• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Keliling

2.5 Proses Seleksi

17

Proses seleksi adalah proses dimana perpustakaan menerima atau pun menolak bahan pustaka untuk dijadikan koleksi oleh suatu perpustakaan keliling, menurut buku Panduan Koleksi Perpustakaan Keliling (1992: 13) ada beberapa ciri-ciri bahan pustaka yang dipilih dan ditolak untuk dijadikan koleksi oleh perpustakaan keliling, antara lain:

Bahan-bahan pustaka yang otomatis dipilih oleh perpustakaan keliling adalah: 1. Edisi atau cetakan baru karya-karya klasik yang sesuai untuk koleksi

perpustakaan keliling, misalnya buku kesusastraan.

2. Buku-buku berseri yang dianggap penting dan sudah direncanakan untuk dimasukkan ke dalam koleksi perpustakaan keliling.

3. Buku-buku dengan subjek yang dapat meningkatkan keterampilan dan merangsang untuk berwisata masyarakat pemakai perpustakaan kaliling. 4. Buku-buku yang berisi hasil penelitian di wilayah yang menjadi sasaran

layanan perpustakaan keliling.

Adapun bahan pustaka yang secara otomatis ditolak oleh perpustakaan keliling adalah:

1. Buku, pamflet, berkala, dan bahan lain yang bertujuan untuk promosi/iklan.

2. Judul-judul yang berbahasa asing yang tidak digunakan/dikenal oleh masyarakat pemakai perpustakaan keliling, misalnya buku berbahasa cina. Judul-judul tentang subjek tertentu yang tidak diminati masyarakat atau yang tidak sesuai dengan misi perpustakaan keliling

2.5.1 Proses Seleksi Buku Fiksi

Buku fiksi dipilih oleh perpustakaan keliling untuk menarik minat baca masyarakat dengan tujuan akhirnya akan terbiasa dengan budaya membaca. Masalah dalam menyeleksi buku fiksi adalah bagaimana memilih buku fiksi yang diminati masyarakat sekaligus memenihi syarat dari segi mutu. Menurut buku Panduan Koleksi Perpustakaan Keliling (1992: 13-14) ada beberapa penilaian terhadap buku fiksi, yaitu:

1. Masalah yang ditulis penulis seperti yang dijelaskan pada tema haruslah asli atau bukan jiplakan dari penulis lain. Walaupun tema yang dipilih biasa dijumpai pada kejadian sehari-hari, namun aspek yang dibahas harus

18

menurut sudut pandang penulis sendiri. Selain itu tema harus dapat memperluas imajinasi dan pengetahuan pembacanya.

2. Jalan cerita (plot) harus mengandung suatu gagasan. Hubungan peristiwa dan tokoh-tokoh tidak perlu masuk akal, namun dapat diterima berdasarkan tema yang dipilih. Sebaiknya dalam cerita tidak terdapat penyelesaian malasah yang tidak ada hubungannya dengan sifat cerita, sehingga janggal.

3. Tokoh-tokoh dalam cerita sebaiknya berkesan hidup. Keperkasaa, kelemahan, kredibilitas, dan keyakinan mereka terlihat wajar melalui jalan cerita, percakapan, dan perbuatan tokoh-tokoh tersebut sehingga membantu memberikan gambaran dan sifat tokoh-tokoh tersebut.

4. Penggambaran waktu dan lingkungan disesuaikan dengan latar belakang ceritera, apakah mengambil waktu sekarang, masa lampau atau masa yang akan datang. Jangan sampai penggambaran zaman kerajaan dahulu, tokoh-tokohnya sudah mengenali lemari es, TV dan lain-lain.

5. Bahasa, perbendaharaan kata, dan susunan kalimat mencerminkan gaya tulisan penulis buku. Yang perlu diperhatikan adalah gaya tulisan harus sesuai dengan tema yang dipilih.

6. Penggambaran realitas walaupun dalam khayalan akan membuat buku lebih baik dan menarik. Kepuasan membaca tulisan lebih mendalam, karena seolah-olah pengalaman dalam cerita dialami sendiri oleh pembacanya.

Mutu baik tidak hanya ditentukan oleh subjek atau temanya, namun lebih ditentukan bagaimana tema tersebut disajikan dan bagaimana tema diungkapkan sehingga mudah dipahami.

2.5.2 Proses Seleksi Buku Non Fiksi

Dalam menyeleksi buku non fiksi harus memperhatikan 5 aspek, yaitu ciri-ciri yang dapat diterima pada setiap buku non fiksi dan keistimewaan atau kelebihan yang hanya ditemukan pada buku tersebut.

1. Isi buku

a. Cakupan buku luas atau khusus, tingkatan ilmu pengetahuan dan masalah yang dibahas disajikan secara mendalam atau tidak

b. Ketepatan fakta, terutama yang menyangkut bidang sejarah, biohrafi, dan statistik. Pembahasan disajikan secara jelas atau tidak dan keterangan diberikan secara umum atau berat sebelah. Otoritas penerbit yang telah diakui terbitannya oleh masyarakat.

19

a. gaya tulisan harus sesuai dengan masalah yang dibahas, yang akan mempengaruhi penggunaan bahasa sepeti popular. Sederhana atau teknis.

b. Usia konsep yang ditawarkan sudah kadaluwarsa atau baru, tata letak ilustrasi, susunan informasi dari awal sampai akhir harus disesuaikan dengan subjek yang dibahas.

c. Penulisan bab, tajuk utama, referensi, diagram, peta dan sejenisnya sesuai dengan topik dan tujuan penulisan.

d. Adanya keistimewaan lain yang bermanfaat seperti daftar isi, penomoran halaman, daftar kata, daftar bacaan, lebih lanjut, indeks, dan lain-lain.

3. Ilustrasi

a. Pentingnya informasi yang divisualkan dan pemakaian warna yang sesuai.

b. Ilustrasi yang sesuai dengan teks.

c. Gaya ilustrasi berupa gambar, foto dan pemakaian sumber. Sumber asli lebih bersifat dekoratif atau informatif sesuai dengan topic yang ditulis.

4. Format

Fisik buku memegang peranan penting dalam menentukan apakah buku tersebut menarik atau tidak. Yang harus diperhatikan dalam fisik buku antara lain:

a. Ukuran buku yang disesuaikan dengan pemakaian dan pertimbangan atristik.

b. Penjilidan yang disesuaikan dengan pemakaian misalnya harus dipilih kamus penjilidan dengan kuat karena pemakaiannya lebih lama.

c. Kualitas kertas yang baik menjamin kejelasan, daya tarik, dan pemakaian.

d. Cetakan yang baik memuat huruf lebih mudah dibaca, lebih jelas, ada perbedaan antara tajuk, pemakaian huruf miring atau cetak tebal untuk menekankan suatu maksud, insidensi yang sesuai, dan lain-lain.

5. Penyajian kualitas secara keseluruhan dengan membandingkannya dengan karya penulis lain yang menulis topic yang sama, sehingga diketahui buku mana yang lebih menarik, lebih mudah dimengerti, dan lebih banyak memberikan informasi. Panduan Koleksi Perpustakaan Keliling (1992: 14-15).

2.5.3 Proses Seleksi Terhadap Buku Terlarang

Di tengah masyarakat telah banyak beredar buku dan terbitan berkala yang dilarang oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia yang secara leluasa beredar, oleh karena hal tersebut perpustakaan harus waspada akan beredarnya bahan-bahan pustaka yang terlarang tersebut. Karena terbitan tersebut ada yang berasal dari dalam dan luar negeri.

20

Menurut Siregar (2014: 66) sensor dilakukan dengan beberapa alasan, antara lain:

1. Karena alasan politik

Larangan ini dilakukan dengan menggunakan pertimbangan bahwa sebuah buku yang isinya dianggap bertentangan dengan kebijakan pemerintah, mengkritik pemerintah yang sedang berkuasa, dianggap sebagai penyimpangan dari politik yang berlaku, misalnya buku “Siap Sedia” karya Chairil Anwar.

2. Karena alasan ras

Di Indonesia dikenal suku, agama, rasialis, dan aliran (SARA), konsep ini mulai populer sejak orde baru, tetapi pelaksanaannya sudah dilakukan sebelumnya.Misalnya, buku “Hokkian di Indonesia” karya Pramudya Anantatur dilarang beredar setelah terbit.

3. Karena alasan agama

Buku yang isinya dianggap bertentangan dengan atau menyerang ajaran salah satu agama di Indonesia.

4. Karena alasan pornografi

Buku yang dianggap tidak sesuai dengan kesusilaan, dan dapat merusak jiwa banyak orang terutama orang muda. Misalnya, Kamasutra, Play Boy, dan Intipan yang Nikmat.

5. Karena tercetak dalam aksara asing

Larangan ini mulai dikeluarkan pada tahun 1958, untuk mencegah penyalahgunaan aksara untuk maksud tertentu yang mungkin mengganggu keamanan dalam negeri.

2.6 Alat Bantu Seleksi Bahan Pustaka

Alat bantu merupakan alat untuk menyeleksi bahan pustaka dan untuk mendukung proses pemilihan bahan pustaka secara baik dan se optimal mungkin. Menurut buku Panduan Koleksi Perpustakaan Keliling (1992: 17-25) dijelaskan beberapa jenis alat bantu pemilihan yang dapat dipakai, antara lain:

1. Daftar Buku Bernotasi Dengan Rekomendasi

Daftar buku bernotasi ini diterbitkan oleh Pusat Perpustakaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah integrasi dengan Perpustakaan Nasional sejak 1990, daftar buku bernotasi ini akan diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional.

2. Daftar Buku IKAPI

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) setiap tahun menerbitkan buku terbitan para penerbit anggota IKAPI. Daftar buku disusun secara alfabetis nama penerbit. Kelebihan daftar buku ini, selain memuat deskripsi (pemerian) bibliografi juga mencantumkan harga buku dan alamat penerbit, baik kantor maupun cabang-cabangnya. Dengan mengetahui harga tersebut, pembelian bahan pustaka dapat disesuaikan dengan dana yang tersedia. Alamat penerbit penting apabila di daerah tidak terdapat toko-toko buku

Dokumen terkait