• Tidak ada hasil yang ditemukan

144 Laporan Tahunan 2015 Indosat Ooredoo

negara yang disebabkan oleh transaksi tersebut dan mengenakan denda sebesar Rp1.358,3 miliar. Pada tanggal 11 Juli 2013, Indar Atmanto mengajukan banding terhadap keputusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi ke Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat. Pada tanggal 10 Januari 2014, Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat menegaskan keputusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dan mengenakan hukuman yang lebih tinggi berupa pidana penjara selama delapan tahun dan denda sebesar Rp200 juta (atau tambahan pidana penjara selama tiga bulan). Namun demikian, Pengadilan Tinggi menyatakan bahwa Pengadilan Tindak Pidana Korupsi tidak dapat mengenakan denda kepada IM2 yang, sebagai suatu badan hukum terpisah, tidak didakwa secara terpisah dalam proses perkara Kejagung terhadap Indar Atmando, dan membatalkan keputusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi terkait IM2. Pada tanggal 23 Januari 2014, Indar Atmanto mengajukan permohonan kasasi kepada Mahkamah Agung dan, pada tanggal 5 Februari 2014 menyampaikan memori kasasi. Pada tanggal 10 Juli 2014, Mahkamah Agung mengeluarkan putusan yang menghukum Indar Atmanto dengan pidana penjara (“Kasus Pidana”) selama delapan tahun, denda sebesar Rp300 juta dan memerintahkan IM2 untuk membayar kerugian sebesar Rp1.358,3 juta. Pada tanggal 16 September 2014, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah melaksanakan eksekusi terhadap Indar Atmanto berdasarkan putusan Mahkamah Agung. Menindaklanjuti hal ini, Indar Atmanto telah mengajukan permohonan Peninjauan Kembali pada tanggal 16 Maret 2015. Selain itu, Mahkamah Agung telah sebaliknya menegaskan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (“Kasus Tata Usaha Negara”) yang menyatakan bahwa Surat Kepala Deputi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (“BPKP”) Sub-Divisi Investigasi No. SR-1024/ D6/01/2012 tanggal 9 November 2012 tentang Laporan Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas Dugaan Tindak Pidana Korupsi dalam Penggunaan Jaringan Frekuensi Radio 2,1 GHz (3G) oleh PT Indosat Tbk dan IM2 beserta lampirannya yang dibuat oleh tim BPKP adalah melanggar hukum dan BPKP diperintahkan untuk mencabut surat tersebut. Mengingat putusan Kasus Pidana dan Kasus Tata Usaha Negara bertentangan, maka pada tanggal 16 Maret 2015, BPKP mengajukan Pengajuan Kembali atas Kasus Tata Usaha Negara untuk membatalkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. Atas Pengajuan Kembali yang diajukan BPKP, pada tanggal 16 Desember 2015, Perusahaan menerima Putusan Mahkamah Agung tertanggal 13 Oktober 2015 yang menyatakan bahwa laporan audit

BPKP yang dilaksanakan oleh BPKP adalah sah. Pada tanggal 4 November 2015, berdasarkan situs resminya, Mahkamah Agung, telah mengeluarkan Putusan atas Kasus Pidana yang menolak Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Indar Atmanto. Walaupun demikian, Perusahaan sedang mempersiapkan untuk mengajukan Peninjauan Kembali yang kedua atas Kasus Pidana meskipun sampai dengan saat ini Perusahaan belum menerima putusan resmi Mahkamah Agung atas Kasus Pidana tersebut.

Pada tanggal 24 Desember 2008, Perusahaan menerima Surat Ketetapan dari Direktorat Jendaral Pajak (DJP) yang menaikkan jumlah kelebihan pembayaran dari Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (“SKPLB”) Pajak Penghasilan Badan untuk tahun pajak 2004 sebesar Rp84.650 juta, dimana jumlah tersebut lebih rendah sebesar Rp41.753 juta dari jumlah yang ditetapkan dalam Surat Ketetapan sebelumnya yang diterima pada tanggal 4 Juli 2008. Pada tanggal 21 Januari 2009, Perusahaan mengajukan Surat Keberatan mengenai perbedaan dalam jumlah SKPLB untuk tahun pajak 2004. Pada tanggal 2 Februari 2009, Perusahaan menerima pengembalian pajak dari DJP sebesar Rp84.650 juta. Sehubungan dengan hal tersebut, pada tanggal 4 Desember 2009, Pengadilan Pajak telah membatalkan Surat Ketetapan dari DJP tanggal 24 Desember 2008 di atas. Pada tanggal 17 Maret 2010, DJP menerbitkan ketetapan yang menguntungkan Perusahaan, yang memberitahukan bahwa kelebihan bayar pajak untuk fiskal tahun 2004 seharusnya sebesar Rp126.403 juta bukanlah Rp84.650 juta, yang mana memberikan hak kepada Perusahaan untuk mendapatkan pengembalian dari perbedaan jumlah tersebut, dengan jumlah yang bernilai Rp41.753 juta. Selanjutnya Perusahaan menerima pembayaran dari pengembalian kelebihan bayar pajak sebesar Rp41.753 juta dari DJP pada tanggal 13 April 2010. Pada tanggal 5 Maret 2012, Perusahaan menerima putusan Pengadilan Pajak yang menyetujui permintaan dari Perusahaan atas kompensasi bunga yang berkaitan dengan penerbitan SKPLB tahun pajak 2004 sebesar Rp60.674 juta. Berdasarkan evaluasi Perusahaan, realisasi dari pendapatan yang terkait dengan kompensasi bunga hanya merupakan suatu kemungkinan, dan bukan sesuatu yang pasti. Oleh karena itu, kompensasi bunga tidak diakui dalam laporan keuangan Perusahaan. Pada tanggal 29 Juni 2012, Perusahaan menerima memori permohonan Peninjauan Kembali dari Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung atas putusan Pengadilan Pajak tanggal 5 Maret 2012 yang berkaitan dengan kompensasi bunga di atas. Pada tanggal 27 Juli 2012, Perusahaan

145 Laporan Tahunan 2015 Indosat Ooredoo

mengajukan kontra-memori untuk permohonan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung. Sampai dengan tanggal 6 April 2016, Perusahaan belum menerima putusan dari Mahkamah Agung atas permohonan tersebut.

Pada tanggal 7 September 2009, Perusahaan menerima Surat Ketetapan dari DJP yang menolak keberatan

Perusahaan untuk sisa koreksi atas Pajak Penghasilan Badan tahun 2006. Pada tanggal 2 Desember 2009, Perusahaan mengajukan surat banding kepada Pengadilan Pajak mengenai koreksi yang tersisa atas pajak penghasilan badan Perusahaan untuk tahun pajak 2006. Pada tanggal 26 April 2011, Perusahaan menerima salinan putusan Pengadilan Pajak yang menerima banding Perusahaan terkait koreksi pajak penghasilan badan tahun 2006 yang tersisa. Pada tanggal 21 Juni 2011, Perusahaan menerima pengembalian pajak sebesar Rp82.626 juta. Pada tanggal 22 Agustus 2011, Perusahaan menerima salinan memori permohonan Peninjauan Kembali dari Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung atas putusan Pengadilan Pajak tanggal 26 April 2011 untuk Pajak Penghasilan Badan tahun 2006. Pada tanggal 21 September 2011, Perusahaan telah menyampaikan kontra memori permohonan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung. Pada tanggal 9 Desember 2015, Perusahaan telah menerima putusan Perkara Peninjauan Kembali dari Mahkamah Agung yang menolak permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan DJP dan memenangkan banding Perusahaan.

Pada tanggal 29 Oktober 2010, Perusahaan menerima putusan dari Pengadilan Pajak yang menerima keberatan Perusahaan pada Agustus 2008 atas koreksi pajak penghasilan badan untuk tahun pajak 2005 sebesar Rp38.155 juta, yang disalinghapuskan dengan jumlah kurang bayar atas pajak penghasilan pasal 26 Perusahaan untuk tahun pajak 2008 dan 2009 berdasarkan beberapa Surat Tagihan Pajak (“STP”) yang diterima Perusahaan pada tanggal 17 September 2010. Pada tanggal 24 Februari 2011, Perusahaan menerima salinan Memori Permohonan Peninjauan Kembali dari Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung atas putusan Pengadilan Pajak tanggal 29 Oktober 2010 untuk Pajak Penghasilan Badan tahun pajak 2005. Pada tanggal 25 Maret 2011, Perusahaan telah menyampaikan Kontra Memori Permohonan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung. Pada tanggal 17 Februari 2016, Perusahaan telah menerima putusan Perkara Peninjauan Kembali dari Mahkamah Agung tertanggal 27 Februari 2014 yang menolak Permintaan Peninjauan Kembali yang diajukan DJP dan memenangkan Putusan Banding Perusahaan.

Pada tanggal 21 April 2011, Perusahaan menerima beberapa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (“SKPKB”) dari DJP atas Pajak Pertambahan Nilai (“PPN”) Perusahaan periode Januari-Desember 2009 sejumlah Rp182.800 juta (termasuk denda), yang dibayarkan pada tanggal 15 Juli 2011. Perusahaan menerima sebagian dari koreksi tersebut sebesar Rp4.160 juta, yang dibebankan pada usaha tahun berjalan 2011, sehingga tersisa Rp178,640 juta yang menjadi Keberatan Perusahaan. Pada tanggal 19 Juli 2011, Perusahaan mengajukan Surat Keberatan kepada DJP mengenai koreksi PPN Perusahaan periode Januari-Desember 2009 yang tersisa. Pada tanggal 4 Juni 2012, Perusahaan menerima surat ketetapan dari DJP yang menolak keberatan Perusahaan dan berdasarkan pemeriksaan mereka, DJP menambahkan kekurangan pembayaran kepada Perusahaan untuk periode Januari, Maret, April, Juni, Agustus-Desember 2009 sejumlah Rp57.166 juta dan lebih bayar untuk periode Februari, Mei dan Juli 2009 sejumlah Rp4.027 juta. Pada tanggal 4 Juli 2012, Perusahaan membayar tambahan kurang bayar sebesar Rp57.166 juta. Pada tanggal 24 dan 31 Agustus 2012, Perusahaan menerima kelebihan pembayaran masing-masing sejumlah Rp3.839 juta dan Rp188 juta. Pada tanggal 3 September 2012, Perusahaan mengajukan surat banding kepada Pengadilan Pajak mengenai koreksi PPN Perusahaan periode Januari-Desember 2009 sebesar Rp231.779 juta (terdiri dari tagihan awal sebesar Rp178.640 juta dan ketetapan kurang bayar PPN Perusahaan sebesar Rp57.166 juta setelah dikurangi pengembalian lebih bayar PPN sebesar Rp4.027 juta). Pada tanggal 12, 19 dan 20 Februari 2014, Perusahaan menerima putusan Pengadilan Pajak yang menerima banding Perusahaan, namun Pengadilan Pajak mengenakan secara terpisah PPN kurang bayar sebesar Rp180.930 juta, sehingga Perusahaan berhak atas pengembalian yang tersisa sebesar Rp50.848 juta. Selama 15-23 April 2014, Perusahaan telah menerima restitusi tersebut. Pada tanggal 28 Oktober 2014 dan 5 Januari 2015, Perusahaan menerima Memori Permohonan Peninjauan Kembali dari Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung atas putusan Pengadilan Pajak tertanggal 16 Oktober 2014 dan 19 Desember 2014 atas SKPKB PPN Perusahaan untuk periode Januari sampai Maret, Juni dan September 2009. Pada 21 November dan 30 Januari 2015, Perusahaan menyampaikan kontra memori untuk permohonan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung atas PPN Perusahaan untuk periode Januari sampai dengan Maret, Juni dan September 2009. Per 6 April 2016, Perusahaan belum menerima putusan apapun dari Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak atas memori Peninjauan Kembali.

146 Laporan Tahunan 2015 Indosat Ooredoo

Pada tanggal 21 April 2011, Perusahaan juga telah menerima SKPLB dari DJP untuk Pajak Penghasilan Badan Perusahaan tahun pajak 2009 sebesar Rp29.272 juta, dimana jumlah tersebut lebih rendah dari yang diakui oleh Perusahaan dalam laporan keuangannya sebesar Rp95.677 juta, sehingga tersisa Rp66.405 juta. Perusahaan menerima sebagian dari koreksi tersebut sebesar Rp836 juta, yang dibebankan pada usaha tahun berjalan 2011. Pada tanggal 31 Mei 2011, Perusahaan menerima pengembalian pajak sebesar Rp23.695 juta setelah dikurangi dengan koreksi PPN untuk periode Januari-Desember 2009 yang diterima Perusahaan. Pada tanggal 20 Juli 2011, Perusahaan mengajukan Surat Keberatan kepada Kantor Pajak terkait koreksi Pajak Penghasilan badan Perusahaan tahun pajak 2009 yang tersisa. Pada tanggal 29 Juni 2012, Perusahaan menerima Surat Ketetapan dari DJP yang menolak keberatan Perusahaan. Pada tanggal 21 September 2012, Perusahaan mengajukan surat banding kepada Pengadilan Pajak terkait keberatan Perusahaan atas koreksi pajak penghasilan badan tahun pajak 2009. Pada tanggal 10 November 2015, Perusahaan telah menerima Putusan Pengadilan Pajak tertanggal 27 Oktober 2015 yang memenangkan banding Perusahaan. Sementara itu, pada 25 Januari 2016, DJP mengajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung dan pada 21 Maret 2016 Perusahaan mengirimkan Surat Bantahan (Kontra Memori) atas Peninjauan Kembali tersebut. Pada tanggal 6 April 2016, Perusahaan belum menerima putusan apapun dari Mahkamah Agung sehubungan dengan Surat Bantahan tersebut.

Pada tanggal 3 Juli 2012, Perusahaan juga menerima SKPLB dari DJP atas PPN Perusahaan periode Maret 2010 sebesar Rp28.545 juta, dimana jumlah tersebut lebih rendah dari yang diakui oleh Perusahaan dalam SPT sejumlah Rp37.153 juta, dan beberapa SKPKB atas PPN Perusahaan periode Januari, Februari dan April-Desember 2010 sejumlah Rp98.011 juta (termasuk denda). Pada tanggal 2 Agustus 2012, Perusahaan membayar kekurangan pembayaran atas PPN Perusahaan sebesar Rp98.011 juta. Pada tanggal 24 Agustus 2012, Perusahaan menerima kelebihan pembayaran atas PPN Perusahaan sebesar Rp28.545 juta dari DJP. Pada tanggal 1 dan 2 Oktober 2012, Perusahaan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak terkait SKPLB dan beberapa SKPKB PPN Perusahaan periode Januari-Desember 2010 sejumlah Rp106.619 juta. Sampai dengan tanggal 6 April 2016, Perseroan belum mendapat informasi apapun mengenai apakah DJP mengajukan permohonan Peninjauan Kembali atas Putusan Pengadilan Pajak tersebut.

Pada tanggal 17 dan 26 September 2013, Perusahaan menerima surat keputusan dari DJP yang menolak keberatan Perusahaan dan DJP menambahkan kekurangan pembayaran kepada Perusahaan untuk periode Januari-Desember 2010 sejumlah Rp93.167 juta, yang dibayarkan pada tanggal 16 dan 25 Oktober 2013. Pada tanggal 10 Desember 2013, Perusahaan mengajukan Surat Banding kepada Pengadilan Pajak mengenai koreksi PPN Perusahaan periode Januari-Desember 2010 sebesar Rp199,786 juta. Pada tanggal 2 April 2015, Perusahaan telah menerima Putusan Pengadilan Pajak yang menerima sebagian keberatan Perusahaan untuk periode Januari-Juni 2010, namun Perusahaan juga dibebankan kurang bayar PPN terpisah sebesar Rp45.681 juta, sehingga meninggalkan sisa Rp73.666 juta yang mana memenuhi syarat untuk restitusi. Pada tanggal 30 April 2015, Perusahaan telah menerima Putusan Pengadilan Pajak tertanggal 16 April 2015 terkait periode PPN Juli – September 2010 dan pada tanggal 5 Mei 2015, Perusahaan menerima Putusan Pengadilan Pajak tertanggal 16 April 2015 terkait periode PPN Oktober – Desember 2010, yang mana telah menerima banding yang diajukan Perusahaan. Walaupun demikian, Pengadilan Pajak membebankan secara terpisah atas kurang bayar PPN sebesar Rp96.709 juta untuk periode Januari – Desember 2010. Perusahaan menerima koreksi yang disampaikan oleh Pengadilan Pajak dan membebankan hal tersebut kepada beban operasional tahun 2015. Pada tanggal 18 Februari 2016, selama periode 7 Mei sampai dengan 12 Juni 2015,Perseroan menerima restitusi sebesar Rp103.07 juta. Pada tanggal 6 April 2016, Perusahaan belum menerima surat Peninjauan Kembali yang diajukan oleh DJP untuk Mahkamah Agung.

Pada tanggal 26 Juni 2013, Perusahaan menerima SKPLB dari DJP untuk pajak penghasilan badan Perusahaan tahun pajak 2011 sebesar Rp97.600 juta, yang diterima Perusahaan pada tanggal 14 Agustus 2013. Berdasarkan SKPLB ini, Kantor Pajak juga membuat dua koreksi sejumlah Rp409.921 juta, yang mengurangi akumulasi rugi pajak pada tanggal 31 Desember 2011. Pada tanggal 23 September 2013, Perusahaan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak terkait dua koreksi sejumlah Rp409.921 juta. Namun, pada tanggal 16 Oktober 2013, Perusahaan mengajukan surat untuk membatalkan permohonan keberatan atas satu koreksi sebesar Rp165.944 juta. Pada tanggal 2 September 2014, Perusahaan menerima Surat Keputusan dari DJP yang menyetujui kelebihan pembayaran

147 Laporan Tahunan 2015 Indosat Ooredoo

Perusahaan sejumlah Rp97.600 juta dan mengkoreksi jumlah penghasilan kena pajak dari kerugian pajak sebesar Rp266.924 juta menjadi Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp74.652 juta. Di bulan Desember 2014, Perusahaan mengambil keputusan menerima koreksi sebesar Rp175.632 juta khusus terkait biaya promosi. Sehingga Perusahaan mengakui biaya sebesar Rp43.908 juta di operasional 2014 sebagai bagian dari “Beban Pajak Penghasilan-ditangguhkan”.

Pada tanggal 20 November 2014, Perusahaan menerima SKPKB dari DJP atas Pajak Penghasilan badan 2012 Perusahaan sebesar Rp131.894 juta dan menerima pengembalian pada tanggal 20 Januari 2015. Perusahaan menerima beberapa koreksi sebesar Rp5.826 juta dan mengajukan surat keberatan ke Kantor Pajak pada tanggal 18 Februari 2015 sebesar Rp331.499 juta. Pada tanggal 17 Februari 2016, Perusahaan menerima Surat Ketetapan atas Keberatan tertanggal 10 Februari 2016 yang menolak seluruh Permohonan Keberatan yang diajukan Perusahaan. Perusahaan berencana mengajukan Surat Permohonan Banding ke Pengadilan Pajak.

Pada tanggal 26 Juni 2013, Perusahaan menerima beberapa SKPKB dari DJP atas PPN sejumlah Rp133.160 juta (termasuk denda) untuk periode Januari-Desember 2011, yang dibayarkan pada tanggal 24 Juli 2013. Perusahaan menerima sebagian koreksi atas PPN sejumlah Rp2.069 juta, yang dibebankan pada usaha tahun berjalan 2013. Pada tanggal 23 September 2013, Perusahaan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak mengenai koreksi PPN Perusahaan periode Januari-Desember 2011 yang tersisa. Pada tanggal 21 dan 25 Agustus dan 2, 4 dan 12 September 2014, Perusahaan menerima Surat Keputusan dari Kantor Pajak yang menolak keberatan Perusahaan dan mengenakan penalti untuk periode Juli-Desember 2011 sebesar Rp1.962 juta. Pada 20 November 2014, Perusahaan mengajukan Surat Permohonan Banding ke Pengadilan Pajak sehubungan dengan koreksi PPN Perusahaan untuk periode Januari-Desember 2011 sebesar Rp119.344 juta. Sampai tanggal 6 April 2016, Perusahaan belum menerima putusan apapun dari Pengadilan Pajak atas Surat Banding tersebut.

Pada tanggal 4 September 2013, Perusahaan menerima beberapa SKPKB dari DJP untuk PPN Perusahaan periode Januari-Desember 2012 sejumlah Rp148.161 juta (termasuk denda), yang dibayarkan pada tanggal 3 Oktober 2013. Pada tanggal 29 November 2013, Perusahaan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak mengenai PPN Perusahaan periode Januari-Desember 2012 sejumlah Rp148.161 juta. Pada tanggal 21 dan 27 Agustus dan 1 September 2014, Perusahaan menerima surat keputusan dari Kantor Pajak yang menolak semua keberatan Perusahaan. Pada 20 November 2014, Perusahaan mengajukan Surat Permohonan Banding ke Pengadilan Pajak sehubungan dengan koreksi PPN Perusahaan untuk periode Januari-Desember 2012 sebesar Rp148.161 juta. Sampai tanggal 6 April 2016, Perusahaan belum menerima keputusan apapun dari Pengadilan Pajak atas surat banding tersebut.

Pada tanggal 27 Desember 2013, Perusahaan menerima SKPKB atas Pajak Penghasilan Badan dari DJP untuk tahun pajak 2007 dan 2008 masing-masing sebesar Rp110.413 juta dan Rp97.132 juta (termasuk denda), yang dibayarkan Perusahaan pada tanggal 24 Januari 2014. Pada tanggal 20 Maret 2014, Perusahaan mengajukan Surat Keberatan kepada DJP terkait koreksi kurang bayar tersebut. Pada tanggal 17 dan 19 Maret 2015, Perusahaan menerima Surat Keputusan DJP yang menolak keberatan Perusahaan untuk tahun 2007 dan 2008. Perusahaan sedang dalam proses hukum di Pengadilan Pajak terhadap Surat Ketetapan ini. Pada 29 Maret 2016, Perseroan telah menyampaikan dan membacakan Pernyataan Penutup (Closing Statement) di Pengadilan Pajak.

Pada tanggal 20 November 2014, Perusahaan menerima SKPKB atas Pajak Penghasilan Pasal 26 dari DJP untuk tahun pajak 2012 sebesar Rp313.769 (termasuk denda). Perusahaan memutuskan untuk tidak membayar atas kurang bayar tersebut dan mengajukan keberatan kepada DJP pada tanggal 18 Februari 2015. Pada tanggal 5 Januari 2016, Perusahaan menerima Surat Keputusan Keberatan dari DJP tertanggal 10 Februari 2016 yang menolak Permohonan Keberatan yang diajukan Perusahaan. Perusahaan telah mengajukan Surat Permohanan Banding pada tanggal 1 April 2016.

148 Laporan Tahunan 2015 Indosat Ooredoo

Pada tanggal 7 November 2015, Perusahaan menerima SKPLB dari DJP untuk PPN Perusahaan periode Januari 2014 sebesar Rp5.057 juta, yang mana jumlah tersebut lebih rendah dari yang diakui oleh Perusahaan, dan SKPKB untuk PPN Perusahaan periode Februari sampai Juni 2014 sebesar Rp14.517 juta (termasuk denda). Pada tanggal 4 Desember 2015, Perseroan telah melunasi kurang bayar tersebut sebesar Rp14.517 juta. Pada tanggal 15 Januari 2016, Perusahaan menerima pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp5.057 juta dari DJP. Pada tanggal 5 Februari 2016, Perseroan mengajukan Surat Keberatan DJP terkait SKPLB dan SKPKB untuk PPN Perusahaan periode Januari sampai Juni sebesar Rp29.331 juta. Sampai tanggal 6 April 2016, Perusahaan belum menerima keputusan apapun dari DJP atas Surat Keberatan tersebut.

Pada tanggal 31 Desember 2015, Perusahaan menerima SKPLB dari DJP untuk PPN Perusahaan periode Mei 2013 sebesar Rp12.444 juta yang mana jumlah tersebut lebih rendah dari yang diakui oleh Perusahaan. Pada tanggal 4 Januari 2016, Perusahaan menerima SKPLB dari DJP atas untuk PPN Perusahaan periode Februari dan April 2013 sebesar Rp12.747 juta dan Rp24.371 juta, yang mana jumlah tersebut lebih rendah dari yang diakui oleh Perusahaan. Pada tanggal 13 Januari 2016, Perusahaan menerima SKPLB dari DJP atas untuk Pajak Pertambahan Nilai Perusahaan periode Desember 2013 sebesar Rp82.915 juta yang mana jumlah tersebut lebih rendah dari yang diakui oleh Perusahaan. Pada tanggal 3 Februari, 2016, Perusahaan menerima pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebesarRp12.747 juta, Rp24.371 juta dan Rp12.443 juta untuk PPN Perusahaan tahun 2013 masa Februari, April dan Mei 2013. Pada tanggal 22 Februari 2016, Perusahaan menerima pengembalian dana lebih bayar pajak sebesar Rp82.915 juta untuk PPN Perusahaan masa Desember 2013. pada tanggal 15 Maret 2016, Perusahaan menerima pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp26.278 juta, untuk PPN Perusahaan masa Maret 2013. Pada tanggal 22 Maret 2016, Perusahaan mengajukan Surat Keberatan kepada Kantor Pajak mengenai SKPLB PPN Perusahaan untuk masa Mei 2013 sebesar Rp22.468 juta. Pada tanggal 29 Maret 2016 Perusahaan mengajukan Surat Keberatan kepada Kantor Pajak mengenai surat SKPLB PPN Perusahaan untuk masa Februari dan April 2013 sebesar Rp18.499 juta dan Rp30.891 juta.Sampai dengan tanggal 6 April 2016, Perusahaan belum menerima keputusan apapun dari DJP.

Kami tidak terlibat dalam perkara-perkara material lainnya, termasuk perkara perdata, pidana, kepailitan, tata usaha negara atau arbitrase di Badan Arbitrase Nasional Indonesia ataupun perkara perburuhan di Pengadilan Hubungan Industrial yang dapat mempengaruhi kinerja Perusahaan secara material.