• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Penyelesaian Sengketa Magersari Tanah Hak Milik

Sebagai wujud keinginan dan kepedulian Pemerintah untuk menangani konflik dan sengketa pertanahan yang mempunyai implikasi langsung terhadap “korban” di bidang pertanahan, Badan Pertanahan Nasional dalam mengemban amanah untuk mengelola bidang pertanahan sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional yang menyebutkan bahwa :

Pasal 2

Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral

dan Pasal 3 huruf n

Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang pertanahan

Hal ini tercermin dalam hal Badan Pertanahan Nasional pusat untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsinya yang selanjutnya di tingkat Kabupaten/Kota, yaitu pada setiap Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, dalam hal ini Kantor Pertanahan Kota Surakarta dibentuk Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara (Pasal 4 dan Pasal 32 Peraturan Kepala BPN No 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan), dan sebagaimana Tugas Pokok dan Fungsinya, dalam menyelesaikan sengketa pertanahan, langkah yang ditempuh salah satunya adalah pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan melalui bentuk mediasi (Pasal 54 huruf c Peraturan Kepala BPN Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan).

commit to user

Adapun mengenai prosedur penyelesaian sengketa pertanahan di Kantor Pertanahan penulis sajikan alur pemikirannya sebagai berikut :

Gambar III. 1. Prosedur Penyelesaian Sengketa di Kantor Pertanahan

Penjelasan :

Proses sengketa pertanahan jika ingin diselesaikan melalui Kantor Pertanahan alur prosedurnya seperti skema di atas, yaitu proses pertama pengaduan, dalam sengketa pertanahan yang mengadukan ke pihak Kantor Pertanahan Kota Surakarta adalah wakil dari pemegang hak atas tanah. Selanjutnya oleh

PENGADUAN MENELAAH PEMANGGILAN KEDUA BELAH PIHAK UPAYA MUSYAWARAH/MEDIASI

BERHASIL TIDAK BERHASIL

commit to user

Kantor Pertanahan Kota Surakarta surat pengaduan maupun pengaduan lisan tersebut diterima oleh Seksi Sengketa Konflik dan Perkara, oleh seksi ini

dilakukan telaah kasus yakni mengumpulkan data-data kemudian

menginventarisasikan data tersebut untuk dikaji dan dianalisis. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat memetakan dan mengklasifikasikan bentuk konflik yang sedang dihadapi sehingga dapat merancang metode pendekatan yang efektif dalam menyelesaikan sengketa tersebut. Proses selanjutnya adalah pemanggilan para pihak yang bersengketa untuk dilakukan sesi tanya jawab antara pemegang hak atas tanah dan para Magersari, mengenai apa yang hendak diutarakan kedua belah pihak agar bisa tersampaikan keluhan maupun keinginan mereka masing-masing. Dalam tahap ini biasanya kedua belah pihak yang bertikai ditawarkan bentuk penyelesaian secara mediasi dengan sistem musyawarah untuk mufakat. Kalau pada tahap mediasi ini berhasil dan para pihak setuju dengan hasil mediasi, lalu oleh seksi Sengketa, Konflik dan Perkara dibuatkan Berita Acara Mediasi yang berisi hasil kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan jika proses mediasi gagal maupun tidak ditemukan jalan tengah, upaya selanjutnya yang bisa ditempuh para pihak yaitu melalui jalur pengadilan.

Sengketa pertanahan yang penulis teliti dalam penulisan hukum (skripsi) ini terjadi di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Tepatnya dengan obyek sengketa yakni tanah dengan sertipikat Hak Milik Nomor 156 yang terletak di Danukusuman RT. 03 RW. 01, Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Pencitraan atau lay out Wilayah Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta sebagai berikut :

commit to user

Gambar III. 2. Pencitraan Kelurahan Danukusuman

Sumber : Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

Tanah yang menjadi sengketa merupakan tanah Hak Milik dengan luasnya ± 445 m², dengan sejarah ataupun silsilah yakni, asal mulanya Ibu Bei Joparosa menikah dengan Bapak Langen Sewoko, tetapi mereka tidak mempunyai keturunan. Namun Bapak Langen Sewoko mempunyai 3 (tiga) orang keponakan yaitu Bapak Harko Pinilih, Ibu Wiryo Sukarto, dan Bapak Amung. Ibu Wiryo Sukarto menempati sebagian tanah di bagian belakang sampai sekarang pun masih ada. Sedangkan Bapak Amung menjual kepada Bapak Hardjo Taruno separuh tanah di bagian barat. Jadi sertipikat pertama atas nama dua orang yaitu Bapak Harko Pinilih dan Bapak Hardjo Taruno.

Bapak Harko Pinilih menikah dua kali, dengan istri pertama mempunyai anak bernama Wongso Diryo dan dengan istri kedua tidak mempunyai anak. Sedangkan Bapak Hardjo Taruno juga menikah dua kali, dengan istri pertama mempunyai anak bernama Bapak Warno Suripto dan dengan istri kedua tidak mempunyai keturunan. Jadi sertipikat kedua atas nama tiga orang yaitu Ibu Wongso Diryo, Ibu Hardjo Taruno dan Bapak

commit to user

Warno Suripto. Inilah sepenggal sejarah tanah Danukusuman, silsilah keluarga pemilik Hak Milik Tanah Nomor 156 akan dilampirkan. (data terlampir)

Sengketa pertanahan yang terjadi di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta terjadi karena tanah Hak Milik Nomor 156 tersebut dihuni oleh para Magersari yang berjumlah sembilan orang Kepala Keluarga. Pokok sengketanya yaitu para ahli waris tanah Danukusuman ingin mempergunakan tanahnya tersebut untuk kepentingan mereka dan para Magersari yang bertempat tinggal di atas tanah Danukusuman diminta mengosongkan dan meninggalkan tanah tersebut. Tetapi para Magersari tidak mau beranjak meninggalkan rumah mereka karena berbagai alasan, sehingga hal ini menimbulkan permasalahan antara pemilik tanah dengan para Magersari yang menghuni tanah sengketa tersebut.

Tanah Magersari banyak dijumpai di Kota Surakarta dan pendudukannya secara illegal terhadap tanah-tanah yang tidak dipelihara oleh pemiliknya (tanah terlantar). Kondisi seperti ini berpotensi untuk terjadinya konflik pertanahan. Timbulnya sengketa hukum atas tanah adalah bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang/badan) yang berisi keberatan-keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi dengan ketentuan peraturan yang berlaku (Rusmadi Murad, 1991: 22).

Salah satu sengketa pertanahan yang ditangani oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta adalah tanah yang terletak di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Adapun kepemilikan tanah tersebut atas nama 10 (sepuluh) orang antara lain yakni :

1. Sunarto,

2. Ny. Marsis Handayani, 3. Ny. Endang Kristiyani, 4. Iswahyudi,

5. Ny. Dwi Wahyuni,

commit to user

7. Ny. Kuwati,

8. Suroso Siswo Hardjono, 9. Sri Wahyuni,

10.Lidia Sri Darmini

yang kesepuluh orang tersebut merupakan para ahli waris dengan sertipikat Hak Milik Nomor 156 , di mana tanah tersebut dihuni oleh 9 (sembilan) orang magesan diantaranya :

1. Tanggono / Tatik, 2. Slamet Hadi Martono, 3. Subandi, 4. Slamet R / Dandung, 5. Wiyono, 6. Slamet Widodo, 7. Sugito, 8. Harto Setiyono,

9. Trimo Raharjo Mulyono.

sejak tahun 1920 atau kurang lebih 100 tahun yang lalu, para magersari tersebut menempati tanah tersebut dengan seizin pemilik tanah, dengan tujuan untuk menemani dan menggarap tanah tersebut tetapi dengan beriringnya waktu, orang tua pemilik tanah tersebut meninggal dunia dan oleh para ahli warisnya tanah tersebut akan dipergunakan untuk kepentingan mereka dan para Magersari diminta mengosongkan dan pindah dari tanah tersebut, sehingga menimbulkan permasalahan antara pemilik tanah secara yuridis dengan sekelompok orang yang menghuni tanah tersebut (Magesan). Namun, para magersari tidak mau beranjak pergi meninggalkan tanah tersebut dengan alasan bahwa pada tanah tersebut berdiri rumah peninggalan dari orang tua mereka, pada tahun 2008 telah diupayakan pendekatan untuk menyelesaikan sengketa antara para magersari dengan pemilik tanah namun tidak pernah terjadi suatu kesepakatan, pada awal tahun 2010 para pihak berkeinginan untuk melanjutkan penyelesaian sengketa diantara mereka melalui Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

commit to user

Berdasarkan alur pada gambar III. 1 di atas, pada tanggal 21 Maret 2010, pemilik tanah memberikan kuasa penuh kepada Priyono untuk mengadukan permasalahan tersebut secara tertulis ke Kantor Pertanahan Kota Surakarta, pihak dari pemegang hak yang diwakili oleh Priyono melaporkan tentang permasalahan tanah pekarangan Hak Milik Nomor 156 yang terletak di Danukusuman RT. 03 RW. 01 Kecamatan Serengan Kota Surakarta dengan luas ± 445 m² yang sejak kurang lebih dua puluh tahun ditempati beberapa Magersari tersebut di atas, dan pihak Magersari tersebut telah menempati tanah tanpa seizin yang mempunyai hak (para ahli waris). Pihak wakil dari pemegang hak melaporkan ke Kantor Pertanahan kota Surakarta karena tanah pekarangan tersebut akan dipergunakan oleh para ahli waris. Tujuan pihak pemegang hak melapor karena beritikad baik mau menyelesaikan permasalahan tersebut dengan jalan musyawarah.

Kemudian langsung direspon secara positif oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta melalui Seksi Sengketa, Konflik, dan Perkara (SKP). Hal pertama yang dilakukan oleh Seksi SKP adalah memanggil semua pihak yang bersengketa ke Kantor Pertanahan Kota Surakarta dengan memberikan undangan kepada para pihak agar hadir dalam pertemuan tersebut. (data terlampir)

Proses pertama yang dilakukan Kantor Pertanahan Kota Surakarta dalam penyelesaian sengketa pertanahan yang terjadi di Kelurahan Danukusuman Kecamatan Serengan ini adalah inventarisasi atau pengumpulan data. Adapun hasil dari pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Tanah yang menjadi sengketa seluas + 445 m2, terletak di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta;

2. Bahwa di atas tanah tersebut telah didirikan bangunan tempat tinggal oleh 9 (sembilan) Kepala Keluarga (KK) sejak tahun 1920-an;

3. Bahwa Pada tanggal 21 Maret 2010 adanya pengaduan secara tertulis dari Priyono selaku kuasa dari para pemilik tanah untuk mengadukan permasalahan tersebut ke Kantor Pertanahan Kota Surakarta, sedangkan 9

commit to user

(sembilan) orang lainnya (Magesari) sebagai orang yang menempati tanah sekarang dan Kantor Pertanahan Kota Surakarta sebagai Mediator.

Kemudian dari hasil inventarisasi dan identifikasi atau pengumpulan data itu, dilakukan pengolahan data oleh Sub Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara Kantor Pertanahan Kota Surakarta, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bahwa konflik yang terjadi di Kelurahan Danukusuman Kecamatan Serengan sudah terjadi sejak tahun 1980antara pemilik tanah dengan para Magesari terhadap tanah seluas + 445 m2 tersebut;

2. Kondisi fisik para Magersari yang kebanyakan ialah pensiunan;

3. Para Magersari kebanyakan pekerjaannya tidak tetap dan kategori ekonomi lemah;

Hasil pengolahan data tersebut, selanjutnya dilakukan analisis dengan tujuan untuk dapat memetakan dan mengklasifikasikan bentuk konflik yang sedang dihadapi sehingga dapat merancang metode pendekatan yang efektif dalam menyelesaikan sengketa tersebut. Hasil analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Bahwa sengketa yang terjadi di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan antara Pemilik Tanah (pemilik tanah secara yuridis) dengan 9 (sembilan) orang Magersari atau yang menempati tanah tersebut dalam Tipologi Sengketa Penguasaan dan Kepemilikan, artinya sengketa tersebut terjadi karena merupakan ekspresi perasaan dan pengartikulasian dari persepsi ke dalam suatu tindakan, untuk mendapatkan suatu kebutuhan (kebutuhan dasar, kepentingan dan kebutuhan akan identitas) yang memasuki wilayah kebutuhan orang lain. Dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk mendirikan bangunan-bangunan untuk dijadikan tempat tinggal di atas tanah yang sudah diterbitkan sertipikat hak atas tanah.

2. Bahwa untuk meminimalkan akibat yang ditimbulkan oleh sengketa pertanahan yang terjadi antara pemegang sertipikat hak atas tanah dengan 9 (sembilan) orang Magesari atau yang menempati tanah, maka harus segera dilakukan penyelesaian terhadap sengketa yang terjadi.

commit to user

3. Bahwa sebelumnya perlu diadakan gelar perkara untuk mempertemukan kedua belah pihak, agar dapat dicari petunjuk penyelesaian yang tepat untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta.

Hasil analisis ini kemudian diproses oleh bagian Sengketa, Konflik dan Perkara untuk ditindak lanjuti. Sedangkan tindakan 9 (sembilan) orang Magersari tersebut merupakan bentuk pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya. Namun demikian, dalam menyikapi konflik-konflik dan sengketa pertanahan yang timbul, harus melihat dari beberapa sudut pandang dengan tetap mengedepankan keadilan dan tidak merugikan kedua belah pihak, jadi tidak hanya dipandang dari sisi perbuatan Magersari saja, tetapi juga dari segi pemanfaatan dan penggunaan tanahnya oleh pemilik, apabila dari segi pemanfaatannya tanah tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal bahkan terkesan ditelantarkan oleh pemiliknya.

Dalam hal ini penyelesaian sengketa pertanahan antara 9 (sembilan) orang Magersari dengan 10 (sepuluh) orang pemegang hak atas tanah tersebut, dengan tetap mengedepankan keadilan, langkah yang ditempuh salah satunya adalah dengan melaksanakan mediasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis akan memaparkan proses penyelesaian sengketa di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan, yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta melalui mediasi.

Gambar III. 3. Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Danukusuman

SENGKETA

MEDIASI

SELESAI Tanah

commit to user

Menurut skema di atas, penyelesaian sengketa tanah di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta alurnya sesuai dengan tahapan bagan tersebut. Penanganan masalah maupun sengketa pertanahan melalui lembaga mediasi oleh Badan Pertanahan Nasional biasanya didasarkan dua prinsip utama, yaitu :

1. Kebenaran-kebenaran formal dari fakta-fakta yang mendasari

permasalahan yang bersangkutan;

2. Keinginan yang bebas dari para pihak yang bersengketa terhadap objek yang disengketakan.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, bahwa kesepakatan/perjanjian yang dibuat secara sah antara kedua belah pihak ini berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Jadi, para pihak harus mematuhi apa yang menjadi kesepakatan mereka bersama. Penyelesaian sengketa secara musyawarah dengan jalur mediasi yang disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu 9 (sembilan) orang Magersari, serta 10 (sepuluh) orang pemilik sertipikat hak atas tanah tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip mediasi, mengingat tujuan utama mediasi adalah untuk menyelesaikan masalah, bukan sekedar menerapkan norma maupun menciptakan ketertiban saja namun dalam pelaksanaannya juga harus didasarkan prinsip-prinsip umum sebagai berikut :

1. Sukarela

Prinsip ini sangat penting karena para pihak mempunyai kehendak yang bebas untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek sengketa. Hal ini dimaksudkan agar dikemudian hari tidak terdapat keberatan-keberatan atas kesepakatan yang telah diambil dalam rangka penyelesaian sengketa tersebut.

2. Independen dan tidak memihak

Penyelesaian sengketa melalui mediasi harus bebas dari pengaruh pihak manapun, baik dari masing-masing pihak, mediator maupun pihak ketiga untuk itu mediator harus independen dan netral.

commit to user

3. Hubungan personal antara pihak

Penyelesaian sengketa selalu akan difokuskan pada substansi persoalan, untuk mencari penyelesaian yang lebih baik daripada sekedar rumusan kesepakatan yang baik. Hubungan antar para pihak diupayakan tetap terjaga meskipun persengketaannya telah selesai. Inilah yang menjadi alasan mengapa penyelesaian sengketa melalui mediasi bukan saja berupaya mencari solusi terbaik, tetapi juga solusi tersebut tidak mempengaruhi hubungan personal.

Mediasi yang dilakukan Kantor Pertanahan Kota Surakarta dalam penyelesaian sengketa di Keluran Danukusuman, Kecamatan Serengan antara pemegang sertipikat hak atas tanah dengan pihak Magesari atau yang menempati tanah dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan. Dalam kasus sengketa pertanahan ini, Kantor Pertanahan Kota Surakarta bertindak sebagai mediator. Dengan susunan keanggotaan yang terdiri dari pejabat di Kantor Pertanahan Kota Surakarta sebagai berikut :

1. Ketua Tim Mediasi : Kepala Seksi Sengketa Konflik dan

Perkara

2. Mediator : Kepala Sub Seksi Sengketa Konflik

3. Sekretaris : Kepala Sub Seksi Perkara

Kantor Pertanahan Kota Surakarta melakukan pendekatan kepada masing-masing pihak dengan memberikan undangan untuk memanggil para pihak yang bersengketa agar datang ke Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Adapun jalannya 4 kali pertemuan mediasi dalam proses penyelesaian sengketa pertanahan di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan adalah sebagai berikut :

1. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama yang diselenggarakan pada pukul 10.00 WIB, hari Rabu tanggal 4 Agustus 2010 bertempat di Kantor Pertanahan Kota Surakarta, dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh dan 9 (sembilan) orang Magersari atau yang menempati tanah, Pemilik Tanah yang diwakili oleh Priyono (pihak pemegang sertipikat Hak Atas Tanah), sedangkan dari

commit to user

Kantor Pertanahan Kota Surakarta diwakili oleh Prasetyo Utomo selaku Kepala Seksi Sengketa Konflik dan Perkara, Radiyanto selaku Kasubsi Sengketa Konflik, dan Untung Sudiyatmoko selaku Kasubsi Perkara sebagai notulen, pertemuan pertama ini membahas mengenai klausula yang akan dijadikan sebagai materi dalam mencapai sebuah kesepakatan. Klausula-klausula tersebut diantaranya :

a. Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta selaku pihak mediator akan membantu para pihak dalam menganalisis pendekatan-pendekatan sebagai sarana dalam mengatasi permasalahan yang terjadi, yaitu dengan menjalin hubungan dengan masing-masing pihak yang bersengketa.

b. Pihak mediator akan mengadakan pertemuan bersama untuk

merumuskan masalah dan mencari penyelesaian bersama guna mengakhiri sengketa.

Selain mengahasilkan suatu klausula, dalam pertemuan pertama ini dihasilkan suatu kesimpulan sementara yaitu :

a. Kedua belah pihak sepakat untuk dilalukan mediasi melalui Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

b. Para Magersari akan pikir-pikir dahulu, dan mereka juga menyebutkan keinginan yang harus dipenuhi oleh pihak pemilik tanah tentang penggantian tanah sengketa tersebut.

c. Pihak pemilik tanah akan berusaha mencarikan tempat untuk relokasi apabila semua menghendaki.

2. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua juga diselenggarakan di Kantor Pertanahan Kota Surakarta pada hari Senin tanggal 9 Agustus 2010 pukul 10.00, dalam hal ini bertindak sebagai mediator mengadakan pertemuan kaukus (mengadakan pertemuan dengan para pihak secara terpisah), tujuan dari diadakannya kaukus adalah :

a. Menjalin hubungan dengan para pihak.

commit to user

c. Memberikan wawasan kepada para pihak tentang prosedur atau tata cara mediasi.

d. Menjelaskan peran mediator.

e. Menyediakan ruang bagi para pihak untuk dapat merefleksikan persoalan secara individual dan privat mengenai :

1) apa yang terjadi. 2) apa yang dirasakan.

3) bagaimana hal ini bisa diselesaikan.

4) apakah dengan proses mediasi dan pendekatan win-win solution bisa membantu.

Setelah dilakukan kaukus antara para pihak, pertemuan kedua, diadakan dengan agenda pertemuan antara mediator dengan 9 (sembilan) Magersari atau orang yang menempati tanah tersebut. Pertemuan ini membahas agenda tentang :

a. Penjelasan mengenai peran mediator dalam menyelesaikan

permasalahan yang terjadi di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

b. Memberikan wawasan kepada para pihak bahwa proses mediasi dapat berlangsung berdasarkan pendekatan kompetitif, kompromistis, akomodatif atau kolaboratif.

c. Penjelasan oleh pihak mediator mengenai kekuatan dan kelemahan masing-masing pendekatan.

Hasil dari pertemuan dengan 9 (sembilan) orang Magersari dan wakil dari pemegang hak atas tanah tersebut, dapat diambil kesimpulannya yakni antara lain :

a. Bahwa pihak I yakni para Magesan diantaranya Slamet Hadi Martono, Slamet R/Dadang, Sriyono, Sugito, dan Harto Setiyono bersedia dipindahkan asalkan tempatnya tidak terlalu jauh karena pekerjaan dan sekolah anak-anak serta diberikan sertipikatnya untuk lokasi yang baru.

commit to user

b. Bahwa pihak II yakni pemilik tanah telah memilih lokasi relokasi yaitu di daerah Debegan Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres dan bersedia memberikan sertipikat kepada masing-masing keluarga dengan luas tanah ± 50 m².

c. Pada prinsipnya masing-masing pihak setuju, tetapi tetap akan melihat kondisi tanah relokasi tersebut.

3. Pertemuan Ketiga

Agenda pertemuan ketiga masih sama dengan pertemuan kedua yaitu diadakannya kaukus. Dalam pertemuan ini Kantor Pertanahan Kota Surakarta mengadakan kaukus dengan pihak Magersari yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Agustus 2010 di Kantor Pertanahan Kota Surakarta, dan proses Mediasi dilaksanakan oleh Prasetyo Utomo selaku Kepala Seksi Sengketa Konflik dan Perkara, Radiyanto selaku Kepala Subseksi Sengketa dan Konflik, dan Untung Sudiyatmoko selaku Kepala

Subseksi Perkara penyelesaian masalah pertanahan sebelumnya

memberikan penjelasan tentang :

a. Penjelasan mengenai peran mediator dalam menyelesaikan

permasalahan yang terjadi di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

b. Memberikan wawasan kepada para pihak bahwa proses mediasi dapat berlangsung berdasarkan pendekatan kompetitif, kompromistis, akomodatif atau kolaboratif.

c. Penjelasan oleh pihak mediator mengenai kekuatan dan kelemahan masing-masing pendekatan.

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pertemuan antara Pihak Pemegang Hak dengan perwakilan pihak dari 9 (sembilan) Magersari tersebut, yaitu :

a. Bahwa Pihak I yakni pihak Magersari berjumlah 5 (lima) Kepala Keluarga di antaranya Slamet Hadi Martono, Slamet R/Dadang, Sriyono, Sugito dan Harto Setiyono bersedia dipindahkan dan para pihak tersebut juga meminta bantuan untuk pengangkutan.

commit to user

b. Bahwa Pihak II yakni pihak Pemegang Hak bersedia menyediakan pengangkutan untuk relokasi para Magersari tersebut serta diselesaikan juga urusan administrasi dan pembayaran pajak-pajaknya.

4. Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat dilakukan pada hari Rabu tanggal 18 Agustus 2010 bertempat di Kantor Pertanahan Kota Surakarta dengan agenda penyampaian hasil pertemuan dengan pihak Magersari kepada pihak pemegang hak. Pada pertemuan ini, yakni telah mencapai mufakat dengan kesepakatan antara pihak Magersari kepada pihak pemegang Hak Atas Tanah oleh mediator. Kesimpulan dari pertemuan ini yaitu :

a. Bahwa Pihak I yakni para Magersari setuju untuk direlokasi di kampung Debegan, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

b. Bahwa Pihak II yakni Pemegang Hak sanggup memberikan tanah relokasi lengkap dengan sertipikat masing-masing keluarga dengan luas tanah ± 50 m².

c. Bahwa Pihak II juga menyanggupi untuk membantu pengangkutan saat relokasi dengan menyediakan alat transportasi.

Setelah proses mediasi telah mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak yang bersengketa, di mana pihak pemegang Hak Atas Tanah bersedia untuk mengganti tanah (relokasi) untuk 9 (sembilan) orang Magersari, tetapi yang bersedia dipindah atau direlokasi baru 5 (lima) orang Magersari. Sedangkan pihak Magersari lainnya masih bertahan di Kelurahan Danukusuman. Meskipun 5 (lima) pihak tersebut masih bertahan sampai sekarang, mereka sebenarnya mau dipindahkan hanya saja menunggu waktu yang tepat untuk direlokasikan.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyelesaian sengketa pertanahan di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta di atas, dapat penulis analisis bahwa penyelesaian

Dokumen terkait