• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

2. Proses Rehabilitasi Sosial

Dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,

penyandang tunagrahita diberi nama dengan sebutan “Penerima Manfaat”

(PM), dikarenakan mereka adalah objek sasaran dari program rehabilitasi sehingga mereka disebut penerima manfaat di dalam panti. Proses rehabilitasi ini berlangsung dalam panti selama 4 tahun.

Program rehabilitasi sosial PSBG merupakan suatu program kegiatan yang berkesinambungan dilakukan oleh pihak panti dan akan diteruskan oleh pihak lain seperti keluarga atau disalurkan ke masyarakat untuk bisa bekerja secara mandiri. Tujuannya agar meningkatnya peran dan partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan usaha kesejahteraan sosial bagi penyandang tunagrahita semakin tumbuh dan berkembang.

Dalam menjalankan program rehabilitasi yang dilaksanakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, pihak panti bertujuan untuk mengintegrasikan penerima manfaat kembali ke lingkungan masyarakat melalui proses rehabilitasi yang saling terkait dan mendukung upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu dapat menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya dengan menggunakan jenis rehabilitasi sosial.12 Akan tetapi dalam hasil observasi program rehabilitasi ini menyangkut pada dua program rehabilitasi, yaitu rehabilitasi sosial dan rehabilitasi vokasional, dikarenakan selain bimbingan sosial, pihak panti juga melakukan bimbungan dalam memberikan pelatihan vokasional guna melatih skill dan keterampilan para

12

penerima manfaat.13

Dalam dua bulan pertama, penerima manfaat akan diberikan masa orientasi dan observasi, yaitu dimana penerima manfaat akan selalu diawasi oleh pendamping agar bisa mengikuti program-program yang ada di dalam panti. Tujuan dari adanya orientasi dan observasi ini untuk dapat mengetahui sejauh mana kemampuan, bakat dan minat penerima manfaat baru dalam mengikuti program-program yang diberikan.

Kemudian dalam enam bulan sekali mereka akan mendapatkan evaluasi peningkatan keberhasilan kerja, dan bagi mereka yang sudah bisa mendapatkan penempatan program kerja, mereka akan diberikan pelatihan vokasional sesuai minat dan kemampuan dari masing-masing tunaagrahita itu sendiri. Ada juga yang mengalami perubahan keterampilan vokasional karena baru terbentuk atau karena faktor lingkungan teman mereka yang membuat penerima manfaat bisa mengubah minat awal masuk, menjadi sesuai dengan bakat yang mereka miliki setelahnya. Hal ini dapat diperkuat oleh pernyataan Ibu Adningsih kepada penulis:

Kita memang melakukan tahapan orientasi dan observasi bagi penerima manfaat yang baru masuk, tujuan yang pertama agar kita bisa mengetahui sejauh mana kemampuan IQ penerima manfaat baru ini, apakaah layak untuk diterima atau tidak? Kemudian setelah itu kita juga sambil menentukan kegiatan apa sih yang disukai awalnya sama anak ini, kemudian kita biarin mereka, nanti setelah enam bulan baru kita evaluasi apa bener ini cocok dengan mereka, klo engga ya kita pindahkan sesuai hasil evaluasi.14

Terlihat bahwa pada proses penerimaan tahap seleksi pihak panti tidak mau kecolongan dengan data yang diberikan dari sumber

13

Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014.

14

Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Panti Sosial Bina Grahita 21 Mei 2014.

sebelumnya seperti keluarga atau masyarakat yang kadang tidak sesuai dengan kenyataan penerima manfaat. Oleh sebab itu diadakan proses orientasi dan observasi yang menentukan apakah penerima manfaat ini layak atau tidak diterima untuk menerima proses rehabilitasi sosial dalam panti.

Intervensi yang dilakukan PSBG Ciungwanara selama empat tahun dalam melaksanakan metode rehabilitasi sosial melalui berbagai macam kegiatan bimbingan antara lain; Bimbingan sosial, Bimbingan mental, Bimbingan fisik, dan Bimbingan keterampilan.15

a. Bimbingan Sosial

Bimbingan Sosial yang dilakukan dalam metode kelompok dimana para penerima manfaat dikelompokkan untuk saling berkomunikasi baik itu sesama penerima maupun dengan pegawai panti. Bimbingan ADL (activity day living), yaitu dalam hasil pengamatan terlihat bahwa penerima manfaat diajarkan untuk bisa melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan membersihkan lingkungan. Tujuan ini dimaksudkan agar penerima manfaat memiliki kesadaran diri dan tanggung jawab sosial agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dan dapat membantu dirinya sendiri.16

Dalam bimbingan sosial ini berdampak besar pada kemampuan penerima manfaat dalam peningkatan keberfungsian sosialnya, karena

15

Buku Pedoman Kementrian Sosial Panti Sosial Bina Grahita tentang Penyandang Disabilitas.

16

Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 11 Juni 2014.

mereka akan terbiasa mengurus diri sendiri dan mampu melakukan pergaulan dengan orang lain dengan komunikasi sosialnya sehingga melatih penerima manfaat agar bisa bercakap guna memudahkan interaksi mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Bimbingan Mental

Bimbingan Mental, meliputi bimbingan kecerdasan, bimbingan agama, dan bimbingan budi pekerti. Bimbingan kecerdasan yaitu dari hasil pengamatan, pegawai memberikan materi pelajaran di kelas seperti matematika dasar, bahasa Indonesia dasar, dan bahasa Inggris dasar, kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan berfikir penerima manfaat. Dalam bimbingan kecerdasan pembagian kelas dibagi menjadi 6 kelas, yaitu kelas dasar 1,2,3 dan kelas lanjutan 1,2,3. Pembagian kelas berdasarkan tingkat kecerdasan (IQ) dan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat.17

Sedangkan Bimbingan Agama secara metode individu dan kelompok yang diberikan guna mengajak penerima manfaat agar memahami kebutuhan jiwa spiritual mereka, biasanya untuk yang beragama Islam, mereka diajarkan untuk sholat, menghafal doa dalam kegiatan sehari-hari, dan membaca Al-Qur’an. Untuk yang beragama Kristen mereka diajarkan cara berdoa, nyanyian rohani, perjanjian lama, perjanjian baru, dan hukum taurat.

17

Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 2 Juni 2014.

Bimbingan Budi Pekerti dengan metode individu agar penerima manfaat lebih banyak mengenal nilai/norma yang berlaku dalam masyarakat. Seperti sopan santun, tenggang rasa, percaya diri dan harga diri, serta memiliki kondisi psikologi yang sehat dalam berfikir, bersikap, dan bertindak.

c. Bimbingan Fisik

Bimbingan Fisik dan olahraga yaitu dengan metode kelompok sebagai proses mendidik, mengarahkan secara terencana, terarah, sistematik dan profesional agar dapat menumbuh kembangkan kamauan dan kemampuan penerima manfaat bagi segi fisik dan olahraga sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kegiatan dalam bimbungan fisik antara lain: Senam, Olah raga (sepakbola, volly, bulu tangkis, dan atletik), permainan, jalan sehat, terapi, dan pemeliharaan kesehatan.

Hasil pengamatan, kegiatan ini sangat bermanfaat dalam membantu mengingkatkan kesehatan penerima manfaat agar memperoleh kesegaran dan kebugaran. Disamping itu fungsi lain dari bimbingan fisik juga untuk mengajak penerima manfaat agar cepat merespon segala yang ada di sekitar lingkungannya, sehingga cepat tanggap untuk berfikir langkah apa yang selanjutnya mereka akan lakukan. Hal ini sangat berkaitan untuk peningkatan keberfungsian sosial penerima manfaat dalam masyarakat nanti.18

18

Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Bimbingan Sosial Bimbingan Mental

Bimbingan Fisik Bimbingan Keterampilan

Minat Waktu/Minggu Keberhasilan d. Bimbingan Keterampilan

Bimbingan Keterampilan dengan mengelompokkan secara minat dengan pengembangan kemampuan secara individu, meliputi keterampilan membuat keset, keterampilan menjahit, menyulam, olah pangan, handicraft, house keeping dan bercocok tanam. Diharapkan dengan adanya program keterampilan dapat meningkatkan kemandirian, mengembangkan potensi dan bakat serta menambah fungsi menerima dalam masyrakat agar bisa bekerja sehingga tidak menjadi beban masyarakat dan keluarga.

Terlihat dari hasil pengamatan para penerima manfaat juga dilibatkan dalam kebersihan lingkungan panti, bagi penerima manfaat yang sudah bisa bekerja, dikaryakan untuk membersihkan asrama dan teras-teras panti, dan diberi isentif uang jajan.19

Tabel Alokasi Kegiatan Bimbingan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara

Tabel 4.1

Tabel Alokasi Program Rehabilitasi Sosial

19

Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 10 Juni 2014.

Dalam prosesnya rehabilitasi sosial yang dilaksanakan di panti terdapat beberapa tahapan

Tabel 4.2

Alur Pelayanan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara

Dalam tahap pendekatan awal pihak panti, melakukan pendataan tentang konsentrasi tempat/lokasi potensial para penyandang tunagrahita dari dinas sosial dan masyarakat. Kemudian mengetahui kondisi calon penerima manfaat di daerah yang dilakukan penjajakan.

Kegiatan ini dilakukan oleh Ketua Panti, Kepala Seksi dan Advokasi Sosial (PAS) dan Pekerja Sosial (PekSos). Dalam hal ini pelaksana melakukan pendataan dan menentukan daerah mana yang memiliki jumlah para penyandang tunagrahita yang potensial. Kemudian melakukan pendekatan kepada keluarga calon penerima

manfaat, setelah itu melakukan sosialisasi program panti dan pendidikan, terakhir menentukan penjemputan penerima manfaat baru setelahnya. Hal ini seperti diperkuat oleh pernyataan Ibu Adiningsih kepada penulis:

Kita dalam proses pendekatan awal melakukan pendekatan dengan mencari data, kemudian kita tentukan daerah potensial untuk kita datangi nantinya, disana kita bisa bekerja sama dengan pekerja sosial kelurahan untuk melakukan assesment ditempat tinggal klien, kemudian nanti setelah kita dapatkan hasilnya kita kembali pulang, nanti setelahnya kita melakukan menjemputan kalau memang nanti dipanti kita terdapat kekosongan, kalau untuk yang masyarakat umum biasanya mereka langsung datang kemari kemudian nanti kita panggil atau kita hubungi.20

Jadi terdapat dua metode yang dilakukan pihak panti dalam melakukan pendekatan awal, untuk calon penerima manfaat yang didatangi pihak panti dilakukan dengan cara penjemputan, dan untuk masyarakat umum dilakakun dengan cara pemanggilan kembali. Dalam hal ini proses pendekatan harus lebih spesifik lagi mana yang dapat diterima di dalam panti dan mana yang masih bisa dilakukan di dalam keluarga dalam memberikan proses rehabilitasi klien.

Hambatan dari proses ini seperti data yang diterima kadang tidak sesuai dengan kondisi penerima manfaat, calon penerima manfaat berat untuk meninggalkan keluarga, komunikasi yang terhambat (perbedaan bahasa), perspektif masyarakat terhadap kehidupan dalam panti.

20

Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Panti Sosial Bina Grahita 21 Mei 2014.

Dari proses penerimaan, pihak panti menentukan kelayakan calon penerima manfaat untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi di panti yang dilakukan oleh Kepala Seksi dan Advokasi Sosial (PAS), Psikolog, beserta Pekerja Sosial (PekSos). Pada tahapan ini calon penerima manfaat mengisi formulir dan mengikuti beberapa seleksi seperti, tes kesehatan, seleksi intelektual (IQ), dan kemampuan mengurus diri sendiri (ADL).

Dalam proses penerimaan terkadang orang tua kurang terbuka tentang kondisi kecacatan calon penerima manfaat sehingga para pelaksana mengadakan tahap orientasi selama dua bulan untuk mengetahui langung kondisi calon penerima manfaat dalam proses pengasramaan sebelum dilakukan assesmen dan rumusan rencana intervensi.

Resosialisasi adalah suatu kegiatan untuk mempersiapkan peyandang tunagrahita, keluarga dan masyarakat agar dapat menerima penerima manfaat setelah proses rehabilitasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kegiatan resosialisasi yang dilakukan diantaranya magang, kegiatan ini bertujuan agar klien siap kembali ke lingkungan masyarakat. Untuk mempersiapkan orang tua/keluarga telah dilakukan pertemuan dan beberapa kegiatan bersama orang tua seperti melibatkan orang tua pada saat kegiatan dalam panti, rekreasi bersama penerima manfaat dengan harapan orang tua mengetahui perkembangan anak selama berada di dalam panti.

terbatas pada pemilik tempat usaha dimana klien magang, sperti pernyataan yang diutarakan Ibu Agustin kepada penulis:

Dalam proses resosialisasi para penerima manfaat diberikan pelatihan magang (PBK) seperti menjahit kita bekerja sama dengan taylor yang ada di masyarakat, kemudian bercocok tanam kita bekerjasama dengan pembibitan pertanian dan pemilik kebun untuk nanti kita jual hasil tanaman dan buah anak-anak dipasar, untuk olah pangan kita bekerja sama dengan pabrik kerupuk, untuk supaya anak-anak bisa bekerja disana dalam jangka waktu satu bulan.21

Dalam hal ini pihak panti bisa memperjuangkan hak penyandang tunagrahita seperti yang tertuang dalam UU No.4 Tahun 1997 pasal 14 tentang Penyaandang Cacat, dimana setiap perusahaan wajib minimal 1% dalam seluruh jumlah karyawan mempekerjakan penyandang cacat. Akan tetapi timbul hambatan dalam hal ini karena lemahnya hukum di Indonesia yang belum sepenuhnya membuat perusahaan di Indonesia mempekerjaan 1% penyandang cacat dari seluruh jumlah karyawannya, jika dibanding dengan Negara Jepang sudah diwajibkan dan jika tidak akan mendapatkan hukuman sangki yang sesuai.

Kemudian setelah mendapatkan proses resosialisasi, dilakukan penyaluran penerima manfaat kepada pihak keluarga dan dunia kerja. Penerima manfaat yang sudah selesai mengikuti program rehabilitasi sosial akan mendapatkan bantuan stimulan berupa uang pengembangan usaha dengan syarat bisa mandiri secara ekonomi. Seperti pernyataan Ibu Adiningsih kepada penulis:

21

Wawancara pribadi dengan Ibu Agustin selaku Pekerja Sosial, Panti Sosial Bina Grahita 2 Juni 2014.

Kita juga memberikan bantuan stimulan kepada anak- anak untuk usaha setelah nanti kembali disalurkan kepada keluarga dengan cacatan mereka yang bisa mandiri secara ekonominya, untuk besarnya bantuan biasanya disesuaikan dengan daerah kondisi dan kemampuan anak itu sendiri.22

Selanjutnya kegiatan pembinaan lanjut dilakukan kepada eks penerima manfaat yang sudah menerima rehabilitasi di panti, dengan kurun waktu satu tahun setelah penyaluran guna memantau keadaan penerima manfaat setelah menerima program rehabilitasi, apakah klien mengalami kemajuan atau kemunduran.

Dokumen terkait