• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PENERAPAN PERAMPASAN ASET DARI HASIL TINDAK

B. Analisis

3. Putusan

Majelis Hakim dalam Putusan Kasasi No. 3096 K/Pid. Sus/2018 mumutuskan menolak permohonan kasasi dari Penuntut umum dan para terdakwa.

Putusan Majelis Hakim Kejaksaan Agung tersebut menyebabkan terjadinya suatu permasalahan yang menjadi sorotan sampai saat ini. Adapun permohonan kasasi yang ditolak tersebut mengenai perampasan aset oleh negara. Pada Putusan Kasasi No. 3096 K/Pid. Sus/2018 penuntut umum memohon agar barang bukti dengan nomor urut 1-529 dikembalikan kepada para calon jemaah yang gagal berangkat.

Putusan tersebut didasari pasal 39 KUHP jo pasal 46 KUHAP yang menyatakan, (1) Barang-barang kepunyaan terpidana yang diperoleh dari

78Sorta Tobing, “Putusan MA yang Kontroversial dan Rugikan Jamaah Umroh First Travel” diakses dari https://katadata.co.id/berita/5e9a4c55d5a3f/putusan-ma-yang-kontroversial-dan-rugikan-jemaah-umrah-first-travel, pada tanggal 2 Oktober 2020 pukul 13.00.

kejahatan atau yang sengaja dipergunakan untuk melakukan kejahatan, dapat dirampas. (2) Dalam hal pemidanaan karena kejahatan yang tidak dilakukan dengan sengaja atau karena pelanggaran, dapat juga dijatuhkan putusan perampasan berdasarkan hal-hal yang ditentukan dalam undang-undang. (3) Perampasan dapat dilakukan terhadap orang yang bersalah yang diserahkan kepada pemerintah, tetapi hanya atas barang-barang yang telah disita. Akan tetapi pasal 46 ayat (2) KUHAP mengatakan, “apabila perkara sudah diputus, maka benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka yang disebut dalam putusan tersebut kecuali jika menurut putusan hakim benda itu dirampas untuk negara, untuk dimusnahkan atau untuk dirusakkan sampai tidak dapat dipergunakan lagi atau jika benda tersebut masih diperlukan sebagai barang bukti dalam perkara lain”.

Bedasarkan pasal 46 ayat (2) KUHAP sesungguhnya hakim memliki wewenang untuk dapat memutuskan dan menetapkan bahwa aset-aset yang telah disita dan dijadikan barang bukti didalam persidangan tersebut dapat dikembalikan kepada para korban, dan tidak sertamerta langsung dirampas untuk negara.

undang No. 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban jo Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2018 tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan Kepada Saksi Korban, pasal 7A, mengatakan:79

(1) Korban tindak pidana berhak memperoleh Restitusi berupa:

79Republik Indonesia, Undang-undang No. 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 7A.

a. ganti kerugian atas kehilangan kekayaan atau penghasilan;

b. ganti kerugian yang ditimbulkan akibat penderitaan yang berkaitan langsung sebagai akibat tindak pidana; dan/atau

c. penggantian biaya perawatan medis dan/atau psikologis.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan LPSK.

(3) Pengajuan permohonan Restitusi dapat dilakukan sebelum atau setelah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap melalui LPSK.

(4) Dalam hal permohonan Restitusi diajukan sebelum putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, LPSK dapat mengajukan Restitusi kepada penuntut umum untuk dimuat dalam tuntutannya.

(5) Dalam hal permohonan Restitusi diajukan setelah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, LPSK dapat mengajukan Restitusi kepada pengadilan untuk mendapat penetapan.

(6) Dalam hal Korban tindak pidana meninggal dunia, Restitusi diberikan kepada Keluarga Korban yang merupakan ahli waris Korban.

Restetusi sendiri menurut pasal 1 angka 11, restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan kepada Korban atau Keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga.80

Berdasarkan pasal diatas dapat dikatakan bahwa penggantian kerugian atas tindak pidana yang telah dilakukan merupakan hak dari korban, yang dalam hal

80Ibid, Pasal 1 angka 11.

ini adalah para jemaah. Dalam Kasus First Travel penggantian kerugian tersebut dapat dilakukan apabila aset-aset First Travel dikembalikan kepada para jemaah.

Kementrian Agama juga mengatakan agar aset-aset yang disita tersebut dikembalikan kepada para korban, hal ini berdasarkan Surat Keputusan Mentri Agama Nomor 589 Tahun 2017 yang menyatakan agar uang jamaah harus dikembalikan seluruhnya atau diberangkatkan.81

Peraturan-peraturan tersebut diatas tentang mekanisme pengembalian kerugian kepada korban tindak pidana sulit dijalankan dengan efektif dikarenakan dalam kasus First Travel, aset-aset yang menjadi barang bukti didalam pesidangan tersebut berasal dari uang para korban yang sudah berubah bentuk menjadi barang-barang, kemudian jumblah korban yang mencapai 63.310 orang, dan paling terpenting nilai dari aset-aset tersebut diperkirakan lebih kecil dari kerugian para korban.

Aset-aset yang sudah berubah bentuk tersebut tidak memungkinkan untuk dikembalikan kepada para korban. Pasal 46 ayat (2) menyaratkan barang yang dikembalikan kepada korban merupakan sebagaimana bentuk barang yang disita, bukan bentuk lain dari barang-barang tersebut. Dengan kata lain agar aset-aset tersebut dapat dikembalikan kepada korban harus terlebih dahulu dikembalikan sebagaimana bentuk barang tersebut disita, akan tetapi tidak ada peraturan yang memungkinkan untuk menjual barang-barang yang telah disita tersebut dan dikembalikan kepada korban dan juga pihak yang berwenang untuk menjual barang-barang tersebut. Kejaksaan sendiri berdasarkan Peraturan Kejakasaan

81Sorta Tobing, “Putusan MA yang Kontroversial dan Rugikan Jamaah Umroh First Travel” diakses dari https://katadata.co.id/berita/5e9a4c55d5a3f/putusan-ma-yang-kontroversial-dan-rugikan-jemaah-umrah-first-travel, pada tanggal 2 Oktober 2020 pukul 13.00.

Agung No. 27 Tahun 2014 untuk menjual barang sitaan apabila hakim memutuskan barang tersebut dirampas untuk negara dan hasilnya harus disetorkan ke dalam kas negara, bukan dikembalikan kepada yang berhak, termasuk korban.

Jumblah korban yang mencapai 63.310 orang dengan total kerugian yang mencapai Rp 905.333.000.000,-. Sedangkan aset-aset yang telah disita tersebut setelah dihitung hanya bernilai Rp. 25.000.000.000,-.82 Nilai aset-aset tersebut tentu saja sangat jauh dari nilai kerugian dari para jemaah.

Berdasarkan fakta-fakta persidangan aset-aset yang rampas untuk negara tersebut berasal dari uang korban, maka seharusnya aset-aset tersebut dikembalikan kepada pihak yang berhak dalam hal ini adalah korban. Dalam kasus First Travel merupakan tindak pidana penipuan dan bukan tindak pidana korupsi dan negara tidak merasa dirugikan.

82 Merlinda Oktavia Erwanti, “Pengacara Jemaah Bingung Aset First Travel 900 Miliar Tersisa 25 Miliar”, diakses dari https://news.detik.com/berita/d-4800075/pengacara-jemaah-bingung-aset-first-travel-rp-900-miliar-tersisa-rp-25-miliar pada tanggal 2 Oktober 2020 pukul 13.00WIB

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penipuan diatur didalam pasal 378 KUHP, pengertian penipuan unsur-unsur berdasarkan di dalam pasal 378 KUHP adalah, tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri dengan tiada hak.

Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat bohong yang tersusun demikian rupa yang merupakancerita sesuatu yang seakan-akan benar. Pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaanyang diperoleh darihasil tindak pidana yang kemudian diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah.

Pencucian Uang sendiri diatur didalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

2. Pengertian perampasan aset yang didalam bahasa Inggris adalah asset forfeiture merupakan suatu proses di mana pemerintah secara permanen mengambil properti dari pemilik, tanpa membayar kompensasi yang adil, sebagai hukuman untuk pelanggaran yang dilakukan oleh properti atau pemilik. Perampasan aset sendiri sudah diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Perampasan aset juga diatur didalam Kitab

Undang-undang Hukum Aacara Pidana dan didalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Perampasan aset sendiri terdapat 3 model antara lain, pertama, perampasan aset secara pidana (in personam forfeiture) merupakan perampasan terhadap aset yang dikaitkan dengan pemidanaan seseorang terpidana; kedua, perampasan aset secara perdata (in rem forfeiture) merupakan perampasan aset yang dilakukan tanpa adanya pemidanaan; dan ketiga, perampasan aset secara administratif merupakan upaya perampasan yang dilakukan badan sifat federal untuk merampas suatu properti tanpa adanya campur tangan pengadilan.

3. Putusan Hakim didalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 3096 K/Pid.

Sus/2018 menjadi sorotan hingga saat. Putusan Hakim pada putusan tersebut dirasa bermasalah karena tidak mencerminkan keadilan bagi para korban karena majelis hakim menulak tuntutan penuntut umum yang meminta agar barang bukti nomor 1-529 untuk dikembalikan kepada korban. Barang bukti tersebut merupakan aset-aset dari para terdakwa yang didapat dari uang para korban. Majelis hakim yang malah memutuskan bahwa barang bukti tersebut dirampas untuk negara.

Berdasarkan fakta-fakta persidangan aset-aset yang rampas untuk negara tersebut berasal dari uang korban, maka seharusnya aset-aset tersebut dikembalikan kepada pihak yang berhak dalam hal ini adalah korban.

Dalam kasus First Travel merupakan tindak pidana penipuan dan bukan tindak pidana korupsi dan negara tidak merasa dirugikan.

B. Saran

1. Hakim seharusnya dalam memutuskan lebih melihat lagi keadilan bagi para korban. Dalam Putusan Kasasi No. 3096 K/Pid. Sus/2018 hakim malah memutuskan barang bukti nomor 1-529 dirampas oleh negara.

Padahal dalam hal ini negara sama sekali tidak merasa dirugikan oleh tindak pidana yang telah dilakukan oleh para terdakwa.

2. Pemerintah selaku regulator seharusnya dapat menjamin keadilan bagi masyarakat seperti yang diamanatkan didalam UUD. Pemerintah diharapkan dapat membuat suatu peraturan yang dapat lebih menjamin pengembalian kerugian kepada korban yang terjadi akibat suatu tindak pidana, agar hal seperti pada Putusan Kasasi No. 3096 K/Pid. Sus/2018 tidak terjadi lagi.

3. Pemerintah diharapkan dapat membuat suatu lembaga yang berwenang dalam mengatur harta yang menjadi kerugian dari korban. Agar kerugian-kerugian yang dialami oleh para korban suatu tindak pidana dapat dikembalikan dengan semestinya, dan juga keadilan bagi semua pihak dapat ditegakkan dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Afiah, Ratna Nurul. 1989. Barang Bukti dalam Proses Pidana. Jakarta: Sinar Grafika

Ali, Mahrus. 2011. Dasar -Dasar Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika Emmy Amrullah, M. Arief. 2010. Tindak Pidana Money Laundering. Malang:

Banyumedia Publishing

Arief, Barda Nawawi. 2003. Tindak Pidana Pencucian Uang Dan Tindak Pidana Lainnya Yang Terkait, Dalam Jurnal Hukum Bisnis, Vol.22 No. 3. Jakarta:

Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis

Atmasasmita, Romli. 2010. Globalisasi & Kejahatan Bisnis, Jakarta: Kencana Prenada Media.

Atmasasmita, Romli. 2010. Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis. Jakarta: Prenada Media

Djamali, R. Abdoel. 2005. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

E. Utrecht. 1997. Hukum Pidana II. Surabaya: Pustaka Tinta Mas

Hamzah, Andi. 1993. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita

Hamzah, Andi. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta

Ibrahim, Jhonny. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing

Ilyas, Amir. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana : Memahami Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana sabagai Syarat Pemidanaan. Yogyakarta:

Mahakarya Rangkang Offset

Kejaksaan Agung Republik Indonesia, 1985. Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan. Jakarta

Lamintang, P.A.F. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti

Moeljatno. 2015. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta

Nasution, Bismar. 2008. Rezim Anti Money Laundering Di Indonesia. Bandung:

Books Terrace dan Librari Pusat Informasi Hukum Indonesia

Prasetyo, Teguh. 2013. Hukum Pidana, Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Press.

Ramelan, Reda Mantovani dan Pauline David. 2008. Panduan Untuk Jaksa Penuntut Umum Indonesia dalam Penanganan Harta Hasil Perolehan Kejahatan.

Jakarta: Pusdiklat Kejaksaan RI

Remmelink, Jan. 2003. Hukum Pidana, Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama

S. Ananda. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika

Sjahdeini, Sutan Remy. 2007. Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1998. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetr.

Jakarta: Gia Indonesia

Soesilo, R. 1995, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Bogor:

Politeia.

Sugandhi, R. 1980. Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Penjelasannya.

Surabaya: Usaha Nasional

Sugono, Bambang. 2006. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sutedi, Adrian. 2018. Tindak Pidana Pencucian Uang. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti

Utama, Paku. 2013. Memahami Asset Recovery & Gatekeeper. Jakarta: Indonesia Legal Roundtable

Yuhassarie. 2005. Tindak Pidana Pencucian Uang : Prosiding Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah-Masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya, Cetakan 1, Jakarta Selatan: Pusat Pengkajian Hukum Yustiavandana, Ivan dkk. 2010. Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal

Bogor: Ghalia Indonesia

Yusuf, Muhammad. 2013. Merampas Aset Koruptor. Jakarta: Kompas Media Nusantara

B. Website

Anonimous, Korban First Travel Datangi DPR. https://news.detik.com/. (diakses pada tanggal 28 September 2020 pukul 13.00 WIB)

Anonimous, Polisi Periksa Vicky Shu Soal Masalah Dengan First Travel Pekan Depan. https://news.detik.com/, (diakses pada tanggal 28 September 2020 pukul 13.00 WIB)

Merlinda Oktavia Erwanti. Pengacara Jemaah Bingung Aset First Travel 900 Miliar Tersisa 25 Miliar. https://news.detik.com/. (diakses pada tanggal 2 Oktober 2020 pukul 13.00 WIB)

Muhammad Radityo Priyasmoro. Aliran Dana First Travel.

http://news.liputan6.com/. (diakses pada tanggal 28 September 2020 pukul

13.00 WIB)

Sorta Tobing. Putusan MA yang Kontroversial dan Rugikan Jamaah Umroh First Travel. https://katadata.co.id/. (diakses pada tanggal 2 Oktober 2020 pukul 13.00 WIB

Wisnu Prasetyo. Kronologi Tumbangnya Firs Travel. https://kumparan.com/

(diakses pada 28 Semtember 2020 pukul 13.00 WIB) C. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-undang Hukum Pidana Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

Undang-undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Undang-undang No. 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No.

13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban

Dokumen terkait