• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

Dalam dokumen Sri Sunanik S841108041 (Halaman 78-102)

Analisis data yang digunakan ada dua macam yaitu:

1. Untuk data kuantitatif (perbandingan antara hasil nilai pretest dan hasil nilai

posttest), dianalisis dengan menggunakan uji t-non independen.

2. Untuk data kualitatif dilakukan dengan analisis secara kualitatif.

Data yang sudah terkumpul melalui observasi, wawancara, lokakarya (FGD), pencatatan (field-note), dan dokumen, dianalisis melalui analisis data

secara kualitatif. Analisis data ini dilakukan secara terpadu dengan menggunakan pendekatan multikulturalime untuk pengembangan model buku Perkembangan Puisi Indonesia Periode 1990-20100 untuk SMA karena hasil akhirnya adalah berupa produk /buku dengan pendekatan multikulturalisme.

Data-data tersebut diuji validitasnya melalui trianggulasi teori dan trianggulasi peneliti, informan review, dan perpanjangan keikutsertaan, baru kemudian dianalisis. Dalam analisis data ini, prosedur analisis data dilengkapi dengan analisis interaktif seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984) sebagai berikut: Pengumpula n data Penyajia nData Reduks i data Kesimpulan-kesimpulan Penarikan/verivikasi

Gambar 2. Analisis data secara interaktif (Milies & Huberman, 2009) untuk bagian penelitian yang kualitatif.

Analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif. Analisis pertama ketika mengujicobakan produk awal model atau prototype menjadi model dilakukan dengan menggunakan sampel sebanyak 20 siswa yang diambil secara acak dari kelas X-1, X-2, X-3, dan X-4. Adapau uji coba yang kedua dengan sampel 120 siswa yang terdiri dari kelas X-1, X-2, dan X-4

Analisis berikutnya untuk mengetahui efektivitas buku teks tersebut digunakan teknik siklus satu dan siklus dua dengan tetap memperhatikan nilai pretest dan nilai post-test.

F. Prosedur Pengembangan Buku Teks

Dalam mengembangkan buku teks ini mengacu pada langkah- langkah pengembangan buku teks menurut Borg & Gall (1989: 775) adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal

Penelitian dan pengumpulan informasi ini meliputi kajian pustaka, pengamatan dan observasi kelas dan persiapan laporan awal. Penelitian awal atau analisis kebutuhan sangat penting dilakukan guna memperoleh

informasi awal untuk melakukan pengembangan. Ini bisa dilakukan misalnya malalui pengamatan kelas untuk melihat kondisi riil lapangan.

2. Perencanaan

Peremcanaan, yang mencakup merumuskan kemampuan,

merumuskan tujuan khusus untuk menentukan urutan bahan, dan uji coba skala kecil atau terbatas. Hal yang sangat urgen adalah merumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai oleh produk yang dikembangkan. Tujuan ini

dimaksudkan untuk memberikan informasi yang tepat untuk

mengembangkan program-program atau produk yang diujicobakan sesuai dengan tujuan khusus yang ingin dicapai.

3. Pengembangan Format Produk Awal

Pengembangan forma produk awal yang mencakup penyiapan bahan- bahan pembelajaran, dan alat evaluasi. Format pengembangan program yang dimaksudkan adalah bahan cetak, urutan proses.

4. Uji Coba Awal

Uji coba awl ini dilakukan satu sampai tiga sekolah yang melibatkan 6-12 subjek dan data hasil wawancara, observasi dan angket, dikumpulkan dan dianalisis.

5. Revisi Produk

Uji coba produk ini dilakukan atas dasar hasil uji coba awal. Hasil uji coba lapangan tersebut diperoleh informasi kualikatif tentang produk yang dikembangkan.

6. Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan pada 5-15 sekolah dengan melibatkan 30-100 subjek data kuantitatif. Hasil belajar dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan khusus yang ingin dicapai. Apabila memungkinkan, bisa dibandingkan dengan kelompok kontrol.

7. Revisi Produk

Revisi produk dikerjakan atas uji coba lapangan. Hasil uji coba lapangan dengan melibatkan kelompok subjek yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan keberhasilan produk dalam pencapaian tujuan dan pengumpulan informasi.

8. Uji Lapangan

Untuk uji lapangan ini melibatkan 10-30 sekolah terhadap 40-200 subjek yang disertai wawancara. Observasi dan penyampaian hasil angket, kemudian dilakukan analisis.

9. Revisi Produk Akhir

Yaitu revisi yang didasarkan pada uji lapangan. 10.Desimenasi dan Implementasi

Desiminasi adalah menyampaian hasil pengembangan (proses, prosedur, produk) kepada para pengguna yang professional melalui forum pertemuan atau menuliskan dalam jurnal atau dalam bentuk buku.

Model pengembangan menurut Borg & Gall ini bisa dijabarkan seperti diagram bawah ini:

ya

tidak

Gb.1. Model pengembangan menurut Borg & Gall

Tetapi dalam penelitian dan pengembangan buku teks ini, langkah-langkah tersebut disederhanakan menjadi seperti berikut ini:

1. Perencanaan

Sebelum melakukan penelitian ini disusunlah perencanaan yang matang, mulai dari menentukan masalah, tujuan, kriteria ketercapaian hasil, kegiatan lapangan yang harus dilksanakan. Oleh sebab itu peneliti merancang pengembangan di SMA Muhammadiyah I Surakarta Semester 2 mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Studi Eksplorasi

Dalam studi eksplorasi ini terdapat 2 langkah yang ditempuh yaitu: (1) studi pustaka; dan (2) studi lapangan tempat pengembangan akan dilaksanakan, yaitu di kelas X semester 2 di SMA Muhammadiyah I Surakarta, mata pelajaran bahasa Indonesia. Studi pustaka berkaitan dengan

revi si Penulisan alat ukur

dan keberhasilan Identifikasi kebutuhan Perumusan tujuan Penulisan naskah Naskah siap produksi Tes uji coba

penggunaan kurikulum, teori apresiasi puisi, teori yang berkaitan dengan pendekatan multikultural, dan teori yang berkaitan tentang pendidikan/ pembelajaran.

Adapun studi lapangan dilakukan berkaitan dengan penggunaan buku, minatnya terhadap apresiasi puisi, ketersediaan bahan ajar apresiasi puisi, dan kondisi kelas yang digunakan untuk pengembangan.

3. Pengembangan Bentuk Awal Produk (Prototype Model)

Pada tahap ini akan dikembangkan produk awal atau prototype buku teks Perkembangan Puisi Indonesia Modern Periode 1990-2010 Untuk

SMA -kali melalui

perbaikan dan perbaikan oleh pakar dan pengguna. Yang dimaksud pengguna dalam hal ini adalah guru dan siswa. Untuk guru yang dimaksud adalah yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di semua tingkatan kelas di SMA Muhammadiyah I Surakarta. Sedangkan pengguna lain adalah siswa dalam hal ini siswa kelas X di SMA Muhammadiyah I Surakarta.

4. Validasi Produk

Setelah tersusun bentuk awal produk, langkah berikutnya adalah melakukan validasi produk untuk dikembangkan menjadi produk yang benar- benar berkualitas sesuai dengan pandangan para ahli agar bisa diterima oleh pengguna. Validasi produk (menurut Janali), ada dua macam yaitu: (1) validasi produk, artinya validasi yang berkaitan dengan bentuk fisik produk itu, misalnya petunjuk, keterbacaan, sistematika, kualitas tampilan gambar, komposisi warna, cara penyampaian materi, dan daya tarik produk; (2)

validasi instruksional, artinya validasi yang berkaitan dengan kesesuaian muatan isi, dengan tuntutan kualitas materi dan aspek aspek kependidikan/ kepengajarannya yang meliputi misalnya: kedalaman materi, keluasan materi, ketepatan urutan, kemungkinan interaksi guru-siswa, dan evaluasi yang akan disampaikan.

Validasi produk dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara yaitu validasi ahli (expert judgment) dan validasi lapangan atau fiield testing. adapun validasi lapangan dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu uji coba lapangan awal dan perbaikan (preliminary field testing) dan uji coba lapangan utama dan perbaikan (main field testing).

a. Validasi Ahli (Expert Judgment)

Validasi ahli sangat perlu dilakukan agar produk yang dihasilkan benar-benar bisa maksimal. Validasi ahli ini dilakukan dengan cara meminta masukan dari para ahli di bidangnya yaitu Bpk. Abd. Wachid (penyair) dan Bpk. Tirta Suwondo (Balai Bahasa Jogjakarta) di kampus UNS baik berupa kritik atau saran demi penyempurnaan bahan ajar sebagai produk yang dihasilkan.

b. Uji Lapangan Awal dan Perbaikan (Prelimenary Field Testing)

Untuk Pengujian lapangan awal produk bahan ajar ini dilakukan secara terbatas pada kelompok yang terbatas pula. Kelompok tersebut berasal dari pemakai yaitu guru dan siswa. Pada tahap ini dilakukan diskusi antara peneliti (pengembang), dosen, guru, dan beberapa siswa kelas X di SMA Muhammadiyah I Surakarta yang kemudian disebut

Focus Group Discussion. Hasil/nilai dari pelaksanaan pretest dan hasil post-test kemudian dianalisis dengan uji t Non-Independent. Setelah mendapatkan berbagai masukan dari para ahli, guru dan siswa melalui Forum Group Discution, maka buku teks diperbaiki sesuai dengan masukan tersebut.

c. Uji Lapangan Utama dan Perbaikan (Main Field Testing)

Dalam Uji coba lapangan utama atau uji coba luas dilaksanakan pada siswa kelas X-1, X-2, dan X-4 di SMA Muhammadiyah I Surakarta. Pelaksanaan uji coba ini yaitu dengan cara mengajarkan buku teks tersebut di kelas oleh peneliti. Sebelum dilaksanakan uji coba, dilakukan pre-test tentang perkembangan puisi Indonesia periode 1990-2010. Dan setelah pelaksanaan uji coba, dilakukan post-test. Hasil/nilai dari pelaksanaan pretest dan hasil post-test kemudian dianalisis dengan uji t Non-Independent (Herman J. Waluyo, 1992: 136) dengan rumus berikut:

Keterangan rumus: Keterangan rumus:

= Nilai rata-rata antara post-test dikurangi pre-test = Kuadrat dari selisih pre-test dikurangi post-test D = Selisih post-test dikurangi pre-test

Nilai t itu kemudian dikonsultasikan dengan nilai t tabel. Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis diterima (ho ditolak), jika t hitung < t tabel, maka hipotesis ditolak atau Ho diterima.

d. Uji lapangan Operasional dan Perbaikan Akhir (Operational Field

Testing)

Pelaksanaan uji lapangan operasional atau perbaikan akhir ini sebenarnya merupakan pelaksanaan untuk mengetahui keefektifan produk. Siswa yang menjadi objek uji keefektifan ini adalah siswa kelas XI IS-3 yang berjumlah 40 orang. Sebelum pelaksanaan uji coba dilaksanakan, terlebih dulu dilaksanakan pretest, dan sesudah pelaksanaan juga diberikan posttest. Uji coba ini bisa dilaksanakan oleh pengguna secara langsung dalam hal ini oleh guru pengajar atau oleh peneliti. Hasil pretest dan. posttest kemudian di analisis untuk menentukan keefektifan bahan ajar yang disusun dalam pembelajaran apresiasi puisi. Uji statistik untuk menentukan keefektifan buku teks ini adalah dengan statisik sederhana Uji t non-independent, dengan rumus uji t- non-independent seperti pada tahap c, hanya saja memang kondisi D- nya berasal dari pretest dan postest yang berbeda.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Buku Teks Perkembangan Puisi Indonesia Periode 1990-

2010 untuk Siswa dan Guru di SMA Muhammadiyah I Surakarta

Dalam rangka mengetahui kebutuhan guru dan siswa di SMA Muhammadiyah I Surakarta tentang buku teks puisi Periode 1990-2010, dilakukan studi pendahuluan. Hasil studi pendahuluan di SMA Muhammadiyah I Surakarta dalam kebutuhan buku teks tentang

Perkembangan Puisi Indonesia periode 1990-2010 berbasis

Multikulturalisme ini terdapat empat hal pembahasan yaitu: (1) adanya kebutuhan guru dan siswa tentang buku teks Perkembangan Puisi Indonesia 1990-2010; (2) tidak adanya buku teks tentang perkembangan

puisi Indonesia periode 1990-2010 di perpustakaan; (3) adanya pembelajaran puisi yang hanya bersumber dari buku paket atau buku materi pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia saja; (4) Adanya rasa ingin tahu siswa tentang perkembangan puisi dari penjelasan guru, sementara guru masih belum menguasai betul tentang teknologi informatika. Berikut ini penjelasan dari masing-masing temuan di atas.

1. Adanya kebutuhan guru dan siswa tentang buku teks

Perkembangan Puisi Indonesia 1990-2010

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan (guru) tentang pembelajaran materi puisi yang diajarkan di kelas, ternyata diperoleh informasi bahwa pembelajaran materi puisi diberikan dengan sangat terbatas dan hanya diberikan sesuai yang ada di buku materi pelajaran bahasa Indonesia atau sering disebut dengan buku paket saja. Hal ini terjadi karena dua hal, yaitu guru tidak mengetahui perkembangan puisi di Indonesia dan selama ini buku-buku yang khusus membahas tentang perkembangan puisi juga belum pernah ada dan belum pernah diterbitkan.

Begitu juga informasi yang diperoleh dari informan lain (siswa) juga didapat kenyataan bahwa pembelajaran puisi yang diperoleh siswa hanya sebatas yang ada pada buku pelajaran saja. Hal ini membuat siswa menjadi patah semangat untuk bisa belajar puisi secara mendalam. Apalagi jika puisi yang dicantumkan di buku atau dicontohkan dalam buku tersebut adalah puisi yang pernah ia baca ketika mereka berada di

Sekolah Menengah Pertama dan dari pengarang-pengarang yang sudah pernah ia kenal pula seperti W.S Rendra, Sutardji Colzum Bahri dan lain- lain.

Kenyataan lain yang mengungkapkan perlunya buku teks tentang perkembangan puisi Indonesia didapat dari kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran bahasa Indonesia se-Surakarta. Anggota MGMP ini pada umumnya merasa bahwa karya sastra baik prosa maupun puisi banyak bermunculan, dan khusus tentang puisi sampai sejauh ini belum pernah ditemukan buku yang khusus membahas tentang perkembangan puisi di tanah air. Padahal zaman terus berkembang dan generas tua atau generasi pendahulu sudah banyak yang berguguran, kiranya generasi penerus bangsa ini (siswa SMA) seharusnya perlu mengetahui sejarah perkembangan sastra yang terjadi saat ini.

Hal ini terasa wajar karena dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam Permendiknas no.22 tahun 2006 (tentang standar isi) telah disebutkan adanya pembelajaran materi khusus puisi yang wajib diberikan baik di kelas X maupun kelas XII, sehingga kebutuhan buku teks tentang perkembangan puisi Indonesia yang dirasakan oleh guru dan siswa perlu segera direalisasikan agar pembelajaran puisi bisa menambah wawasan dan kreativitas siswa.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam Permendiknas no.11 tahun 2005 (tentang Buku Teks) pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa buku teks pelajaran digunakan sebagai acuan wajib oleh guru dan peserta didik

dalam proses pembelajaran; (2) Selain buku teks pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) guru menggunakan buku panduan pendidik dan dapat menggunakan buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran; (3) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik, guru dapat menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku referensi. Berdasarkan pada ketentuan di atas, maka kehadiran buku teks tentang perkembangan puisi Indonesia periode 1990- 2010 sebagai buku pengayaan tentu akan sangat membantu dalam menambah pengetahuan siswa dalam pembelajaran materi puisi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Kehadiran buku teks tentang perkembangan puisi Indonesia periode 1990-2010 berbasis multikulturalisme akan mendampingi buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang telah banyak beredar di sekolah. Buku teks puisi ini berisi nama-nama pengarang beserta hasil

karyanya yang dapat menambah ilmu pengetahuan tentang

perkembangan puisi di Indonesia.

2. Kebutuhan Buku Teks

Dalam kegiatan belajar dan mengajar, salah satu sarana yang paling penting dan sangat dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran di sekolah adalah buku. Karena dalam bukulah semua ilmu itu ditungkan dan dijelaskan oleh ahlinya sehingga semua lapisan masyarakat dapat membaca dan mempelajarinya sebagai ilmu pengetahuan. Tak jarang buku telah menjadi jawaban dari masalah yang sedang dihadapi. Hal ini

berarti buku menuntun ke arah hidup yang lebih baik. Semakin banyak seseorang membaca buku, maka semakin banyak pula pengetahuannya.

Begitu pentingnya kehadiran sebuah buku dalam dunia pendidikan sehingga hampir dapat dipastikan bahwa tanpa kehadiran buku tentu akan menghambat proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Pantaslah jika buku dikatakan sebagai jendela ilmu. Hal ini dimaksudkan bahwa semua buku pasti berisi informasi tentang suatu ilmu. Adapun berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Muhammadiyah I Surakarta diperoleh informasi dari informan (petugas perpustakaan) bahwa buku yang terdapat di perpustakaan SMA Muhammadiyah I Surakarta sangat banyak dan beragam. Hanya saja, buku yang membahas tentang perkembangan puisi dari tahun 1990-an hingga periade 2010-an belum ada.

Jumlah dan jenis buku di perpustakaan SMA Muhammadiyah I Surakarta diinventaris dan dicatat berdasarkan golongannya. Sampai saat ini buku yang terdapat di perpustakaan SMA Muhammadiyah I Surakarta terdiri dari buku paket Depdikbud berjumlah 5848 eksemplar yang terdiri dari 42 judul, Buku fiksi yang terdiri dari novel sastra berjumlah 260 eksemplar dengan 30 judul, dan novel fiksi non sastra berjumlah 3778 eksemplar terdiri dari 791 judul.

Adapun buku dengan golongan (000) adalah buku Karya Umum berjumlah 76 eksemplar terdiri dari 66 judul, buku golongan (100) adalah buku Ilmu filsafat berjumlah 171 eksemplar terdiri dari 132 judul.

Adapun buku golongan (200) untuk buku ilmu agama berjumlah 820 eksemplar terdiri dari 605 judul, dan buku golongan (300) untuk buku ilmu sosial berjumlah 861 eksemplar terdiri dari 556 judul. Buku golongan (400) adalah buku ilmu bahasa berjumlah 137 eksemplar terdiri dari 92 judul buku.

Untuk buku golongan (500) adalah buku Ilmu Pasti berjumlah 285 eksemplar terdiri dari 207 judul. Golongan (600) untuk buku Terapan berjumlah 426 eksemplar terdiri dari 351 judul. Adapun Ilmu Kesusastraan termasuk golongan (800) berjumlah 136 eksemplar terdiri dari 139 judul, dan untuk Ilmu Geografi dan Sejarah termasuk golongan (900) berjumlah 184 eksemplar terdiri dari 139 judul, serta buku lain-lain berjumlah 3778 eksemplar terdiri dari 2676 judul.

Dari jumlah buku di atas, khusus untuk buku mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang ada di perpustakaan SMA Muhammadiyah I Surakarta terdapat 5 judul buku pegangan guru berjumlah 25 eksemplar, buku kumpulan soal dan pembahasan berjumlah 230 eksemplar terdiri 87 judul, dan buku penunjang lainnya berjumlah 55 eksemplar terdiri dari 12 judul, serta buku cerita rakyat atau fokloor terdiri dari 22 judul berjumlah 55 eksemplar, serta KBBI.

Adapun untuk buku sastra yang berbentuk prosa fiksi sudah terdapat beberapa hasil karya pengarang yang popular di tahun 2000-an antara lain: Tere Liye dengan karyanya berjudul Ayahku (bukan) Pembohong; Oka Rusmini dengan judul Tarian Bumi; Fira Basuki

dengan judul Pintu; Abidah El Khaliqy dengan judul Perempuan Berkalung Surban; Habiburahman El Syirat dengan judul Bumi Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Cinta Suci Zahrana, Andrea Hirata dengan judul Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Namaku Karpov; Kirana Kejora dengan Air Mata Terakhir Bunda, serta Ahmad Fuadi dengan Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna.

Selain terdapat karya sastra yang terkenal tahun 2000-an, terdapat

juga karya-karya Sutan Takdir Alisyahbana dengan Layar

Terkembangnya; Nur Sutan Iskandar dengan karyanya Siti Nurbaya; Armin Pane dengan karyanya Salah Asuhan, serta Ahmad Tohari dengan judul karyanya Ronggeng Dukuh Paruk, Bekisar Merah, Merahnya Merah.

Namun untuk materi sastra khusus puisi hanya terdapat buku kumpulan puisi karya penyair-penyair kenamaan sekitar tahun 1945-an seperti Sutardji Colzum Bahri, W.S Rendra, Chairil Anwar, Ramadhan K.H dan sebagainya. Untuk buku yang membahas puisi sekitar tahun 1990-an belum tersedia di perpustakaan SMA Muhammadiyah I Surakarta dan memang belum pernah ditemukan di toko buku.

3. Sumber Pembelajaran Puisi

Buku merupakan sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Dengan buku, masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan yang belum pernah diketahui. Banyak sekali manfaat yang didapat jika membaca buku, selain menambah pengetahuan juga memberikan

kesenangan tersendiri serta bisa memberikan banyak kebijakan. Dengan membaca buku seseorang dapat merasakan sesuatu yang tertuang dalam setiap goresan tintanya. Buku itu ibarat guru yang tak pernah marah, tetapi jika tidak betul-betul menghormatinya, maka pembaca tidak akan mendapatkan ilmunya.

Begitu juga dalam kegiatan belajar dan mengajar, keberadaan buku memang sangat perlu. Agar ilmu pengetahuan itu menjadi lebih luas, maka kegiatan belajar mengajar tidak cukup hanya mengandalkan satu buku tertentu saja. Tentunya perlu kehadiran buku-buku lain yang bisa berupa buku pengayaan ataupun buku pendamping. Buku-buku tersebut mempunyai fungsi memperjelas dan memperluas pembahasan materi serta pengetahuan yang terdapat dalam buku wajib.

Namun pada kenyataan yang terjadi di SMA Muhammadiyah I Surakarta, pembelajaran materi bahasa dan sastra Indonesia khususnya materi puisi, pembahasannya masih terbatas pada materi yang terdapat dalam buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia saja. Hal ini bisa diketahuai melalui hasil wawancara dan observasi dengan guru pengajar bidang studi bahasa dan sastra Indonesia kelas X maupun wawancara dan observasi terhadap siswa kelas X secara langsung.

Dalam kegiatan belajar dan mengajar yang berlangsung di SMA Muhammaduyah I Surakarta, buku yang digunakan oleh siswa adalah buku yang berjudul Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SMA progam IPA dan IPS terbitan Depdiknas karangan Adi Abdul Somad,

Aminudin, dan Yudi Irawan. Pada buku pelajaran ini terdapat pembahasan tentang puisi yang dihasilkan oleh Sapardi Djoko Darmono dan Puisi berjudul "Tragedi Winka & Sihkha" karya Sutardji Calzoum Bachri. Sedangkan pada bagian pembahasan isi puisi juga dicontohkan

-

uk -contoh puisi yang terdapat di dalam buku pelajaran ini sajalah yang diajarkan kepada siswa tanpa menambahkan contoh puisi lain dari pengarang-pengarang yang termasuk angkatan/periode tahun 2000-an.

Seharusnya untuk menambahkan pemahaman dalam pembelajaran puisi yang meliputi pemaknaan puisi, citraan, struktur, dan perasaan dalam puisi perlu ditambahkan latihan bagi siswa. Materi pembelajaran bisa saja diambilkan dari internet, atau buku pengayaan, buku pendamping yang sesuai seperti puisi-puisi hasil karya Wiji Thukul yang

karena puisi-puisi tersebut mempunyai citraan yang mudah dikenali. Adanya keterbatasan materi puisi yang dirasakan guru dapat terlihat dari proses pembelajaran. Saat mengawali proses kegiatan belajar mengajar dengan materi puisi, terlihat bahwa siswa yang telah duduk di

kursi masing-masing diminta oleh guru untuk membuka buku pelajaran pada halaman yang ditentukan. Selanjutnya siswa juga diminta untuk mengeluarkan buku catatan masing-masing.

Bahkan ketika terdapat anak yang mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi puisi, guru hanya menjawab dengan jawaban yang sama dengan penjelasan awal pembelajaran dan tidak berusaha menjelaskan pertanyaan siswa dengan memberikan contoh dari puisi lainnya. Gambaran ini sangat memperjelas bahwa materi puisi yang diketahui guru hanya terbatas pada materi yang berada di buku teks. Lebih memprihatinkan lagi saat salah seorang siswa yang bernama Faradila menanyakan siapakah penyair yang terkenal setelah Almarhum W.S Rendra saat ini? Guru hanya mempersilakan siswa untuk mencari informasi di internet.

Dengan adanya fenomena di atas, menandakan bahwa guru masih tergantung pada buku paket saja dan kurang mau berusaha untuk memperkaya pengetahuannya melalui media yang lain. Padahal saat ini

Dalam dokumen Sri Sunanik S841108041 (Halaman 78-102)