• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relevansi Penafsirannya Dalam Wacana Tafsir Qitâl

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang latar belakang Nasar Hamid Abu Zayd, biografi, karya dan pemikirannya baik

HERMENEUTIKA HUMANIS NASAR HAMID ABU ZAYD DAN PENAFSIRAN AYAT QITÂL

D. Relevansi Penafsirannya Dalam Wacana Tafsir Qitâl

Relevansi penggunaan penafsiran Abu Zayd dalam memahami ayat-ayat tentang perang kita dapat memahami konteks historitas sebelum ayat-ayat itu turun dan kondisi saat ayat itu diturunkan sehingga kita tidak hanya memahami ayat dengan mengacu pada teks secara keseluruhan namun ada aspek lain yang kita tinjau untuk memahaminya. Jika kita membaca ayat tentang perang seaakan kita diperintahkan untuk menyerang lebih dulu dan memusuhi mereka bahkan hingga membunuhnya dimanapun kita jumpai.

Namun jika kita kaji lebih dalam bahkan didukung dengan pendapat mayoritas ulama, umat Islam tidak diperbolehkan memulai peperangan.

Perang dalam Islam lebih bersifat defensif sebagai upaya mempertahankan diri dari ancaman dan serangan.

Hal ini diperkuat dengan pendapat para ahli hukum fikih dari empat madzhab yang menyatakan, peperangan yang dilakukan oleh kaum muslim terdahulu adalah karena penyerangan orang-orang kafir. Dalam hal ini perlu dipertegas, adalah bukan kekafiran mereka yang menjadi sebab Islam melakukan perang, melainkan serangan mereka terlebih dahulu yang

ditujukan pada kaum muslimin. Dengan demikian serangan hanya boleh dilakukan jika Islam telah lebih dahulu mendapat serangan.27

Pendapat ini sekaligus mematahkan pendapat sebagian sarjana Barat yang menyatakan Islam tersebar dan besar dengan jalan pedang. Misalnya pendapat Greetz Wilders.28 Ia menyerukan propaganda anti Islam dengan membuat film berjudul Fitna. Dalam film, ia mengilustraskan karikatur Nabi Saw., yang digambarkan sebagai sosok pria bersorban yang membawa bom. Adegan itu yang lebih mengejutkan jug menampilkan ayat qitâl , yang seolah menjadi legitimasi atas tindakan nabi dalam film tersebut.

Namun, sejarah membuktikan sebaliknya. Bahkan, di banyak belahan negara lain, Islam tersebar dengan jalan damai, seperti di Indonesia.

Hal inilah yang melatarbelakangi Thomas Carlel, Gustav le Bon, sejarawan asal Prancis mengkritik keras tesis para koleganya yang menyatakan Islam tersebar melalui jalan perang. Mereka berdua menafikan tesis para sarjana Barat tersebut. Apalagi Islam mengizinkan untuk melakukan perang setelah lima belas tahun Rasulullah mengembankan dakwah Islam.29

Dalam konteks ke-Indonesia-an, pemahaman non-radikal dan moderat seperti mutlak diperlukan. Mengingat masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan agama yang berbeda. Keberagaman ini

27 Syahrullah Iskandar, Kekerasan Atas Nama Agama (Tangerang: Pusat Studi Al-Qur’an, 2008) h. 17-18

28 Lahir di Venlo, Belanda 6 september 1963, adalah politikus sayap kanan belanda dan pendiri dan pemimpin parai untuk kebebasan (Partij Voor de Vrijheid- PVV) partai politik terbesar keempat di Belanda. Ia adalah anggota parlemen Belanda sejak tahun 1998. Haluan politik Wilders adalah kanan nasionalis yang liberal. Ia juga dikenal anti-Islam dan anti-Imigran. Pada tahun 2008 ia bersama Arnoud Van Doorn membuat film pendek berjudul Fitna, yang menyulut kontroversi. Film ini berisi tentang pandangannya tentang Islam dan Al-Qur’an. Film ini dirilis di internet pada tanggal 27 maret 2008.

Wilders pernah menyuarakan usulan agar pemerintah Belanda melarang Al-Qur’an. Lihat Arif Chasbullah dan Wahyudi, Deradikalisasi terhadap Penafsiran Ayat-ayat Qitâl , h. 418

29 Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta:

PT. Elex Media Komputindo, 2014) h. 3

apabila tidak didampingi dengan paham keagamaan yang moderat sangat memungkinkan terjadinya gesekan atau konflik saa di tengah-tengah masyarakat. 30

Upaya untuk memahami Islam yang ramah dan tidak radikal di Indonesia sudah digalakan sejak tahun 80-an. Abdurahman Wahid dan Nurcholis Majid merupakan representatif dari cendikiawan yang memperkenalkan tentang Islam yang berwajah Indonesia. Kebinekaan, toleransi dan non-kekerasan adalah konsepsi yang dielaborasi dengan berbagai doktrin dasar Islam yang fundamental. Bahkan dengan percaya diri, Ahmad Najib Burhani menyatakan perlunya mempopulerkan gagasan Islam moderat Indonesia di dunia.31

Pada dasarnya, paham radikal dalam Islam disebabkan oleh kecenderungan memahami teks ayat secara parsial dan mengabaikan sisi historisnya.32 Kondisi-kondisi itulah yang kini tenah berkembang di banyak negara-negara di dunia. Ada begitu banyak kepentingan kelompok namun menggunakan dalih agama, dan beruung pada kontak fisik, dan lebih buruk bahkan hingga menimbulkan peperangan antar bangsa dan negara.

Kondisi itu kini diperparah dengan perkembangan teknologi seperti internet yan mengakibatkan pesan-pesan kebencian dan adu domba dengan begitu mudah disebarkan dengan cepat. Dengan tidak didasari pengetahuan yang cakap dalam memverifikasi berita-berita yang beredar, hingga memungkinkan mudahnya timbul sentiment keagamaan.

Data Global Terrorism Index (2014) menunjukan, 78% kematian akibat penyerangan atas nama agama terjadi di negara-negara berpopulasi

30 Arif Chasbullah dan Wahyudi, Deradikalisasi Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Qitâl , h. 420

31 Syamsul arifin dan Hasan Backtiar, “Deradikalisasi Ideologi Gerakan Islam Transnasional Radikal, Harmoni, Vol. 12, No. 3 (September-Desember, 2013), h. 20

32 Arif Chasbullah dan Wahyudi, Deradikalisasi Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Qitâl

mayoritas muslim: Irak, Afganistan, Nigeria, Pakistan, Suriah. Ironisnya, kelompok yang melakukan penyerangan itu dilakukan oleh sesama muslim.

Isu-isu sentimen anti-Islam kini juga tengah berkembang di banyak negara di Barat.

Mencermati kondisi tersebut, penting untuk kembali melihat dan mengkaji ayat-ayat yang melegalisasi peperangan dan bagaimana pendapat ulama mengenai itu.

77 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan pada bab-bab, maka penulis dapat mengambil beberapa simpulan dari penelitian ini sebagai jawaban dari rumusan masalah dari penelitian ini. Adapun simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk menafsirkan ayat dalam al-Qur’an ada tiga tahapan yang dilakukan Nasar Hamid Abu Zayd. Pertama, Melihat konteks ayat ketika turun, dan mengaitkan dengan tradisi-tradisi Arab pra Islam. Dalam kaitannya dengan ayat Qitâl ini kita dapat mengetahui bahwa tradisi perang di Arab sudah ada sebelum Islam datang. Latar belakang perang ini mulai dari penegakan organisasi sosial hingga perebutan oasis sebagai sumber air minum.

Kedua, meletakan teks dalam konteks al-Qur’an secara keseluruhan.

Pada langkah ini, Nasr Hamid mencoba untuk menemukan makna yang "tak terkatakan" dalam al-Qur'an. Dalam kaitannya dengan Qitâl , kita lihat dalam Surah Al-Baqarah ayat 190 bahwa perang memiliki beberapa syarat yaitu harus dilakukan di jalan Allah dalam artian bukan kepentingan kelompok atau pribadi, kemudian tidak diperbolehkannya melampaui batas yaitu membunuh yang tidak ikut berperang seperti wanita, anak-anak dan orang lanjut usia yang tidak ikut berperang serta batasan lain yang harus dipatuhi dalam perang yang diperintahkan Islam. Kemudian dalam Surah Al-Baqarah ayat 191 kita mendapati bahwa perintah perang di sini merupakan langkah defensif jiga kaum kafir melakukan penyerangan terlebih dahulu saat nabi dan para sahabatnya melakukan umrah setelah adanya perjanjian hudaibiyah. Kemudian dalam surah Al-Baqarah ayat 193

kita melihat bahwa perintah perang di sini yaitu untuk menegakkan kebebasan dalam beragama, yaitu jika ada orang yang menghalangi kamu dari menyembah Allah maka perangilah, dan jika mereka berhenti dari memerangi kamu maka tidak ada lagi permusuhan. Artinya jika dalam kondisi damai tidak dibenarkan melakukan perang.

Ketiga, menentukan makna signifikansi (significance). Setelah menganalisis ayat tentang qitâl , perang dari sejarah sebelum Islam turun hingga setelah turun Islam kita bisa melihat bahwa perang merupakan jalan terakhir yang ditempuh bukan merupakan langkah pertama yang ditempuh untuk menyebarkan Islam. Karena sejatinya Islam tersebar dengan jalan damai dan untuk melindungi keamanan semua orang.

Dengan metode ini kita bisa melihat bahwa tujuan adanya perang adalah untuk menciptakan perdamaian. Adapun perang jika diperlukan merupakan langkah defensif bagi kaum muslim dari serangan bukan untuk melakukan penyerangan terlebih dahulu. Kalaupun diperlukan perang maka ada aturan dan batasan yang harus dipatuhi dalam melaksanakan perang (tidak boleh memerangi kaum perempuan, anak-anak, orang yang sudah renta, dan orang yang telah menyatakan damai)

B. Saran

Setelah menyelesaikan penelitian ini penulis menyadari masih banyak kekurangan atau masih jauh dari kata cukup apalagi sempurna.

Sehingga penulis meyakini bahwa penelitian ini masih meninggalkan bnyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Karena itu penelitian belum bisa dikatakan telah selesai, sehingga masih banyak yang masih bisa dikaji dalam penelitian ini.

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ruukan untuk penelitian selanjutnya, di mana penelitian selanjutnya dapat

digali lebih lanjut apakah ada makna yang lebih luas tentang ayat-ayat qitâl ini atau penelitian yang lebih spesifik dari penelitian ini.

80

81 Daftar Pustaka

Abdillah, Junaidi. Dekonstruksi Tafsir Ayat-Ayat Kekerasan, Jurnal Analisis, Volume XI, Nomor 1, Juni, 2011.

Abu Zayd, Nasr Hamid. Mafhum al-Nass: Dirāsah fī ‘Ulūm Al-Qur’ān.

Kairo: al-Hay’ah al-Misrī ‘Āmmah lil-Kitāb, 1993.

Abu Zayd, Nasr Hamid. Naqd al Kitab ad-Dini, terj, Khoiron Nahdiyyin, Kritik Wacana Agama. Yogyakarta: LKiS, 2003.

Abu Zayd, Nasr Hamid. Teks Otoritas Kebenaran, terj. Sunarwoto Dema, Yogyakarta: LKiS, 2012.

Abu Zayd, Nasr Hamid. Rethinking the Qur’an: Towards a Humanistic Hermeneutics. Utrecht: Humanistics University Press, 2006.

Abu Zayd, Nashr Hamid. Al-Qur’an, Hermeneutika dan Kekuasaan, Terj.

Dede Iswad, Bandung: RQis, 2003.

Abu Zayd, Nasr Hamid. Tekstualitas al-Qur’an; kritik terhadap ulumul Qur’an, terj. Khoiron Nahdliyyin. Yogyakarta, LKiS, 2002.

Alfitri. Studi Qur’an Kontemporer: Telaah atas hermeneutika Qur’an Nashr Hamid Abu Zayd, Jurnal Millah STAIN Samarinda Vol. II No.

1 Agustus 2002.

Armstrong, Karen. Sejarah Tuhan: Kisah 4000 tahun pencarian Tuhan dalam Agama-Agama Manusia. Terj. Zaimul Am. Bandung: Mizan, 2001.

Arifin, Syamsul. dan Backtiar, Hasan. Deradikalisasi Ideologi Gerakan Islam Transnasional Radikal, Harmoni, Vol. 12, No. 3 September-Desember, 2013.

Chasbullah, Arif dan Wahyudi. Deradikalisasi Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Qitâl . Jurnal Fikri, Vol. 2 No.2 Desember 2017.

Cooper, John. dkk, Pemikiran Islam dari Sayyid Ahmad Khan hingga Nasr Hamid Abu Zayd, Terj. Wakhid Nur Effendi. Jakarta: Erlangga, 2002.

Esposito, Unholy War, Teror Atas Nama Islam. Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2003.

Faiz, Muhammad Fauzinuddin. Teori Hermeneutika Al-Qur’an Nashr Hamid Abu Zayd dan Aplikasinya Terhadap Wacana Gender Dalam Studi Hukum Islam Kontemporer. Jurnal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, vol. 7 no. 1 April 2015.

al-Fairuzabadi, Al-Qâmûs al-Muhîth. Beirut, Muassasah al-Risalah, 1996.

Gustina, Fitria. Hermeneutika Al-Qur’an Nasr Hamid Abu Zayd. Skripsi Jurusan Akidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Yogyakarta 2007.

Hamdani, Fikri. Nasar Hamid Abu Zayd dan Teori Inerpretasinya jurnal Program Studi Agama dan Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Harahap, Sadam Huusain. Perang Dalam Perspektif Alqur’an, Tesis Program Studi Tafsir Hadis, Program Pascasarjana, UIN Sumatra Utara. Medan: 2016.

Harb, Ali. Naqd an-Nashsh (Kritik Nalar Al-Qur’an). Yogyakarta: LKiS, cet. II, 2003.

Hasanuddin, Iqbal. Mempertimbangkan Hermeneutik ala Nasar Hamid Abu Zayd dalam Studi Al-Qur’an Kontemporer. Jurnal Kelompok Kajian ISFA Jakarta. Refleksi Vol. 13 No. 4 April 2013.

al-Hafidz, Ahsin. Kamus Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006.

Iskandar, Syahrullah. Kekerasan Atas Nama Agama. Tangerang: Pusat Studi Al-Qur’an, 2008.

Ibn Kathir, al-Hafez Imam. Tafsir Qur’an ‘Azim. Beirut: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah 2017.

Ichwan, Moch Nur. Meretas Kesarjanaan Kritis al-Qur’an: Teori Hermeneutik Nashr Hamid Abu Zayd. Jakarta: TERAJU, cet. I, 2003.

Kasdi, Abdurrahman dan Hamka Hasan, op, Cit

Kermani, Navid. From Revelation to Interpretation: Nashr Hamid Abu Zayd and the Literary Study of the Qur’an, dalam Moderen Muslim intelectual and the Qur’an, ed, by Suha Taji-Farouki, 2014.

K.H.Q. Shaleh, H. A. A. Dahlan, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya al-Qur’an

Kusmana, Hermeneutika Humanistik Nasr Hamid Abu Zayd Al-Qur’an Sebagai Wacana. Jurnal Kanz Philosophia, Volume 2, Number 2, December, 2012.

Latief, Hilman. Nasr Hamid Abu Zayd: Kritik Teks Keagamaan, eLSAQ Press. Yogyakarta, 2003.

Maimoen, Abdul Ghofur. Peperangan Nabi Muhammad SAW. dan Ayat-ayat Qitâl . Jurnal Al-Itqan Vol. 1 No. 1 Februari-Juli 2015.

Miftahuddin dan Irma Riyani. Wahyu Dalam Pandangan Nasr Hamid Abu Zayd. Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 3. No. 1 Juni 2018.

Qutub, Sayid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an, Terj.

Asad Yasin dkk. Jakarta: Gema Insani, Jilid 2, 2000.

al-Qurthubi, Syaikh. Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam, Jilid ke-2, 2007.

Rahman, Fazlur. Islam dan Modernitas, terj. Ahsin Muhammad. Bandung, Pustaka, 1985.

Rodin, Dede, Islam dan Radikalisme: Telaah atas Ayat-ayat Kekerasan dalam Al-Qur’an. Jurnal Addin Vol. 10 No. 1 Februari 2016.

Setiawan, M. Nur Cholis. the literary Interpretation of The Qur’an, dari Al-Jami’ah. Journal of Islamic Studies, No. 61, th 1998.

Setyorakhmadi, Kardono. Jihad Versi Teroris. Jawapos.com diakses pada 20 July 2020

Syamsuddin, Heri. Al-Qur’an Dihujat. Jakarta: Al-Qalam, Cet I 2007.

al-Shabuni, M. Ali. Al-Tibyân fî Ulûm al- Qur’an. Beirut, Alam al-Kutub, 1985).

al-Suyuthi, Jalal al-Din. Al-Itqan fi Ulûm al-Qur’an, I, terj. Tim editor indiva. Surakarta, Indiva, 2008.

Soleh, Achmad Khudori. Membandingkan Hermeneutika dengan Ilmu Tafsir. TSAQAFAH Vol. 7, No. 1, April 2011.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. jilid I. 2002.

Sumaryono, Hermeneutik. Yogyakarta, Kanisius, 1996.

al-Thabari, Tafsir Jami al-Bayan ‘An Ta’wili Ayat al-Qur’an. Beirut: jilid 1, 1994.

Umar, Nasaruddin. Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 1997.

Dokumen terkait