• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL

Inflasi Jawa Barat

7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL

7.1.1. Prospek Perekonomian Global

Pertumbuhan ekonomi global pada 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan 2017. Rilis IMF melalui

World Economic Outlook (WEO) April 2018 memperkirakan pertumbuhan global pada 2018 sebesar 3,9% (yoy), meningkat dibandingkan 2017 sebesar 3,8% (yoy) (Tabel 7.1). Dengan demikian, perkiraan pertumbuhan global 2018 ini merupakan level tertinggi sejak 2012 (3,5%). Perkiraan pertumbuhan ini meningkat dibanding proyeksi sebelumnya menjelang akhir tahun 2017, terutama disebabkan ekspansi kebijakan fiskal Amerika Serikat yang mendorong pertumbuhan ekonomi di jangka pendek serta kebijakan moneter yang akomodatif di kawasan Eropa. Berlanjutnya perbaikan ekonomi global ditopang oleh peningkatan kinerja ekonomi baik negara maju maupun negara berkembang serta berlanjutnya kenaikan harga minyak.

Tabel 7. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Sumber : WEO IMF, Consesus Forecast, Bank Indonesia

Perekonomian negara maju diperkirakan tumbuh sebesar 2,5% (yoy) pada 2018, meningkat dibandingkan 2017 yang tumbuh 2,3% (yoy) (WEO IMF April 2018). Hal ini terutama ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan kawasan Eropa. Meningkatnya pertumbuhan Amerika Serikat didorong oleh permintaan eksternal yang semakin kuat serta dampak makroekonomi dari reformasi pajak pada Desember 2017. Sementara itu, akselerasi ekonomi di Eropa didorong oleh permintaan domestik yang semakin kuat, kebijakan moneter suportif, serta membaiknya prospek permintaan eksternal. Di sisi lain, walaupun pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan melambat pada 2018, namun terdapat revisi ke atas dibandingkan proyeksi sebelumnya (0,7%). Revisi ke atas pada proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang ini mencerminkan permintaan eksternal yang membaik, meningkatnya investasi swasta, dan adanya budget tambahan (suplementary budget) pada 2018.

Perekonomian negara berkembang diperkirakan tumbuh 4,9% (yoy) pada 2018, meningkat dibandingkan 2017 yang diperkirakan tumbuh 4,8% (WEO IMF April 2018). Peningkatan ini didorong

2017 2018 2019 2017 2018 2019 2017 2018 2019 Dunia 3,8 3,9 3,9 3,9 4,0 3,8 3,8 3,8 3,8 Negara Maju 2,3 2,5 2,2 2,3 2,4 2,1 2,4 2,3 2,1 Amerika Serikat 2,3 2,9 2,7 2,3 2,8 2,3 2,3 2,6 2,4 Kawasan Eropa 2,3 2,4 2,0 2,5 2,4 2,0 2,5 2,3 2,0 Jepang 1,7 1,2 0,9 1,7 1,4 1,1 1,7 1,2 0,9 Negara Berkembang 4,8 4,9 5,1 5,3 5,3 5,2 4,7 4,8 5,0

Negara Berkembang Asia 6,5 6,5 6,6

Tiongkok 6,9 6,6 6,4 6,9 6,5 6,3 6,9 6,7 6,5

India 6,7 7,4 7,8 6,4 7,3 7,4 6,4 7,2 7,5

Volume Perdagangan Dunia (barang & jasa) (%, yoy) 4,9 5,0 4,8 4,5 4,5 4,5

Minyak (Dolar AS per barel) 52,8 62,3 58,2 52 60 57

WEO IMF (Apr'18) Consesus Forecast (Mar'18) Bank Indonesia (Apr'18)

PROSPEK PEREKONOMIAN

111

oleh beberapa faktor, antara lain pemulihan kondisi ekonomi sejumlah negara eksportir komoditas (didorong perbaikan harga komoditas global), pertumbuhan yang semakin kuat di India pasca reformasi struktural, serta perlambatan ekonomi Tiongkok selama rebalancing agenda2 yang berlangsung lebih gradual atau perlahan dibandingkan sebelumnya. Namun demikian, masih terdapat beberapa tantangan pada outlook kinerja ekonomi negara berkembang, antara lain tingkat utang yang tinggi di sejumlah negara, prospek pertumbuhan jangka menengah yang terbatas di negara-negara maju, adanya perselisihan atau gejolak domestik & politik, serta ketegangan geopolitik di sejumlah negara.

Volume perdagangan global pada 2018 diperkirakan tumbuh 5,0% (yoy) atau meningkat dibandingkan 2017 yang diperkirakan tumbuh 4,9%. Seiring dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi global, pertumbuhan volume perdagangan global juga diperkirakan turut meningkat. Selain itu, momentum perbaikan harga komoditas global yang terjadi pada 2017 diperkirakan berlanjut pada 2018 dengan perkiraan harga minyak global 2018 sebesar USD 62,3/barrel atau lebih tinggi dibandingkan 2017 sebesar USD 52,8/barrel (WEO IMF April 2018).

Di tengah berlanjutnya momentum perbaikan ekonomi global secara terbatas tersebut, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga kebijakan Amerika Serikat atau (FFR) diperkirakan berlangsung 3-4 kali pada tahun 2018. Hal ini didukung oleh kondisi perekonomian AS yang terus membaik, serapan tenaga kerja yang solid, dan inflasi yang masih terkendali. Pada 2018, kenaikan

FFR diperkirakan terjadi terutama pada Mei 2018 dengan probabilitas 72% (Grafik 7.1).

Secara ringkas, beberapa faktor risiko maupun potensi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global pada 2018 adalah sebagai berikut:

Sumber : Bloomberg

112

Sumber : World Economic Outlook dan Informasi Anekdotal Lainnya (Diolah)

Gambar 7.1. Potensi dan Risiko Perekonomian Global 2018

7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional

Pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan 2017. Dalam asumsi dasar makro APBN 2018, pertumbuhan ekonomi tahun 2018 diasumsikan sebesar 5,4% (yoy) (Tabel 7.2), meningkat dibandingkan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 sebesar 5,1% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2018 pada rentang 5,1% - 5,5% (yoy), meningkat dibandingkan 2017 yang tumbuh sebesar 5,07% (yoy). Momentum pemulihan ekonomi diperkirakan terus berlanjut, ditopang oleh konsumsi swasta yang diperkirakan masih tumbuh kuat; peningkatan konsumsi pemerintah serta perbaikan investasi, baik swasta maupun pemerintah; serta peningkatan ekspor sejalan dengan prospek perbaikan ekonomi global. Selain itu, pemanfaatan berbagai potensi seperti keyakinan pelaku ekonomi terhadap pemerintah dan pemangku kebijakan lainnya, munculnya potensi sumber pembiayaan ekonomi setelah berakhirnya program pengampunan pajak (tax amnesty) pada 2017 serta berkembangnya sharing economy dan digital economy

akan mempengaruhi keyakinan dan gairah swasta untuk beraktivitas.

Tabel 7. 2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN

Sumber : Kementerian Keuangan RI

Asumsi Makro APBN 2017 2018

Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,10 5,40

Inflasi (%, yoy) 4,00 3,50

Nilai Tukar (Rp/ USD) 13.300 13.400

Tingkat Bunga SPN 3 bulan rata-rata (%) 5,30 5,20 Harga Minyak Mentah Indonesia (USD/ barel) 45 48

Lifting Minyak Bumi (ribu/ barel/ hari) 815 800

PROSPEK PEREKONOMIAN

113

Belanja Pemerintah dalam APBN 2018 adalah sebesar Rp2.220,7 Triliun atau meningkat 0,74% dibandingkan belanja APBN 2017 sebesar Rp2.204,4 Triliun. Beberapa highlight dari kebijakan fiskal Pemerintah Pusat yang tercermin dari APBN 2018 ini antara lain :

a. Kenaikan anggaran untuk penanggulangan kemiskinan dan dukungan masyarakat berpendapatan rendah (a.l: PKH, Program Indonesia Pintar, Jaminan Kesehatan Nasional, Bantuan Pangan, Bidik Misi, dan Dana Desa) adalah sebesar 3,65% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kenaikan anggaran untuk infrastruktur yakni sebesar 2,39% (yoy). Peningkatan belanja bantuan sosial ini diharapkan dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat serta pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018. b. Anggaran subsidi energi 2018 mencapai Rp103,37 Triliun atau meningkat 15,03% dibandingkan

2017. Anggaran subsidi tersebut terdiri dari subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji 3 kilogram (kg) sebesar Rp 51,13 triliun serta subsidi listrik sebesar Rp 52,23 triliun untuk pelanggan 450 VA dan 900 VA. Dengan demikian, Pemerintah diperkirakan tidak akan menaikkan harga BBM, tarif listrik, maupun harga elpiji pada 2018

Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga kebijakan sebanyak dua kali sepanjang tahun 2017 yakni pada Agustus dan September 2017 masing-masing sebesar 25 bps. Sementara pada 2018, Bank Indonesia belum melakukan perubahan pada suku bunga kebijakan hingga bulan April. Mempertimbangkan berlanjutnya proses transmisi dari pelonggaran kebijakan moneter yang telah berlangsung sejak 2017, diharapkan pembiayaan terhadap kegiatan ekonomi domestik dapat meningkat pada 2018.

Perkiraan peningkatan investasi salah satunya didorong oleh belanja modal Pemerintah dalam rangka percepatan penyelesaian pembangunan proyek infrastruktur. Sebagaimana diketahui, terdapat banyak proyek infrastruktur strategis bersifat multiyear yang akan berlanjut pada 2018. Adapun investasi swasta yang bersifat non bangunan diperkirakan mulai meningkat pada semester kedua sejalan dengan berakhirnya konsolidasi yang dilakukan oleh korporasi yang kemudian dilanjutkan ke fase ekspansi. Pertumbuhan ekspor diperkirakan meningkat khususnya sejalan dengan prospek berlanjutnya perbaikan ekonomi global serta harga komoditas global pada tahun 2018. Berdasarkan negara tujuannya, peningkatan ekspor diperkirakan terutama terjadi ke Amerika Serikat seiring dengan proyeksi meningkatnya pertumbuhan AS pada 2018. Selain itu, ekspor ke negara berkembang Asia khususnya ASEAN juga diperkirakan menjadi salah satu faktor utama pendorong kinerja ekspor pada tahun 2018 mempertimbangkan prospek ASEAN yang masih terus membaik. Prospek membaiknya harga sejumlah komoditas termasuk minyak diperkirakan turut mendorong kinerja ekspor migas Indonesia.

Dari aspek intermediasi perbankan, konsolidasi perbankan telah berlangsung sejak 2016 hingga pertengahan 2017, perbankan diperkirakan siap untuk melakukan ekspansi pembiayaan pada tahun 2018. Hal ini juga antara lain didukung oleh suku bunga kebijakan yang semakin akomodatif serta terus didorongnya efisiensi perbankan. Pada triwulan I 2018, penyaluran kredit nasional tumbuh 8,54% (yoy), meningkat dibandingkan akhir tahun 2017 yang tumbuh 8,24% (yoy).

114

Adapun inflasi nasional pada 2018 diperkirakan berada pada kisaran sasaran sebesar 3,5%±1%, lebih rendah dibanding 2017 yang berada pada kisaran sasaran 4%±1%. Hal ini didukung oleh semakin kuatnya koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengatasi sejumlah risiko. Selain itu, rencana Pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM dan elpiji serta tarif listrik seiring dengan meningkatnya belanja subsidi dalam APBN 2018 juga menjadi faktor yang menjaga tekanan inflasi lebih rendah dibanding 2017. Namun risiko pada tekanan harga pangan perlu terus diwaspadai.

Di tengah berbagai faktor yang mendorong perbaikan kondisi ekonomi nasional di atas, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko pada 2018, antara lain arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang cenderung proteksionis antara lain tercermin dari kenaikan tarif impornya, risiko pelemahan nilai tukar Rupiah antara lain akibat kenaikan FFR, serta masih terbukanya peluang risiko shortfal3l pajak.