• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.6 Proses Penerjemahan

Proses ialah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja. Proses penerjemahan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada saat dia mengalihkan amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Proses penerjemahan dapat pula diartikan sebagai aktivitas menerjemahkan. Oleh sebab itu dalam melakukan suatu kegitan menerjemakan diperlukan kehati-hatian karena kesalahan dalam satu tahap akan menimbulkan kesalahan dalam tahap lain. Maka hasil terjemahanpun akan salah.

Menurut Larson (1984: 51-54) proses terjemahan melalui beberapa langkah berikut ini:

1. Memulai Proyek Penerjemahan

Ada sejumlah hal yang harus benar-benar dimengerti oleh semua orang yang akan terlibat dalam proyek itu. Hal ini mencakup teks, sasaran, tim dan sarana. Teks merujuk pada dokumen bahasa sumber tertentu yang akan diterjemahkan. Sasaran merujuk kepada khalayak. Untuk siap terjemahan itu dibuat. Tim merujuk kepada orang-orang yang terlibat dalam proyek penerjemahan. Saranan merujuk kepada bahan sumber yang tertulis yang digunakan penerjemah sebagai alat bantu.

2. Eksegesis (penafsiran)

Digunakan untuk merujuk proses mencari makna teks bahasa sumber yang akan diterjemahkan. Proses ini mencakup persiapan dan analisis yang harus dilakukan. Penerjemah harus mulai membaca teks itu beberapa kali untuk memahami isi teks.

3. Pengalihan dan konsep awal

Sesudah menganalisis teks bahasa sumber dengan cermat, penerjemah mulai membuat konsep pengalihan, bagian demi bagian. Pengalihan ini menghasilkan konsep awal. Dalam konsep ini penerjemah mengalihkan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, sambil mengingat sasaran khalayaknya.

4. Konsep Perbaikan

Setelah teks dialih bahasakan, teks kemudian diperiksa dan disusun kembali, jika terdapat kesalahan-kesalahan.

5. Konsultasi

Dalam kebanyakan proyek penerjemahan, ada penasihat atau konsultan yang selalu bersedia membantu penerjemah. Konsultan diharapkan untuk memperhatikan 3 hal: ketepatan isi, kewajaran gaya, dan efek terhadap khalayak bahasa sasaran.

6. Konsep akhir

Setelah berkonsultasi penerjemah harus memutuskan format penerjemahan dengan seluruh pihak, seperti konsultan, calon penerbit dan penyalur.

Sementara menurut Suryawinata (1987: 80) penerjemahan terdiri atas tiga tahap, yaitu:

Analisis Restrukturisasi

Pemahaman

1 3

Evaluasi dan Revisi

Gambar 2.2. Proses Penerjemahan (Suryawininata, 1987: 80) Analisis Teks Bahasa Sumber

Setiap kegiatan menerjemahkan dimulai dengan penganalisisan teks bahasa sumber karena penerjemah selalu dihadapkan pada teks bahasa sumber terlebih dahulu. Analisis teks bahasa sumber itu diwujudkan dalam kegiatan membaca. Selanjutnya kegiatan membaca teks bahasa sumber dimaksudkan untuk memahami isi teks. Mustahil seorang penerjemah dapat memahami isi suatu teks apabila dia tidak membaca teks itu terlebih dahulu.

Pemahaman terhadap isi teks mempersyaratkan pemahaman terhadap unsur linguistik dan ekstralinguistik yang terkandung dalam suatu teks. Unsur linguistik menunjuk pada unsur kebahasaan dan unsur ekstralinguistik mengacu pada unsur yang berada di luar kebahasaan. Unsur ekstralinguistik ini terkait dengan sosio budaya teks bahasa sumber yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bahasa itu. Karena bidang makna tidak lepas dari bidang sosio budaya, bidang makna

PROSES BATIN Transfer Padanan 2 isi, makna Pesan isi, makna Pesan Tes Bahasa Sasaran Tes Bahasa Sasaran

juga termasuk bagian dari ekstralinguistik. Dalam pada itu, bidang makna dan bentuk bahasa adalah ibarat dua sisi mata uang logam. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Makna selalu direalisasikan dalam bentuk bahasa.

Analisis kebahasaan yang dilakukan terhadap teks bahasa sumber menyentuh berbagai tataran, seperti tataran kalimat, klausa, frasa, dan kata. Analisis pada tataran- tataran itu dianggap perlu karena pada hakikatnya setiap teks dibentuk dari tataran- tataran tersebut. Di samping itu, kemampuan dalam memahami makna yang direalisasikan dalam tataran-tataran itu merupakan modal utama untuk memahami teks secara keseluruhan. Analisis pada tataran kalimat kompleks, misalnya, bertujuan untuk mengidentifikasikan klausa-klausa yang membentuk kalimat kompleks itu. Melalui cara tersebut, penerjemah akan mampu mengenali klausa bebas dan klausa terikat. Tujuan praktis dari analisis yang seperti itu ialah untuk membantu penerjemah dalam mengubah kalimat kompleks menjadi kalimat-kalimat sederhana dalam terjemahannya. Bukankah kalimat sederhana lebih mudah dipahami daripada kalimat- kalimat kompleks? Hal yang sama juga terjadi pada analisis terhadap tataran frasa, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan unsur inti (head) dan unsur pewatas atau penjelas (modifier). Jika analisis ini dapat dilakukan dengan baik, penerjemah akan dapat mengetahui bagian mana dari suatu frasa yang harus diterjemahkan terlebih dahulu.

Pengalihan Pesan

Setelah penerjemah dapat memahami struktur bahasa sumber, maka dia pun akan dapat menangkap pesan yang terkandung di dalamnya. Langkah selanjutnya

ialah mengalihkan isi, makna, pesan yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dalam tahap pengalihan ini, penerjemahan dituntut untuk menemukan padanan kata bahasa sumber dalam bahasa sasaran. Proses pengalihan isi, makna dan pesan tadi merupakan proses batin. Proses itu berlangsung dalam pikiran penerjemah. Setelah isi, makna dan pesan sudah ada dalam pikirannya, dia kemudian mengungkapkannya dalam bahasa sasaran secara lisan atau tertulis. Untuk memperoleh terjemahan yang lebih baik yang sesuai dengan tujuan penerjemahan itu sendiri, maka terjemahan perlu diselaraskan.

Restrukturisasi

Penyelarasan atau restrukturisasi ialah pengubahan proses pengalihan menjadi bentuk stilistik yang cocok dengan bahasa sasaran, pembaca, atau pendengar (Kridalaksana, 1984). Dengan demikian, pada tahap penyelarasan itu, seorang penerjemah perlu memperhatikan ragam bahasa untuk menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan jenis teks yang diterjemahkan. Penerjemah juga perlu memperhatikan untuk siapa terjemahannya itu ditujukan. Apabila tahap-tahap analisis pemahaman teks bahasa sumber, pengalihan isi, makna, pesan dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dan penyelarasan itu telah selesai dilakukan oleh penerjemah, maka dia telah menghasilkan sebuah terjemahan. Sementara menurut Bell (1991: 21) proses terjemahan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3. Proses Terjemahan (Bell, 1991 :2)

Gambar di atas menunjukkan model, dalam bentuk yang sangat disederhanakan, transformasi teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa target melalui proses yang terjadi dalam memori: (1) analisis satu teks bahasa tertentu (Teks Source Language, TSL) menjadi representasi (non-bahasa-spesifik) universal semantik dan (2) representasi semantik ke dalam teks bahasa khusus kedua, TTL.

Memory Analysis Synthesis Target Language Text Source Language Text Semantic representation

Dokumen terkait