• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang latar belakang Nasar Hamid Abu Zayd, biografi, karya dan pemikirannya baik

TAFSIR, HERMENEUTIKA, DAN AYAT QITÂL

C. Penafsiran Ayat-Ayat Qitâl

3. Munasabah dan Sabab Nuzul

4.1. Klasik 1 Ibnu Katsir

4.2.2. Quraish Shihab

“Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang melampaui batas."

Ayat ini adalah ayat pertama yang turun menyangkut perintah berperang, setelah sebelumnya turun izin melakukan perang, dan latar belakang izin tersebut — yaitu firman-Nya, "Telah diizinkan (berperang)) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya" (QS. al-Hajj [22]: 39).59

Perintah perangilah di jalan Allah pada ayat 190 ini menjelaskan bolehnya melakukan perang selama peperangan itu di jalan Allah, yakni untuk menegakkan nilai-nilal Ketuhanan Yang Maha Esa serta kemerdekaan dan kebebasan yang sejalan dengan tuntunan agama. Ayat ini juga menjelaskan kapan peperangan dimulai, yakni saat diketahui secara pasti bahwa ada orang-orang yang memerangi, yakni sedang mempersiapkan rencana dan mengambil langknh-langkah untuk memerangl kaum muslimin atau benar-benar telah melakukan agresi. Ini dipahami dari penggunaan bentuk kata keria masa kini (mudhanri') yang mengandung makna sekarang dan akan datang pada kata ( مكنولتاقي) yuqatlilunakum / mereka memerangi kamu. Dengan demlkian ayat ini menuntun agar tidak berpangku tangan menanti sampai musuh memasuki wilayah atau mengancam ketenteraman dan perdamaian. Kata tersebut juga mengisyaratkan bahwa perintah memerangli ltu hanya ditujukan kepada

58 Sayid Qutub, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an ...h. 226

59 M. Quraish Shihab, Tafsir Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an ( Jakarta: Lentera Hati 2002) jilid I, h. 419

siapa yang menurut kebiasaan melakukan peperangan, sehlngga jika dalam satu masa atau masyarakat, wanita, orang tua, atau anak-anak tidak melakukan perang, maka mereka tidak boleh diperangi, bahkan yang memulai perang kemudian menyerah pun (ditawan) tidak lagi boleh diperangi. Karena itu pula, sarana-sarana yang tidak digunakan sebagai alat perang tidak boleh dimusnahkan, seperti rumah sakit, perumahan penduduk, pepohonan dan lain-lain. Ini semua dicakup oleh lanjutan ayat tersebut, yakni, Janganlah kamu melampaui balas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.60

"Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai merka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih keras dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjid al-Haram, keculi jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka.

Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. "

Kalau ayat yang lalu melarang melampui batas, karena Allah tidak suka siapa pun yang melampaui batas, tetapi bila mereka melampaui batas, maka bunuhlah mereka dan Siapa pun yang memerangi dan bermaksud membunuh kamu jika tidak ada ialan lain yang dapat ditempuh untuk mencegah agresi mereka. Lakukan hal itu di manapun kamu menemukan mereka dan bila mereka tidak bermaksud membunuh, dan hanya mengusir kamu, maka usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu yakni Mekah.61

Memang kaum musyrikin Mekah telah menganiaya kaum muslimin, menyiksa mereka dengan aneka siksaan iasmani, perampasan harta dan pemisahan sanak keluarga, teror serta pengusiran dari tanah tumpah darah, bahkan menyangkut agama dan keyakinan mereka, sehingga pembunuhan

60 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah…, h. 420

61 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah…, h. 420

dan pengusiran yang diizinkan Allah itu, adalah sesuatu yang wajar. Dan hendaknya semua mengetahui bahwa fitnah yakni penganiayaan seperti disebut di atas, atau kemusyrikan yakni penolakan mereka atas Ke-Esa-an Allah lebih keras yakni besar bahaya atau dosanya daripada pembunuhan yang diizinkan dan diperintahkan Ini. Namun demikian, hai kaum muslimin, peliharalah kesucian dan kehormatan Mesjid al-Haram sepanjang kemampuan kamu, karena itu janganlah kamu memerangi apalagi membunuh mereka di Mesjid al-Haram, kecuali jika merka memerangi kamu di tempat itu, maka kamu bukan hanya diizinkan memerangi tetapi kalau perlu bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir (baik mereka yang ketika itu berada di Mekah, maupun selain mereka kapan dan dari mana pun datangnya.62

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada lag fitnah dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. "

Setelah dalam ayat yang lalu dijelaskan kapan peperangan dimulai, maka ayat inl menjelaskan kapan peperangan harus dihentikan. Dan perangilah mereka Itu, sehingga tidak ada lagi fitnah yakni syirik dan penganiayaan. Ini jika vang dimaksud dengan kata mereka adalah kaum musyrikin Mekah pada masa Nabi. Karena memang, telah digariskan Allah bahwa kota Mekah harus bersih darl segala bentuk sylrik serta meniadi kota damai lahir dan batin bagi Siapa pun yang mengunjungmya. Karena itu, kaum musyrikin yang melakukan penganiyaan baik terhadap dirinya melalui keengganan mengesakan Allah, apalagi yang menganiaya orang lain, tidak dibenarkan berada di Mekah. Yang enggan meninggalkannya

62 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah…, h. 421

harus dipaksa keluar, bahkan kalau perlu dibunuh sehingga dengan demlkian ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.

Setiap negara mernpunyai wewenang yang dibenarkan hukum Internaslonal unruk menetapkan Siapa yang berhak masuk di wilayahnya.

Ada syarat-syarat yang ditetapkan oleh masing-masing, longgar atau ketat untuk maksud kunjungan atau menetap di suatu wilayah. Dari sini, setiap negara menetapkan perlunya visa (izin masuk) ke wilayahnya. Tidak satu negara — betapapun demokratisnya — mengizinkan seseorang memasuki wilayahnya jika yang bersangkutan dinilainya akan mengganggu keamanan atau mengeruhkan Pikiran dan kesucian wilayahnya. Itulah yang digariskan oleh ayat di atas terhadap orang-orang musyrik, khusus menyangkut bertempat tinggal bahkan masuk ke kota Mekah.63

Kembali ke ayat di atas. Jika yang dimaksud dengan kata mereka pada ayat ini adalah mereka yang secara umum melakukan agresi terhadap kaum muslimin, maka kata fitnah berarti segala bentuk ketidakadilan, baik penganiayaan fislk, maupun kebebasan beragama, karena hal itu merupakan salah satu bentuk permusuhan. Nah, jika mereka berhenti dari memusuhi kamu, maka tidak ada permusuhan lagi, baik dari kaum muslimin maupun dari Allah, kecuali terhadap orang-orang yang zalim. Orang-orang yang zalim, -dalam ayat Ini— mencakup orang-orang kafir yang terus melakukan agresi, dan juga kaum muslimin yang melanggar tuntunan penghentian permusuhan itu. Dan jlka itu terjadi, maka Allah akan membiarkan mereka dilanda agresi dan permusuhan melalui makhluk atau manusia-manusia lain.64

63 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah… h. 422

64 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah…, h. 422

61 BAB IV

HERMENEUTIKA HUMANIS NASAR HAMID ABU ZAYD DAN

Dokumen terkait