• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

E. Proses Pengembangan Instrumen

Data penelitian untuk kedua variabel dikumpulkan melalui lembar observasi yang telah disusun. Keabsahan atau kesahihan hasil penelitian sangat ditentukan oleh data yang dihasilkan alat ukur/instrumen yang digunakan. Untuk menguji apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik atau tidak, sehingga menghasilkan data yang sesuai dengan apa yang diukur, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen itu sendiri. Pengembangan instrumen dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.

b.Melafalkan lambang-lambang bunyi/kata tersebut. c. Memahami lambang-lambang bunyi/kata 11, 12, 13, 14, 15, 16 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 2. Kreativitas a. Kelancaran b. Keluwesan c. Keaslian d. Elaborasi 1, 2, 3, 4, 5, 6 7, 8, 9, 10, 11, 12 13, 14, 15 16, 17, 18 19, 23 20, 21, 22, 24, 25, 26 26 observa si anak

1. Judgment Expert

Instrumen penelitian harus memperoleh judgment beberapa ahli yang berkaitan dengan variabel yang akan kita teliti. Judgment ini sangat berguna bagi peneliti dalam rangka memperoleh instrumen yang memenuhi syarat dan kriteria instrumen yang baik menurut para ahli yang berkompeten dalam bidang yang akan diteliti. Sehingga dengan instrumen tersebut dapat dikumpulkan atau diperoleh data yang baik pula. Pendapat ahli (judgment expert), dimaksudkan dalam rangka untuk memenuhi validitas konstruk (Contruct Validity). Setelah pengujian konstruk dari ahli selesai, maka diteruskan dengan ujicoba instrumen (Sugiyono, 2010: 352)

Instrumen dalam penelitian ini melalui proses judgment oleh dua orang dosen yang dipandang ahli di bidang membaca dini dan kreativitas anak. Berdasarkan hasil judgment instrumen kemampuan membaca dini yang dimintai pertimbangan kepada penimbang I, beliau menyatakan bahwa instrumen yang telah disusun sudah cukup mewakili aspek/indikator kemampaun membaca dini. Namun, beliau juga memberikan saran untuk mencermati konsistensi penggunaan kata “dapat” dan “mampu” dalam redaksi pernyataan atau butir item. Selain itu, beliau juga menyarankan untuk menyesuaikan contoh kata dalam redaksi pernyataan dengan tema yang sedang berlangsung dalam proses pembelajaran (lembar validasi instrumen terlampir).

Sedangkan instrumen yang diminta pertimbangannya kepada penimbang II mendapatkan beberapa masukan yang sangat berarti bagi penulis. Adapun

masukan tersebut adalah untuk instrumen kemampuan membaca, beliau menyarankan untuk melengkapi butir item dengan contoh huruf/kata yang digunakan dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Selain itu, beliau juga menyarankan untuk menyertakan/membedakan antara definisi konseptual dengan definisi operasional dari variabel penelitian. Untuk variabel kreativitas, beliau menyarankan untuk mengembangkan instrumen menjadi lebih banyak butir itemnya (karena pada waktu dihadapkan kepada penimbang II, instrumen ini hanya memiliki 16 butir item yang mewakili empat indikator).

Setelah memperoleh masukan dari dua ahli tersebut, penulis langsung mengadakan perbaikan/revisi instrumen sesuai dengan saran yang telah diberikan. Untuk variabel kemampuan membaca yang tadinya berjumlah 26 butir item, berkembang menjadi 28 butir item. Demikian pula dengan redaksional butir item, telah ditetapkan konsistensi penggunaan kata dapat dalam setiap butir item. Sedangkan variabel kreativitas berkembang dari awalnya 16 menjadi 26 butir item (lembar validasi terlampir).

Meskipun telah melewati proses revisi, instrumen tersebut belum dapat langsung digunakan untuk kegiatan penelitian. Akan tetapi, harus diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Validitas dan reliabilitas penting untuk dapat menghasilkan data yang baik. Hal ini sependapat dengan Sugiyono (Ridwan, 2010: 109) mengatakan bahwa setelah pengujian konstruk selesai dari para ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut dicobakan pada sampel di mana subjek penelitian digunakan.

2. Uji Validitas

Arikunto (Riduwan, 2008: 109) menyebutkan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu ditentukan korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir, dengan rumus Person product moment, sebagai berikut.

rXY=

Dimana:

rxy =koefisien korelasi X = skor tiap item Y = skor total

n = jumlah peserta tes

selanjutnya dihitung uji t dengan rumus: thitung =

dimana: t = nilai thitung

r = koefisien korelasi hasil rhitung n= jumlah responden

Distribusi t (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kaidah keputusan:

Jika thitung < ttabel, berarti tidak valid ( Ridwan, 2010: 110) 3. Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi dan dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur itu stabil, dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability). Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa (Nazir, 2009: 134).

Sehubungan dengan reliabilitas, Scarvia B. Anderson, dkk (Arikunto, 2010) menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas itu penting. Dalam hal ini, validitas lebih penting, dan reliabilitas perlu, karena menyokong terbentuknya validitas. Hal ini mengandung pengertian bahwa sebuah instrumen mungkin reliabel, tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah instrumen yang valid biasanya reliabel. Oleh sebab itu, tinggi rendahnya validitas menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen.

Reliabilitas instrumen pada penelitian ini dihitung dengan metode split half (belah dua). Metode belah dua menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali (single test-single trial method). Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru diperoleh reliabilitas setengahnya saja. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes, dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Spearman-Brown, seperti yang dijabarkan berikut ini.

r = korelasi Product Moment antara belahan (ganjil-genap) atau (awal-akhir)

(Ridwan, 2010: 113)

Perhitungan untuk menguji reliabilitas dilakukan setelah validitas instrumen terpenuhi. Jadi, butir item yang diuji reliabilitasnya adalah instrumen yang valid saja. Setelah butir item yang tidak valid dibuang, baru kemudian instrumen tersebut dibelah menjadi dua bagian. Kemudian dihitung korelasi antara belahan yang satu dengan belahan lain (korelasi antara total skor masing-masing belahan). Nilai korelasi yang diperoleh merupakan nilai korelasi untuk setengah instrumen. Untuk memperoleh korelasi seluruh item, nilai r yang diperoleh tersebut dimasukkan ke rumus Spearman Brown. Selanjutnya, nilai R Spearman Brown tersebut diinterpretasikan menurut kriteria yang digunakan untuk memperoleh kesimpulan, apakah instrumen tersebut reliabel, cukup reliabel, kurang reliabel atau pun tidak reliabel.

F. Pengumpulan dan Analisis Data

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, data yang ingin diperoleh dikumpulkan melalui instrumen yang berbentuk lembar observasi. Instrumen untuk mengukur kemampuan membaca disusun dalam bentuk cheklist(V) dengan beberapa pernyataan dan dua pilihan jawaban (ya/tidak). Instrumen seperi ini diberlakukan pemberian skor (1) untuk jawaban yang benar dan (0) untuk jawaban yang salah. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur kreativitas anak diberikan skor 0 untuk Tidak Pernah (TP), 1 untuk

Jarang (J), 2 untuk Kadang-kadang (KD), 3 untuk Sering (S), dan 4 untuk Sangat Sering (SS).

Pemberian nilai/skor dengan perhitungan seperti di atas berlaku untuk pernyataan item/butir instrumen yang positif. Sedangkan untuk instrumen negatif, berlaku kebalikannya. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Dimana, peneliti bersama guru akan melakukan observasi dengan menggunakan instrumen yang telah disusun.

Data yang telah diperoleh dari pretest dan postest selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan sistem penskoran yang ditetapkan.

2. Membuat tabel skor pretest dan postest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Menghitung gain score, yaitu selisih antara skor postest dengan pretest. 4. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah perlakuan

dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:

Gain ternormalisasi (g)= (Hake dalam Meltzer,

2002 dalam Lindawati, 2010). Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 3.3

Klasifikasi Nilai Gain Ternormalisasi Besarnya Gain (g) Interpretasi

g> 0,7 Tinggi

0,3< g <0,7 Sedang

g< 0,3 Rendah

Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu ditentukan normalitas data dan homogenitas varians. Pengujian normalitas dengan menggunakan Uji Lyllifors. Pengujian model distribusi normal dengan menggunakan uji lillyfors sama seperti pada uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu kumulasi proporsi dibandingkan dengan fungsi distribusi pada distribusi probabilitas normal.

Fungsi distribusi pada distribusi probabilitas normal ditemukan melalui tabel, sehingga data perlu ditransformasikan ke nilai baku. Selisih maksimum dalam bentuk harga mutlak, dengan rumus sebagai berikut.

T= sup I Φ-∑p I

Kriteria pengujiannya seperti berikut ini. Tolak H0 jika T > Ttabel

Terima H0 jika T ≤ Ttabel

5. Menguji homogenitas varians skor kemampuan membaca dan skor kreativitas menggunakan uji variansi dua peubah bebas dengan rumus sebagai berikut.

F = !"#$%$, 2010: 140

Dalam hal ini, berlaku ketentuan bila harga Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. H0 diterima berarti varians homogen.

Jika sebaran data normal dan homogen, uji signifikansi dengan statistik uji t dengan menggunakan uncorrelated data/independent sample t-test. Namun, apabila data tidak normal, maka pengujian dilanjutnya dengan analisis nonparametrik (Man whitney atau uji U ).

Setelah data diperoleh atau terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Analisis tersebut dilakukan dengan membandingkan rerata kedua kelompok dengan menggunakan uji t. Adapun rumus uji t tersebut adalah sebagai berikut.

t= , ,

- 2/3/ 213/../0..1 2// 21/ (Seniati, dkk, 2005:128) keterangan dari simbol-simbol tersebut sebagai berikut. M1 = rata-rata skor kelompok 1

M2 = rata-rata skor kelompok 2 SS1 = sum of square kelompok 1 SS2 = sum of square kelompok 2 n1 = jumlah subjek kelompok 1 n2 = jumlah subjek kelompok 2

SS1 = ∑X1 SS2 = X 2∑4

Bila n1=n2, dan varians tidak homogen, maka dapat digunakan rumus berikut ini.

t = 6 6

-7/ 12/ 71 121 !"#$%$, 2010: 138 x1 = rata- rata skor kelompok 1 x2 = rata-rata skor kelompok 2 s1 = simpangan baku kelompok 1 s2 = simpangan baku kelompok 2 n1= jumlah subjek kelompok 1 n2 = jumlah subjek kelompok 2

Dengan dk = n1–1 atau dk = n2–1 , jadi derajat kebebasan (dk) bukan n1+ n2 – 2 (Phopan, 1973 dalam Sugiyono, 2010: 139)

Jika hasil perhitungan diperoleh nilai thitung>ttabel, pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), maka hipotesis dapat diterima. Penerimaan hipotesis ini mengandung makna bahwa perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian memberikan dampak yang positif.

G.Tahap Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap analisis data.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini, peneliti melakukan studi kepustakaan mengenai kemampuan membaca pada anak usia dini, kreativitas anak dan mind mapping. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun instrumen penelitian yang disertai

penelitian, mengolah data hasil uji coba, membuat rencana kegiatan untuk kelas eksperimen dan menentukan sekolah tempat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini, kegiatan diawali dengan memberikan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kondisi awal kemampuan membaca dini dan kreativitas anak. Setelah pretes dilakukan, maka dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran membaca dini melalui penerapan mind mapping pada kelas eksperimen dan pembelajaran membaca dini tanpa penerapan mind mapping pada kelas kontrol. Penerapan pembelajaran dengan mind mpping tersebut dilakukan dalam beberapa kali pertemuan. Pada kelas eksperimen, selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk mengetahui apakah terjadi perubahan kreativitas pada anak atau tidak.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, dilakukan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Postest bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca dan kreativitas pada anak setelah diberikan perlakuan. 3. Tahap Analisis Data

Data-data yang diperoleh selama penelitian akan dianalisis, sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Teknik analisa data statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis.

Dokumen terkait