• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses pengembangan prototipe puisi Indonesia modern periode 1990-2010 untuk SMA berbasis multikulturalisme

Dalam dokumen Sri Sunanik S841108041 (Halaman 113-120)

E. Pembahasan Hasil Penelitian Perkembangan Puisi Indonesia Modern Periode 1990-2010 untuk SMA Berbasis Multikulturalisme

2. Proses pengembangan prototipe puisi Indonesia modern periode 1990-2010 untuk SMA berbasis multikulturalisme

Proses pengembangan prototipe puisi Indonesia modern periode 1990-2010 untuk SMA berbasis multikulturalisme ini melalui beberapa

tahap. Tahap awal yang dilakukan adalah tahap pengumpulan bahan. Tahap ini dilakukan dengan cara membaca berbagai buku tentang puisi dan juga mengunduh dari internet.

Tahap selanjutnya adalah melakukan studi eksplorasi yaitu dengan cara melakukan studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka dilakukan dengan mencari dan membaca berbagai buku tentang puisi dan berbagai buku tentang pendidikan multikulturalisme. Adapun studi lapangan dilakukan dengan cara wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia, wawancara dengan siswa, wawancara dengan petugas perpustakaan, dan observasi langsung di kelas.

Adapun tahap berikutnya adalah tahap pengembangan produk awal. Penyusunan tahap awal ini dilakukan berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Korry Layun Rampan (2000: xxxviii-1v) tentang ciri- ciri puisi yang termasuk periode 2000-an. Dari hasil pengumpulan bahan, didapat nama-nama penyair yang termasuk periode 1990-2000 yang karya- karyanya memiliki ciri: (1) menceritakan situasi reformasi; (2) bertema sosial politik, romantik, dan naturalis; (3) penyair periode tahun tersebut banyak membawa pembaruan dalam bidang sastra (kebebasan berkreasi).

Dari pengembangan produk awal ini, disusunlah nama-nama penyair periode 1990-2010 antara lain F. Rahadi, Rita Oetoro, Dorothea Rosa.H, Eka Budianta, Acep Zamzam Noor, K.H Mustofa Bisri, Radar Panca Dahana, Rainy Hutabarat, Agus Sarjono, Tjahjono Triwikromo, Afrizal Malna, dan Sitok Srengenge.

Adapun untuk periode 2000-2010 ditampilkan penyair-penyair seperti Omi Intan Naomi, Wiji Thukul, Abd. Wachid, Oka Rusmini, Gus TF, Mardi Luhung, Isbedy Setiawan, I Wayan Arthawa, Jamal D. Rahman, Jamal T. Suryana, Yusrizal K.W, Meidy Loekito, Tjahjono Widijianto, serta Yuzrizal K.W.

Karya yang ditampilkan pada produk awal ini belum berimbang. Ada yang hanya dua, tetapi ada yang tiga, empat bahkan sampai lima buah tiap penyair. Setiap nama penyair belum disertai dengan foto yang bersangkutan sehingga siswa merasa penasaran dengan profil penyair yang dimaksudkan. Cover buku masih ditampilkan polos tanpa gambar.

Dari produk awal ini kemudian dimintakan masukan kepada ahli bahasa dan ahli pembuat puisi. Untuk ahli puisi, produk awal ini dimintakan masukan kepada bpk. Abd. Wachid dan untuk ahli bahasa dimintakan masukan kepada bpk Tirta Suwondo yang berlangsung di kampus UNS karena beliau kebetulan sedang menempuh pendidikan S-3 di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hasil dari masukan tersebut akhirnya diperoleh nama-nama penyair yang bisa digolongkan periode 1990 -2000 ini antara lain: Hamid Jabar

-zam Noor dengan ka

Gilimanuk-Ketapang; Radar Panca Dahana dengan karyanya berjudul

Selain itu, diperoleh pula sekelompok nama penyair yang berdasarkan karya yang dihasilkannya dapat digolongkan penyair periode 2000 -2010. Hal ini didasarkan pada ciri karya yang dihasilkannya yaitu: (1) menggunakan bahasa sehari-hari; (2) terdapat revolusi tipografi (3) terdapat penggantian tokoh manusia sebagai "aku lirik" dengan benda- benda). (4) terciptanya interaksi massal dari hal-hal yang bersifat individual. (5) komposisi dibangun dalam pengaturan partisipasi benda- benda, peristiwa-peristiwa, dalam perfeksi/kesempurnaan yang sejajar dan objektif. (6) banyak tercipta puisi-puisi profetik atau keagamaan/relijius (7) kritik sosial juga masih muncul dengan lebih keras karena kekuatan Orde Baru dan ketidakmenentuan situasi di tahaun 2000-an. (8) banyak tercipta puisi "nirbait" (tidak menggunakan sistem pembuatan bait-bait). (9)

penggunaan citraan alam benda. (10) pergeseran "atavisme"

(cerita/dongeng kuno) dengan pelukisan yang bersifat "isoterik" (terasing), bercirikan warna lokal dengan inovasi sehingga menghilangkan sifat keterasingan..(11) penggantian aku lirik luaran ke aku lirik dalaman (lebih bersifat batin).

Adapun penyair yang termasuk periode 2000-2010 antara lain: Afrizal Malna dengan kar

Abdul Wachid de

Adapun tahap yang terakhir adalah tahap validasi produk. Pada tahap ini dilakukan sebelum produk diujicobakan. Validasi isi materi puisi dimintakan masukan dari bpk. Abd. Wachid (seorang penyair) dan validasi penggunaan bahasa dimintakan masukan dari bpk. Tirta Suwondo (Balai Bahasa Jogyakarta).

3. Pengembangan Prototipe Menjadi Buku Teks Perkembangan Puisi

Indonesia Modern Berbasis Multikulturalisme

Untuk tahap pengembangan prototipe menjadi buku teks perkembangan puisi Indonesia modern periode 1990 2010 berbasis multikultural ini dilakukan dengan cara melakukan serangkaian uji coba. Uji coba yang pertama adalah uji coba terbatas. Pengertian uji coba

terbatas ini adalah uji coba yang dilaksanakan pada empat kelas tetapi pesertanya dibatasi hanya 20 siswa yang diambil secara acak dari kelas X-1 sampai dengan X-5. Hasil uji coba terbatas ini masih menunjukkan adanya beberapa kekurangan terutama tentang jumlah karya penyair yang diikutsertakan kurang berimbang. Karya setiap penyair ada yang disajikan hanya satu, dua, tiga bahkan sampai lima judul puisi namun belum semuanya terbahas maknanya. Tentang isi puisipun juga perlu diseleksi lagi yang benar-benar mewakili prinsip multikulturalisme dan sesuai ciri puisi periode tersebut.

Langkah berikutnya, dilakukan tahap uji coba lapangan utama atau sering disebut uji coba luas. Dikatakan uji coba luas karena siswa yang diikutsertakan lebih banyak jumlahnya dan lebih luas dari pada uji coba terbatas. Yaitu meliputi tiga kelas secara utuh per kelasnya berjumlah 40 siswa sehingga jumlah keseluruhan 120 siswa. Kelas yang dijadikan objek uji coba lapangan utama adalah kelas X-1, X-2, dan kelas X-4 dengan alasan kelas tersebut mempunyai kemampuan rata-rata hampir sama, serta mempunyai latar belekang sosial ekonomi yang seimbang.

Tahap awal yang dilakukan dalam uji coba lapangan utama ini adalah memberikan pre-test kepada siswa yang berisi sejumlah pertanyaan yang berkisar tentang isi puisi periode 1990 2010. Setelah kegiatan pre- test selesai barulah siswa diperkenalkan dan diajarkan puisi dengan

menggunakan buku teks perkembangan puisi periode 1990 2010.

pertemuan. Pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat membahas puisi periode 1990 -2000 dan pertemuan ke lima sampai pertemuan ke delapan membahas puisi periode 2000 2010.

Setelah kegiatan pembelajaran tentang perkembangan puisi selesai, barulah siswa diberikan post-test. Tentu saja isi pertanyaan antara pre-test dan post-test sama. Hasil kegiatan pre-test dan post-test kemudian diolah dan diuji dengan menggunakan uji t-non independen. Berdasarkan hasil pretest dan pos-test yang telah dihitung, dianalisis dengan uji t-non independen dan diketahui bahwa ada perbedaan nilai pre-test dengan nilai pos-test di kelas X-1, X-2 dan X-4 yaitu diperoleh nilai t (28,886) lalu dikonsultasikan dengan nilai t-tabel (dengan N=120, a= 0,05) diperoleh 1,66. Jadi t- hitung (28,886) > t-tabel (1,66) maka hipotesis diterima dan (Ho) ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prototipe buku Teks Perkembangan Puisi Indonesia Modern periode 1990-2010 untuk SMA yang diujicobakan secara luas di SMA Muhammadiyah I Surakarta terbukti bisa diterima untuk dijadikan bahan ajar puisi dalam bentuk buku pendamping atau buku pengayaan.

Agar bisa mendapatkan hasil yang baik, prototipe tersebut masih dimintakan lagi masukan-masukan dari pengguna yaitu guru dan siswa untuk menutup kekurangan-kekurangan yang ada. Karena guru dan siswa sebagai pengguna tentu berkaitan langsung dengan materi yang ada di dalamnya. Jadi mereka bisa merasakan kekurangan atau kelebihannya.

Masukan dari guru dan murid secara umum sudah menganggap bahwa produk ini sudah lebih baik dari sebelumnya. Namun mereka menghendaki cover yang berwarna agar lebih menarik minat belajar, dan terakhir mereka mengusulkan agar jumlah puisi yang ditampilkan cukup dua saja dari tiap-tiap penyair namun keduanya diberi ulasan secara tuntas tentang pengertian yang terkandung di dalamnya. Dari masukan-masukan tersebut, akhirnya produk puisi diperbaiki dan diberi cover berwana hijau dan dihiasi dengan beberapa foto penyair. Setiap nama penyair juga disertakan foto dalam keadaan berwarna sehingga menghapus rasa penasaran siswa tentang profil penyair tersebut.

4. Keefektifan Buku Teks Perkembangan Puisi Indonesia Modern

Dalam dokumen Sri Sunanik S841108041 (Halaman 113-120)