• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAGAM BAHASA INDONESIA

Dalam dokumen Makalah Ragam Bahasa Indonesia (Halaman 71-130)

BAB III PENUTUP 37 KESIMPULAN

B. RUMUSAN MASALAH

1. RAGAM BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam berbagai keperluan tentu tidak sesuai,tetapi akan berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah yang dinamakan ragam bahasa.

Ragam bahasa berdasarkan media/sarana ada 2, yaitu ragam ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis

A. Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulisan 1. Ragam bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah, suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

a. Memerlukan kehadiran orang lain

b. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap c. Terikat ruang dan waktu

d. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara 2. Ragam Bahasa Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dengan ragam bahasa tulis, kita tuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

3

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :

a. Tidak memerlukan kehaduran orang lain b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap. c. Tidak terikat ruang dan waktu

B. Ragam Sosial dan Fungsional 1. Ragam sosial

Ragam sosial adalah bahasa yang norma dan kaidahnya didasarkan pada kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial. Dan tidak jarang ragam sosial ini dihubungkan dengan status sosial masyarakat.

2. Ragam fungsional

Ada 3 ragam bahasa fungsional, yaitu : a. Ragam Bahasa Bisnis

Ragam bahas bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berbisnis Ciri-ciri ragam bahasa bisnis :

- Menggunakan bahasa yang komunikatif - Bahasanya cenderung resmi

- Terikat ruang dan waktu

- Membutuhkan adanyaorang lain b. Ragam Bahasa Hukum

Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas dalam dunia hokum, mengingat fungsinya mempunyai

karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaudah bahasa indonesia.

Ciri-ciri ragam bahasa hukum :

- Mempunyai gaya bahasa yang khusus

- Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan - Objektif dan menekan prasangka pribadi

- Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran

4

3. Ragam Bahasa Sastra

Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.

Ciri-ciri ragam bahasa sastra :

- Menggunakan kalimat yang tidak efektif - Menggunakan kata-kata yang tidak baku

C. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuaikani dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara ,tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata bahasa).

Menurut Anton M. Moeliono (dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia,1980), berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.

1. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci,putusan pengadilan, dan upacara.

2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato,rapat resmi

3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan dipasar.

5

4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.

5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim .

Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar :

Misalnya dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku

Contoh:

Ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang murid Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?

Rino : sudah saya kerjakan pak.

Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan. Rino : Terima kasih Pak , akan segera saya kumpulkan.

Dalam bahasa terdapat keanearagaman bahasa yang disebut ragam. Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku. Keanekaragaman pemakaian bahasa inilah yang perlu diperhatikan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Karena apabila kita memahami keanekaragaman bahasa, kita dapat menyesuaikan bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain diwaktu, tempat, dan acara tertentu.

Contohnya : Pada saat acara formal, penggunaan kata akudan kamu kurang tepat untuk acara formal karena biasanya penggunaan kata seperti ini lebih cocok untuk berkomunikasi dengan teman atau kerabat dan bersifat lebih akrab dan privasi. Namun, kita bisa mengganti kata tersebut dengan menggunakan kata yag lebih sopan yakni kata saya dan anda.

Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara

Ragam bahasa akrab Ragam bahasa agak resmi Ragam bahasa santai 6

D. Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku

Bahsa baku adalah bahasa yang strukturnya dilembagakan atau kadang juga disebut bahasa resmi.

Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).

Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan b pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan t seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.

7

A. Pembakuan Bahasa Indonesia

Guna mewujudkan bahasa baku yang di maksudkan serta penyerapannya maka terlebih dahulu dibuat aturan-aturan agar yang dimaksud tercapai.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam usaha pembakuan adalah kodifikasi, elaborasi dan implementasi.

1. Kodifikasi

Kodifikasi adalah himpunan hasil pemilihan mana yang lebih baik dipilih antara satu dengan yang lain

2. Elaborasi

Elaborasi adalah merupakan kelanjutan dari kodifikasi, pada tahap ini bahasa atau kata yang sudah di pilih, mulai di perkenalkan ke masyarakat.

3. Implementasi

Adlah proses dimana masyarakat di wajibkan untuk menerpkan bahasa Yang sudah melalui proses kodipikasi dan elaborasi.

B. Pengertian Bahasa Indonesia yang Baku dan Tidak Baku. 1. Bahasa Indonesia Baku

Adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas

2. Bahasa Indonesia Nonbaku

Adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima, dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.

C. Fungsi Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia baku mempunyai empat fungsi, yaitu pemersatu, penanda kepribadian, penambah wibawa, kerangka acuan.

8

1. Bahasa indonesia baku berfungsi pemersatu.

Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau menghubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mengikat kebinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mengatasi batas-batas kedaerahan

Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lain

3. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penambah wibawa.

Pemilikan bahasa Indoesia baku akan membawa serta atau pretise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha men-capai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemero-lehan bahasa baku

4. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan.

Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas.

D. Peran Bahasa Indonesia

1. Sebagai media pemersatu bangsa.

2. Sebagai pengembang ilmu pengetahuan 3. Sebagai media alat komunikasi mutlak 4. Sebagai penunjuk kedudukan sosial

Penggunaan Bahasa Indonesia yang baku dan tidak baku dalam kehidupan sehari-hari

Bahasa bukan sekedar alat komunikasi, bahasa itu bersistem. Oleh karena itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi, berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku.

9

Ungkapan Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kita tentu sudah sering mendengar dan membaca ungkapan tersebut. Permasalahannya adalah pengertian apa yang terbentuk dalam benak kita ketika mendengar ungkapan tersebut? Apakah sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat ukur (kriteria) bahasa yang baik? Apa pula alat ukur bahasa yang benar? Bahasa yang baik

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang

sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa tentu jauh berbeda. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin disampaikannya kepada penerima pesan.

10

Bahasa yang Benar

Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa. Berkaitan dengan peraturan bahasa, ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu masalah tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, danejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis. Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam bermain dengan bahasa.

Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek (1) tata bunyi (fonologi), (2)tata bahasa (kata dan kalimat), (3) kosa kata (termasuk istilah), (4), ejaan, dan (5) makna. Pada aspek tata bunyi, misalnya kita telah menerima bunyi f, v dan z. Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, motif, aktif, variabel, vitamin, devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip, pariabel, pitamin, depaluasi, jakat, ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek tata bumi. Pelafalan yang benar adalah kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek, tranmigrasi, ekspot.

Pada aspek tata bahasa, mengenai bentuk kata misalnya, bentuk yang benar adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawaban, bukan obah, robah, rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung jawaban. Dari segi kalimat pernyataan di bawah ini tidak benar karena tidak mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat atau dan objek.

Dalam hubungannya dengan peristilahan, istilah dampak (impact), bandar udara, keluaran (output), dan pajak tanah (land tax) dipilih sebagai istilah yang benar daripada istilah pengaruh, pelabuhan udara, hasil, dan pajak bumi. Dari segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, sistem, objek, jadwal, kualitas,

dan hierarki. Dari segi maknanya, penggunaan bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. 11

Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita. Penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat yang memenuhi kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosa kata, istilah, dan ejaan. Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat.

Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya, penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar.

Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang

berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

Contoh:

1. Ira mau nulis surat seharusnya Ira mau menulis surat

2. Saya akan ceritakan tentang Kancil seharusnya Saya akan menceritakan tentang Kancil.

12

Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur.

Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku.

Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan

13

3.PENERAPAN KAIDAH EJAAN A. Pengertian Ejaan

Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangakan bunyi ujara dan bagaimana antar hubungan antara lambang- lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

B. Pembinaan Ejaan Bahasa Indonesia Ejaan Van Ophuijsen Hingga EYD 1. Ejaan van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ditetapkan bahasa melayu dengan hurup Latin, yang disebut Ejaan van OPhuijsen. Hal yang menonjol dalam ejaan van Ophuijsen adalah sebagai berikut.

a. Hurup j dipakai untuk menulis kata-kata jang, Pajah, sajang.

b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, di pakai untuk menuliskan kata-kata mamoer, akal, ta, pa

2. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan Ejaan van Ophuijsen. Hal-hal yang perlu diketahui sehubung dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.

a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti anak2, berjalan, kebarat2- an.

d. Awlan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamarkan dengan imbuhan di-pada ditulis, dikarang.

3. Ejaan yang disempurnakan

Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubung dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan adalah sebagai berikut

a. Perubahan huruf

Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan dj=j djalan menjadi jalan, djauh menjadi jauh

j=y misalnya pajung menjadi payung, laju menjadi layu nj=ny misalnya njonja menjadi nyonya, bunji menjadi bunyi

b. Huruf-huruf dibawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsure pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaianya. f maaf, fakir

v valuta, universitas z zeni, lejat

c. Huruf-huruf q dan x yang lajim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai. a : b = p : q

d. Penulisan di-atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu di-atau ke-sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan yang megikutinya.

di- (awalan) / di (kata depan) ditulis / di kampus

dibakar / di rumah dilempar / di jalan dipikirkan / di sini ketua / ke kampus kekasih / ke luar negeri kehendak / ke atas

e. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2. anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

15

Ejaan ini berbicara tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3)penulisan kata, (4) penulisan unsure-unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.

1. Pemakaian Huruf a. Nama-Nama Huruf

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa indonesia terdiri atas huruf yang berikut

Nama tiap-tiap huruf disertakan di sebelahnya. Huruf Nama A a a B b be bukan bi C c ce bukan se atau si Q q ki bukan kyu G g ge bukan ji T t te bukan ti V v fe bukan fi X x eks bukan ek

Y y ye bukan ey atau yei b. Lafal Singkatan dan Kata

Semua singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia termasuk singkatan yang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara lafal Indonesia. Singkatan/Kata Lafa/ Tidak Baku / Lafal Baku

AC / [a se] / [a ce]

BBC / [be be se], / [bi bi si] / [be be ce] LNG / [el en je] / [el en ge]

Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal Indonesia, tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seferti lafal aslinya.

16

Misalnya:

Kata / Lafal Tidak baku / Lafal baku Unesco / [unestjo] / [yu nes ko] Unicef / [unitjef] / [yu ni sef]

c. Penulisan Nama Diri

Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah yang berlaku. Penulisan nama orang, badan hokum, dan nama diri lain yang sudah lazim, disesuaikan dengan Ejaan Bahsa Indonesia yang disempurnakan, kecuali apabila ada pertimbangan khusus. Petimbangan khusus itu menyangkut segi adat, hukum, atau kesejahteraan.

Misalnya :

Universitas Padjadjaran Soepomo Poedjosoedarmo Imam Chourmain

2. Penulisan Huruf

Penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf besar atau capital dan (2) penulisan huruf miring.

a. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital

Kaidah penulisan huruf capital itu adalah sebagai berikut. 1) petikan langsung. Misalnya

b) KetuaDEN, Emil Salim mengatakan, Perekonomian dunia kini belum sepenuhnya lepas dari sengkeraman resesi dunia.

c) Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan, yang perlukan oleh bangsa kita saat ini adalah rekonsiliasi nasional.

Catatan :

Tanda baca sebelum tanda petik awal adalah tanda koma (,), bukan titik dua (:). Tanda baca akhir (tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya) dibubuhkan sebelum tanda petik penutup.

2) Huruf besar atau capital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, san nama Tuhan, termasuk kata ganti Nya.

17

Misalnya

a) Limpahkanlah rahmat-Mu, ya Allah.

b) Dalam Alquran terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar manusia berakhlak terpuji.

Kata-kata keagamaan lainnya yang harus ditulis dengan huruf capital adalah nama agama dan kitab suci, seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Alquran, Injil, dan Weda

3) Hrurf besar atau capital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, agama), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang.

Misalnya:

a) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.

b) Pemerintah memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin.

Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilayah, nama gelar, jabatan, dan pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil.

Misalnya :

(1) Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang. (2) Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.

Akan tetapi jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan, dan pangkat itu dituliskan dengan huruf capital.

(1) Pagi ini Menteri Perindustrian terbang ke Nusa Penida, di Nusa Penida, Menteri meresmikan sebuah kolam renang.

(2) Dalam seminar itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan sambutan. Dalam sambutannya Presiden mengharapkan agar para ilmuwan lebih ulet mengembangkan ilmunya untuk kepentingan bangsa dan Negara. c) Kata-kata van, den, da, de,di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang tetap ditulis dengan hurup kecil, kecuali jika kata-kata digunakan sebagai nama pertama atau terletak pada awal kalimat.

18

Misalnya:

(1) Tanam Paksa di Indonesia diselenggarakan oleh van den Bosch.

(2) Harta yang melimpah milik Jufri ibnu sulaiman sebagian akan disumbangkan (3) Pujangga lama yang terkenal; adalah Nuruddin ar Raniri.

4) Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,

Dalam dokumen Makalah Ragam Bahasa Indonesia (Halaman 71-130)

Dokumen terkait