• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Pengelolaan Lingkungan a Faktor Penentu Keberhasilan

V MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN

5.1 Masukan Utama Model (Main Input) 1 Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

5.1.5 Prospek Pengelolaan Lingkungan a Faktor Penentu Keberhasilan

Identifikasi terhadap faktor-faktor penentu keberhasilan pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang menghasilkan 10 faktor yang tergabung dalam 3 komponen utama yaitu kinerja dan produktivitas pengelolaan lingkungan, fungsi ekosistem serta kebijakan ekonomi dan moneter. Kinerja dan produktivitas pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten merupakan komponen utama yang didukung oleh 3

faktor yaitu industri, wisata bahari dan sylvofisheries. Fungsi ekosistem wilayah

pesisir dan laut Teluk Banten merupakan komponen utama yang didukung oleh 3 faktor yaitu pengelolaan sumber dampak, perlindungan fisik habitat dan pemberdayaan masyarakat. Kebijakan ekonomi dan moneter dalam pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten merupakan komponen uta ma yang dapat diimplementasikan melalui 4 faktor yaitu insentif investasi, keamanan investasi, konsistensi kebijakan dan ketersediaan infrastruktur.

Uraian berikut menyajikan secara lengkap 10 faktor penentu keberhasilan pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang:

a. Industri.

Sektor di luar pertanian yang menjadi penyangga utama perekonomian

Kabupaten Serang dan memberikan sumbangan pada PDRB secara signifikan (49,68% pada tahun 2002; 49,21% pada tahun 2003; dan 48,90% pada tahun 2004).

b. Wisata bahari.

Wisata berbasis laut yang memberikan dampak lingkungan minimal terhadap wilayah pesisir dan laut Teluk Banten. Jenis wisata yang sesuai misalnya menyelam (menikmati keindahan ekosistem bawah laut), memancing, dan wisata pendidikan (studi ekosistem pesisir dan laut).

c. Sylvofisheries.

Budidaya perikanan yang memasukkan komponen mangrove dan lamun

sebagai bagian integral dari sistem budidaya secara keseluruhan. Beberapa

jenis sylvofisheries yang dapat dikembangkan di wilayah pesisir dan laut

Teluk Banten di antaranya adalah milkfish sylvofishery, polyculture

sylvofishery dan shrimp sylvofishery. d. Pengelolaan sumber dampak.

Pengelolaan dampak pembangunan di lahan atas (up land) dan di kawasan

pesisir dan lautan secara menyeluruh dan terpadu. e. Perlindungan fisik habitat.

Pengamanan kawasan ekosistem wilayah pesisir dan laut Teluk Banten agar tetap memiliki fungsi yang terjaga secara baik.

f. Pemberdayaan masyarakat.

Penataan hubungan antar semua komponen dalam sistem kehidupan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam rangka pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten.

g. Insentif investasi.

Stimulus yang diberikan pemerintah kepada investor agar bersedia menanamkan modalnya di wilayah pesisir dan laut Teluk Banten.

h. Keamanan investasi.

Jaminan pemerintah kepada investor yang diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang memberikan perlindungan keamanan berinvestasi

secara nyata dan penegaka n hukum (law enforcement) yang sesungguhnya.

i. Konsistensi kebijakan.

Jaminan untuk menciptakan keberlanjutan iklim investasi yang kondusif dari waktu ke waktu dan tidak terpengaruh oleh pergantian pemerintahan.

j. Ketersediaan infrastruktur.

Penyediaan fasilitas atau pelayanan pemerintah kepada masyarakat dalam skala besar untuk mendukung aktivitas perekonomian terutama di sektor kelautan. Infrastruktur yang disediakan bisa berupa jaringan jalan, air bersih, pelabuhan/dermaga, fasilitas pendidikan dan kesehatan serta fasilitas lainnya.

K A B U P A T E N S E R A N G S u m b e r : P e t a L i n g k u n g a n P a n ta i I n d o n e s ia s k a l a 1 : 5 0 . 0 0 0 , t a h u n 1 9 9 9 A t la s S u m b e r d a y a P e s is i r d a n L a u t K a b u p a t e n S e r a n g , s k a la 1 : 2 0 0 . 0 0 0 t a h u n 2 0 0 2 P R O G R A M S T U D I P E N G E L O L A A N S U M B E R D A Y A A L A M D A N L I N G K U N G A N I N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R N E W S S K A L A 1 : 2 3 2 . 7 4 7 P r o y e k s i : Tr a n s v e r s e M e r c a t o r S i s t e m G r i d : G r id U n i v e r s a l T r a n s v e r s e M e r c a t o r D a t u m H o r is o n t a l : W G S 8 4 LE G E N D A : Z o n a I 6 2100 0 6 2100 0 6 3000 0 6 3000 0 6 3900 0 6 3900 0 6 4800 0 6 4800 0 6 5700 0 6 5700 0 9 3 3 3 0 0 0 93 3 3 0 0 0 9 3 4 2 0 0 0 93 4 2 0 0 0 9 3 5 1 0 0 0 93 5 1 0 0 0 Z o na p e n a n g ka p a n ik a n tr a d is io n a l Z o n a I I Z o n a I II Z o n a p e r lin d u n g a n a la m Z o n a p e m a n f a a ta n b er s y ar a t P E T A A R A H A N P E M A N F A A T A N R U A N G L A U T P E R A I R A N T E L U K B A N T E N K A B U P A T E N S E R A N G 2 0 0 7 P . T u n d a P . P a nj a n g P . P a mu ja n B e s a r P . P a m u ja n K e c il P . K u bu r P . K a m b in g P . T ar a h a n T E L U K B A N T E N P . D u a P . K a li L A U T J A W A T g . P o n t a ng M u a r a U ju n g

b. Faktor Kunci (Key Factors)

Analisis terhadap 10 faktor penentu keberhasilan pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang menghasilkan lima faktor kunci (Gambar 17). Faktor kunci merupakan faktor yang memiliki pengaruh yang sangat menentukan kinerja sistem, sedangkan ketergantungannya

terhadap faktor lain rendah (lebih independent). Gambar 17 menunjukkan, bahwa

dari 10 faktor penentu keberhasilan, faktor-faktor seperti pengelolaan sumber dampak, insentif investasi, industri, perlindungan fisik habitat dan pemberdayaan masyarakat merupakan lima faktor kunci yang sangat menentukan keberhasilan pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang. ketersediaan infrastruktur konsistensi kebijakan keamanan investasi insentif investasi pemberdayaan masyarakat industri

pengelolaan sumber dampak

perlindungan fisik habitat

wisata bahari sylvofisheries - 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 - 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 Ketergantungan Pengaruh

Gambar 17. Tingkat kepentingan faktor-faktor penentu keberhasilan pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang.

c. Skenario Pengelolaan Lingkungan

Lima faktor kunci yang diperoleh dari hasil analisis digunakan untuk menyusun prospek pengelolaan lingkungan (Tabel 55). Prospek pengelolaan lingkungan tersebut selanjutnya digunakan untuk menyusun skenario pengelolaan lingkungan (Tabel 56).

Tabel 55. Prospek pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang (tahun 2027)

KEADAAN

FAKTOR 1 A 1 B 1 C

Pengelolaan sumber dampak

Sama sekali tidak dilakukan upaya pengelolaan sumber dampak

Pengelolaan tidak

dilakukan secara terpadu dan hanya mementingkan ego sektoral saja

Pengelolaan dilakukan secara terpadu dengan pertimbangan lintas sektoral dan keterkaitan ekologis

2 A 2 B

Insentif investasi Diberlakukan secara cost effective

Tidak diberlakukan sama sekali

3 A 3 B 3 C 3D

Industri Makin berkembang baik jenis maupun jumlahnya dan makin ramah

lingkungan

Tetap Makin berkurang baik jenis

maupun jumlahnya dan makin ramah lingkungan

Makin berkembang baik jenis maupun jumlahnya dan makin tidak ramah lingkungan

4 A 4 B 4 C

Perlindungan fisik habitat

Dilakukan secara terpadu dengan pertimbangan lintas sektoral dan keterkaitan ekologis

Tidak dilakukan secara terpadu dan hanya

mementingkan ego sektoral saja

Sama sekali tidak dilakukan upaya perlindungan

5 A 5 B 5 C 5 D

Pemberdayaan masyarakat

Masyarakat makin kuat dan memiliki akses yang makin besar terhadap

sumberdaya.

Masyarakat makin kuat tetapi akses terhadap sumberdaya terbatas

Tetap Masyarakat makin lemah

dan tidak memiliki akses terhadap sumberdaya

Tabel 56. Skenario pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang.

No. Skenario Urutan faktor

1. Konvensional (business as usual) 1A/B-2A-3D-4B/C-5C/D

2. Konservasi (conservationism) 1C-2B-3C-4A-5B

3. New urbanism 1C-2A-3A-4A-5A

Dari Tabel 56 diketahui, bahwa terdapat tiga skenario pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang. Uraian berikut menyajikan secara lengkap masing-masing skenario:

1. Skenario konvensional (business as usual).

Skenario ini berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Perlindungan fisik

habitat dan pengelolaan sumber dampak tidak menjadi concern utama

sehingga seringkali tidak dilakukan; kalaupun dilakukan biasanya hanya untuk kepentingan sektoral dan tidak secara terpadu. Untuk mengejar pertumbuhan

ekonomi, diberlakukan insentif investasi secara cost effective. Sebagai sektor

andalan untuk meningkatkan pertumbuhan, industri terus dikembangkan dengan tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Akibatnya, industri berkembang ke arah yang makin tidak ramah lingkungan. Masyarakat sebagai

salah satu stakeholder penting dalam pengelolaan lingkungan justru semakin

lemah posisinya dan tidak memiliki akses terhadap sumberdaya yang ada. 2. Skenario konservasi.

Skenario ini berorientasi pada terpeliharanya fungsi ekosistem secara berkelanjutan. Perlindungan fisik habitat dan pengelolaan sumber dampak

menjadi concern utama dan dilakukan dengan pertimbangan lintas sektoral dan

keterkaitan ekologis. Orientasinya pada konservasi membawa konsekuensi berupa tidak diberlakukannya sama sekali insentif investasi, karena investasi ekonomi yang tinggi diyakini akan merusak kapasitas fungsi ekosistem. Sektor industri mengalami penurunan tingkat perkembangan dan hanya industri yang ramah lingkungan saja yang diberi kesempatan untuk berkembang. Masyarakat

kuat posisinya, sedangkan kemampuan untuk me ngakses sumberdaya yang ada cukup terbatas.

3. Skenario new urbanism.

Skenario ini merupakan perpaduan dua skenario terdahulu. Berorientasi pada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan terpeliharanya fungsi ekosistem secara berkelanjutan. Perlindungan fisik habitat dan pengelolaan

sumber dampak menjadi concern utama dan dilakukan dengan pertimbangan

lintas sektoral dan keterkaitan ekologis. Diberlakukan insentif ekonomi secara

cost effective. Sektor industri terus dikembangkan hingga makin bertambah jenis dan jumlahnya dan makin ramah lingkungan. Posisi masyarakat sebagai

salah satu stakeholder penting dalam pengelolaan lingkungan makin kuat dan

memiliki akses yang makin besar terhadap sumberdaya yang ada.

Dari tiga skenario pengelolaan lingkungan di atas, dinilai kemungkinan

implementasinya di masa yang akan datang melalui expert judgment. Hasil

analisis terhadap tiga skenario disajikan pada Tabel 57. Tabel 57 menunjukkan

bahwa skenario new urbanism (55,00%) menempati peringkat 1, disusul oleh

skenario konservasi (35,00%) pada peringkat 2 dan skenario konvensional

(business as usual) (10,00%) pada peringkat 3. Hasil ini juga menunjukkan bahwa

new urbanism merupakan skenario paling implementatif dalam pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang.

Tabel 57. Peringkat skenario pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang.

No. Skenario Persentase Peringkat

1. Konvensional (business as usual) 10,00 3

2. Konservasi 35,00 2

5.2 Model Pengelolaan Lingkungan Wilayah Pesisir dan Laut Teluk Banten