• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. Penerimaan Diri

2. Proses Penerimaan Diri

Proses seorang individu untuk dapat menerima diri tidak dapat muncul begitu saja, melainkan terjadi melalui serangkaian proses yang terjadi secara bertahap. Menurut Germer (2009), proses penerimaan diri terjadi dalam lima tahap, antara lain:

a. Tahap Keengganan

Pertama-tama, reaksi naluriah seorang individu jika dihadapkan dengan perasaan tidak menyenangkan (uncomfortable feeling) adalah menghindar, contohnya individu memalingkan pandangan saat melihat adanya pemandangan yang tidak menyenangkan. Bentuk keengganan dapat ditunjukkan dengan sejumlah cara seperti melakukan pertahanan, perlawanan, atau perenungan (Germer, 2009). Reaksi ini merupakan bentuk mekanisme

pertahanan, yang mana individu berusaha menghindari kecemasan dan implikasi yang timbul dari kondisi penyakit (Livneh dan Antonak, dalam Evitasari, 2014). Menurut Taylor (2009) individu akan mengembangkan keengganan ataupun penolakan walaupun telah memiliki kesadaran terkait realitas yang dialami. Taylor (2009) menambahkan bahwa penyangkalan merupakan bentuk pertahanan diri yang primitif dan biasanya tidak pernah berhasil, karena hanya berfungsi sesaat dan menimbulkan kecemasan.

Contoh dari tahap keengganan adalah ketika individu kehilangan benda berharga, pada kesempatan lain individu tidak mau melihat barang seperti miliknya yang telah hilang. Pada akhirnya individu berpikir bahwa kehilangan benda adalah hal wajar dan individu harus mencari benda yang hilang.

Tahap keengganan merupakan kondisi mengelak terhadap konsekuensi negatif setelah individu menanamkan komitmen untuk menerima diri sebagaimana adanya. Pengelakan terjadi hanya sementara dan dapat berubah sesuai kondisi masing-masing individu.

b. Tahap Keingintahuan

Setelah melewati masa keengganan, individu akan mengalami adanya rasa keingintahuan terhadap permasalahan dan situasi yang dihadapi sehingga menimbulkan keinginan mempelajari lebih lanjut mengenai permasalahan yang dihadapi walaupun dapat membuat individu merasa cemas (Germer, 2009). Menurut Bastaman (1996), dalam upaya individu untuk mengembangkan penerimaan diri, hal utama yang harus dimiliki adalah pemahaman individu terhadap kondisi diri sendiri. Bastaman (1996) menambahkan bahwa pemahaman diri merupakan peningkatan kesadaran atas

kondisi diri saat ini dan adanya keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik, yang didahului dengan adanya keinginan untuk mengetahui kondisi diri. Keingintahuan yang dimiliki terkait pada aspek yang merupakan kekurangan dan kelebihan pada diri individu berdasarkan kondisi yang dialami.

Contoh dari tahap keingintahuan adalah ketika individu kehilangan benda berharga, individu akan mencari benda yang hilang ke tempat-tempat yang disinggahi sebelumnya, individu dapat pula bertanya kepada orang-orang di sekitarnya mengenai keberadaan benda yang dimiliki.

Tahap keingintahuan merupakan kondisi individu mengalami dan mengembangkan keingintahuan sebagai akibat dari kondisi perubahan dengan tujuan untuk mengembangkan pemahaman akan diri, serta dalam tahap keingintahuan individu melakukan sejumlah cara tertentu guna mengakomodir rasa keingintahuan tersebut.

c. Tahap Toleransi

Pada tahap ketiga ini, individu akan menahan perasaan tidak menyenangkan yang dirasakan sambil berharap hal perasaan negatif akan hilang dengan sendirinya (Germer, 2009). Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992) menemukan bahwa individu yang mau menerima diri secara utuh adalah individu yang memiliki sikap toleransi terhadap hal negatif yang mungkin terjadi sebagai dampak dari kondisi yang dihadapi. Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992) menambahkan bahwa dengan adanya sikap toleransi menyebabkan individu lebih lanjut mampu mengatur kondisi diri secara aktif sehingga dapat dengan mudah beradaptasi.

Contoh dari tahap toleransi ini adalah ketika individu kehilangan benda berharga, individu menganggap bahwa hal wajar merasakan kesedihan dan kekecewaan. Perasaan negatif dinilai tidak permanen dan akan hilang dengan berjalannya waktu.

Tahap toleransi merupakan kondisi individu menahan perasaan tidak menyenangkan sebagai dampak dari perubahan yang membutuhkan adanya sikap toleransi.

d. Tahap Pembiaran

Setelah melalui proses bertahan akan perasaan tidak menyenangkan telah selesai, individu akan mulai membiarkan perasaan negatif datang dan pergi begitu saja. Individu secara terbuka membiarkan perasaan itu mengalir dengan sendirinya (Germer, 2009). Pada tahap ini individu telah mencapai stabilitas dalam bereaksi dalam setiap kondisi perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1973) bahwa salah satu hal yang memengaruhi penerimaan diri adalah stabilitas individu dalam memandang kondisi kehidupan secara objektif.

Contoh dari tahapan pembiaran ini adalah ketika individu kehilangan benda berharga dan melihat teman yang memiliki benda serupa. Individu wajar merasakan kesedihan, akan tetapi tidak membiarkan perasaan negatif berlarut-larut bahkan memengaruhi hubungan individu dengan teman yang memiliki benda serupa.

Tahap pembiaran merupakan kondisi individu yang mampu bertahan secara konsisten dan stabil saat berhadapan dengan perasaan tidak menyenangkan sebagai dampak dari perubahan.

e. Tahap Persahabatan

Seiring dengan berjalannya waktu, individu akan mulai bangkit dari perasaan tidak menyenangkan yang dimiliki sebelumnya dan mencoba untuk dapat memberi penilaian atas kesulitan yang dihadapi secara objektif (Germer, 2009). Menurut Hurlock (1973) bahwa individu yang telah mencapai penerimaan diri dapat mengembangkan penilaian diri secara kritis terkait kondisi yang dialami. Germer (2009) menambahkan bahwa individu yang telah mencapai penerimaan diri akan mengembangkan rasa bersyukur atas manfaat yang didapatkan berdasarkan situasi ataupun emosi yang hadir (Germer, 2009).

Contoh dari tahap persahabatan ini adalah ketika individu kehilangan benda berharga, individu menyadari bahwa kehilangan adalah hal wajar yang terjadi dalam hidup dan mampu mengevaluasi diri tentang kecerobohan yang telah dilakukan. Pada kesempatan yang lain, individu akan berusaha lebih teliti dan hati-hati.

Tahap persahabatan merupakan kondisi dimana individu pada akhirnya mampu bersahabat dengan segala dampak baik ataupun buruk dari perubahan yang terjadi dan mampu hidup serta berdaya atas perubahan yang terjadi, dan kemudian mampu melakukan penilaian atas kondisi diri sendiri,

Proses penerimaan diri terdiri dari lima tahapan yakni tahap keengganan, keingintahuan, toleransi, pembiaran, dan persahabatan. Ketika individu berhasil melalui tahapan penerimaan diri maka mampu melahirkan kondisi penerimaan diri yang efektif, Menurut Sheere (dalam Cronbach, 1963), terdapat lima karakteristik individu yang memiliki penerimaan diri yang efektif, yakni :

a. Mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupannya.

b. Menganggap diri berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan orang lain.

c. Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya. d. Menerima pujian dan celaan secara objektif.

e. Tidak menyalahkan diri sendiri akan keterbatasan yang dimiliki ataupun mengingkari kelebihannya.

Proses penerimaan diri merupakan proses yang bersifat berkelanjutan atau kontinyu (B. White, 2011). B. White (2011) menambahkan dalam proses penerimaan diri terjadi perubahan persepsi individu tentang kondisi yang dimiliki terkait tiga aspek penting, yakni tubuh yang menciptakan kesehatan, perubahan pemikiran hingga masalah emosional yang terselesaikan.

Proses penerimaan diri merupakan proses berkelanjutan yang terdiri dari tahapan keengganan, keingintahuan, toleransi, pembiaran, dan persahabatan. Dalam proses individu menumbuhkan penerimaan diri, dimungkinkan terjadinya serangkaian perubahan persepsi atas kondisi yang dialami. Pada tahapan persahabatan, individu mampu secara utuh bersahabat akan kondisi yang dihadapi bahkan mampu menilai manfaat dan perubahan positif pada diri.

Dokumen terkait