• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Subsektor Perkebunan dalam Perekonomian NTB

Peran setiap subsektor terhadap perekonomian provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) diindikasikan oleh besar kontribusinya dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data NTB Dalam Angka tahun 2012 menggambarkan bahwa berdasarkan Atas Dasar Harga berlaku (ADH) peran subsektor perkebunan dalam pembentukan PDRB menempati urutan ketiga setelah subsektor tanaman pangan dan peternakan. Sedangkan berdasarkan ADH konstan 2000, peran tersebut berada pada urutan ke 4 setelah subsektor pangan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan seperti ditunjukkan pada Tabel 6.

Peranan subsektor perkebunan masih berpeluang sangat besar untuk ditingkatkan karena masih banyak tersedia lahan potensial yang belum dimanfaatkan untuk pengembangan komoditi perkebunan di NTB. Luas lahan yang sudah dimanfaatkan untuk berbagai jenis tanaman perkebunan di NTB adalah seluas 457.441,90 hektar (68,76%), sedangkan yang belum dimanfaatkan adalah 207.872,10 (31,24%) (BPS NTB, 2012). Berdasarkan pelakunya, perkebunan diklasifikasikan menjadi dua : pertama adalah perkebunan besar, yakni usaha perkebunan yang dilakukan oleh suatu badan usaha atau badan hukum di atas lahan dengan status Hak Guna Usaha (HGU). Kedua adalah perkebunan rakyat yang dilakukan oleh petani secara swadaya maupun bermitra dengan perusahaan.

Tabel 6 Peran sektor pertanian terhadap PDRB NTB atas dasar harga (ADH) berlaku dan konstan 2000 manurut subsektor tahun 2007–2011

Sub

Sektor ADH (Juta Rp) 2007

2008 (Juta Rp) 2009 (Juta Rp) 2010 (Juta Rp) 2011 (Juta Rp) Tanaman Pangan Berlaku 3.614.477,1 (14,07) 4.105.667,2 (14,36) 4.458.769,7 (13,30) 5.081.364,9 5,462,175.25 Kont 2000 2.281.751,61 (15,03) 2.381.235,98 (15,26) 2.416.954,52 (14,77) 2.617.561,74 2.654.976,82 Perke- bunan Berlaku 766.358,39 (2,98) 803.934,77 (2,81) 900.695,07 (2,69) 1.031.374,18 1,083,735.53 Kont 2000 515.843,60 (3,40) 478.690,33 (3,07) 490.178,90 (3,00) 513.140,77 523.765,63 Peter- nakan Berlaku 764.746,81 (2,98) 841.821,92 (2,94) 973.338,51 (2,90) 1.137.412,18 1.336.135,83 Kont 2000 559.203,91 (3,68) 568.822,22 (3,65) 604.044,58 (3,69) 616,826.54 669.929,14 Kehu- tanan Berlaku 17.106,82 (0,07) 19.042,72 (0,07) 21.685,65 (0,06) 23.738,42 24.719,30 Kont K2000 12.132,43 (0,08) 12.699,01 (0,08) 13.495,24 (0,08) 13.357,02 12.900,52 Perikanan Berlaku 652.470,11 (2,54) 734.735,24 (2,57) 826.738,80 (2,47) 914.763,33 1.005.482,98 Kont 2000 509.304,59 (3,35) 548.494,19 (3,52) 580.913,78 (3,55) 591.459,51 598.700,57 Sektor Pertanian Berlaku 5.815.159,20 (22,64) 6.505.201,84 (22,75) 7.181.227,76 (21,42) 8.188.653,02 8.912.248,89 Kont 2000 3.878.236,13 (25,54) 3.989.941,73 (25,57) 4.105.587,02 (25,09) 4.352.345.58 4.460.272,69 Sumber : BPS NTB 2007 hingga (2012.

Pengembangan agribisnis tembakau virginia berperan sangat penting dalam menumbuhkan perekonomian agregat daerah Lombok NTB sejak krisis ekonomi dan moneter pada pertengahan tahun 1997. Dalam kontek pembangunan ekonomi regional, pengembangan agribisnis tembakau virginia di Pulau Lombok NTB bertujuan untuk mengurangi kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah daerah NTB menjadikan agribisnis tembakau virginia sebagai salah satu sektor ekonomi primer unggulan yang diandalkan berperan terhadap perekonomian NTB.

Berdasarkan hasil analisa Input-Output NTB tahun 2005, agribisnis tembakau virginia memberikan kontribusi terhadap perekonomian NTB berdasaarkan PDRB NTB cukup besar (BPS NTB 2005) dalam Hamidi (2008) yang dapat ditunjukkan

pada Tabel 7.

Tabel 7 Peran Tembakau Virginia dalam Perekonomian Provinsi NTB

No Indikator ekonomi Nilai Persentase (%)

1 PDRB (milyar Rp) 466,020 1, 57%

2 Serapan Tenaga kerja (orang) 57 287 2, 83% 3 Pendapatan masyarakat (milyar Rp) 115,621 24, 81% 4 Kaitan ke depan (forward linkage) 1,74833

5 Kaitan ke belakang (backward linkage) 1,18407

Berdasarka Tabel I-O 2005 terdapat 60 klasifikasi indikator sektor ekonomi, diantaranya adalah peran setiap sektor ekonomi termasuk pertanian dalam arti luas. Indikator ekonomi yang menggambarkan peran agribisnis tembakau virginia terhadap perekonomian NTB adalah nilai tambah bruto sebesar Rp. 466.020 milyar (1,57%) dari total PDRB. Indikator ekonomi berikutnya adalah penyerapan tenaga kerja. Agribisnis tembakau virginia mampu menyerap 57.287 orang (2.83%) dari total tenaga kerja terserap dalam perekonomian NTB sebanyak 2.023.266 orang. Output agribisnis tembakau virginia di Pulau Lombok adalah berupa daun krosok yang seluruhnya diekspor ke luar Lombok (ke Pulau Jawa) karena di Lombok NTB belum ada industri rokok yang memanfaatkan tembakau virginia sebagai bahan baku. Berikutnya adalah peran sektor tembakau terhadap pendapatan petani ditunjukkan bahwa dari total nilai PDRB sektor tembakau sebesar Rp 115.621 milyar (24.81%) dari nilai yang diterima oleh para pekerja dalam bentuk upah/gaji dan Rp 348.604 milyar (74.80%) diterima oleh para pemilik modal dalam bentuk surplus usaha. Sedangkan pemerintah daerah menerima pendapatan dalam bentuk pajak dan retribusi. Berdasarkan perkembangan luas areal, total produksi tembakau virginia dari tahun 2007 hingga 2012 dapat diperkirakan bahwa pendapatan asli daerah (PAD) dari tembakau virginia bisa mencapai di atas Rp 2 milyar. Hal ini dapat diketahui berdasarkan perolehan pendapatan asli daerah (PAD) dari tembakau virginia selama tiga tahun menunjukkan peningkatan dari sekitar Rp 1.177 milyar pada tahun 2004 menjadi sekitar Rp. 1.960 milyar lebih pada tahun 2006.

Kontribusi tidak langsung tembakau virginia dapat diketahui melalui efek penggandanya (multiflier effect), yakni berupa keterkaitan input-output antar

industri. Tabel 7 menggambarkan bahwa keterkaitan ke belakang menunjukkan bahwa daya penyebaran tembakau virginia di Lombok adalah sebesar 1,18407 dan derajat kepekaanya sebesar 1,74833. Angka daya penyebaran tersebut berarti bahwa akibat permintaan akhir sektor tembakau sebesar Rp 1 menyebabkan output

perekonomian meningkat sebesar Rp 1,748. Hal ini menggambarkan bahwa subsistem usahatani dan subsistem pengolahan pada sistem agribisnis tembakau virginia memiliki keterkaitan dengan subsistem hulu, yakni penyediaan input berupa sarana produksi (pupuk kimia, pestisida, dan bibit) dan bahan bakar untuk pengolahan. Anggka yang menggambarkan derajat kepekaannya adalah cukup kecil yang mengindikasikan bahwa output tembakau virginia tidak digunakan oleh sektor lain sebagai bahan bakunya, melainkan untuk bahan baku industri rokok di luar Lombok NTB.

Tinjaun Sejarah Agribisnis Tembakau Virginia di Pulau Lombok NTB

Tembakau Virginia Flue Cured (FC) mulai dikembangkan di Lombok pertama kali oleh PT Faroka SA pada tahun 1969 (Disbun NTB 1992), sehingga pada waktu itu tembakau virginia lebih dikenal oleh petani dengan nama Tembakau Faroka. Pengembangan diawali dengan pelaksanaan ujicoba pada tahun 1968 di areal lahan sawah seluas 45 hektar dengan menghimpun petani produsen. Perusahaan-perusahaan yang melakukan kemitraan dengan petani setelah PT Faroka adalah PT BAT sejak tahun 1971 (sekarang bernama PT ELI), PTP XXVII, dan tahun 1974 masuk PT Gabungan Impor-Ekspor Bali (GIEB). Dalam operasionalnya, perusahaan-perusahaan tersebut melibatkan dan membina petani hanya dari sisi budidaya, sistem pengembangan bersifat bebas, pengolahan dilakukan sendiri oleh perusahaan dengan cara membeli daun basah dari petani. Kemudian, pada tahun 1985 masuk PT Djarum, PT Sadana Arif Nusa, kemudian diikuti oleh PD Sumber Hidup dan CV Trisno Adi pada tahun 1990-an. Secara rinci, nama perusahaan dan jumlah petani ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8 Realisasi pembelian krosok tahun 2012 dan rencana pembelian tahun 2013 di Pulau Lombok Tahun 2012

NO PERUSAHAAN