i
MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERINTEGRASI DENGAN RAGAM BIMBINGAN PRIBADI DAN BELAJAR UNTUK PESERTA
DIDIK KELAS V SD BOPKRI DEMANGAN III YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh : Margareta Novida Siburian
NIM: 081134028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv MOTTO
“Ya Bapaku, jikalau Engkau berkenan,
ambilah cawan ini dari hadapanku,
tetapi janganlah menurut kehendakku,
melainkan kehendakMu yang terjadi”
(Matius 26:39)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Secara khusus skripsi ini dipersembahkan kepada:
Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu mendampingiku disaat suka
dan duka.
Kakek dan Alm. Nenek yang terkasih.
Orang tua: Bapak Sahat Siburian dan Ibu Yohana Prihardani Sumiwi.
Keluarga besar di Yogyakarta yang selalu memberikan doa, semangat, dan
bantuan.
viii ABSTRAK
Siburian, Margareta Novida. (2012). Model Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk Peserta Didik Kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang berawal dari keprihatinan dosen terhadap kebutuhan guru SD akan perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi ragam bimbingan. Peneliti tertarik membantu guru SD agar memiliki model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar yang meliputi konsep rancangan pembelajaran, silabus, RPP, dan materi ajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D) yang mengadaptasi model Dick and Carey dengan beberapa modifikasi dari peneliti. Subjek penelitian ini adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan dan peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta semester genap. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Juli 2012. Kelayakan produk diperoleh berdasarkan hasil penilaian dari ahli bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan, ahli Bimbingan dan Konseling (BK), dan ahli pengembangan perangkat pembelajaran dengan mengacu pada Penilaian Acuan Patokan 1.
Hasil rekapitulasi penelitian menunjukan model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi memperoleh persentase 87.2% termasuk dalam kategori layak. Model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi dengan ragam bimbingan belajar memperoleh persentase 90.7% termasuk dalam kategori sangat layak. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar layak digunakan di kelas V SD BOPKRI Demangan III semester genap. Melalui model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi ragam bimbingan pribadi dan belajar diharapkan peserta didik dapat teliti dan tekun saat mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
ix ABSTRACT
Siburian, Margareta Novida. 2012. The Development Model of Learning Sets of
Civics Education Integrated with Varied Personal and Learning Guidance for the Grade V Students of BOPKRI Demangan III Elementary School Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education
Study Program Sanata Dharma University.
This research is collaborative research that was started from lecturer concern for the needs of elementary teachers to provide Civics Education learning sets integrated with varied guidance. The researcher was interested in helping teachers to provide model of learning sets of Civics Education integrated with varied personal and learning guidance that consisted of learning concept, syllabus, lesson plan, and learning materials. This research was aimed to find out the suitability of that model.
The method used was research and development (R&D) Dick & Carey model was used with modification made by the researcher. The subjects of this research were Civics Education teachers and the students of class V BOPKRI Demangan III Elementary School Yogyakarta in even semester. This research was conducted from January until July 2012. The suitability of the product was found out based on the evaluation results of Civics Education experts, Guidance and Counseling experts, and learning sets development experts based on Patokan
Acuan Penilaian I.
The recapitulation results showed the model of learning sets of Civics Education integrated with varied personal guidance gained 87.2% in the category of suitable. The model of learning sets of Civics Education integrated with varied learning guidance gained 90.7% in the category of very suitable. Based on these results, it can be concluded that the model of learning sets of Civics Education integrated with varied personal and learning guidance was acceptable to be used in class V BOPKRI Demangan III Elementary School in even semester. Through the model of learning sets of Civics Education integrated with varied personal and learning guidance it was expected that students would thoroughly and diligently learn Civics Education.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum., dosen pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan selama peneliti menyusun skripsi ini.
4. Ibu AG. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A., dosen pembimbing II, yang telah
memberikan bantuan, saran, kritik, serta motivasi.
5. Bapak Rusmawan, S.Pd., M.Pd., yang telah menjadi dosen penguji ketiga.
6. Ibu Jajuk Triningsih, S.Th., Kepala Sekolah Dasar BOPKRI Demangan III,
Yogyakarta.
7. Ibu Mustari Admini, S.PAK., wali kelas V SD BOPKRI Demangan III
Yogyakarta yang telah memberikan waktu, bantuan, dan informasi yang
bermanfaat bagi peneliti.
8. Ibu Yulia Sri Rejeki, guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas
V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta yang telah memberikan waktu,
bantuan, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi peneliti.
9. Peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta.
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan Penelitian ... 5
1.4.Spesifikasi Produk ... 5
1.5.Definisi Operasional... 5
xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori ... 8
2.1.1.Perangkat Pembelajaran ... 8
2.1.1.1. Silabus ... 9
2.1.1.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 10
2.1.1.3. Materi Ajar ... 11
2.1.2.Bimbingan dalam Konteks Pendidikan ... 12
2.1.2.1. Pengertian Bimbingan ... 12
2.1.2.2. Tujuan Bimbingan ... 13
2.1.2.3. Landasan Bimbingan di Sekolah Dasar ... 14
2.1.2.4. Ragam Bimbingan ... 14
2.1.2.5. Bimbingan Klasikal ... 21
2.1.3. Tugas Perkembangan, Ciri-ciri, dan Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun ... 21
2.1.3.1. Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun ... 21
2.1.3.2. Ciri-ciri Peserta Didik Usia 9-12 Tahun ... 22
2.1.3.3. Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun... 23
2.1.4.Peran Guru SD ... 24
2.1.5.Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 25
2.1.5.1. Pengertian ... 25
2.1.5.2. Tujuan ... 26
2.1.5.3. Ruang Lingkup ... 28
2.2. Kajian Penelitian yang Relevan ... 29
2.3. Kerangka Berpikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 34
3.2. Desain Pengembangan ... 35
3.3. Prosedur Pengembangan ... 36
xiv
3.5. Jenis Data ... 41
3.6. Instrumen Pengumpulan Data ... 42
3.7. Teknik Analisis Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 49
4.1.1.Wawancara ... 49
4.1.2.Observasi ... 51
4.1.3.Alat Ungkap Kebutuhan (AUK) ... 52
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
4.2.1.Penilaian Ahli terhadap Model Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi ... 57
4.2.2.Penilaian Ahli terhadap Model Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terintegrasi Ragam Bimbingan Belajar ... 62
4.2.3. Kelayakan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 69
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 69
5.3. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V SD Semester 2 ... 28
Tabel 3.1. Pedoman Wawancara ... 42
Tabel 3.2. Pedoman Observasi ... 43
Tabel 3.3. Alat Ungkap Kebutuhan ... 44
Tabel 3.4. Pedoman Penilaian Ahli Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan ... 45
Tabel 3.5. Pedoman Penilaian Ahli Bimbingan Konseling ... 46
Tabel 3.6. Pedoman Penilaian Ahli Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 46
Tabel 3.7. Kriteria Revisi Model Perangkat Pembelajaran ... 48
Tabel 3.8. Kriteria Penilaian Acuan Patokan Tipe I (PAP I) ... 48
Tabel 4.1. Hasil Wawancara dengan Wali Kelas V ... 50
Tabel 4.2. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 51
Tabel 4.3. Hasil Alat Ungkap Kebutuhan ... 53
Tabel 4.4. Deskripsi Ahli ... 56
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Penilaian Pertama (P1) Model Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi ... 61
xvi
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Penilaian Pertama (P1) Model
Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Terintegrasi Ragam Bimbingan Belajar ... 64
Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kedua (P2) Model
Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Keterkaitan Kebutuhan Guru dan Peserta
Didik ... 32
Gambar 3.1. Langkah-langkah Model Dick and Carey ... 36
Gambar 3.2. Modifikasi Langkah-langkah Model Dick and Carey ... 38
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 74
Lampiran 2. Hasil Alat Ungkap Kebutuhan (AUK) ... 75-76
Lampiran 3. Rekapitulasi AUK ... 77-78
Lampiran 4. Hasil Penilaian oleh Ahli Bidang Studi
Pendidikan Kewarganegaraan ... 79-80
Lampiran 5. Hasil Penilaian oleh Ahli Bimbingan Konseling ... 81-82
Lampiran 6. Hasil Penilaian oleh Ahli Pengembangan Perangkat
Pembelajaran ... 83
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 84
Lampiran 8. Model Perangkat Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Terintegrasi Ragam
Bimbingan Pribadi ... 85-116
Lampiran 9. Model Perangkat Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Terintegrasi Ragam
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif di mana peneliti
merupakan salah satu anggota penelitian. Hal yang menjadi dasar
diadakannya penelitian ini adalah keprihatinan dosen terhadap kebutuhan
guru SD akan adanya model perangkat pembelajaran yang terintegrasi ragam
bimbingan dalam rangka membantu peserta didik mencapai tugas
perkembangannya secara optimal. Keprihatinan yang dirasakan dosen
penelitian kolaboratif juga didukung dengan adanya Surat Keputusan Menpan
No.83 tahun 1993 yang menyatakan tugas guru selain mengajar diharapkan
dapat memberikan bimbingan kepada peserta didiknya (Furqon, 2005: 23).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk menindaklanjuti
keprihatinan yang dirasakan dosen dengan mengembangkan model perangkat
pembelajaran terintegrasi ragam bimbingan sesuai kebutuhan guru dan
peserta didik di salah satu sekolah mitra yaitu SD BOPKRI Demangan III
Yogyakarta. Pengintegrasian layanan bimbingan dalam proses pembelajaran
dapat dilakukan secara kelompok atau klasikal. Oleh karena itu, peneliti
melakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan penyebaran
alat ungkap kebutuhan (AUK) sebagai sarana memperoleh informasi
mengenai kebutuhan guru dan peserta didik.
Hasil wawancara dengan wali kelas V menunjukkan di SD BOPKRI
perilaku yang menghambat perkembangan peserta didik belum dapat
ditangani secara optimal. Perilaku yang menghambat perkembangan peserta
didik itu misalnya tidak mengerjakan PR, ramai di kelas, tidak mau mencatat
materi pelajaran, mudah mengeluh saat diberi tugas, dan tidak teliti saat
mengerjakan tugas. Perilaku tersebut sering muncul salah satunya pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Wali kelas V menyatakan guru mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan belum pernah menyusun perangkat pembelajaran yang
terintegrasi dengan ragam bimbingan, perangkat pembelajaran yang selama
ini digunakan guru-guru SD BOPKRI Demangan III tidak terintegrasi dengan
bimbingan. Oleh karena itu diharapkan ada model perangkat pembelajaran
(khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan) yang
terintegrasi dengan ragam bimbingan. Peneliti selanjutnya melakukan
observasi untuk mencocokan hasil wawancara dengan kondisi nyata di kelas
V saat proses belajar mengajar berlangsung.
Hasil observasi pada saat kegiatan belajar mengajar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung menunjukkan ada 13 peserta didik
tidak mencatat materi pelajaran yang dijelaskan guru serta ada 11 peserta
didik peserta didik tidak teliti mengerjakan tugas. Data tersebut merupakan
perilaku yang menghambat tugas perkembangan peserta didik yang paling
banyak terlihat selama peneliti melakukan observasi. Peneliti selanjutnya juga
menyebarkan kuisoner Alat Ungkap Kebutuhan (AUK) untuk memperkuat
AUK bertujuan untuk mengetahui layanan bimbingan apa yang
dibutuhkan peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hasil AUK menunjukkan peserta
didik kelas V SD BOPKRI Demangan III membutuhkan bimbingan pribadi
khususnya dalam hal ketelitian dan bimbingan belajar khususnya dalam hal
ketekunan. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan AUK semakin
memperjelas bahwa guru Pendidikan Kewarganegaraan SD BOPKRI
Demangan III memerlukan model perangkat pembelajaran yang terintegrasi
dengan ragam bimbingan pribadi khususnya dalam hal ketelitian dan
bimbingan belajar khususnya dalam hal ketekunan.
Widyastuti dan Indratno (2008) menyatakan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang berfokus pada
pembentukan warga negara Indonesia supaya dapat melaksanakan hak dan
kewajibannya dari segi: usia, bahasa, budaya, agama dan suku bangsa,
mempunyai sikap cerdas, terampil, serta berkarakter sebagaimana
diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945. Jadi, Pendidikan
Kewarganegaraan membantu peserta didik mengembangkan dirinya sehingga
mampu bertindak cerdas, bertanggung jawab, terampil, dan mencintai tanah
air atau dengan kata lain Pendidikan Kewarganegaraan membantu tugas
perkembangan pribadi dan belajar peserta didik. Pendidikan
Kewarganegaraan dapat diintegrasikan dengan bimbingan karena pada
dasarnya esensi antara bimbingan dan pendidikan saling berhubungan.
UU No. 20 Tahun 2003, PP No. 9 Tahun 2005, dan Permendiknas No.
sistem pendidikan sekolah (seperti dikutip dalam Barus, 2011, hlm. 1).
Sukmadinata (2009) menyatakan “pendidikan dapat diberikan melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan” (hlm. 8). Sukmadinata (2009)
menegaskan bimbingan merupakan tindakan pendidikan yang berfokus pada
pengembangan domain afektif, seperti pengembangan nilai dan sikap, hal
tersebut juga merupakan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan.
Berdasarkan penjabaran di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
pengembangan atau Research and Development yang berjudul “Model
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk Peserta
Didik Kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta”.
1.2.Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas melalui penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1) Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan bimbingan pribadi untuk
peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta?
2) Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan bimbingan belajar untuk
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan bimbingan pribadi untuk
peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta.
2) Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan bimbingan belajar untuk
peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta.
1.4.Spesifikasi Produk
Hasil akhir yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa:
1) Model Perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi
dengan ragam bimbingan pribadi, yang terdiri dari: Konsep Rancangan
Pembelajaran, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
Materi Ajar.
2) Model Perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi
dengan ragam bimbingan belajar, yang terdiri dari: Konsep Rancangan
Pembelajaran, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
Materi Ajar.
1.5.Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan pertanyaan atau salah tafsir mengenai istilah yang
1) Perangkat pembelajaran adalah seperangkat alat mengajar yang
digunakan untuk memfasilitasi proses belajar agar dapat terkendali dan
efektif.
2) Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang disusun untuk
membentuk karakter warga Negara Indonesia agar dapat memahami dan
melaksanakan hak dan kewajiban, mencintai tanah air, serta mewujudkan
nilai-nilai Pancasila dalam berperilaku.
3) Bimbingan pribadi adalah bimbingan untuk membantu peserta didik
mengatasi masalah yang berhubungan dengan keadaan batinnya, supaya
dapat lebih bertanggung jawab, percaya diri, teliti, mandiri dan tertib.
4) Bimbingan belajar adalah bimbingan yang membantu mengatasi
permasalahan belajar peserta didik, sehingga dapat mengetahui cara
belajar yang benar, tekun belajar, dan tepat waktu mengerjakan tugas.
5) Model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi
ragam bimbingan pribadi adalah seperangkat alat mengajar meliputi
Konsep Rancangan Pembelajaran, Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Materi Ajar yang di dalamnya terdapat
pengintegrasian Pendidikan Kewarganegaraan dan bimbingan pribadi.
6) Model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi
ragam bimbingan belajar adalah seperangkat alat mengajar meliputi
Konsep Rancangan Pembelajaran, Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Materi Ajar yang di dalamnya terdapat
1.6.Kontribusi Penelitian
Penelitian ini memiliki kontribusi bagi beberapa pihak sebagai berikut:
1) Bagi Guru
Guru SD dapat memiliki model perangkat pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang mengandung ragam bimbingan dalam rangka
membantu tugas perkembangan peserta didik.
2) Bagi Peserta Didik
Melalui penelitian ini, peserta didik diharapkan menjadi tertarik
mempelajari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sekaligus
dapat terbantu dalam menjalankan tugas perkembangannya.
3) Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti memperoleh pengalaman menyusun
model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang
mengandung ragam bimbingan dalam rangka membantu tugas
perkembangan peserta didik. Peneliti sebagai calon guru SD juga
menjadi sadar bahwa tugas seorang guru adalah mengajar sekaligus
memberikan bimbingan kepada peserta didik.
4) Bagi Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma
Melalui penelitian ini, dapat mempererat jalinan kerjasama antara
Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma dengan guru di sekolah
mitra sekaligus sebagai sumbangan pemikiran yang berkaitan dengan
penelitian pengembangan model perangkat pembelajaran yang dapat
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas beberapa hal tentang landasan teori yang akan
dipergunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) kajian teori, (2) hasil penelitian
yang relevan dan (3) kerangka berpikir.
2.1.Kajian Teori
2.1.1. Perangkat Pembelajaran
Menurut Winkel perangkat pembelajaran adalah seperangkat tindakan
yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik (seperti dikutip
dalam Siregar dan Nara, 2010, hlm. 12). Perangkat pembelajaran merupakan
serangkaian usaha yang dilakukan secara sengaja dan terarah sebelum proses
pelaksanaan kegiatan belajar agar pelaksanaan kegiatan belajar terkendali (Siregar
dan Nara, 2010: 13). Peneliti menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
adalah rancangan yang dibuat sebelum proses pembelajaran untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar (KBM).
Menurut Ibrahim perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam
mengelola proses belajar mengajar berupa: Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes
Hasil Belajar (THB), Media Pembelajaran, serta Materi Ajar (seperti dikutip
dalam Trianto, 2009, hlm. 201). Penelitian ini berfokus pada pengembangan
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan mater ajar yang terintegrasi
dengan ragam bimbingan. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan waktu dan
pengetahuan yang dimiliki peneliti untuk mengembangkan perangkat
2.1.1.1. Silabus
Menurut Yulaelawati silabus merupakan seperangkat rencana serta
pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara
sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai
penguasaan kompetensi dasar (seperti dikutip dalam Majid, 2008: hlm. 39). Majid
(2008) menyatakan unsur-unsur dalam silabus meliputi: (1) tujuan mata pelajaran
yang akan diajarkan, (2) keterampilan yang diperlukan agar peserta didik dapat
menguasai mata pelajaran tersebut dengan baik, (3) aktivitas dan sumber-sumber
belajar pendukung keberhasilan pengajaran, dan (4) berbagai teknik evaluasi yang
digunakan.
Pengembangan sebuah silabus didasarkan pada prinsip (1) sistematis,
artinya komponen-komponen dalam silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi, (2) konsisten, artinya ada hubungan yang ajek antara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan penilaian, dan (3) memadai, artinya cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan penilaian cukup untuk menunjang
pencapaian kompetensi dasar (Majid, 2008: 40).
Pengembangan silabus menurut Majid (2008) meliputi langkah-langkah
berikut: (1) penulisan identitas mata pelajaran, (2) penentuan standar kompetensi,
(3) penentuan kompetensi dasar, (4) penentuan materi pokok, (5) penentuan
pengalaman belajar peserta didik, (6) penjabaran kompetensi dasar menjadi
indikator, (7) penjabaran indikator ke dalam instrumen penilaian, (8) penentuan
2.1.1.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu panduan langkah-langkah
yang akan dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam
skenario kegiatan. Skenario kegiatan pembelajaran dikembangkan dari rumusan
tujuan pembelajaran yang mengacu dari indikator untuk mencapai hasil belajar
sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Trianto (2009) menyatakan
Komponen-komponen penting yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi:
“Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian hasil
belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi” (hlm. 214).
Kegiatan pembelajaran yang ada dalam RPP meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Menurut Rusman (2010) kegiatan inti dalam
RPP menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. Eksplorasi merupakan kegiatan untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru. Elaborasi adalah penggarapan secara
tekun dan cermat, sedangkan yang dimaksud dengan konfirmasi adalah
pembenaran, penegasan, dan pengesahan.
Sebuah RPP dikatakan baik bila telah memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut: (1) Komponen lengkap dan logis urutannya. (2) Pemilihan materi ajar
sesuai dengan KD, Indikator, dan Tujuan. (3) Media dan sumber belajar sesuai
dengan indikator yang akan dicapai. (4) Langkah-langkah pembelajaran meliputi
kegiatan awal, inti, dan akhir. (5) Langkah-langkah pembelajaran menekankan
mencerminkan model atau metode yang digunakan. (7) Terdapat alokasi waktu
pada setiap tahap. (8) Penilaian sesuai dengan indikator yang akan dicapai
(Pedoman Pengajaran Mikro, 2008: 46).
2.1.1.3. Materi Ajar
Menurut Sanjaya (2008) materi ajar adalah “segala sesuatu yang menjadi
isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar
dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan
pendidikan tertentu” (hlm. 140). Menurut Sanjaya (2008) dalam materi ajar berisi
tentang:
1. Tujuan yang harus dicapai. Biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku
spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur.
2. Fakta, konsep, dan prosedur.
3. Kegiatan belajar, berisi tentang penjabaran materi yang harus dipelajari
oleh peserta didik.
4. Rangkuman materi yakni garis-garis besar materi pelajaran secara urut.
5. Tugas dan latihan harus meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Perangkat pembelajaran yang baik diharapkan tidak hanya
mengembangkan aspek pengetahuan. Perangkat pembelajaran yang digunakan
guru diharapkan dapat membuat peserta didik berkembang secara optimal dalam
hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Oleh karena itu diperlukan peran
2.1.2. Bimbingan dalam Konteks Pendidikan 2.1.2.1.Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan proses belajar untuk menyelesaikan masalah dan
berkembang secara optimal (Furqon, 2005: 4). Sukmadinata (2009) menyatakan
bimbingan adalah “suatu upaya atau program untuk membantu mengoptimalkan
perkembangan peserta didik” (hlm. 233). Strang menyatakan implikasi kegiatan
layanan bimbingan berfokus pada upaya membantu individu belajar
menyelesaikan masalah, yaitu membuat keputusan penting atas dasar pemahaman
terhadap diri sendiri dan lingkungan ( seperti dikutip dalam Furqon, 2005, hlm. 4).
Natawidjaja menyatakan bimbingan adalah “proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya” (seperti yang dikutip dalam
Yusuf dan Nurihsan, 2010, hlm. 6). Prayitno dan Amti (2004) menyimpulkan
bimbingan merupakan proses pemberian bantuan agar dapat mengembangkan
kemampuan diri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan yang telah dijabarkan oleh
para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada seseorang agar ia mampu memahami dirinya sendiri sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, menyelesaikan masalah dengan
bijaksana, semakin bertanggung jawab atas dirinya serta dapat mencapai
lepas dengan tujuan bimbingan, karena pada dasarnya layanan bimbingan
diberikan dengan tujuan memenuhi kebutuhan individu.
2.1.2.2. Tujuan Bimbingan
Secara umum tujuan pemberian layanan bimbingan menurut Yusuf dan
Nurihsan (2010) adalah agar individu dapat:
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupannya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat, serta lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian sosial dengan lingkungan pendidikan, masyarakat,
maupun lingkungan kerja.
Depdikbud memaparkan tujuan bimbingan di sekolah dasar adalah
membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang
meliputi aspek pribadi sosial, dan belajar sesuai tuntutan lingkungan (seperti
dikutip dalam Furqon, 2005, hlm. 20). Pemberian layanan bimbingan di sekolah
dasar merupakan hal yang sangat penting karena pada usia sekolah dasar
masalah-masalah yang dapat menghambat peserta didik untuk berkembang secara optimal
mulai bermunculan. Pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar juga telah ditetapkan
oleh pemerintah karena telah ada landasan hukumnya, maka pelaksanaan
2.1.2.3.Landasan Bimbingan di Sekolah Dasar
UUSPN dan PP Nomor 28 Tahun 1990 menyatakan bahwa pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan memiliki tujuan untuk memberikan bekal bagi
peserta didik dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (seperti dikutip dalam
Furqon, 2005, hlm. 49). Optimalisasi perkembangan peserta didik usia SD dapat
dicapai dengan memadukan proses pembelajaran dan layanan bimbingan.
Barus (2011) menegaskan posisi bimbingan di SD diperkuat dengan
ditetapkannya UU No.20 Tahun 2003, PP No.19 Tahun 2005, dan Permendiknas
No.22 Tahun 2006 yang menyatakan pelayanan Bimbingan Konseling (BK)
sebagai bagian yang terintegrasi dalam sistem pendidikan di sekolah. Surat
Keputusan Menpan No.83 tahun 1993 juga menegaskan bahwa selain tugas utama
guru SD mengajar, guru diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada peserta
didik (Furqon, 2005: 23). Berikut ini akan dijabarkan ragam bimbingan yang
dapat diberikan pada peserta didik.
2.1.2.4. Ragam Bimbingan
Winkel dan Sri (2002) menyatakan “istilah ragam bimbingan menunjuk
pada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan yang menjadi fokus
perhatian dalam layanan bimbingan” (hlm. 113). Ada beberapa ragam bimbingan
yaitu sebagai berikut.
1. Bimbingan pribadi
Bimbingan pribadi menurut Tohirin (2007) merupakan
pribadi” (hlm. 125). Winkel (2002) menyatakan bimbingan pribadi
juga bisa dimaknai sebagai kegiatan untuk membantu seseorang
dalam memahami keadaan batinnya sendiri, membantu mengatasi
pergumulan batin, mengatur diri di bidang kerohanian, perawatan
jasmani, dan pengisian waktu luang.
Surya dan Winkel menyatakan aspek-aspek persoalan
individu yang membutuhkan layanan bimbingan pribadi salah
satunya adalah kemampuan memahami dirinya sendiri (keadaan
batinnya), seperti kurang percaya diri, kurang memiliki inisiatif,
kurang bertanggung jawab, tidak teliti, tidak bersemangat, perilaku
yang tidak sesuai norma dan menunjukkan perilaku agresif (seperti
dikutip dalam Tohirin, 2007, hlm. 124). Bimbingan pribadi perlu
diupayakan bagi peserta didik yang mengalami permasalahan
pribadi, karena keadaan batin akan mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang.
Brown dan Trusty dalam Barus (2011) menyatakan bahwa
layanan bimbingan pribadi membantu peserta didik mencapai tugas
perkembangan pribadi sebagai berikut.
a. Mengembangkan konsep diri dengan berbagai kompetensi yang
meliputi mengembangkan rasa percaya diri, berani tampil, dan
berlatih mengungkapkan gagasan sendiri.
b. Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
2) Berlatih mengambil keputusan.
3) Mengembangkan kebiasaan pola hidup sehat dan efektif.
c. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan nilai-nilai sebagai
pedoman berperilaku:
1) Membiasakan bersikap dan berperilaku jujur, teliti, santun,
rendah hati, dan mentaati norma-norma.
2) Memahami dan mampu mengenali perilaku baik dan buruk,
perbuatan salah dan benar.
3) Berlatih mengembangkan perilaku bertanggung jawab dan
konsekuen.
4) Berlatih mengatur mengelola keperluan diri sendiri,
perawatan diri dan kegiatan pribadi.
2. Bimbingan sosial
Masalah yang dihadapi masing-masing peserta didik ada
yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat sosial. Menurut
Djumhur dan Surya bimbingan sosial merupakan kegiatan untuk
membantu peserta didik memecahkan dan mengatasi masalah
sosial, sehingga mampu menyesuaikan diri secara baik dan wajar
dalam lingkungan sosialnya (seperti dikutip dalam Tohirin , 2007,
hlm. 127). Berdasarkan pengertian tersebut, Tohirin (2007)
memberi penguatan bahwa dengan pemberian layanan bimbingan
sosial diharapkan individu mampu melakukan interaksi sosial
Bimbingan sosial sering dikaitkan dengan ragam bimbingan
pribadi karena keduanya saling berkaitan. Furqon (2005)
menyatakan bimbingan pribadi-sosial memuat layanan bimbingan
yang meliputi: (a) pemahaman terhadap diri sendiri,
(b) mengembangkan sikap positif, (c) membuat pilihan kegiatan
secara sehat dan bijaksana, (d) mengembangkan kemampuan
menghargai orang lain, (e) mengembangkan rasa tanggung jawab,
(f) mengembangkan keterampilan bersosialisasi, (g) keterampilan
menyelesaikan masalah, dan (h) membuat keputusan secara baik.
Brown dan Trusty dalam Barus (2011) menyatakan bahwa
layanan bimbingan sosial membantu peserta didik mencapai tugas
perkembangan sosial sebagai berikut.
a. Belajar membangun hubungan dengan teman sebaya, yang
meliputi: keterampilan berkomunikasi, keterampilan bergaul,
dan keterampilan bekerja sama.
b. Mengembangkan toleransi terhadap sesama dan sikap-sikap
positif terhadap kelompok seperti: kesadaran terhadap
perbedaan (pendapat, budaya, suku, ras, agama) dan
kemampuan untuk menghargai perbedaan tersebut.
c. Mengembangkan perilaku sesuai peran jenis dengan
memperlajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan
3. Bimbingan belajar atau akademik
Menurut Suryono dan Heryono (2011) belajar adalah “proses
untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian
peserta didik” (hlm. 9). Winkel menyatakan bimbingan akademik
atau belajar adalah bantuan dalam hal menemukan cara belajar
yang tepat dan mengatasi kesukaran atau permasalahan yang timbul
berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi
pendidikan (seperti dikutip dalam Tohirin, 2007, hlm. 130). Tohirin
(2007) menjelaskan bahwa peserta didik dapat mengalami
permasalahan belajar yang memerlukan bimbingan belajar yaitu
motivasi belajar rendah, minat belajar rendah, kesulitan
berkonsentrasi saat belajar, sikap belajar yang tidak terarah dan
prestasi belajar yang rendah.
Tujuan layanan bimbingan belajar dalam aspek pendidikan
adalah membantu siswa agar dapat melaksanakan cara-cara belajar
yang benar (Furqon, 2005: 51). Slameto (2010) mengungkapkan
bahwa belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
pembuatan jadwal, membaca dan membuat catatan, mengulang
bahan pelajaran, konsentrasi, dan mengerjakan tugas. Peserta didik
yang mempunyai kebiasaan cara belajar yang benar menandakan
bahwa ia tekun dalam belajar sehingga dapat berkonsentrasi, tidak
mudah putus asa saat belajar, memiliki kebiasaan membuat
terhadap materi pelajaran yang sudah dipelajari, serta tepat waktu
dalam mengerjakan tugas.
Pelaksanaan layanan bimbingan belajar kepada peserta
didik yang mempunyai masalah belajar secara tidak langsung juga
akan membantu peserta didik memenuhi tugas perkembangan
belajarnya. Beberapa tugas perkembangan belajar menurut Brown
dan Trusty dalam Barus (2011) adalah sebagai berikut.
(a) Mempunyai kemampuan membaca, menulis, berhitung sesuai
dengan tuntutan kurikulum. (b) Mempunyai keterampilan
mendengarkan. (c) Mempunyai keterampilan mengikuti petunjuk
atau instruksi. (d) Mempunyai keterampilan mengorganisasi
aktivitas belajar, tugas-tugas sekolah, dan kegiatan lainnya.
(e) Mempunyai keterampilan belajar yang efektif. (f) Mempunyai
keterampilan dalam menghadapi ulangan-ulangan atau tes.
4. Bimbingan karier
Tohirin (2007) menyatakan bimbingan karier adalah
“bimbingan untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia
pekerjaan, memilih lapangan pekerjaan atau jabatan atau profesi
tertentu serta sebagai bekal supaya siap memangku jabatan itu, dan
dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan lapangan pekerjaan yang
telah dimasuki” (hlm. 133-134). Bimbingan karier di sekolah
bertujuan agar peserta didik mampu memahami, merencanakan,
tertentu setelah mereka selesai dari pendidikan yang ditempuhnya
(Tohirin, 2007: 135).
Brown dan Trusty dalam Barus (2011) menyatakan bahwa
layanan bimbingan karier membantu peserta didik mencapai tugas
perkembangan yang berhubungan dengan karier yaitu pemahaman
tehadap kelebihan dan kelemahan, bakat, minat, kemampuan yang
dimiliki serta pengenalan terhadap berbagai macam pilihan karier.
Penelitian ini akan berfokus pada pembahasan bimbingan pribadi dan
belajar karena berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan penyebaran alat
ungkap kebutuhan (AUK) peserta didik mengalami masalah pada aspek pribadi
khususnya yang berhubungan dengan ketelitian dan aspek belajar khususnya yang
berhubungan dengan ketekunan. Prayitno (2009) memaparkan ciri-ciri peserta
didik yang mempunyai kepribadian teliti antara lain mempunyai sikap
bertanggung jawab, konsekuen dengan petunjuk yang ada, berhati-hati melakukan
sesuatu, berpikir kritis, berkonsentrasi, serta menyadari apa yang dipelajari
penting untuk kehidupannya sehingga mempunyai pendirian yang mantap.
Slameto (2010) menjabarkan peserta didik yang sikap tekun dalam belajar
mempunyai ciri-ciri perilaku dapat memusatkan perhatian, tidak mudah putus asa
untuk belajar, rajin membuat ringkasan pelajaran, mengulang pelajaran yang
sudah dipelajari, tidak mudah lupa terhadap materi pelajaran yang sudah
dipelajari, dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas. Berikut ini merupakan
penjelasan lebih lanjut mengenai cara pemberian layanan bimbingan yang telah di
2.1.2.5.Bimbingan Klasikal
Barus (2011) menerangkan kebutuhan perkembangan peserta didik
khususnya di sekolah dasar dapat terpenuhi salah satunya dengan cara layanan
bimbingan secara kelompok (klasikal). Prayitno dan Amti (2004) mengungkapkan
bimbingan kelompok dapat juga disebut bimbingan klasikal jika ditinjau dari
jumlah anggota kelompok termasuk dalam kelompok besar (26-40 orang) atau
dengan kata lain bisa mencakup seluruh peserta didik dalam satu kelas.
Bimbingan klasikal menunjuk pada usaha atau rencana untuk membantu
sekelompok peserta didik menghadapi masalah-masalah yang relatif sama agar
peserta didik dapat menjalankan tugas perkembangannya secara optimal
(Prayitno, 2004: 310). Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menekankan
pada model pengembangan perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
terintegrasi ragam bimbingan yang dapat diberikan secara klasikal terhadap
peserta didik kelas V yang mayoritas mengalami permasalahan yang sama yaitu
khususnya pada aspek pribadi dan belajar. Penyelenggaraan layanan ragam
bimbingan dalam konteks pendidikan dasar sangatlah penting. Oleh karena itu
guru SD harus mempunyai pemahaman yang baik mengenai tugas perkembangan
anak, ciri-ciri, serta permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul pada
rentang usia sekolah dasar.
2.1.3. Tugas Perkembangan, Ciri-ciri, dan Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun
2.1.3.1.Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun
Menurut Havighurst tugas perkembangan adalah tugas pada periode
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, jika gagal
akan menyebabkan ketidakbahagiaan dan dapat menimbulkan penolakan dari
masyarakat, serta kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya (seperti dikutip
dalam Yusuf dan Sugandhi, 2011, hlm. 14). Terdapat tugas-tugas perkembangan
yang harus dicapai dalam setiap fase hidup manusia. Tugas-tugas perkembangan
menurut Havighurst dalam Hurlock (1990) yaitu: (1) mempelajari keterampilan
fisik, (2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagi makhluk
yang sedang tumbuh, (3) belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman
sebayanya, (4) mulai mengembangkan peran sosial sebagai wanita atau pria,
(5) mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari, (6) mengembangkan kata hati, pengertian moral, dan tingkatan nilai,
(7) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga-lembaga, serta (8) mencapai kebebasan pribadi.
2.1.3.2.Ciri-ciri Peserta Didik Usia 9-12 tahun
Karakteristik atau ciri-ciri peserta didik SD kelas rendah (kelas 1, 2, 3)
berbeda dengan peserta didik kelas atas (kelas 4, 5, 6). Izzaty (2008) menyebutkan
ciri khas peserta didik kelas atas sekolah dasar sebagai berikut.
1. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari
2. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.
3. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.
4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk
2.1.3.3.Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 tahun
Kowitz mengungkapkan masalah yang muncul di sekolah dasar pada
umumnya berhubungan dengan ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh peserta
didik itu sendiri (seperti dikutip dalam Furqon, 2005, hlm. 45). Secara rinci
Kowitz menjabarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi peserta didik usia
sekolah dasar antara lain sebagai berikut (seperti dikutip dalam Furqon, 2005,
hlm. 45-47)
1. Masalah pribadi
Permasalahan pribadi anak-anak usia SD terutama berkenaan
dengan kemampuan intelektual, kondisi fisik, kesehatan dan
kebiasaan-kebiasaannya. Munculnya gejala ketergantungan, kurang percaya diri,
kurang memiliki inisiatif, kurang bertanggung jawab, tidak teliti, tidak
bersemangat, perilaku yang tidak sesuai norma dan menunjukkan perilaku
agresif.
2. Masalah penyesuaian sosial
Anak belajar bukan hanya dari seorang guru, tetapi juga dari
teman-temannya, dan bukan hanya kemampuan kognitif yang ia pelajari
itu melainkan termasuk kemampuan sosial pun dipelajarinya.
Permasalahan penyesuaian sosial anak dapat terjadi dengan sesama teman
atau pun dengan guru. Permasalahan penyesuaian sosial dengan sesama
teman antara lain seperi iri hati, curiga, persaingan, perkelahian,
permusuhan, dan terbentuk gap. Permasalahan penyesuaian sosial dengan
didik takut berkomunikasi dengan guru sehingga menjadi tidak ada gairah
saat mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Masalah akademik
Masalah akademik dapat ditemui oleh hampir setiap peserta didik
dalam setiap mata pelajaran. Permasalahan akademis dapat berupa tidak
dikuasainya kemampuan atau materi yang ditergetkan sebagai tujuan
pengajaran hal ini dapat disebabkan karena kesalahan-kesalahan cara
mengajar guru, kesalahan dalam cara belajar, kurang motivasi belajar,
kurangnya fasilitas dan dukungan orang tua, tidak senang terhadap mata
pelajaran tertentu, tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas, serta tidak
tekun belajar.
Pemahaman yang baik tentang tugas perkembangan anak, ciri-ciri, serta
permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul pada rentang usia SD menjadi
bekal bagi seorang guru SD untuk membantu peserta didik berkembang secara
optimal dari berbagai aspek. Oleh karena itu sebenarnya guru SD mempunyai
peran ganda yaitu sebagai pengajar sekaligus pembimbing. Penjabaran mengenai
peran guru SD akan dibahas lebih lanjut pada sub bab berikut.
2.1.4. Peran Guru SD
Surat Keputusan Menpan No.83 tahun 1993 menyatakan tugas guru SD
selain mengajar diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada peserta
didiknya (seperti yang dikutip Furqon, 2005, hlm. 23). Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa guru SD mempunyai peran sebagai pengajar dan
pembimbing. Darmodihardjo menjabarkan Guru SD yang mengampu atau
(seperti dikutip dalam Furqon, 2005, hlm. 62) yaitu: (1) menguasai
landasan-landasan pendidikan, (2) menguasai bahan pelajaran, (3) mampu mengelola
program belajar mengajar, (4) mampu mengelola kelas, (5) mampu mengelola
interaksi belajar mengajar, (6) mampu menggunakan media atau sumber belajar,
(7) mampu menilai hasil belajar peserta didik, (8) mengenal fungsi dan program
Bimbingan Konseling, (9) memahami prinsip-prinsip dan hasil-hasil penelitian
untuk keperluan pengajaran, serta (10) mengenal dan menyelenggarakan
administrasi pendidikan.
Selain berperan mengajarkan mata pelajaran pokok, guru SD berperan
sebagai pembimbing untuk memberikan bantuan kepada peserta didik dalam
mengaktualisasikan potensinya secara optimal, mengembangkan pribadi yang
utuh dan sehat, serta menampilkan perilaku efektif, kreatif, dan produktif
(Furqon, 2005: 8). Keterbatasan waktu karena tidak adanya jam khusus untuk
memberikan layanan bimbingan sesuai kebutuhan peserta didik serta banyaknya
beban pekerjaan guru di sekolah dapat menjadi hambatan bagi guru SD untuk
menjalankan perannya sebagai seorang pembimbing secara optimal. Alasan
tersebut menjadi dasar layanan bimbingan dapat sekaligus diintegrasikan ke
dalam perangkat pembelajaran mata pelajaran pokok di SD, salah satunya mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2.1.5. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.5.1. Pengertian
Visi pendidikan pertama-tama adalah membentuk karakter peserta didik
(Widyastuti dan Indratno, 2008: iii). Oleh karena itu, pendidikan tidak
seluruh potensi peserta didik. Hal tersebut dapat diupayakan dengan mempelajari
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) pendidikan adalah
“proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan” (hlm.
262). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) juga menjabarkan kewarganegaraan
merupakan “hal yang berhubungan dengan warga negara; keanggotaan sebagai
warga negara” (hlm. 1269). Jadi bila dua pengertian tersebut digabungkan,
Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang agar dapat menjalankan perannya sebagai warga
negara dengan baik.
Widyastuti dan Indratno (2008) menyatakan Pendidikan Kewarganegaraan
adalah mata pelajaran yang berfokus pada pembentukan warga negara Indonesia
supaya dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dari segi: usia, bahasa, budaya,
agama dan suku bangsa, mempunyai sikap cerdas, terampil, serta berkarakter
sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan Pendidikan Kewarganegaraan
adalah mata pelajaran yang disusun guna membentuk karakter warga Negara
Indonesia agar dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya,
mencinta tanah airnya, serta mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam berperilaku.
2.1.5.2.Tujuan
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Wiharyanto (2007)
memiliki dua tujuan yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.
umum adalah membawa peserta didik untuk menjadi ilmuwan dan professional
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis dan keberadaban;
dan menjadi warga negara yang memiliki daya saing; berdisiplin, berpartisipasi
aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai
Pancasila” (hlm. 5). Tujuan khusus Pendidikan Kewarganegaraan menurut
Wiharyanto (2007) adalah:
1. Mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk
bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku untuk cinta
tanah air Indonesia.
2. Menumbuh kembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa dan
bernegara pada diri peserta didik, sehingga terbentuk daya tangkal sebagai
ketahanan nasional.
3. Peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
menciptakan ketahanan nasional.
4. Peserta didik mampu menuangkan pemikiran berdasarkan nilai-nilai
Pancasila dalam menganalisa permasalahan hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Tujuan mulia mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat terwujud
jika peserta didik mampu memahami dan menjadikan esensi yang ada dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai nilai hidupnya. Oleh karena itu,
guru dan peserta didik perlu memahami dan mempelajari ruang lingkup mata
2.1.5.3.Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007) ruang lingkup
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas V semester 2 sebagai berikut.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V SD Semester 2
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
3.Memahami kebebasan Berorganisasi
3.1. Mendeskripsikan pengertian organisasi 3.2. Menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat. 3.3. Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di sekolah.
4. Menghargai keputusan bersama
4.1. Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama
4.2. Mematuhi keputusan bersama
Peneliti dalam penelitian ini akan mengintegrasikan salah satu pokok
bahasan di kelas V semester 2 dengan ragam bimbingan. Materi pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diintegrasikan dengan bimbingan karena pada
dasarnya esensi antara bimbingan dan pendidikan saling berhubungan. UU No. 20
Tahun 2003, PP No.19 Tahun 2005, dan Permendiknas No. 22 Tahun 2006
menegaskan bahwa bimbingan merupakan kesatuan dalam sistem pendidikan
sekolah (seperti dikutip dalam Barus, 2011, hlm. 1). Sukmadinata (2009)
menyatakan “pendidikan dapat diberikan melalui bimbingan, pengajaran, dan
pelatihan” (hlm. 8). Sukmadinata (2009) menegaskan bimbingan merupakan
tindakan pendidikan yang berfokus pada pengembangan domain afektif, seperti
pengembangan nilai dan sikap, hal tersebut juga merupakan tujuan dari
Pendidikan Kewarganegaraan.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan maka materi pelajaran Pendidikan
belajar. Hal tersebut bertujuan untuk membantu peserta didik menjalankan tugas
perkembangan pribadi khususnya yang berhubungan dengan ketelitian dan tugas
perkembangan belajar belajar yang berhubungan dengan ketekunan.
2.2.Kajian Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang
relevan dengan judul penelitian yang dilakukan peneliti. Peneliti belum
menemukan hasil penelitian terdahulu yang sama persis dengan judul penelitian
yang sedang dilakukan peneliti, maka dari itu peneliti berusaha melengkapi
penelitian-penelitian yang sebelumnya telah ada.
Pertama, penelitian mengenai ragam bimbingan yang dapat diterapkan di
sekolah dasar telah diungkapkan oleh Gendon Barus dan Sri Hastuti dalam
bukunya “Kumpulan Modul Pengembangan Diri”. Gendon Barus dan Sri Hastuti
melaksanakan survei kebutuhan pada tahun 2011 pada 1200 peserta didik kelas V
di 34 SD se-DIY Jawa Tengah. Survei kebutuhan tersebut dilakukan untuk
membuat produk berupa modul layanan bimbingan dengan topik-topik yang
disesuaikan pada masalah-masalah perkembangan yang dialami peserta didik usia
sekolah dasar (baik itu masalah pribadi, sosial, belajar, maupun karier).
Penyusunan modul layanan bimbingan mengacu pada model Schmidt yang
meliputi tahap planning, organizing, implementing, dan evaluating. Salah satu
contoh kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan ragam bimbingan pribadi
mengambil tema “Peduli terhadap sesama”. Indikator yang hendak dicapai adalah
peserta didik dapat mendefinisikan pengertian peduli terhadap sesama, peserta
peserta didik dapat memberikan contoh cara-cara menumbuhkan sikap peduli
terhadap sesama. Metode yang digunakan adalah cerita, tanya jawab, menonton,
dan penugasan. Alokasi waktu layanan bimbingan adalah 2x40 menit. Sasaran
layanan ditujukan pada peserta didik kelas 4-6 yang dapat diintegrasikan dengan
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Agama. Kumpulan modul
ragam bimbingan ini belum diujicobakan secara menyeluruh dalam kegiatan
belajar di kelas.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Solikhin tahun 2011, Program
Studi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang dengan
judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Melalui Model Problem Based Learning Berbasis ICT untuk Meningkatkan
Kemampuan Analisis Peserta Didik Kelas VIII (Tesis). Tujuan penelitian ini
adalah: (1) mendapatkan hasil perangkat pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan model PBL berbasis ICT yang valid; (2) mengetahui
kepraktisan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model PBL
berbasis ICT; dan (3) mengetahui efektivitas pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan model PBL berbasis ICT untuk meningkatkan
kemampuan analisis peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan dengan menggunakan model pengembangan Thiagarajan yang
terdiri dari 4 tahap yaitu Define, Design, Develop dan Disseminate. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan meliputi RPP, Bahan Ajar Siswa, LKS, CD
interaktif Pembelajaran dan Lembar Penilaian Siswa (LPS). Penelitian
pengembangan ini dikatakan berhasil jika perangkat pembelajaran yang
hasil penelitian kevalidan perangkat pembelajaran adalah RPP (3.71), Bahan Ajar
(3.72), LKS (3.78), CDIP (3.82) dan LPS (3.53). Hasil pengembangan perangkat
pembelajaran ini berkategori valid. Kepraktisan pembelajaran dinilai dari
pengelolaan pembelajaran baik (3.48), keterlaksanaan pembelajaran baik (93.7%),
aktivitas guru dan peserta didik dalam kategori baik. Keefektifan pembelajaran
ditunjukkan dengan respon peserta didik sangat positif (92.2% ), respon guru
sangat positif (87.5%) dan hasil belajar peserta didik memenuhi batas ketuntasan
secara individual dengan nilai ≥ 65 ( 35 siswa) dan ketuntasan klasikal (87.5%).
Penelitian yang dilakukan Gendon Barus dan Sri Hastuti relevan karena
ditinjau dari segi pengembangan tema-tema bimbingan klasikal untuk membantu
peserta didik memenuhi tugas perkembangannya. Penelitian yang dilakukan
Solikhin relevan karena ditinjau dari model pengembangan perangkat
pembelajaran. Peneliti menjadikan dua penelitian tersebut sebagai acuan untuk
mengembangkan model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar untuk peserta didik
kelas V SD BOPKRI Demangan III.
2.2.Kerangka Berpikir
Penelitian berawal dari keprihatinan dosen penelitian kolaboratif terhadap
kebutuhan guru SD akan adanya model perangkat pembelajaran yang terintegrasi
ragam bimbingan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk
mengembangkan model perangkat pembelajaran terintegrasi dengan ragam
bimbingan. Pengintegrasian layanan bimbingan dalam proses pembelajaran dapat
baik pribadi, sosial, b
dalam mata pelajaran
mata pelajaran di SD
Kewarganegaraan dap
esensi antara bimbin
berfokus pada model
terintegrasi ragam bim
kebutuhan guru dan p
Berdasarkan g
sebagai pengajar sek
mencapai tugas perke
model perangkat
Pengintegrasian mate
bimbingan pada mo
Kompetensi Dasar (
dirumuskan indikator
bimbingan sesuai has
M Pe
te
l, belajar, maupun karier melalui nilai-nilai y
ran. Oleh karena itu, bimbingan dapat diinteg
SD salah satunya Pendidikan Kewarganegara
dapat diintegrasikan dengan bimbingan karena
bingan dan pendidikan saling berhubungan.
el perangkat pembelajaran Pendidikan Kewar
bimbingan pribadi dan belajar sebagai sarana u
peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan
Gambar 2.1.
Keterkaitan Kebutuhan Guru dan Peserta Didik
n gambar 2.1 kebutuhan guru agar dapat menja
sekaligus pembimbing serta kebutuhan peser
rkembangannya secara optimal dapat terpenuhi
pembelajaran yang terintegrasi ragam
ateri pelajaran Pendidikan Kewarganegaran
model pembelajaran tersebut diawali denga
(KD) sesuai kurikulum. Berdasarkan KD
tor materi yang kemudian akan diintegtasikan d
asil Alat Ungkap kebutuhan (AUK) sehingga
Kebutuhan
tegrasikan dengan
araan. Pendidikan
ena pada dasarnya
an. Penelitian ini
arganegaran yang
a untuk memenuhi
an III.
jalankan tugasnya
serta didik untuk
uhi dengan adanya
gam bimbingan.
an dengan esensi
ngan menetapkan
D tersebut dapat
n dengan indikator
pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam model perangkat
pembelajaran pada penelitian ini diperoleh melalui penggabungan indikator materi
pelajaran Pendidikan Kewarganegaran pokok bahasan “Keputusan bersama”
dengan indikator bimbingan pribadi khususnya ketelitian dan bimbingan belajar
khususnya ketekunan. Pada proses perumusan tujuan pembelajaran juga perlu
memperhatikan tugas perkembangan yang hendak dicapai serta kegiatan
pembelajaran yang mendukung pencapaian tujuan.
Model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran terintegrasi
ragam bimbingan pribadi dapat membantu peserta didik memahami materi
Pendidikan Kewarganegaran tentang cara menerima hasil keputusan bersama
sekaligus membantu mencapai tugas perkembangan pribadi. Model perangkat
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran terintegrasi ragam bimbingan belajar
dapat membantu peserta didik memahami materi Pendidikan Kewarganegaran
tentang bentuk-bentuk keputusan bersama sekaligus membantu mencapai tugas
perkembangan belajar. Melalui model perangkat pembelajaran dalam penelitian
ini diharapkan permasalahan yang dihadapi peserta didik kelas V SD BOPKRI
Demangan III teratasi sehingga dapat teliti dan tekun saat mengikuti pelajaran
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini mengemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan metode
penelitian meliputi: (1) jenis penelitian, (2) desain pengembangan, (3) prosedur
pengembangan, (4) subyek penelitian, (5) jenis data, (6) instrumen pengumpulan
data, dan (7) teknik analisis data.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research
and Development). Sugiyono (2010) menjelaskan penelitian dan pengembangan
atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development (R&D) adalah “metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut” (hlm. 407). Sukmadinata (2008) menjabarkan
penelitian dan pengembangan adalah “suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggung jawabkan” (hlm. 164). Penelitian dan pengembangan
Research and Development (R&D) menurut Trianto (2010) juga dapat diartikan
sebagai “penelitian untuk mengembangkan atau menyempurnakan produk yang
dapat berupa perangkat keras seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di
kelas atau perangkat lunak seperti program komputer, model pembelajaran, dan
lain-lain” (hlm. 206).
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Research and Development (R&D) merupakan suatu jenis penelitian yang
pengembangan dalam penelitian ini yang termasuk dalam model prosedural.
Menurut Setyosari (2010) model prosedural maksudnya adalah “model yang
menggambarkan proses dari awal sampai akhir yang harus diikuti untuk
menghasilkan suatu produk tertentu” (hlm. 200). Penelitian kali ini menggunakan
model prosedural milik Dick dan Carey.
3.2. Desain Pengembangan
Sanjaya (2008) menjelaskan desain pengembangan merupakan
serangkaian proses yang disengaja tentang suatu pemikiran, perencanaan, dan
penyeleksian bagian-bagian, teknik, dan prosedur yang mengatur suatu tujuan atau
usaha yang hendak dikembangkan. Pengembangan dalam penelitian ini mencakup
dua hal yaitu: (1) mengembangkan model perangkat pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi khususnya
dalam hal ketelitian dan (2) mengembangkan model perangkat pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan ragam bimbingan belajar
khususnya dalam hal ketekunan. Indikator ketelitian yang akan dikembangkan
adalah memperhatikan petunjuk, berhati-hati melakukan sesuatu, bertanggung
jawab, berpikir kritis, berkonsentrasi, dan menyadari apa yang dipelajari penting
untuk kehidupannya. Indikator ketekunan yang akan dikembangkan adalah
mengingat materi pelajaran,tidak mudah putus asa, mengulang pelajaran,
membuat ringkasan, berkonsentrasi, dan tepat waktu.
Pengembangan pada penelitian ini menghasilkan model perangkat
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berisi konsep rancangan