat jarang ditemui. Hal ini menjadi masalah pengembangan potensi lokal yang harus dilestarikan keberadaannya untuk mengangkat perekonomian masyarakat Setu Babakan. Konsep pelestarian ini sudah ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

Tradisi budaya lokal merupakan bagian penting dalam menanamkan rasa bermasyarakat dan membantu memberikan rasa identitas kepada mereka. Oleh karnanya proses

(22)

pengembangan masyarakat berupaya mengidentifikasi elemen-elemen penting dari budaya lokal dan melestarikannya (Jim Ife Frank Tesoriero, 2006:449).

Uraiain di atas mendorong penulis untuk menulis skripsi yang berjudul: “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Setu Babakan Berbasis Budaya Kuliner Betawi Oleh Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan” B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang di kemukakan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Mulai tergerusnya lingkungan kebudayaan masyarakat lokal yang ada di wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dan lemahnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan kebudayaan.

2. Terdapat banyak para pelaku usaha dan pengrajin khas Betawi yang sekarang sudah mulai jarang di jumpai.

3. Potensi pengrajin makanan khas lokal yang dapat dikembangkan sebagaimana mestinya.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi untuk mengkaji proses pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu

(23)

Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Hal tersebut disebabkan karena adanya masalah pada tingkat ekonomi masyarakat di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti dapat merumuskan masalah, sebagai berikut:

a. Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi masyarakat Setu Babakan yang dilakukan oleh unit pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan?

b. Bagaimana hasil dari Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh unit pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Mengacu pada pembatasan dan perumusan masalah sebagaimana yang sudah di kemukakan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaam ekonomi masyarakat Setu Babakan yang dilakukan oleh Unit Penelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi b. Untuk mengetahui bagaimana hasil dari proses

pemberdayaan ekonomi masyarakat Setu Babakan oleh Unit Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

(24)

2. Manfaat Penelitian

Manfaat pada penelitian ini secara teoritis yaitu menambah khazanah ilmu dakwah, khususnya yang berkaitan dengan unsur-unsur masyarakat islam. Adapun secara praktis penelitian ini yaitu:

a. Manfaat Akademik

1.) Penelitian ini sebagai salah satu persyaratan meperoleh gelar sarjana (SI) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.) Untuk menambah wawasan bagi peneliti khususnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat malaui kebudayaan pada Perkampungan Betawi Setu Babakan.

3.) Menambah khazanah keilmuan, khususnya pada model penelitian dan objek penelitian mahasiswa jurusan Pengembangan Masayarakat Islam. Disamping itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan dan mengembangkan teori-teori dalam pemberdayaan berbasis kebudayaan.

b. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instasi atau lembaga yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat, dan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola Setu Babakan dalam rangka meningkatkan keterlibatan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian budaya Betawi.

(25)

E. Metodelogi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian pada dasarnya rangkaian kegiatan atau proses mengungkapkan fenomena yang belum diketahui dengan menggunakan metode yang sistematik dan terarah. Sedangkan metode penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud, sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja, yaitu cara kerja untuk mendapatkan informasi atau data.

Pendekatan kualitatif bersifat fleksibel atau tidak kaku mengikuti perkembangan yang ada. Penggunaan pendekataan kualitatif ini mempunyai beberapa karakteristik yakni salah satunya bersifat fleksibel, tidak terpaku pada konsep, fokus pada tekhnik pengumpulan data yang direncanakan pada awal penelitian tetapi dapat berubah di lapangan mengikuti dan menyesuaikan di lapangan dan mengikuti situasi dan perkembangan penelitian (M. Djunaidi Ghony dan Fauzan almansyur, 2012:81).

Penulis menggunakan pendekatan lapangan, yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok dan masyarakat. Penelitian ini mempunyai ciri sifat yang mendalam tentang suatu unit sosial tertentu (Suryana, 2010:14).

(26)

Dengan pendekatan ini, peneliti bisa mengetahui lebih mendalam mengenai sejauh mana pengelola Perkampungan Betawi Setu Babakan dalam melestarikan pelaku usaha dan pengrajin khas Betawi dalam upaya pemberdayaan masyarakat sekitar.

2. Macam dan Sumber Data a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari narasumber yang diteliti dengan cara wawancara mendalam. Narasumber dalam penelitian ini yaitu wawancara dengan Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, pegiat pelestarian budaya di Setu Babakan, dan para pelaku usaha dan pengrajin khas Betawi di Setu Babakan

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data diperoleh dari dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini seperti buku-buku, catatan dan transkrip serta dokumen yang lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan beberapa tahap, yaitu:

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan

(27)

teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. (Suryana, 2010:126). Semua hasil temuan dari observasi akan penulis lihat sebagai bahan perbandingan dengan hasil yang diperoleh dari proses wawancara tersebut.

b. Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden/narasumber yang lebih mendalam. Mengenai pembuatan wawancara disini, peneliti menggunakan wawancara terbuka dan dilakukan dengan cara sistematis artinya bahwa menggunakan unsur pertanyaan 5W+1H.

Tabel 1.1 Informan No Nama Informan Status Informan Informansi

yang di cari Metode

1. Bapak Buchori Pihak Unit Pengelola Kawasan Setu Babakan Gambaran wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dan Data Sekunder

(28)

No Nama Informan

Status Informan

Informansi

yang di cari Metode sejarah 2. Bapak Udin Pengrajin dodol binaan UPK Setu Babakan Hasil yang didapatkan setelah mengikuti program kegiatan Bersama UPK Setu Babakan Wawancara dan dokumentasi 3. Ibu Sumarni Pengrajin laksa binaan UPK Setu Babakan Hasil yang didapatkan setelah mengikuti program kegiatan Bersama UPK Setu Babakan Wawancara dan dokumentasi 4. Bapak Hafidz Pengrajin es selendang mayang binaan UPK Setu Babakan Hasil yang didapatkan setelah mengikuti program kegiatan Bersama UPK Wawancara dan dokumentasi

(29)

No Nama Informan

Status Informan

Informansi

yang di cari Metode Setu Babakan 5. Ibu Uyun Pengrajin kue kembang goyang binaan UPK Setu Babakan Hasil yang didapatkan setelah mengikuti program kegiatan Bersama UPK Setu Babakan Wawancara dan dokumentasi

Sumber: Data Wawancara Penulis

c. Studi Dokumensi

Menurut Sugiyono (2010:82), studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian juga akan kredibel apabila didukung oleh fotofoto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Metode studi dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat dan menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek tersebut. Peneliti dalam hal ini mencari data baik yang tertulis di buku, jurnal, laporan dan yang lainnya dengan cara mempelajari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian. Adapun sumber dokumentasi

(30)

dalam penelitian penulis kali ini adalah foto-foto kegiatan unit penggelola kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dan foto-foto kegiatan pribadi.

4. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah menelaah suatu data yang tersedia dari berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh dari pengamatan penulis secara langsung di lapangan.

Dalam teknik analisis data, penulis menggunakan pendekatan analisis model Miles dan Huberman, yang didalamnya membahas tentang: pertama, reduksi data ialah pengumpulan data, memfokuskan, serta memilah dan memilih data mana saja yang dibutuhkan. Kedua, model data yaitu suatu proses pengumpulan data yang tersusun sesuai kriterianya masing-masing. Ketiga, penarikan kesimpulan merupakan langkah akhir pada sebuah kegiatan penelitian, dimana isinya berisikan tentang ringkasan semua data yang diperoleh sehingga muncul sebuah manfaat dan saran untuk kedepannya (Emzir, 2012:129-133).

5. Teknik Validitas Keabsahan Data

Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan triagulasi pendekatan dengan kemungkinan melakukan terobosan metodelogi terhadap masalah-masalah tertentu seperti apa yang dikemukakan oleh Burgess dalam buku Bungin. Penelitian kualitatif menghadapipersoalan penting mengenai pengujian keabsahan data hasil penelitian.

(31)

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal; (1) subjektifitas peneliti (2) alat penelitan yang digunakan (3) sumber data kualitatif. salah satu cara paling mudah dalam uji keabsahan data hasil penelitian adalah dengan melakukan triagulasi peneliti, metode, teori dan sumber data (Bungin, 2010:249). Dalam hal ini peneliti akan menggunakan salah satu atau bahkan tiga cara untuk menguji keabsahan data tergantung pada hasil temuan dilapangan.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017” yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan buku ceqda.

7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Penulis menetapkan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa kondisi objektif penelitian yang merupakan salah satu lokasi strategis untuk dijadikan penelitian bagi penulis. Penulis yakin bahwa pihak pengelola memiliki data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini. Masa waktu penelitian

(32)

dilaksanakan selama tiga bulan yang dimulai dari pertengahan bulan Maret 2020 sampai dengan selesai.

F. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis melakukan peninjauan terhadap skripsi terdahulu yang memiliki kesamaan dan berkaitan dengan penelitian yang akan ditulis, sehingga penulis dapat membandingkan dengan tema yang akan ditulis.

Pertama skripsi berjudul “Arahan Pelestarian Kampung Budaya di Kota Surabaya” yang ditulis oleh Yasser Basuwendro (2016). Saudara Yasser Basuwendro dalam skripsinya menjelaskan mengenai pelestarian kebudayaan dan peningkatan menejemen pengelolaan sehingga dapat membantu pelestarian kesenian tradisional. Perbedaan dengan pembahasan skripsi yang penulis teliti yaitu penulis lebih berfokus kepada proses pemberdayaan masyarakat dalam konteks kebudayaan yang dilakukan oleh pengelola.

Kedua skripsi berjudul “Modal Sosial Masyarakat Betawi di Cagar Budaya Setu Babakan Jakarta Selatan Dalam Pelestarian Budaya Betawi” yang ditulis Sukiyanto (2018). Pada skripsinya saudara Sukiyanto menganalisa bagaimana peran modal sosial dalam melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi di Cagar Budaya Setu Babakan. Dengan pendekatan penelitian kualitatif, penelitiannya ini akan mencoba mendeskripsikan peran konsep Kepercayaan, Jaringan, dan Norma sebagai modal sosial dalam melestarikan budaya Betawi di Cagar Budaya Setu Babakan, serta melihat manfaat dari Cagar Budaya Setu Babakan.

(33)

Ketiga skripsi berrjudul “Partisipasi Masyarakat Pendatang Dalam Melestarikan Rumah Tradisional Betawi (Studi Deskriptif pada Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah)” yang ditulis Diah Novarida (2015). Pada skripsinya saudari Diah Novarinda menjelaskan tentang partisipasi masyarakat pendatang dalam melestarikan rumah tradisional Betawi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan selama tujuh bulan. Teknik yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Populasi penelitianya adalah masyarakat RW 008 Kelurahan Srengseng Sawah dan sampelnya sebanyak 20 orang wargapendatang ditambah empat orang dari pihak pemerintah desa. Sampel dipilih secara acak dengan menggunakan teknik snowball sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat pendatangberada pada tingkatan paling bawah. Bentuk partisipasi ketersediaan dalam menerima bantuan ornamen bercirikan Betawi.

Keempat skripsi berjudul “Arahan Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Cagar Budaya Koyabaru Di Yogyakarta” yang ditulis oleh Try Ananda Rachman (2017). Pada skripsinya saudari Try Ananda Rachman menjelaskan, Partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian warisan budaya merupakan salah satu prioritas yang harus tercapai dalam setiap kegiatan pemanfaatan benda cagar budaya yang berwawasan

(34)

pelestarian. Upaya pelestarian yang dilakukan haruslah berdampak pada meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan bangunan benda cagar budaya sehingga masyarakat nanti yang akan lebih berperan serta. Dalam penelitiannya ini saudari Try Ananda Rachman menggunakan berbagai tinjauan teori yang berkaitan dengan kriteri kawasan cagar budaya, bentuk partisipasi masyarakat dan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. Sedangkan untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan tiga analisa yaitu adalah matrix atau tabulasi silang antar faktor dengan bentuk pelestarian partisipasi masyarakat, penentuan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat melalui analisa delphi dan perumusan arahan bentuk partisipasi masyarakat dalam pelestarian cagar budaya Kotabaru di Yogyakarta melalui analisa triangulasi.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bab pertama yang berisi jawaban apa dan mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Bagian ini memberikan gambaran mengenai topik penelitian yang hendak disajikan. Oleh karena itu, pada bab pendahuluan ini memuat beberapa bagian yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

(35)

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan teoritis adalah penegasan landasan teori dari isi penelitian yang meliputi; Peran, Kampung Budaya Betawi, Pengertian Pemberdayaan.

BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Gambaran umum penelitian membahas tentang informasi dari objek penelitian yang meliputi Profil Umum Sejarah Perkampungan Betawi Setu Babakan, mulai dari letak geografis, dan gambaran umum mengenai demografis, dsb. BAB IV ANALISIS DATA

Analisis data adalah bentuk pengolahan data menjadi informasi sehingga karakteristik data bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan. Analisis data dalam penelitian ini membahas tentang sejauh mana peran Kampung Budaya Betawi Setu Babakan dalam melestarikan pelaku usaha dan pengrajin khas betawi bagi pemberdayaan masyarakat setempat.

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas analisis dari temuan lapangan di Bab IV yang di kaitkan dengan teori. BAB VI PENUTUP

Penutup merupakan bagian akhir dari penelitian yang telah dibuat yaitu meliputi Kesimpulan dan Saran.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka yaitu suatu daftar yang berisi semua sumber bacaan atau rujukan yang digunakan sebagai bahan acuan dalam penulisan karya ilmiah.

LAMPIRAN

Lampiran adalah berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan dalam penulisan hasil-hasilnya menjadi suatu karya tulis ilmiah, dan analisis data menjadi suatu karya tulis ilmiah, dan analisis data yang tidak dicantumkan dalam naskah. Setiap lampiran diberi nomor urut.

(37)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan berasal dari kata power yang berati kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memugkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan Yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas (Lili Bariadi, dkk, 53).

Pemberdayaan atau pengembangan juga menciptakan kondisi semua orang (yang lemah) dapat menyumbangkan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuannya, Kartasasmita menyatakan bahwa keberdayaan dalam konteks

masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberadaan masyarakat yang bersangkutan (Lili Bariadi, dkk, 54).

Menurut Isbandi Rukminto Adi Pemberdayaan merupakan proses pengembangan dari keadaan kurang berdaya sampai mempunyai daya untuk mencapai kehidupan yang layak. Pemberdayaan semestinya konsen terhadap individu, kelompok, atau komunitas yang berusaha dalam mengontrol kehidupan diri sendiri dan membentuk dasa depan yang layak. Pemberdayaan juga

(38)

dimaknai proses yang relatif terus berjalan untuk peningkatan kualitas hidup (Isbandi Rukminto Adi, 2001:32).

Menurut (Edi Suharto 2005:60), Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, yang menunjuk pada kemampuan orang atau hasil yang ingin dicapai yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara fisik, ekonomi maupun sosial seperti berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam pelaksanaan tugas- tugas kehidupannya. Menurut (Rofik A.dkk 2005:33), Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan dalam mencapai penguatan diri guna meraih keinginan yang dicapai. Pemberdayaan akan melahirkan kemandirian, baik kemandirian berfikir, sikap, dan tindakan yang bermuara pada pencapaian harapan hidup yang akan lebih baik.

Menurut (Edi Suharto 2005:59-60), Dengan demikian pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

(39)

memberdayakan masyarakat lapis bawah sehingga mereka memiliki berbagai pilihan nyata menyangkut masa depannya. Masyarakat lapis bawah umumnya terdiri atas orang-orang lemah, tidak berdaya dan miskin karena tidak memiliki sumber daya atau tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol sarana produksi. Mereka umumnya terdiri atas buruh, petani, penggarap, petani berlahan kecil, para nelayan, masyarakat hutan, kalangan pengangguran, orang cacat, dan orang-orang yang dibuat marginal karena usia, keadaan, gender, ras, dan etnis (Zubaedi, 2013:4).

Dari pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa yang dimaksud pemberdayaan adalah sebuah gerakan penguatan sosial agar masyarakat tadinya lemah, baik dalam bidang sosial, ekonomi serta politik, diberdayakan sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat tersebut dan meningkatkan potensi yang mereka miliki dan guna membangun serta menentukan tindakan berdasarkan keinginan mereka secara mandiri melalui strategi dan pendekatan tertentu yang menjamin keberhasilan hakiki dalam bentuk kemandirian.

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuatan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu

(40)

masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat memiliki kekuasaan dan mempunyai pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, maupun menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses (Edi Suharto, 2005:59-60)

Berbeda dengan pendapat tersebut. Pranarka dan Muljarto (dalam Anwas 2013:50), pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara dan tata nilai dalam aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab dan lain sebagainya. Pranarka (dalam Sumodiningrat, 1999) menyampaikan, pemberdayaan sebenarnya merupakan khas Indonesia dari pada Barat. Pemberdayaan adalah memberi energi agar yang bersangkutan mampu untuk bergerak secara mandiri. Dapat dipahami bahwa untuk konteks Barat, apa yang disebut empowerment lebih merupakan pemberian kekuasaan dari pada pemberian daya. Sedangkan dalam kenteks Indonesia apa yang disebut dengan pemberdayaan merupakan suatu usaha untuk memberikan daya atau meningkatkan daya.

(41)

Pada dasarnya Islam adalah agama pemberdayaan. Dalam konteks Indonesia, masyarakat Islam sebagai penghuni mayoritas bangsa masih terlalu jauh dari segala keunggulan bila dibandingkan dengan sesama umat manusia di negara-negara lain. Istilah pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah asing empowerment. Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan. Dalam pengertian lain, pengembangan atau pemberdayaan sumberdaya manusia adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarati masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Proses pengembangan atau pemberdayaan pada akhirnya akan menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat yang dapat memajukan pilihan-pilihan.

Berdasrkan pemaparan di atas, pemberdayaan ialah suatu proses aktif antara motivator, fasilitator dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai sistem sumber daya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Edi Suharto (2005:60), tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki

(42)

ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). Guna melengkapi pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui konsep mengenai kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya. Adapun beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau ketidakberdayaan, yaitu:

a. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender, maupun etnis.

b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak- anak dan remaja, penyandang cacat, gay dan lesbi, serta masyarakat yang terasing.

c. Kelompok lemah secara personal, yaitu mereka yang mengalami masalah pribadi dan/keluarga.

Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami deskriminasi dalam suatu masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi yang rendah, kelompok minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat, adalah orang-orang yang mengalami tidak berdayaan. Keadaaan dan perilaku mereka yang berbeda dari kebanyakan masyarakat pada umunya sering kali dipandang sebagai sebuah penyimpangan. Kerap kali mereka tidak dihargai dan sering kali dianggap sebagai orang yang malas, lemah, yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Padahal tidak berdayaan mereka sering kali diakibatkan oleh adanya ke kurang adilan dan diskriminasi

(43)

dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.

Menurut Gunawan Sumodiningrat (1998:7-8), untuk mencapai tujuan pemberdayaan ekonomi masyarakat, terdapat pilihan kebijakan yang dilaksanakan dalam beberapa langkah strategi yang di kemukakan oleh Gunawan Sumodiningrat, ialah:

a. Untuk memberikan peluang atau akses yang lebih besar pada akses produksi. Sehingga mampu meningkatkan produksi, pendapatan, dan menciptakan tabungan yang dapat pemupukan modal serta berkesinambungan.

b. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat yang dibantu dengan sarana dan prasarana penghubung yang mampu memperlancar pemasaran produksi. Membangun kesetiakawanan dan rasa kesamaan sehingga menciptakan rasa percaya diri dan harga diri dalam menghadapi kebutuhan ekonomi serta meningkatkan kesadaran, kemampuan dan tanggung jawab, bahwa kemenangan dalam pergelutan perdagangan bebas tidak akan tercapai tanpa adanya rasa kebersamaan dan kesatuan.

c. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam upaya menigkatkan kualitas sumber daya manusia. Selain pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan dan pelatihan, kesehatan berperan besar dalam menentukan produktivitas.

(44)

d. Kebijakan pengembangan industri harus mengarah pada penguatan industri rakyat yang terkait dengan industri besar. Proses industrialisasi mengarah kedaerah pedesaan dengan memanfaatkan potensi setempat yang umumnya daerah industri.

e. Kebijakan ketenagakerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga kerja mandiri sebagai cikal bakal lapisan wirausaha baru, yang berkembang menjadi wirausaha kecil dan menengah yang kuat dan saling menunjang.

f. Pemerataan pembangunan antar daerah, karena perekonmian yang tersebar di seluruh penjuru tanah air.

Pemberdayaan masyarakat juga bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Pemberdayaan masyarakat disebut sebagai tujuan, yakni pemberdayaan menunjuk pada keadaan yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik bersifak fisik, ekonomi, maupun social seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

3. Proses Pemberdayaan

Proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membantu masyarakat untuk mengembangkan

(45)

kemampuannya sendiri sehingga bebas dan mampu mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada masyarakat.

Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002:703), proses dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu atau rangkaian tindakan perbuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk.

Proses pemberdayaan masyarakat terdapat dua unsur kecenderungan yang pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses yang memberikan atau mengalihkan sebagai kekuatan, kekuasaan dan kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan yang pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua proses pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan memoivasi individu agar mempunyai kemampuan dan keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog (Pranarka, 1996:45).

Menurut Isbandi Rukminto Adi (2002:173), pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang akan berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja. Menurut Nanich Machendra dan Agus Ahmad Syafe’I

(46)

(2001:25), Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap:

a. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna dan tidak memberdayakan.

b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak memberdayakan.

c. Mengidentifikasi masalah.

d. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna.

e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan implementasi.

Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto (2013:125-126), hakikat pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Sosialisasi merupakan salah satubagian terpenting dalam proses pemberdayaan ini dilakukan guna menciptakan komunikasi dan dialog dengan masyarakat. Dalam proses tersebut masyarakat bersama-sama melakukan hal-hal berikut:

a. Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta peluang-peluangnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya. Pada tahap ini diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan. Proses ini meliputi:

(47)

1) Persiapan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melakukan pertemuan-pertemuan dan teknis pelaksanaannya. Menurut Isbandi (2012:179), bahwa pada tahap ini terdapat persiapan petugas, dan persiapan lapangan. Persiapan petugas ini diperlukan untuk menyamakan persepsi antar anggota sebagai pelaku perubahan. Sedangkan persiapan lapangan, untuk studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran. Tahap persiapan ini dilakukan sebelum memasuki suatu kelompok tertentu atau sebelum dimulainya perencanaan kegiatan. Tahap persiapan ini penting dilakukan untuk memperoleh kesepakatan dan menghindari gesekan, demi keberhasilan program kegiatan pemberdayaan yang akan dilakukan.

2) Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan; Pada tahap pengkajian ini, dilakukan dengan mengidentifikasi masalah ataupun kebutuhan dan juga sumber daya yang dimiliki masyarakat sasaran. Menurut Isbandi (2012:237-239), dalam proses mengkaji kebutuhan dan potensi wilayah terdapat lima modal yaitu modal manusia, modal fisik, modal sosial, modal finansial dan modal alam. Kelima modal diatas dijadikan roda penggerak

(48)

kehidupan dalam suatu masyarakat. Sehingga bila lima modal diatas dikelola dengan baik, maka kehidupan masyarakat pun akan berjalan dengan baik. Akan tetapi kelima modal tersebut dapat menjadi kelebihan atau kekurangan yang harus diperbaiki dan dikembangkan.

3) Pembahasan hasil dan penyusunan rencana tindak lanjut. Pada tahap ini, pelaku perubahan dapat memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya.

b. Menyusun rencana kegiatan kelompok, berdasarkan hasil kajian, meliputi;

1) Memprioritaskan dan menganalisa

masalah-masalah. Menurut Isbandi (2013: 139), dalam fase ini, masyarakat dan pemerintah setempat adalah kelompok utama dalam menganalisis pokok permasalahan yang akan atau sedang dibahas. Masyarakat dan pemerintah setempat merupakan yang melakukan perencanaan dalam memilih tindakan yang akan mereka lakukan.

2) Identifikasi alternative pemecahan masalah yang terbaik. Menurut Isbandi (2013: 177), setelah menganalisa masalah yang ada, kemudian pada fase ini membahas alternatif tindakan untuk pemecahan masalah yang dapat

(49)

mereka pilih guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses ini, biasanya masyarakat atau pemerintah setempat dapat mempengaruhi bentuk tindakan yang akan diterapkan, melalui proses diskusi.

3) Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk pemecahan masalah, dalam pemberdayaan selalu dikaitkan dengan suatu kebutuhan, dan harus juga di kaitkan dengan potensi.

4) Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasian pelaksanaannya. Menurut Isbandi (2012:183), dalam proses ini, petugas bertindak sebagai fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan kegiatan apa yang tepat untuk dilaksanakan pada saat itu. Program atau kegiatan yang akan dikembangkan tentunya harus sesuai dengan tujuan. Sedangkan, menurut Totok Mardikanto (2013:128), pengorganisasian pelaksanaannya yakni termasuk pemilihan pemimpin, pembagian peran, dan pengembangan jejaring kemitraan. c. Menerapkan rencana kegiatan kelompok: Rencana

yang telah disusun bersama dengan dukungan fasilitasi dari pendamping selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit dengan tetap memperhatikan realisasi dan rencana

(50)

awal. Menurut Isbandi (2012:184), bahwa pada tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial dalam proses pemberdayaan, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara pelaku perubahan dan warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga. Permasalahan yang terjadi baik dari dalam maupun luar akan menjadi penghambat proses pelaksanaan program ataupun kegiatan. Untuk menghindari adanya hambatan dalam pelaksanaan maka terlebih dahulu diadakannya sosialisasi. Menurut Totok Mardikanto (2013:125), sosialisasi merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi akan membantu meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait program yang telah direncanakan. d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus

menerus secara partisipatif (participatory monitoring and evaluation/PME). PME ini dilakukan secara mendalam pada semua tahapan pemberdayaan masyarakat agar porsesnya berjalan sesuai dengan tujuannya. PME adalah suatu proses penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan, baik prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat disusun proses perbaikan kalau diperlukan. Menurut Isbandi (2012:185), pada proses

(51)

pengawasan dan evaluasi ini sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga, karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini dapat membentuk sistem masyarakat yang lebih mandiri. Pada proses monitoring dan evaluasi ini diharapkan dapat memberikan umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun kegiatan.

4. Indikator Keberdayaan

Menurut Kieffer dalam Suharto (2005:63), pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif. Parsons et.al juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:

a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar. b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa

percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.

c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan.

(52)

Menurut Schuler, Hashemi dan Riley dalam Suharto (2005:64-66), bahwa ada delapan indikator pemberdayaan, yang disebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan. Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, kemampuan kultural dan politis. Indikator pemberdayaan dirangkum menjadi 3 di antara sebagai berikut:

1. Kebebasan mobilitas: Kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian. 2. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan

individu untuk membeli barangbarang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu); kebutuhan dirinya (sabun mandi, rokok, bedak, shampoo).

3. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga.

(53)

B. Pemberdayaan Ekonomi 1. Definisi Ekonomi

Ekonomi atau Economic berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “Oiku” dan “Nomos” yang berarti aturan rumah tangga, dan secara umum mengandung pengertian “usaha manusia” (Nur Laily dan Budiyono, 2013:1). Ekonomi secara umum diartikan sebagai hal yang mempelajari perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya yang langkan untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia dimana ruang lingkup ekonomi meliputi satu bidang perolaku manusia yang terkait dengan konsumsi, produksi dan distribusi (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) 2008:14).

Paul A. Samuelson mendefinisikan ekonomi sebagian kajian tentang perilaku manusia dalam hubungan dengan pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi (Monzer Kahf, 1995:2). Sedangkan menurut Sulaiman pengertian ekonomi merupakan ilmu yang menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan, membagi dan memakaibarang dan jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan materi masyarakat dapat terpenuhi sebaik-baiknya (M. Sholahuddin, 2007:3).

Dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu yang berkontribusi dalam nilai kehidupan sehari-hari yang

(54)

membahas penerapan ilmu-ilmu yang ada didalam masyarakat, mulai dari permasalahan kemiskinan, pendapatan, produksi, konsumsi, dan distribusi. Ekonomi adalah suatu tata cara aturan yang ada dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap alat pemuas kebutuhannya yang bersifat langka. Cara yang dimaksud disini berkaitan dengan aktivitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi jasa-jasa dan barang-barang langka (Asep Usman Islmail, 2008;221).

Adapun ilmu-ilmu yang harus dipelajari tentang ilmu ekonomi, ilmu ekonomi dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Ekonomi Makro

Ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan), variabel tersebut antara lain: pendapatan nasional, kesempatan kerja, dan atau pengganguran, jumlah uang beredar, laju infalsi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional. Ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut:

1. Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan dalam kegiatan ekonomi

2. Sejauh mana kegiatan perekonomian mengalami pertumbuhan tersebut disertai denga

(55)

distribusi pendapatan yang membaikkan taraf pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatan.

b. Ekonomi Mikro

Ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan dan rumah tangga. Dalam ekonomi mikro ini mempelajari tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum, bersama dengan individu-individu lainnya akan menciptakan keseimbangan dalam skala mikro dan asumsi (Masykur Wiranti, 1).

2. Definisi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pemberdayaan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu program kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau pemerintah dalam meningkatkan keterampilan hidup, permodalan sekelompok orang agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dan membuat kondisi hidupnya lebih baik atau mengembangkan usaha yang dimilikinya (Asep Usman Ismail, 2008; 225-226).

Pemberdayaan ekonomi masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu proses yang dinamis, artinya perubahan yang terjadi menurut adanya dinamika masyarakat dalam meningkatkan income percapita agar dapat memenuhi

(56)

kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dan mempersiapkan kondisi ekonomi dimasa yang akan datang (Lili Bariadi dkk, 2005; 57-58).

Pemberdayaan ekonomi hendaknya menjadi prioritas pemerintah untuk mengorintasikan kepada masyarakat banyak atau rakyat yang berjiwa wirausaha. Sebab untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat sebuah negara dapat dinilai sebagai tolak ukur ialah bagaimana pendapatan rakyat atau wrausaha yang nota bene sebagai penduduk terbanyak (Lili Bariadi dkk, 2005; 63)

Lippit mengemukakan ada 7 fase perubahan dalam proses pemberdayaan ekonomi masyarakat. Yang pertama menumbuhkan kebutuhan untuk berubah, Kedua membangun hubungan untuk perubahan di antara sasaran dan agen pembaharu, Ketiga diagnosis dan penjelasan masalah yang dihadapi harus diketahui dan dirumuskan menjadi masalah bersama. Keempat mencari alternatif pemecahan masalah dan menetapkan tujuan serta menumbuhkan tekad untuk bertindak, Kelima tekad tersebut diubah menjadi usaha nyata kerah pencapaian tujuan. Keenam perluasan dan pemantapan perubahan, Ketuju memutuskan hubungan antara sasaran dan penyuluh. Untuk mencegah sikap ketergantungan masyarakat kepada penyuluh (Lili Bariadi dkk, 2005; 57-58)

(57)

BAB III

PROFIL PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN

A. Latar Belakang dan Sejarah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Perkampungan Budaya Betawi (PBB) merupakan embrio pusat kebudayaan Betawi, suatu tempat di mana ditumbuhkembangkan keasrian alam, tradisi Betawi yang meliputi: Keagamaan, Kebudayaan dan Kesenian Betawi.

Ide dan keinginan untuk membangun pusat kebudayaan Betawi sesungguhnya sudah tercetus sejak tahun 90 – an. Kemudian oleh BAMUS BETAWI (Badan Musyawarah Masyarakat Betawi) periode 1996 – 2001 keinginan ini dituangkan dalam sebuah rancangan program kerja yakni ”Membangun Pusat Perkampungan Budaya Betawi”.

Gagasan untuk membangun kawasan Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan, kelurahan Srengseng Sawah kecamatan Jagakarsa, Kota Adminitrasi Jakarta Selatan, sudah di kritisi sejak tahun 1991 oleh pakar tokoh masyarakat Betawi yang mempuyai kepedulian tinggi terhadap pelestarian budaya Betawi. Beberapa alasan mendasar yang melatarbelakagi gagasan tersebut antara lain:

1. Gagalnya konservasi kampung Beatawi di kawasan Condet, Jakarta Timur dan sekitarnya yang digagas dimasa Gubernur Ali Sadikin, oleh berbagai sebab.

(58)

2. Pentingnya menjaga sejarah perkembangan permukiman kota Jakarta dan budaya masyarakatnya. Seandainya tidak dilakukan konservasi pada saat ini, maka di khawatirkan lima puluh tahun yang akan datang tidak ada lagi bentuk “perkampungan Betawi asli” yang merupakan cikal bakal kota Jakarta. Dan dengan sendirinya juga akan hilang “siklus budaya dan keseharian” masyarakat Betawi yang merupakan cikal bakal masyarakat kota Jakarta. Akhirnya kota Jakarta tumbuh tanpa sejarah dan tidak dikenal asal-usulnya. (Wawancara Bapak Buchori, 2020)

Pada awalnya konservasi perkampungan Budaya Betawi semata-mata untuk dua kepentingan utama yaitu: sejarah dan identitas, sejarah perkembangan pembanguna kota Jakarta dan pelestarian identitas budaya masyarakat Betawi. Dalam perjalanannya kemudian, kawasan PBB menarik banyak perhatian masyarakat luas untuk dikunjungi dengan berbagai alasan:

a. Sekedar ingin tahu ada apa saja di PBB b. Ingin mendalami, mengkaji dan meneliti PBB c. Ingin menikmati suasana PBB

PBB sebagai seuatu perkampungan yang asri di tengah demerlap metropolitan, tentu saja dirasa aneh, unik, menarik dan membawa fantasi tersendiri bagi banyak orang.

Dari desakan masyarakat Betawi yang amat kuat, dan dukungan tokoh-tokoh Betawi terdidik serta organisasi

Gambar

Tabel 5.1 Penghasilan Sebelum dan Sesudah Mengikuti  Pembinaan
Tabel 1.1  Informan  No  Nama  Informan  Status  Informan  Informansi
Foto Produk Pengrajin Binaan

Referensi

Dokumen terkait

Agar pembahasan ilebih iterarah idan iuntuk imempermudah ipenulis idalam imenganalisis ihasil ipenelitian, imaka ipenulis iakan imembatasi imasalah iyang iberfokus

ini sangat layak dan menarik untuk diteliti. Ameera Boutique Hotel dan Blue Safir Boutique Hotel juga menawarkan tempat makan klasik yang dapat menggoda selera

Berdasarkan hasil penelitian ”Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Keteraturan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Program Studi D III Kebidanan Tingkat III STIKES

Bertanggung jawab atas produk SIRCLO Store dan SIRCLO Chat yang memimpin squad team Store, Prius, Chat Commerce dan Tech Excellence.. Wiguno sebagai Head

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

Ibu Atika Suri sebagai Pimpinan Redaksi Seputar Indonesia RCTI yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di redaksi Seputar Indonesia dan juga bersedia

Bagi Penyedia Jasa atau Pemilik Kapal yang sedang menjalani pemeriksaan oleh instansi yang terkait, antara lain pihak kepolisian, TNI, Bea Cukai, Perpajakan, atas dugaan

Primer P14 merupakan salah satu dari 13 primer yang dapat menunjukkan lokus PRE-1 pada genom babi, dan menjadi salah satu standar analisis makanan mengandung daging babi