• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.1. Kajian Teori

2.1.2. Bimbingan dalam Konteks Pendidikan

2.1.2.4. Ragam Bimbingan

Winkel dan Sri (2002) menyatakan “istilah ragam bimbingan menunjuk

pada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan yang menjadi fokus

perhatian dalam layanan bimbingan” (hlm. 113). Ada beberapa ragam bimbingan

yaitu sebagai berikut.

1. Bimbingan pribadi

Bimbingan pribadi menurut Tohirin (2007) merupakan

pribadi” (hlm. 125). Winkel (2002) menyatakan bimbingan pribadi

juga bisa dimaknai sebagai kegiatan untuk membantu seseorang

dalam memahami keadaan batinnya sendiri, membantu mengatasi

pergumulan batin, mengatur diri di bidang kerohanian, perawatan

jasmani, dan pengisian waktu luang.

Surya dan Winkel menyatakan aspek-aspek persoalan

individu yang membutuhkan layanan bimbingan pribadi salah

satunya adalah kemampuan memahami dirinya sendiri (keadaan

batinnya), seperti kurang percaya diri, kurang memiliki inisiatif,

kurang bertanggung jawab, tidak teliti, tidak bersemangat, perilaku

yang tidak sesuai norma dan menunjukkan perilaku agresif (seperti

dikutip dalam Tohirin, 2007, hlm. 124). Bimbingan pribadi perlu

diupayakan bagi peserta didik yang mengalami permasalahan

pribadi, karena keadaan batin akan mempengaruhi sikap dan

perilaku seseorang.

Brown dan Trusty dalam Barus (2011) menyatakan bahwa

layanan bimbingan pribadi membantu peserta didik mencapai tugas

perkembangan pribadi sebagai berikut.

a. Mengembangkan konsep diri dengan berbagai kompetensi yang

meliputi mengembangkan rasa percaya diri, berani tampil, dan

berlatih mengungkapkan gagasan sendiri.

b. Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

2) Berlatih mengambil keputusan.

3) Mengembangkan kebiasaan pola hidup sehat dan efektif.

c. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan nilai-nilai sebagai

pedoman berperilaku:

1) Membiasakan bersikap dan berperilaku jujur, teliti, santun,

rendah hati, dan mentaati norma-norma.

2) Memahami dan mampu mengenali perilaku baik dan buruk,

perbuatan salah dan benar.

3) Berlatih mengembangkan perilaku bertanggung jawab dan

konsekuen.

4) Berlatih mengatur mengelola keperluan diri sendiri,

perawatan diri dan kegiatan pribadi.

2. Bimbingan sosial

Masalah yang dihadapi masing-masing peserta didik ada

yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat sosial. Menurut

Djumhur dan Surya bimbingan sosial merupakan kegiatan untuk

membantu peserta didik memecahkan dan mengatasi masalah

sosial, sehingga mampu menyesuaikan diri secara baik dan wajar

dalam lingkungan sosialnya (seperti dikutip dalam Tohirin , 2007,

hlm. 127). Berdasarkan pengertian tersebut, Tohirin (2007)

memberi penguatan bahwa dengan pemberian layanan bimbingan

sosial diharapkan individu mampu melakukan interaksi sosial

Bimbingan sosial sering dikaitkan dengan ragam bimbingan

pribadi karena keduanya saling berkaitan. Furqon (2005)

menyatakan bimbingan pribadi-sosial memuat layanan bimbingan

yang meliputi: (a) pemahaman terhadap diri sendiri,

(b) mengembangkan sikap positif, (c) membuat pilihan kegiatan

secara sehat dan bijaksana, (d) mengembangkan kemampuan

menghargai orang lain, (e) mengembangkan rasa tanggung jawab,

(f) mengembangkan keterampilan bersosialisasi, (g) keterampilan

menyelesaikan masalah, dan (h) membuat keputusan secara baik.

Brown dan Trusty dalam Barus (2011) menyatakan bahwa

layanan bimbingan sosial membantu peserta didik mencapai tugas

perkembangan sosial sebagai berikut.

a. Belajar membangun hubungan dengan teman sebaya, yang

meliputi: keterampilan berkomunikasi, keterampilan bergaul,

dan keterampilan bekerja sama.

b. Mengembangkan toleransi terhadap sesama dan sikap-sikap

positif terhadap kelompok seperti: kesadaran terhadap

perbedaan (pendapat, budaya, suku, ras, agama) dan

kemampuan untuk menghargai perbedaan tersebut.

c. Mengembangkan perilaku sesuai peran jenis dengan

memperlajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan

3. Bimbingan belajar atau akademik

Menurut Suryono dan Heryono (2011) belajar adalah “proses

untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,

memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian

peserta didik” (hlm. 9). Winkel menyatakan bimbingan akademik

atau belajar adalah bantuan dalam hal menemukan cara belajar

yang tepat dan mengatasi kesukaran atau permasalahan yang timbul

berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi

pendidikan (seperti dikutip dalam Tohirin, 2007, hlm. 130). Tohirin

(2007) menjelaskan bahwa peserta didik dapat mengalami

permasalahan belajar yang memerlukan bimbingan belajar yaitu

motivasi belajar rendah, minat belajar rendah, kesulitan

berkonsentrasi saat belajar, sikap belajar yang tidak terarah dan

prestasi belajar yang rendah.

Tujuan layanan bimbingan belajar dalam aspek pendidikan

adalah membantu siswa agar dapat melaksanakan cara-cara belajar

yang benar (Furqon, 2005: 51). Slameto (2010) mengungkapkan

bahwa belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu

pembuatan jadwal, membaca dan membuat catatan, mengulang

bahan pelajaran, konsentrasi, dan mengerjakan tugas. Peserta didik

yang mempunyai kebiasaan cara belajar yang benar menandakan

bahwa ia tekun dalam belajar sehingga dapat berkonsentrasi, tidak

mudah putus asa saat belajar, memiliki kebiasaan membuat

terhadap materi pelajaran yang sudah dipelajari, serta tepat waktu

dalam mengerjakan tugas.

Pelaksanaan layanan bimbingan belajar kepada peserta

didik yang mempunyai masalah belajar secara tidak langsung juga

akan membantu peserta didik memenuhi tugas perkembangan

belajarnya. Beberapa tugas perkembangan belajar menurut Brown

dan Trusty dalam Barus (2011) adalah sebagai berikut.

(a) Mempunyai kemampuan membaca, menulis, berhitung sesuai

dengan tuntutan kurikulum. (b) Mempunyai keterampilan

mendengarkan. (c) Mempunyai keterampilan mengikuti petunjuk

atau instruksi. (d) Mempunyai keterampilan mengorganisasi

aktivitas belajar, tugas-tugas sekolah, dan kegiatan lainnya.

(e) Mempunyai keterampilan belajar yang efektif. (f) Mempunyai

keterampilan dalam menghadapi ulangan-ulangan atau tes.

4. Bimbingan karier

Tohirin (2007) menyatakan bimbingan karier adalah

“bimbingan untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia

pekerjaan, memilih lapangan pekerjaan atau jabatan atau profesi

tertentu serta sebagai bekal supaya siap memangku jabatan itu, dan

dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan lapangan pekerjaan yang

telah dimasuki” (hlm. 133-134). Bimbingan karier di sekolah

bertujuan agar peserta didik mampu memahami, merencanakan,

tertentu setelah mereka selesai dari pendidikan yang ditempuhnya

(Tohirin, 2007: 135).

Brown dan Trusty dalam Barus (2011) menyatakan bahwa

layanan bimbingan karier membantu peserta didik mencapai tugas

perkembangan yang berhubungan dengan karier yaitu pemahaman

tehadap kelebihan dan kelemahan, bakat, minat, kemampuan yang

dimiliki serta pengenalan terhadap berbagai macam pilihan karier.

Penelitian ini akan berfokus pada pembahasan bimbingan pribadi dan

belajar karena berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan penyebaran alat

ungkap kebutuhan (AUK) peserta didik mengalami masalah pada aspek pribadi

khususnya yang berhubungan dengan ketelitian dan aspek belajar khususnya yang

berhubungan dengan ketekunan. Prayitno (2009) memaparkan ciri-ciri peserta

didik yang mempunyai kepribadian teliti antara lain mempunyai sikap

bertanggung jawab, konsekuen dengan petunjuk yang ada, berhati-hati melakukan

sesuatu, berpikir kritis, berkonsentrasi, serta menyadari apa yang dipelajari

penting untuk kehidupannya sehingga mempunyai pendirian yang mantap.

Slameto (2010) menjabarkan peserta didik yang sikap tekun dalam belajar

mempunyai ciri-ciri perilaku dapat memusatkan perhatian, tidak mudah putus asa

untuk belajar, rajin membuat ringkasan pelajaran, mengulang pelajaran yang

sudah dipelajari, tidak mudah lupa terhadap materi pelajaran yang sudah

dipelajari, dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas. Berikut ini merupakan

penjelasan lebih lanjut mengenai cara pemberian layanan bimbingan yang telah di

Dokumen terkait