• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT BUMR PANGAN TERHUBUNG PENINGKATAN EFISIENSI

27

Gambar 1. Model Bisnis BUMR Pangan

a. Agregator (on farm), yaitu melakukan konsolidasi dengan para petani, melakukan pendampingan kepada petani, memberikan input (bibit, obat, pupuk) dan memberikan kredit pembudidayaan tanpa kolateral. Dalam proses pra tanam, terdapat alat yaitu Automatic Rain Gauge (ARG) yang terdapat di beberapa wilayah yang berfungsi untuk mendeteksi curah hujan dan kelembaban tanah di daerah tersebut secara otomatis. Dari alat tersebut bisa dipetakan jenis padi, waktu tanam serta kebutuhan air yang dibutuhkan untuk proses tanam suatu daerah. Alat ARG tersebut akan mengirimkan data ke server, dan kemudian diolah di Big Data, dan pengguna dapat melakukan monitoring melalui aplikasi iPangan.

Gambar 2. Automatic Rain Gauge (ARG)

b. Intregator (off farm), yaitu kegiatan pasca panen dimana hasil panen petani akan dibeli oleh koperasi, setelah itu koperasi akan melakukan penjualan ke konsumen retail maupun komunitas. Saat ini PT BUMR

28

Pangan Terhubung telah memiliki kerjasama dengan Warung Tegal (Warteg). Konsumen terbesarnya adalah Koperasi Warteg yang berlokasi di Jabodetabek dengan total pembelian mencapai 90 ton/bulan. c. Korporatisasi, dikelola secara profesional.

d. Off taker, PT BUMR Pangan Terhubung juga memiliki alat pengering/dryer, penggiling padi dan alat untuk pengepakan beras. Alat ini akan digunakan untuk pengolahan pasca panen dari hasil panen para petani yang dibeli melalui koperasi.

e. Investor, PT BUMR Pangan Terhubung juga menjadi investor untuk pengembangan usaha, baik modal dan aset (pabrik, mesin, teknologi).

BUMR Pangan ini juga berupaya menyeimbangkan Supply Chain dari hulu ke hilir. Untuk memastikan keberlangsungan BUMR melakukan pendataan dan penawaran pinjaman dan/atau pendampingan. Dalam melakukan proses tanam, BUMR pangan yang melakukan perhitungan untuk waktu tanam, benih apa yang ditanam, waktu pemberian pupuk dan waktu panen, melalui database dan aplikasi iPangan. Setelah panen, dilakukan pembagian hasil produksi dengan petani.

Gambar 3. Rantai Nilai BUMR Pangan

PT BUMR Pangan Terhubung sahamnya dimiliki oleh dua pihak, yaitu milik PT BUMR Pangan Terhubung sebesar 51% dan koperasi Ar-Rohmah sebesar 49%. Koperasi Ar-Rohmah ini merupakan koperasi milik petani yang akan menyalurkan pinjaman dengan asas syariah. Saat ini, PT BUMR Pangan Terhubung memiliki rencana pengembangan produksi beras ke depan hingga tahun 2020. Namun ke depan, PT BUMR ingin mengembangkan efisiensi produksi pasca panen tidak hanya beras, rencananya akan ada 7 (tujuh) komoditas yang juga diperdagangkan yaitu: beras, kedelai, jagung, bawang merah dan sayuran hortikultura, cabai, tebu, serta peternakan (sapi dan unggas).

Dengan berdirinya PT BUMR ini terdapat beberapa manfaat, antara lain meningkatkan kesejahteraan petani, stabilitas harga konsumen, dan stabilitas persediaan beras. Setelah 25 tahun berdiri, BUMR cukup berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan petani, karena skema pembiayaan yang diberikan petani dilakukan bertahap sesuai proses tanam. Setiap petani diberikan pembiayaan Rp13 juta per hektar per masa tanam, dimana 1% nya akan diambil untuk menjadi Cadangan Risiko Gagal Panen (CRGP).

29

Gambar 4. Rencana Pengembangan BUMR Pangan

Selain itu, BUMR juga memberikan akses pembiayaan sesuai dengan prilaku petani (non kolateral, tepat waktu, tepat jumlah dan tepat guna). Dari sisi harga, dengan adanya sistem produksi pasca panen di BUMR Pangan Terhubung ini harga beras di konsumen akan cenderung stabil. Hal ini karena rantai pasok beras menjadi lebih pendek, selain itu efisiensi dan keberlanjutan produksi baik dari sisi kuantitas dan kualitas juga terjaga.

Gambar 5. Sistem Informasi Multi Enterprise

Kegiatan operasional PT BUMR Pangan Terhubung yang berbasiskan teknologi ini menggunakan Sistem Informasi Multi Enterprise yaitu teknologi berbasiskan IoT dan Big Data yang menampilkan analisa

Business Intelegent maupun Artificial Intelegent sehingga bisa mengatur input, proses dan output secara keseluruhan. Informasi seperti ini berbentuk prediktif, kognitif dan menggunakan penggunaan algoritma yang kompleks untuk decision making pada multi rantai pasok dari multi industri (Gambar 5.)

30

Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor : PM.26/UM.001/MKP/2010 tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata Melalui Desa Wisata, desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Saat ini Pemerintah tengah gencar mengembangkan potensi desa wisata untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di daerah. Di Jawa Barat sendiri, terdapat sejumlah desa wisata yang telah dibangun. Salah satu desa wisata yang tergolong sukses dalam pengembangannya adalah Desa Wisata Cibuntu yang terletak di Kec. Pesawahan, Kab. Kuningan, Jawa Barat. Desa Wisata Cibuntu ini diresmikan sebagai desa wisata oleh Pemerintah pada bulan Juli tahun 2012 di bawah binaan STP Trisakti, IPB, BRI, UGM, dan Pertamina. Namun sejatinya proses perintisan dibangunnya desa wisata ini telah dimulai sejak tahun 2008, di mana salah satu tokoh desa bekerjasama dengan Universitas Trisakti untuk dibimbing dalam pembangunan desa wisata.

Adapun atraksi maupun paket kegiatan wisata yang ditawarkan oleh Desa Wisata Cibuntu sangat beragam, mulai dari tari Cibuntu (tari purba, tari penyambutan, dan tari tani); musik cibuntu (gemalan, angklung, dan kecapi suling); agrowisata (sawah dan kampung domba); wisata kuliner Cibuntu; wisata ke situs purbakala (bujal dayeuh); serta wisata religi dengan mengikuti tradisi sedekah bumi.

Desa wisata ini merupakan konservasi desa budaya dengan menganut konsep Community Based Tourism

(CBT). Dalam pengelolaannya, terdapat sekelompok penduduk asli desa yang secara resmi bertindak sebagai manajemen pengelola desa wisata. Dengan konsep CBT ini, maka seluruh penduduk desa dipastikan memiliki keterlibatan serta memperoleh dampak positif dari berjalannya desa wisata ini. Sebagai contoh, setiap penduduk desa akan mendapat giliran sebagai penyedia makanan (baik makan siang maupun makan malam dan snack) untuk setiap kali ada tamu yang berkunjung. Selain itu, dalam rangka akomodasi, rumah penduduk yang menjadi

homestay juga digilir antar penduduk. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh penduduk memperoleh manfaat merata dari beroperasinya desa wisata ini.

BOKS 2