• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinas Perkebunan Kabupaten

SIMPULAN DAN SARAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VIII

Simpulan

Mengacu pada hasil analisis, maka dapat disimpulKan bahwa

1. Produksi tembakau virginia di Pulau Lombok dipengaruhi oleh tingkat penggunaan input yang diindikasikan oleh beberapa faktor produksi yang secara teknis berpengaruh signifikan terhadap peningkatan output yakni penggunaan pupuk KNO3 dan pupuk Fertila. Sedangkan faktor yang menurunkan output secara teknis adalah peninggkatan penggunaan tenaga kerja dan bahan bakar. Agribisnis tembakau virginia di Lombok berada pada kondisi decreasing return to scale yang diindikasikan oleh jumlah koefesien parameter penduga fungsi

produksi lebih kecil dari satu.

2. Kemitraan tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap efisiensi teknis agribisnis tembakau Virginia di Pulau Lombok yang diindikasikan oleh persentase jumlah petani mitra dan petani nonmitra yang mencapai indeks efisiensi teknis yang mendekati frontier secara statistik hampir sama. Hal ini menggambarkan bahwa petani nonmitra sudah mampu menerapkan teknologi produksi secara mandiri dengan mengadopsi teknologi dari petani mitra melalui proses discovery learning, yakni petani nonmitra belajar dari petani mitra secara

langsung dengan melihat, kemudian mengadopsi teknologi dari petani mitra. Hal ini dilakukan oleh petani nonmitra dengan tujuan meningkatkan kualitas output seperti kualitas yang dihasilkan oleh petani mitra agar outputnya dapat diterima di pasar (perusahaan) melalui petani nmitra untuk memperoleh keuntungan yang tinggi.

3. Efisiensi teknis tidak dapat dicapai secara sempurna oleh petani karena terdapat faktor-faktor inefisiensi yang berpengaruh signifikan terhadap penurunan inefisiensi teknis, yakni status penguasaan lahan, persyaratan luas lahan garapan minimum, pengalaman berusahatani, pendidikan, jenis tanah sawah dan jenis bahan bakar (minyak tanah dan solar) untuk pengomprongan merupakan faktor- faktor yang signifikan menekan inefisiensi teknis agribisnis tembakau virginia. 4. Walaupun kemitraan tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknis, namun

kemitraan berpengaruh nyata secara statistik terhadap efisiensi keuntungan agribisnis tembakau Virginia yang diindikasikan oleh persentase petani mitra yang mencapai indeks efisiensi keuntungan mendekati frontir lebih besar daripada persentase petani nonmitra. Hal ini mengindikasikan bahwa kemitraan masih diperlukan dalam agribisnis tembakau virginia yang diindikasikan oleh kemitraan dapat menekan inefisieni keuntungan.

5. Faktor-faktor yang signifikan menurunkan inefisiensi keuntungan petani tembakau virginia di Pulau Lombok adalah status penguasaan lahan, persyaratan luas lahan garapan minimum, pengalaman berusahatani, penggunaan bahan bakar alternatif berupa cangkang sawit meskipun dicampur dengan bahan bakar kayu atau lainnya dan jenis lahan sawah. Khusus penggunaan bahan bakar alaternatif cangkang sawit dan kayu bakar yang walaupun meningkatkan inefisiensi secara teknis, namun karena harganya yang lebih rendah daripada bahan bakar minyak tanah dan/atau solar maka berpotensi menurunkan inefisiensi keuntungan.

agribisnis tembakau virginia. Pengaruh tersebut diindikasikan oleh Faktor- faktor yang signifikan mempengaruhi kenaikan dan penurunan keuntungan agribisnis tembakau Virginia yakni kenaikan harga bibit, pupuk SP36 dan pestisida. Sedangkan kenaikan upah tenaga kerja, harga bahan bakar dan biaya renovasi oven masing-masing berpotensi relatif besar menurunkan keuntungan petani secara keseluruhan.

7. Komponen biaya dalam agribisnis tembakau virginia yang paling besar adalah biaya tenaga kerja dan urutan kedua adalah biaya produksi di pertanaman (usahatani), kemudian biaya bahan bakar dan sewa lahan. Tingginya biaya pada agribisnis tembakau virginia di Pulau Lombok NTB diduga disebabkan oleh adanya biaya transaksi yang berpengaruh dalam meningkatkan inefisiensi keuntungan petani tembakau virginia. Biaya transaksi tersebut diduga melekat pada biaya variabel input seperti pupuk KNO3, pupuk Fertila, TSP36, pestisida dan bahan bakar. Biaya lain yang juga mempengaruhi efisiensi keuntungan adalah upah tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya renovasi tungku sebagai akibat konversi bahan bakar dari BBMT menjadi bahan bakar alternatif.

Saran dan Implikasi Kebijakan

1. Untuk meningkatkan keuntungan agribisnis tembakau virginia melaui peningkatan produkstivitas maka perlu mengakomodir petani nonmitra dalam bentuk pola plasma sehinga tidak dikenal adanya petani swadaya (nonmitra) pada agribisnis tembakau virginia. Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui petani mitra yang sudah berpengalaman terutama dalam penerapan teknologi produksi, sehingga kualitas output yang dihasilkan sama dengan kualitas output yang dihasilkan oleh petani mitra. Dengan demikian, tidak ada hasil produksi petani yang ditolak oleh perusahaan pengelola tembakau di Pulau Lombok. 2. Penanganan agribisnis tembakau virginia tidak cukup hanya melibatkan

perusahaan dan dinas perkebunan, tetapi perlu melibatkan pihak Disperindag, BMKG dan pihak Bank NTB. Pemda perlu berupaya menempuh strategi untuk memfasilitasi petani dalam kemitraan, pengadaan bahan bakar seperti cangkang sawit dan bahan bakar alternatif lainnya. Bank NTB diharapkan dapat diakses oleh petani untuk permodalan.

3. Walaupun secara statistik kemitraan tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknis, namun dengan segala kekurangannya kemitraan telah mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas, pendapatan dan keutungan petani, yang pada gilirannya telah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani tembakau di Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu, pengembangan agribisnis tembakau virginia di Pulau Lombok NTB masih memerlukan kemitraan untuk mengurangi inefisiensi keuntungan petani, namun perlu penyempurnaan serius terutama dalam pembinaan dan pengawasan petani dalam pegolahan hasil terutama sortasi/rempos dan packaging untuk mencegah menurunnya daya

saing krosok.

4. Perlu pengawasan dalam proses pembelian hasil produksi dalam proses

grading (transaksi) secara transparan karena masih ada peluang

penyempurnaan dan perbaikan secara operasional untuk pro petani, sehingga tidak muncul kesan bahwa petani tembakau Virginia berburuh di atas lahan sendiri, artinya walaupun produksi melimpah, namun petani merasa dirugikan

karena harga yang diterima tidak fair.

5. Kemitraan masih diperlukan karena petani tidak memiliki akases pasar output dan belum mempunyai pilihan lain untuk menjual hasil produksinya karena pasar tembakau virginia di Pulau Lombok hanya terbatas pada perusahaan yang diberi lisensi oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu, Pemda hendaknya bersikap tegas kepada perusahaan yang tidak melaksanakan kewajibannya dalam pembinaan petani sesuai dengan jadwal.

6. Bahan bakar masih menjadi salah satu isu yang belum tuntas mendapatkan solusi, baik dari perusahaan maupun pemerintah daerah. Tingginya biaya pada usaha agribisnis tembakau virginia dipicu oleh harga bahan bakar yang cenderung meningkat sehingga meningkatkan inefisiensi keuntungan. Olehb karena itu diperlukan kebijakan pemda dalam pengadaan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan terjangkau.

7. Pemetaan lokasi usahatani tembakau virginia sangat diperlukan karena tidak

semua lahan sawah di Pulau Lombok efisien terhadap keuntungan petani dan tidak semua hasil produksi dari lahan sawah tersebut diterima oleh perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil estimasi jenis tanah sawah sebagai salah atu faktor inefisiensi teknis, yakni tanah sawah lempung berpasir yang berada di lokasi Lombok Timur bagian tengah dan Lombok tengah bagian utara lebih efisien dibandingkan dengan jenis tanah lahan sawah yang liat di bagian Selatan yang dekat dengan pantai.