• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model pengembangan perangkat pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar untuk peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Model pengembangan perangkat pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar untuk peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

i

MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERINTEGRASI DENGAN RAGAM BIMBINGAN PRIBADI DAN BELAJAR UNTUK PESERTA

DIDIK KELAS V SD BOPKRI DEMANGAN III YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : Margareta Novida Siburian

NIM: 081134028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

“Ya Bapaku, jikalau Engkau berkenan,

ambilah cawan ini dari hadapanku,

tetapi janganlah menurut kehendakku,

melainkan kehendakMu yang terjadi”

(Matius 26:39)

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Secara khusus skripsi ini dipersembahkan kepada:

Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu mendampingiku disaat suka

dan duka.

Kakek dan Alm. Nenek yang terkasih.

Orang tua: Bapak Sahat Siburian dan Ibu Yohana Prihardani Sumiwi.

Keluarga besar di Yogyakarta yang selalu memberikan doa, semangat, dan

bantuan.

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Siburian, Margareta Novida. (2012). Model Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk Peserta Didik Kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang berawal dari keprihatinan dosen terhadap kebutuhan guru SD akan perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi ragam bimbingan. Peneliti tertarik membantu guru SD agar memiliki model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar yang meliputi konsep rancangan pembelajaran, silabus, RPP, dan materi ajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D) yang mengadaptasi model Dick and Carey dengan beberapa modifikasi dari peneliti. Subjek penelitian ini adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan dan peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta semester genap. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Juli 2012. Kelayakan produk diperoleh berdasarkan hasil penilaian dari ahli bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan, ahli Bimbingan dan Konseling (BK), dan ahli pengembangan perangkat pembelajaran dengan mengacu pada Penilaian Acuan Patokan 1.

Hasil rekapitulasi penelitian menunjukan model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi memperoleh persentase 87.2% termasuk dalam kategori layak. Model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi dengan ragam bimbingan belajar memperoleh persentase 90.7% termasuk dalam kategori sangat layak. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar layak digunakan di kelas V SD BOPKRI Demangan III semester genap. Melalui model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi ragam bimbingan pribadi dan belajar diharapkan peserta didik dapat teliti dan tekun saat mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

(9)

ix ABSTRACT

Siburian, Margareta Novida. 2012. The Development Model of Learning Sets of

Civics Education Integrated with Varied Personal and Learning Guidance for the Grade V Students of BOPKRI Demangan III Elementary School Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education

Study Program Sanata Dharma University.

This research is collaborative research that was started from lecturer concern for the needs of elementary teachers to provide Civics Education learning sets integrated with varied guidance. The researcher was interested in helping teachers to provide model of learning sets of Civics Education integrated with varied personal and learning guidance that consisted of learning concept, syllabus, lesson plan, and learning materials. This research was aimed to find out the suitability of that model.

The method used was research and development (R&D) Dick & Carey model was used with modification made by the researcher. The subjects of this research were Civics Education teachers and the students of class V BOPKRI Demangan III Elementary School Yogyakarta in even semester. This research was conducted from January until July 2012. The suitability of the product was found out based on the evaluation results of Civics Education experts, Guidance and Counseling experts, and learning sets development experts based on Patokan

Acuan Penilaian I.

The recapitulation results showed the model of learning sets of Civics Education integrated with varied personal guidance gained 87.2% in the category of suitable. The model of learning sets of Civics Education integrated with varied learning guidance gained 90.7% in the category of very suitable. Based on these results, it can be concluded that the model of learning sets of Civics Education integrated with varied personal and learning guidance was acceptable to be used in class V BOPKRI Demangan III Elementary School in even semester. Through the model of learning sets of Civics Education integrated with varied personal and learning guidance it was expected that students would thoroughly and diligently learn Civics Education.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum., dosen pembimbing I, yang telah

memberikan bimbingan dan dorongan selama peneliti menyusun skripsi ini.

4. Ibu AG. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A., dosen pembimbing II, yang telah

memberikan bantuan, saran, kritik, serta motivasi.

5. Bapak Rusmawan, S.Pd., M.Pd., yang telah menjadi dosen penguji ketiga.

6. Ibu Jajuk Triningsih, S.Th., Kepala Sekolah Dasar BOPKRI Demangan III,

Yogyakarta.

7. Ibu Mustari Admini, S.PAK., wali kelas V SD BOPKRI Demangan III

Yogyakarta yang telah memberikan waktu, bantuan, dan informasi yang

bermanfaat bagi peneliti.

8. Ibu Yulia Sri Rejeki, guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas

V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta yang telah memberikan waktu,

bantuan, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

9. Peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Spesifikasi Produk ... 5

1.5.Definisi Operasional... 5

(13)

xiii

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori ... 8

2.1.1.Perangkat Pembelajaran ... 8

2.1.1.1. Silabus ... 9

2.1.1.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 10

2.1.1.3. Materi Ajar ... 11

2.1.2.Bimbingan dalam Konteks Pendidikan ... 12

2.1.2.1. Pengertian Bimbingan ... 12

2.1.2.2. Tujuan Bimbingan ... 13

2.1.2.3. Landasan Bimbingan di Sekolah Dasar ... 14

2.1.2.4. Ragam Bimbingan ... 14

2.1.2.5. Bimbingan Klasikal ... 21

2.1.3. Tugas Perkembangan, Ciri-ciri, dan Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun ... 21

2.1.3.1. Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun ... 21

2.1.3.2. Ciri-ciri Peserta Didik Usia 9-12 Tahun ... 22

2.1.3.3. Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun... 23

2.1.4.Peran Guru SD ... 24

2.1.5.Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 25

2.1.5.1. Pengertian ... 25

2.1.5.2. Tujuan ... 26

2.1.5.3. Ruang Lingkup ... 28

2.2. Kajian Penelitian yang Relevan ... 29

2.3. Kerangka Berpikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Desain Pengembangan ... 35

3.3. Prosedur Pengembangan ... 36

(14)

xiv

3.5. Jenis Data ... 41

3.6. Instrumen Pengumpulan Data ... 42

3.7. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 49

4.1.1.Wawancara ... 49

4.1.2.Observasi ... 51

4.1.3.Alat Ungkap Kebutuhan (AUK) ... 52

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

4.2.1.Penilaian Ahli terhadap Model Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi ... 57

4.2.2.Penilaian Ahli terhadap Model Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terintegrasi Ragam Bimbingan Belajar ... 62

4.2.3. Kelayakan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 69

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 69

5.3. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V SD Semester 2 ... 28

Tabel 3.1. Pedoman Wawancara ... 42

Tabel 3.2. Pedoman Observasi ... 43

Tabel 3.3. Alat Ungkap Kebutuhan ... 44

Tabel 3.4. Pedoman Penilaian Ahli Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan ... 45

Tabel 3.5. Pedoman Penilaian Ahli Bimbingan Konseling ... 46

Tabel 3.6. Pedoman Penilaian Ahli Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 46

Tabel 3.7. Kriteria Revisi Model Perangkat Pembelajaran ... 48

Tabel 3.8. Kriteria Penilaian Acuan Patokan Tipe I (PAP I) ... 48

Tabel 4.1. Hasil Wawancara dengan Wali Kelas V ... 50

Tabel 4.2. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 51

Tabel 4.3. Hasil Alat Ungkap Kebutuhan ... 53

Tabel 4.4. Deskripsi Ahli ... 56

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Penilaian Pertama (P1) Model Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi ... 61

(16)

xvi

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Penilaian Pertama (P1) Model

Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Terintegrasi Ragam Bimbingan Belajar ... 64

Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kedua (P2) Model

Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Keterkaitan Kebutuhan Guru dan Peserta

Didik ... 32

Gambar 3.1. Langkah-langkah Model Dick and Carey ... 36

Gambar 3.2. Modifikasi Langkah-langkah Model Dick and Carey ... 38

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 74

Lampiran 2. Hasil Alat Ungkap Kebutuhan (AUK) ... 75-76

Lampiran 3. Rekapitulasi AUK ... 77-78

Lampiran 4. Hasil Penilaian oleh Ahli Bidang Studi

Pendidikan Kewarganegaraan ... 79-80

Lampiran 5. Hasil Penilaian oleh Ahli Bimbingan Konseling ... 81-82

Lampiran 6. Hasil Penilaian oleh Ahli Pengembangan Perangkat

Pembelajaran ... 83

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 84

Lampiran 8. Model Perangkat Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Terintegrasi Ragam

Bimbingan Pribadi ... 85-116

Lampiran 9. Model Perangkat Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Terintegrasi Ragam

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif di mana peneliti

merupakan salah satu anggota penelitian. Hal yang menjadi dasar

diadakannya penelitian ini adalah keprihatinan dosen terhadap kebutuhan

guru SD akan adanya model perangkat pembelajaran yang terintegrasi ragam

bimbingan dalam rangka membantu peserta didik mencapai tugas

perkembangannya secara optimal. Keprihatinan yang dirasakan dosen

penelitian kolaboratif juga didukung dengan adanya Surat Keputusan Menpan

No.83 tahun 1993 yang menyatakan tugas guru selain mengajar diharapkan

dapat memberikan bimbingan kepada peserta didiknya (Furqon, 2005: 23).

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk menindaklanjuti

keprihatinan yang dirasakan dosen dengan mengembangkan model perangkat

pembelajaran terintegrasi ragam bimbingan sesuai kebutuhan guru dan

peserta didik di salah satu sekolah mitra yaitu SD BOPKRI Demangan III

Yogyakarta. Pengintegrasian layanan bimbingan dalam proses pembelajaran

dapat dilakukan secara kelompok atau klasikal. Oleh karena itu, peneliti

melakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan penyebaran

alat ungkap kebutuhan (AUK) sebagai sarana memperoleh informasi

mengenai kebutuhan guru dan peserta didik.

Hasil wawancara dengan wali kelas V menunjukkan di SD BOPKRI

(20)

perilaku yang menghambat perkembangan peserta didik belum dapat

ditangani secara optimal. Perilaku yang menghambat perkembangan peserta

didik itu misalnya tidak mengerjakan PR, ramai di kelas, tidak mau mencatat

materi pelajaran, mudah mengeluh saat diberi tugas, dan tidak teliti saat

mengerjakan tugas. Perilaku tersebut sering muncul salah satunya pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Wali kelas V menyatakan guru mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan belum pernah menyusun perangkat pembelajaran yang

terintegrasi dengan ragam bimbingan, perangkat pembelajaran yang selama

ini digunakan guru-guru SD BOPKRI Demangan III tidak terintegrasi dengan

bimbingan. Oleh karena itu diharapkan ada model perangkat pembelajaran

(khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan) yang

terintegrasi dengan ragam bimbingan. Peneliti selanjutnya melakukan

observasi untuk mencocokan hasil wawancara dengan kondisi nyata di kelas

V saat proses belajar mengajar berlangsung.

Hasil observasi pada saat kegiatan belajar mengajar mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung menunjukkan ada 13 peserta didik

tidak mencatat materi pelajaran yang dijelaskan guru serta ada 11 peserta

didik peserta didik tidak teliti mengerjakan tugas. Data tersebut merupakan

perilaku yang menghambat tugas perkembangan peserta didik yang paling

banyak terlihat selama peneliti melakukan observasi. Peneliti selanjutnya juga

menyebarkan kuisoner Alat Ungkap Kebutuhan (AUK) untuk memperkuat

(21)

AUK bertujuan untuk mengetahui layanan bimbingan apa yang

dibutuhkan peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hasil AUK menunjukkan peserta

didik kelas V SD BOPKRI Demangan III membutuhkan bimbingan pribadi

khususnya dalam hal ketelitian dan bimbingan belajar khususnya dalam hal

ketekunan. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan AUK semakin

memperjelas bahwa guru Pendidikan Kewarganegaraan SD BOPKRI

Demangan III memerlukan model perangkat pembelajaran yang terintegrasi

dengan ragam bimbingan pribadi khususnya dalam hal ketelitian dan

bimbingan belajar khususnya dalam hal ketekunan.

Widyastuti dan Indratno (2008) menyatakan Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang berfokus pada

pembentukan warga negara Indonesia supaya dapat melaksanakan hak dan

kewajibannya dari segi: usia, bahasa, budaya, agama dan suku bangsa,

mempunyai sikap cerdas, terampil, serta berkarakter sebagaimana

diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945. Jadi, Pendidikan

Kewarganegaraan membantu peserta didik mengembangkan dirinya sehingga

mampu bertindak cerdas, bertanggung jawab, terampil, dan mencintai tanah

air atau dengan kata lain Pendidikan Kewarganegaraan membantu tugas

perkembangan pribadi dan belajar peserta didik. Pendidikan

Kewarganegaraan dapat diintegrasikan dengan bimbingan karena pada

dasarnya esensi antara bimbingan dan pendidikan saling berhubungan.

UU No. 20 Tahun 2003, PP No. 9 Tahun 2005, dan Permendiknas No.

(22)

sistem pendidikan sekolah (seperti dikutip dalam Barus, 2011, hlm. 1).

Sukmadinata (2009) menyatakan “pendidikan dapat diberikan melalui

bimbingan, pengajaran, dan pelatihan” (hlm. 8). Sukmadinata (2009)

menegaskan bimbingan merupakan tindakan pendidikan yang berfokus pada

pengembangan domain afektif, seperti pengembangan nilai dan sikap, hal

tersebut juga merupakan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan.

Berdasarkan penjabaran di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

pengembangan atau Research and Development yang berjudul “Model

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk Peserta

Didik Kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta”.

1.2.Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas melalui penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

1) Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan bimbingan pribadi untuk

peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta?

2) Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan bimbingan belajar untuk

(23)

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan bimbingan pribadi untuk

peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta.

2) Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan bimbingan belajar untuk

peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta.

1.4.Spesifikasi Produk

Hasil akhir yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa:

1) Model Perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi

dengan ragam bimbingan pribadi, yang terdiri dari: Konsep Rancangan

Pembelajaran, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan

Materi Ajar.

2) Model Perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi

dengan ragam bimbingan belajar, yang terdiri dari: Konsep Rancangan

Pembelajaran, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan

Materi Ajar.

1.5.Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan pertanyaan atau salah tafsir mengenai istilah yang

(24)

1) Perangkat pembelajaran adalah seperangkat alat mengajar yang

digunakan untuk memfasilitasi proses belajar agar dapat terkendali dan

efektif.

2) Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang disusun untuk

membentuk karakter warga Negara Indonesia agar dapat memahami dan

melaksanakan hak dan kewajiban, mencintai tanah air, serta mewujudkan

nilai-nilai Pancasila dalam berperilaku.

3) Bimbingan pribadi adalah bimbingan untuk membantu peserta didik

mengatasi masalah yang berhubungan dengan keadaan batinnya, supaya

dapat lebih bertanggung jawab, percaya diri, teliti, mandiri dan tertib.

4) Bimbingan belajar adalah bimbingan yang membantu mengatasi

permasalahan belajar peserta didik, sehingga dapat mengetahui cara

belajar yang benar, tekun belajar, dan tepat waktu mengerjakan tugas.

5) Model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi

ragam bimbingan pribadi adalah seperangkat alat mengajar meliputi

Konsep Rancangan Pembelajaran, Silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan Materi Ajar yang di dalamnya terdapat

pengintegrasian Pendidikan Kewarganegaraan dan bimbingan pribadi.

6) Model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terintegrasi

ragam bimbingan belajar adalah seperangkat alat mengajar meliputi

Konsep Rancangan Pembelajaran, Silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan Materi Ajar yang di dalamnya terdapat

(25)

1.6.Kontribusi Penelitian

Penelitian ini memiliki kontribusi bagi beberapa pihak sebagai berikut:

1) Bagi Guru

Guru SD dapat memiliki model perangkat pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang mengandung ragam bimbingan dalam rangka

membantu tugas perkembangan peserta didik.

2) Bagi Peserta Didik

Melalui penelitian ini, peserta didik diharapkan menjadi tertarik

mempelajari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sekaligus

dapat terbantu dalam menjalankan tugas perkembangannya.

3) Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti memperoleh pengalaman menyusun

model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang

mengandung ragam bimbingan dalam rangka membantu tugas

perkembangan peserta didik. Peneliti sebagai calon guru SD juga

menjadi sadar bahwa tugas seorang guru adalah mengajar sekaligus

memberikan bimbingan kepada peserta didik.

4) Bagi Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma

Melalui penelitian ini, dapat mempererat jalinan kerjasama antara

Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma dengan guru di sekolah

mitra sekaligus sebagai sumbangan pemikiran yang berkaitan dengan

penelitian pengembangan model perangkat pembelajaran yang dapat

(26)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membahas beberapa hal tentang landasan teori yang akan

dipergunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) kajian teori, (2) hasil penelitian

yang relevan dan (3) kerangka berpikir.

2.1.Kajian Teori

2.1.1. Perangkat Pembelajaran

Menurut Winkel perangkat pembelajaran adalah seperangkat tindakan

yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik (seperti dikutip

dalam Siregar dan Nara, 2010, hlm. 12). Perangkat pembelajaran merupakan

serangkaian usaha yang dilakukan secara sengaja dan terarah sebelum proses

pelaksanaan kegiatan belajar agar pelaksanaan kegiatan belajar terkendali (Siregar

dan Nara, 2010: 13). Peneliti menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran

adalah rancangan yang dibuat sebelum proses pembelajaran untuk mendukung

kegiatan belajar mengajar (KBM).

Menurut Ibrahim perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam

mengelola proses belajar mengajar berupa: Silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes

Hasil Belajar (THB), Media Pembelajaran, serta Materi Ajar (seperti dikutip

dalam Trianto, 2009, hlm. 201). Penelitian ini berfokus pada pengembangan

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan mater ajar yang terintegrasi

dengan ragam bimbingan. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan waktu dan

pengetahuan yang dimiliki peneliti untuk mengembangkan perangkat

(27)

2.1.1.1. Silabus

Menurut Yulaelawati silabus merupakan seperangkat rencana serta

pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara

sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai

penguasaan kompetensi dasar (seperti dikutip dalam Majid, 2008: hlm. 39). Majid

(2008) menyatakan unsur-unsur dalam silabus meliputi: (1) tujuan mata pelajaran

yang akan diajarkan, (2) keterampilan yang diperlukan agar peserta didik dapat

menguasai mata pelajaran tersebut dengan baik, (3) aktivitas dan sumber-sumber

belajar pendukung keberhasilan pengajaran, dan (4) berbagai teknik evaluasi yang

digunakan.

Pengembangan sebuah silabus didasarkan pada prinsip (1) sistematis,

artinya komponen-komponen dalam silabus saling berhubungan secara fungsional

dalam mencapai kompetensi, (2) konsisten, artinya ada hubungan yang ajek antara

kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,

dan penilaian, dan (3) memadai, artinya cakupan indikator, materi pokok,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan penilaian cukup untuk menunjang

pencapaian kompetensi dasar (Majid, 2008: 40).

Pengembangan silabus menurut Majid (2008) meliputi langkah-langkah

berikut: (1) penulisan identitas mata pelajaran, (2) penentuan standar kompetensi,

(3) penentuan kompetensi dasar, (4) penentuan materi pokok, (5) penentuan

pengalaman belajar peserta didik, (6) penjabaran kompetensi dasar menjadi

indikator, (7) penjabaran indikator ke dalam instrumen penilaian, (8) penentuan

(28)

2.1.1.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu panduan langkah-langkah

yang akan dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam

skenario kegiatan. Skenario kegiatan pembelajaran dikembangkan dari rumusan

tujuan pembelajaran yang mengacu dari indikator untuk mencapai hasil belajar

sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Trianto (2009) menyatakan

Komponen-komponen penting yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi:

“Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian hasil

belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan,

langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi” (hlm. 214).

Kegiatan pembelajaran yang ada dalam RPP meliputi kegiatan awal,

kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Menurut Rusman (2010) kegiatan inti dalam

RPP menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik

dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi. Eksplorasi merupakan kegiatan untuk memperoleh

pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru. Elaborasi adalah penggarapan secara

tekun dan cermat, sedangkan yang dimaksud dengan konfirmasi adalah

pembenaran, penegasan, dan pengesahan.

Sebuah RPP dikatakan baik bila telah memenuhi unsur-unsur sebagai

berikut: (1) Komponen lengkap dan logis urutannya. (2) Pemilihan materi ajar

sesuai dengan KD, Indikator, dan Tujuan. (3) Media dan sumber belajar sesuai

dengan indikator yang akan dicapai. (4) Langkah-langkah pembelajaran meliputi

kegiatan awal, inti, dan akhir. (5) Langkah-langkah pembelajaran menekankan

(29)

mencerminkan model atau metode yang digunakan. (7) Terdapat alokasi waktu

pada setiap tahap. (8) Penilaian sesuai dengan indikator yang akan dicapai

(Pedoman Pengajaran Mikro, 2008: 46).

2.1.1.3. Materi Ajar

Menurut Sanjaya (2008) materi ajar adalah “segala sesuatu yang menjadi

isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar

dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan

pendidikan tertentu” (hlm. 140). Menurut Sanjaya (2008) dalam materi ajar berisi

tentang:

1. Tujuan yang harus dicapai. Biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku

spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur.

2. Fakta, konsep, dan prosedur.

3. Kegiatan belajar, berisi tentang penjabaran materi yang harus dipelajari

oleh peserta didik.

4. Rangkuman materi yakni garis-garis besar materi pelajaran secara urut.

5. Tugas dan latihan harus meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Perangkat pembelajaran yang baik diharapkan tidak hanya

mengembangkan aspek pengetahuan. Perangkat pembelajaran yang digunakan

guru diharapkan dapat membuat peserta didik berkembang secara optimal dalam

hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Oleh karena itu diperlukan peran

(30)

2.1.2. Bimbingan dalam Konteks Pendidikan 2.1.2.1.Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan proses belajar untuk menyelesaikan masalah dan

berkembang secara optimal (Furqon, 2005: 4). Sukmadinata (2009) menyatakan

bimbingan adalah “suatu upaya atau program untuk membantu mengoptimalkan

perkembangan peserta didik” (hlm. 233). Strang menyatakan implikasi kegiatan

layanan bimbingan berfokus pada upaya membantu individu belajar

menyelesaikan masalah, yaitu membuat keputusan penting atas dasar pemahaman

terhadap diri sendiri dan lingkungan ( seperti dikutip dalam Furqon, 2005, hlm. 4).

Natawidjaja menyatakan bimbingan adalah “proses pemberian bantuan kepada

individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat

memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat

bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,

keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya” (seperti yang dikutip dalam

Yusuf dan Nurihsan, 2010, hlm. 6). Prayitno dan Amti (2004) menyimpulkan

bimbingan merupakan proses pemberian bantuan agar dapat mengembangkan

kemampuan diri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada

berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan yang telah dijabarkan oleh

para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang

diberikan kepada seseorang agar ia mampu memahami dirinya sendiri sehingga

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, menyelesaikan masalah dengan

bijaksana, semakin bertanggung jawab atas dirinya serta dapat mencapai

(31)

lepas dengan tujuan bimbingan, karena pada dasarnya layanan bimbingan

diberikan dengan tujuan memenuhi kebutuhan individu.

2.1.2.2. Tujuan Bimbingan

Secara umum tujuan pemberian layanan bimbingan menurut Yusuf dan

Nurihsan (2010) adalah agar individu dapat:

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta

kehidupannya di masa yang akan datang.

2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya

seoptimal mungkin.

3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

masyarakat, serta lingkungan kerjanya.

4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,

penyesuaian sosial dengan lingkungan pendidikan, masyarakat,

maupun lingkungan kerja.

Depdikbud memaparkan tujuan bimbingan di sekolah dasar adalah

membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang

meliputi aspek pribadi sosial, dan belajar sesuai tuntutan lingkungan (seperti

dikutip dalam Furqon, 2005, hlm. 20). Pemberian layanan bimbingan di sekolah

dasar merupakan hal yang sangat penting karena pada usia sekolah dasar

masalah-masalah yang dapat menghambat peserta didik untuk berkembang secara optimal

mulai bermunculan. Pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar juga telah ditetapkan

oleh pemerintah karena telah ada landasan hukumnya, maka pelaksanaan

(32)

2.1.2.3.Landasan Bimbingan di Sekolah Dasar

UUSPN dan PP Nomor 28 Tahun 1990 menyatakan bahwa pada jenjang

pendidikan dasar, pendidikan memiliki tujuan untuk memberikan bekal bagi

peserta didik dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan

peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (seperti dikutip dalam

Furqon, 2005, hlm. 49). Optimalisasi perkembangan peserta didik usia SD dapat

dicapai dengan memadukan proses pembelajaran dan layanan bimbingan.

Barus (2011) menegaskan posisi bimbingan di SD diperkuat dengan

ditetapkannya UU No.20 Tahun 2003, PP No.19 Tahun 2005, dan Permendiknas

No.22 Tahun 2006 yang menyatakan pelayanan Bimbingan Konseling (BK)

sebagai bagian yang terintegrasi dalam sistem pendidikan di sekolah. Surat

Keputusan Menpan No.83 tahun 1993 juga menegaskan bahwa selain tugas utama

guru SD mengajar, guru diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada peserta

didik (Furqon, 2005: 23). Berikut ini akan dijabarkan ragam bimbingan yang

dapat diberikan pada peserta didik.

2.1.2.4. Ragam Bimbingan

Winkel dan Sri (2002) menyatakan “istilah ragam bimbingan menunjuk

pada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan yang menjadi fokus

perhatian dalam layanan bimbingan” (hlm. 113). Ada beberapa ragam bimbingan

yaitu sebagai berikut.

1. Bimbingan pribadi

Bimbingan pribadi menurut Tohirin (2007) merupakan

(33)

pribadi” (hlm. 125). Winkel (2002) menyatakan bimbingan pribadi

juga bisa dimaknai sebagai kegiatan untuk membantu seseorang

dalam memahami keadaan batinnya sendiri, membantu mengatasi

pergumulan batin, mengatur diri di bidang kerohanian, perawatan

jasmani, dan pengisian waktu luang.

Surya dan Winkel menyatakan aspek-aspek persoalan

individu yang membutuhkan layanan bimbingan pribadi salah

satunya adalah kemampuan memahami dirinya sendiri (keadaan

batinnya), seperti kurang percaya diri, kurang memiliki inisiatif,

kurang bertanggung jawab, tidak teliti, tidak bersemangat, perilaku

yang tidak sesuai norma dan menunjukkan perilaku agresif (seperti

dikutip dalam Tohirin, 2007, hlm. 124). Bimbingan pribadi perlu

diupayakan bagi peserta didik yang mengalami permasalahan

pribadi, karena keadaan batin akan mempengaruhi sikap dan

perilaku seseorang.

Brown dan Trusty dalam Barus (2011) menyatakan bahwa

layanan bimbingan pribadi membantu peserta didik mencapai tugas

perkembangan pribadi sebagai berikut.

a. Mengembangkan konsep diri dengan berbagai kompetensi yang

meliputi mengembangkan rasa percaya diri, berani tampil, dan

berlatih mengungkapkan gagasan sendiri.

b. Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

(34)

2) Berlatih mengambil keputusan.

3) Mengembangkan kebiasaan pola hidup sehat dan efektif.

c. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan nilai-nilai sebagai

pedoman berperilaku:

1) Membiasakan bersikap dan berperilaku jujur, teliti, santun,

rendah hati, dan mentaati norma-norma.

2) Memahami dan mampu mengenali perilaku baik dan buruk,

perbuatan salah dan benar.

3) Berlatih mengembangkan perilaku bertanggung jawab dan

konsekuen.

4) Berlatih mengatur mengelola keperluan diri sendiri,

perawatan diri dan kegiatan pribadi.

2. Bimbingan sosial

Masalah yang dihadapi masing-masing peserta didik ada

yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat sosial. Menurut

Djumhur dan Surya bimbingan sosial merupakan kegiatan untuk

membantu peserta didik memecahkan dan mengatasi masalah

sosial, sehingga mampu menyesuaikan diri secara baik dan wajar

dalam lingkungan sosialnya (seperti dikutip dalam Tohirin , 2007,

hlm. 127). Berdasarkan pengertian tersebut, Tohirin (2007)

memberi penguatan bahwa dengan pemberian layanan bimbingan

sosial diharapkan individu mampu melakukan interaksi sosial

(35)

Bimbingan sosial sering dikaitkan dengan ragam bimbingan

pribadi karena keduanya saling berkaitan. Furqon (2005)

menyatakan bimbingan pribadi-sosial memuat layanan bimbingan

yang meliputi: (a) pemahaman terhadap diri sendiri,

(b) mengembangkan sikap positif, (c) membuat pilihan kegiatan

secara sehat dan bijaksana, (d) mengembangkan kemampuan

menghargai orang lain, (e) mengembangkan rasa tanggung jawab,

(f) mengembangkan keterampilan bersosialisasi, (g) keterampilan

menyelesaikan masalah, dan (h) membuat keputusan secara baik.

Brown dan Trusty dalam Barus (2011) menyatakan bahwa

layanan bimbingan sosial membantu peserta didik mencapai tugas

perkembangan sosial sebagai berikut.

a. Belajar membangun hubungan dengan teman sebaya, yang

meliputi: keterampilan berkomunikasi, keterampilan bergaul,

dan keterampilan bekerja sama.

b. Mengembangkan toleransi terhadap sesama dan sikap-sikap

positif terhadap kelompok seperti: kesadaran terhadap

perbedaan (pendapat, budaya, suku, ras, agama) dan

kemampuan untuk menghargai perbedaan tersebut.

c. Mengembangkan perilaku sesuai peran jenis dengan

memperlajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan

(36)

3. Bimbingan belajar atau akademik

Menurut Suryono dan Heryono (2011) belajar adalah “proses

untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,

memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian

peserta didik” (hlm. 9). Winkel menyatakan bimbingan akademik

atau belajar adalah bantuan dalam hal menemukan cara belajar

yang tepat dan mengatasi kesukaran atau permasalahan yang timbul

berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi

pendidikan (seperti dikutip dalam Tohirin, 2007, hlm. 130). Tohirin

(2007) menjelaskan bahwa peserta didik dapat mengalami

permasalahan belajar yang memerlukan bimbingan belajar yaitu

motivasi belajar rendah, minat belajar rendah, kesulitan

berkonsentrasi saat belajar, sikap belajar yang tidak terarah dan

prestasi belajar yang rendah.

Tujuan layanan bimbingan belajar dalam aspek pendidikan

adalah membantu siswa agar dapat melaksanakan cara-cara belajar

yang benar (Furqon, 2005: 51). Slameto (2010) mengungkapkan

bahwa belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu

pembuatan jadwal, membaca dan membuat catatan, mengulang

bahan pelajaran, konsentrasi, dan mengerjakan tugas. Peserta didik

yang mempunyai kebiasaan cara belajar yang benar menandakan

bahwa ia tekun dalam belajar sehingga dapat berkonsentrasi, tidak

mudah putus asa saat belajar, memiliki kebiasaan membuat

(37)

terhadap materi pelajaran yang sudah dipelajari, serta tepat waktu

dalam mengerjakan tugas.

Pelaksanaan layanan bimbingan belajar kepada peserta

didik yang mempunyai masalah belajar secara tidak langsung juga

akan membantu peserta didik memenuhi tugas perkembangan

belajarnya. Beberapa tugas perkembangan belajar menurut Brown

dan Trusty dalam Barus (2011) adalah sebagai berikut.

(a) Mempunyai kemampuan membaca, menulis, berhitung sesuai

dengan tuntutan kurikulum. (b) Mempunyai keterampilan

mendengarkan. (c) Mempunyai keterampilan mengikuti petunjuk

atau instruksi. (d) Mempunyai keterampilan mengorganisasi

aktivitas belajar, tugas-tugas sekolah, dan kegiatan lainnya.

(e) Mempunyai keterampilan belajar yang efektif. (f) Mempunyai

keterampilan dalam menghadapi ulangan-ulangan atau tes.

4. Bimbingan karier

Tohirin (2007) menyatakan bimbingan karier adalah

“bimbingan untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia

pekerjaan, memilih lapangan pekerjaan atau jabatan atau profesi

tertentu serta sebagai bekal supaya siap memangku jabatan itu, dan

dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan lapangan pekerjaan yang

telah dimasuki” (hlm. 133-134). Bimbingan karier di sekolah

bertujuan agar peserta didik mampu memahami, merencanakan,

(38)

tertentu setelah mereka selesai dari pendidikan yang ditempuhnya

(Tohirin, 2007: 135).

Brown dan Trusty dalam Barus (2011) menyatakan bahwa

layanan bimbingan karier membantu peserta didik mencapai tugas

perkembangan yang berhubungan dengan karier yaitu pemahaman

tehadap kelebihan dan kelemahan, bakat, minat, kemampuan yang

dimiliki serta pengenalan terhadap berbagai macam pilihan karier.

Penelitian ini akan berfokus pada pembahasan bimbingan pribadi dan

belajar karena berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan penyebaran alat

ungkap kebutuhan (AUK) peserta didik mengalami masalah pada aspek pribadi

khususnya yang berhubungan dengan ketelitian dan aspek belajar khususnya yang

berhubungan dengan ketekunan. Prayitno (2009) memaparkan ciri-ciri peserta

didik yang mempunyai kepribadian teliti antara lain mempunyai sikap

bertanggung jawab, konsekuen dengan petunjuk yang ada, berhati-hati melakukan

sesuatu, berpikir kritis, berkonsentrasi, serta menyadari apa yang dipelajari

penting untuk kehidupannya sehingga mempunyai pendirian yang mantap.

Slameto (2010) menjabarkan peserta didik yang sikap tekun dalam belajar

mempunyai ciri-ciri perilaku dapat memusatkan perhatian, tidak mudah putus asa

untuk belajar, rajin membuat ringkasan pelajaran, mengulang pelajaran yang

sudah dipelajari, tidak mudah lupa terhadap materi pelajaran yang sudah

dipelajari, dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas. Berikut ini merupakan

penjelasan lebih lanjut mengenai cara pemberian layanan bimbingan yang telah di

(39)

2.1.2.5.Bimbingan Klasikal

Barus (2011) menerangkan kebutuhan perkembangan peserta didik

khususnya di sekolah dasar dapat terpenuhi salah satunya dengan cara layanan

bimbingan secara kelompok (klasikal). Prayitno dan Amti (2004) mengungkapkan

bimbingan kelompok dapat juga disebut bimbingan klasikal jika ditinjau dari

jumlah anggota kelompok termasuk dalam kelompok besar (26-40 orang) atau

dengan kata lain bisa mencakup seluruh peserta didik dalam satu kelas.

Bimbingan klasikal menunjuk pada usaha atau rencana untuk membantu

sekelompok peserta didik menghadapi masalah-masalah yang relatif sama agar

peserta didik dapat menjalankan tugas perkembangannya secara optimal

(Prayitno, 2004: 310). Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menekankan

pada model pengembangan perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

terintegrasi ragam bimbingan yang dapat diberikan secara klasikal terhadap

peserta didik kelas V yang mayoritas mengalami permasalahan yang sama yaitu

khususnya pada aspek pribadi dan belajar. Penyelenggaraan layanan ragam

bimbingan dalam konteks pendidikan dasar sangatlah penting. Oleh karena itu

guru SD harus mempunyai pemahaman yang baik mengenai tugas perkembangan

anak, ciri-ciri, serta permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul pada

rentang usia sekolah dasar.

2.1.3. Tugas Perkembangan, Ciri-ciri, dan Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun

2.1.3.1.Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun

Menurut Havighurst tugas perkembangan adalah tugas pada periode

(40)

kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, jika gagal

akan menyebabkan ketidakbahagiaan dan dapat menimbulkan penolakan dari

masyarakat, serta kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya (seperti dikutip

dalam Yusuf dan Sugandhi, 2011, hlm. 14). Terdapat tugas-tugas perkembangan

yang harus dicapai dalam setiap fase hidup manusia. Tugas-tugas perkembangan

menurut Havighurst dalam Hurlock (1990) yaitu: (1) mempelajari keterampilan

fisik, (2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagi makhluk

yang sedang tumbuh, (3) belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman

sebayanya, (4) mulai mengembangkan peran sosial sebagai wanita atau pria,

(5) mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan

sehari-hari, (6) mengembangkan kata hati, pengertian moral, dan tingkatan nilai,

(7) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan

lembaga-lembaga, serta (8) mencapai kebebasan pribadi.

2.1.3.2.Ciri-ciri Peserta Didik Usia 9-12 tahun

Karakteristik atau ciri-ciri peserta didik SD kelas rendah (kelas 1, 2, 3)

berbeda dengan peserta didik kelas atas (kelas 4, 5, 6). Izzaty (2008) menyebutkan

ciri khas peserta didik kelas atas sekolah dasar sebagai berikut.

1. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari

2. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.

3. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi

belajarnya di sekolah.

5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk

(41)

2.1.3.3.Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 tahun

Kowitz mengungkapkan masalah yang muncul di sekolah dasar pada

umumnya berhubungan dengan ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh peserta

didik itu sendiri (seperti dikutip dalam Furqon, 2005, hlm. 45). Secara rinci

Kowitz menjabarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi peserta didik usia

sekolah dasar antara lain sebagai berikut (seperti dikutip dalam Furqon, 2005,

hlm. 45-47)

1. Masalah pribadi

Permasalahan pribadi anak-anak usia SD terutama berkenaan

dengan kemampuan intelektual, kondisi fisik, kesehatan dan

kebiasaan-kebiasaannya. Munculnya gejala ketergantungan, kurang percaya diri,

kurang memiliki inisiatif, kurang bertanggung jawab, tidak teliti, tidak

bersemangat, perilaku yang tidak sesuai norma dan menunjukkan perilaku

agresif.

2. Masalah penyesuaian sosial

Anak belajar bukan hanya dari seorang guru, tetapi juga dari

teman-temannya, dan bukan hanya kemampuan kognitif yang ia pelajari

itu melainkan termasuk kemampuan sosial pun dipelajarinya.

Permasalahan penyesuaian sosial anak dapat terjadi dengan sesama teman

atau pun dengan guru. Permasalahan penyesuaian sosial dengan sesama

teman antara lain seperi iri hati, curiga, persaingan, perkelahian,

permusuhan, dan terbentuk gap. Permasalahan penyesuaian sosial dengan

(42)

didik takut berkomunikasi dengan guru sehingga menjadi tidak ada gairah

saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Masalah akademik

Masalah akademik dapat ditemui oleh hampir setiap peserta didik

dalam setiap mata pelajaran. Permasalahan akademis dapat berupa tidak

dikuasainya kemampuan atau materi yang ditergetkan sebagai tujuan

pengajaran hal ini dapat disebabkan karena kesalahan-kesalahan cara

mengajar guru, kesalahan dalam cara belajar, kurang motivasi belajar,

kurangnya fasilitas dan dukungan orang tua, tidak senang terhadap mata

pelajaran tertentu, tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas, serta tidak

tekun belajar.

Pemahaman yang baik tentang tugas perkembangan anak, ciri-ciri, serta

permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul pada rentang usia SD menjadi

bekal bagi seorang guru SD untuk membantu peserta didik berkembang secara

optimal dari berbagai aspek. Oleh karena itu sebenarnya guru SD mempunyai

peran ganda yaitu sebagai pengajar sekaligus pembimbing. Penjabaran mengenai

peran guru SD akan dibahas lebih lanjut pada sub bab berikut.

2.1.4. Peran Guru SD

Surat Keputusan Menpan No.83 tahun 1993 menyatakan tugas guru SD

selain mengajar diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada peserta

didiknya (seperti yang dikutip Furqon, 2005, hlm. 23). Berdasarkan hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa guru SD mempunyai peran sebagai pengajar dan

pembimbing. Darmodihardjo menjabarkan Guru SD yang mengampu atau

(43)

(seperti dikutip dalam Furqon, 2005, hlm. 62) yaitu: (1) menguasai

landasan-landasan pendidikan, (2) menguasai bahan pelajaran, (3) mampu mengelola

program belajar mengajar, (4) mampu mengelola kelas, (5) mampu mengelola

interaksi belajar mengajar, (6) mampu menggunakan media atau sumber belajar,

(7) mampu menilai hasil belajar peserta didik, (8) mengenal fungsi dan program

Bimbingan Konseling, (9) memahami prinsip-prinsip dan hasil-hasil penelitian

untuk keperluan pengajaran, serta (10) mengenal dan menyelenggarakan

administrasi pendidikan.

Selain berperan mengajarkan mata pelajaran pokok, guru SD berperan

sebagai pembimbing untuk memberikan bantuan kepada peserta didik dalam

mengaktualisasikan potensinya secara optimal, mengembangkan pribadi yang

utuh dan sehat, serta menampilkan perilaku efektif, kreatif, dan produktif

(Furqon, 2005: 8). Keterbatasan waktu karena tidak adanya jam khusus untuk

memberikan layanan bimbingan sesuai kebutuhan peserta didik serta banyaknya

beban pekerjaan guru di sekolah dapat menjadi hambatan bagi guru SD untuk

menjalankan perannya sebagai seorang pembimbing secara optimal. Alasan

tersebut menjadi dasar layanan bimbingan dapat sekaligus diintegrasikan ke

dalam perangkat pembelajaran mata pelajaran pokok di SD, salah satunya mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2.1.5. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.5.1. Pengertian

Visi pendidikan pertama-tama adalah membentuk karakter peserta didik

(Widyastuti dan Indratno, 2008: iii). Oleh karena itu, pendidikan tidak

(44)

seluruh potensi peserta didik. Hal tersebut dapat diupayakan dengan mempelajari

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) pendidikan adalah

“proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan” (hlm.

262). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) juga menjabarkan kewarganegaraan

merupakan “hal yang berhubungan dengan warga negara; keanggotaan sebagai

warga negara” (hlm. 1269). Jadi bila dua pengertian tersebut digabungkan,

Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang agar dapat menjalankan perannya sebagai warga

negara dengan baik.

Widyastuti dan Indratno (2008) menyatakan Pendidikan Kewarganegaraan

adalah mata pelajaran yang berfokus pada pembentukan warga negara Indonesia

supaya dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dari segi: usia, bahasa, budaya,

agama dan suku bangsa, mempunyai sikap cerdas, terampil, serta berkarakter

sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan

beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan Pendidikan Kewarganegaraan

adalah mata pelajaran yang disusun guna membentuk karakter warga Negara

Indonesia agar dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya,

mencinta tanah airnya, serta mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam berperilaku.

2.1.5.2.Tujuan

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Wiharyanto (2007)

memiliki dua tujuan yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.

(45)

umum adalah membawa peserta didik untuk menjadi ilmuwan dan professional

yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis dan keberadaban;

dan menjadi warga negara yang memiliki daya saing; berdisiplin, berpartisipasi

aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai

Pancasila” (hlm. 5). Tujuan khusus Pendidikan Kewarganegaraan menurut

Wiharyanto (2007) adalah:

1. Mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk

bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku untuk cinta

tanah air Indonesia.

2. Menumbuh kembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa dan

bernegara pada diri peserta didik, sehingga terbentuk daya tangkal sebagai

ketahanan nasional.

3. Peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam

menciptakan ketahanan nasional.

4. Peserta didik mampu menuangkan pemikiran berdasarkan nilai-nilai

Pancasila dalam menganalisa permasalahan hidup bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

Tujuan mulia mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat terwujud

jika peserta didik mampu memahami dan menjadikan esensi yang ada dalam mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai nilai hidupnya. Oleh karena itu,

guru dan peserta didik perlu memahami dan mempelajari ruang lingkup mata

(46)

2.1.5.3.Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007) ruang lingkup

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas V semester 2 sebagai berikut.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V SD Semester 2

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

3.Memahami kebebasan Berorganisasi

3.1. Mendeskripsikan pengertian organisasi 3.2. Menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat. 3.3. Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di sekolah.

4. Menghargai keputusan bersama

4.1. Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama

4.2. Mematuhi keputusan bersama

Peneliti dalam penelitian ini akan mengintegrasikan salah satu pokok

bahasan di kelas V semester 2 dengan ragam bimbingan. Materi pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diintegrasikan dengan bimbingan karena pada

dasarnya esensi antara bimbingan dan pendidikan saling berhubungan. UU No. 20

Tahun 2003, PP No.19 Tahun 2005, dan Permendiknas No. 22 Tahun 2006

menegaskan bahwa bimbingan merupakan kesatuan dalam sistem pendidikan

sekolah (seperti dikutip dalam Barus, 2011, hlm. 1). Sukmadinata (2009)

menyatakan “pendidikan dapat diberikan melalui bimbingan, pengajaran, dan

pelatihan” (hlm. 8). Sukmadinata (2009) menegaskan bimbingan merupakan

tindakan pendidikan yang berfokus pada pengembangan domain afektif, seperti

pengembangan nilai dan sikap, hal tersebut juga merupakan tujuan dari

Pendidikan Kewarganegaraan.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan maka materi pelajaran Pendidikan

(47)

belajar. Hal tersebut bertujuan untuk membantu peserta didik menjalankan tugas

perkembangan pribadi khususnya yang berhubungan dengan ketelitian dan tugas

perkembangan belajar belajar yang berhubungan dengan ketekunan.

2.2.Kajian Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang

relevan dengan judul penelitian yang dilakukan peneliti. Peneliti belum

menemukan hasil penelitian terdahulu yang sama persis dengan judul penelitian

yang sedang dilakukan peneliti, maka dari itu peneliti berusaha melengkapi

penelitian-penelitian yang sebelumnya telah ada.

Pertama, penelitian mengenai ragam bimbingan yang dapat diterapkan di

sekolah dasar telah diungkapkan oleh Gendon Barus dan Sri Hastuti dalam

bukunya “Kumpulan Modul Pengembangan Diri”. Gendon Barus dan Sri Hastuti

melaksanakan survei kebutuhan pada tahun 2011 pada 1200 peserta didik kelas V

di 34 SD se-DIY Jawa Tengah. Survei kebutuhan tersebut dilakukan untuk

membuat produk berupa modul layanan bimbingan dengan topik-topik yang

disesuaikan pada masalah-masalah perkembangan yang dialami peserta didik usia

sekolah dasar (baik itu masalah pribadi, sosial, belajar, maupun karier).

Penyusunan modul layanan bimbingan mengacu pada model Schmidt yang

meliputi tahap planning, organizing, implementing, dan evaluating. Salah satu

contoh kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan ragam bimbingan pribadi

mengambil tema “Peduli terhadap sesama”. Indikator yang hendak dicapai adalah

peserta didik dapat mendefinisikan pengertian peduli terhadap sesama, peserta

(48)

peserta didik dapat memberikan contoh cara-cara menumbuhkan sikap peduli

terhadap sesama. Metode yang digunakan adalah cerita, tanya jawab, menonton,

dan penugasan. Alokasi waktu layanan bimbingan adalah 2x40 menit. Sasaran

layanan ditujukan pada peserta didik kelas 4-6 yang dapat diintegrasikan dengan

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Agama. Kumpulan modul

ragam bimbingan ini belum diujicobakan secara menyeluruh dalam kegiatan

belajar di kelas.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Solikhin tahun 2011, Program

Studi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang dengan

judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Melalui Model Problem Based Learning Berbasis ICT untuk Meningkatkan

Kemampuan Analisis Peserta Didik Kelas VIII (Tesis). Tujuan penelitian ini

adalah: (1) mendapatkan hasil perangkat pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan model PBL berbasis ICT yang valid; (2) mengetahui

kepraktisan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model PBL

berbasis ICT; dan (3) mengetahui efektivitas pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan model PBL berbasis ICT untuk meningkatkan

kemampuan analisis peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian

pengembangan dengan menggunakan model pengembangan Thiagarajan yang

terdiri dari 4 tahap yaitu Define, Design, Develop dan Disseminate. Perangkat

pembelajaran yang dikembangkan meliputi RPP, Bahan Ajar Siswa, LKS, CD

interaktif Pembelajaran dan Lembar Penilaian Siswa (LPS). Penelitian

pengembangan ini dikatakan berhasil jika perangkat pembelajaran yang

(49)

hasil penelitian kevalidan perangkat pembelajaran adalah RPP (3.71), Bahan Ajar

(3.72), LKS (3.78), CDIP (3.82) dan LPS (3.53). Hasil pengembangan perangkat

pembelajaran ini berkategori valid. Kepraktisan pembelajaran dinilai dari

pengelolaan pembelajaran baik (3.48), keterlaksanaan pembelajaran baik (93.7%),

aktivitas guru dan peserta didik dalam kategori baik. Keefektifan pembelajaran

ditunjukkan dengan respon peserta didik sangat positif (92.2% ), respon guru

sangat positif (87.5%) dan hasil belajar peserta didik memenuhi batas ketuntasan

secara individual dengan nilai ≥ 65 ( 35 siswa) dan ketuntasan klasikal (87.5%).

Penelitian yang dilakukan Gendon Barus dan Sri Hastuti relevan karena

ditinjau dari segi pengembangan tema-tema bimbingan klasikal untuk membantu

peserta didik memenuhi tugas perkembangannya. Penelitian yang dilakukan

Solikhin relevan karena ditinjau dari model pengembangan perangkat

pembelajaran. Peneliti menjadikan dua penelitian tersebut sebagai acuan untuk

mengembangkan model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar untuk peserta didik

kelas V SD BOPKRI Demangan III.

2.2.Kerangka Berpikir

Penelitian berawal dari keprihatinan dosen penelitian kolaboratif terhadap

kebutuhan guru SD akan adanya model perangkat pembelajaran yang terintegrasi

ragam bimbingan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk

mengembangkan model perangkat pembelajaran terintegrasi dengan ragam

bimbingan. Pengintegrasian layanan bimbingan dalam proses pembelajaran dapat

(50)

baik pribadi, sosial, b

dalam mata pelajaran

mata pelajaran di SD

Kewarganegaraan dap

esensi antara bimbin

berfokus pada model

terintegrasi ragam bim

kebutuhan guru dan p

Berdasarkan g

sebagai pengajar sek

mencapai tugas perke

model perangkat

Pengintegrasian mate

bimbingan pada mo

Kompetensi Dasar (

dirumuskan indikator

bimbingan sesuai has

M Pe

te

l, belajar, maupun karier melalui nilai-nilai y

ran. Oleh karena itu, bimbingan dapat diinteg

SD salah satunya Pendidikan Kewarganegara

dapat diintegrasikan dengan bimbingan karena

bingan dan pendidikan saling berhubungan.

el perangkat pembelajaran Pendidikan Kewar

bimbingan pribadi dan belajar sebagai sarana u

peserta didik kelas V SD BOPKRI Demangan

Gambar 2.1.

Keterkaitan Kebutuhan Guru dan Peserta Didik

n gambar 2.1 kebutuhan guru agar dapat menja

sekaligus pembimbing serta kebutuhan peser

rkembangannya secara optimal dapat terpenuhi

pembelajaran yang terintegrasi ragam

ateri pelajaran Pendidikan Kewarganegaran

model pembelajaran tersebut diawali denga

(KD) sesuai kurikulum. Berdasarkan KD

tor materi yang kemudian akan diintegtasikan d

asil Alat Ungkap kebutuhan (AUK) sehingga

Kebutuhan

tegrasikan dengan

araan. Pendidikan

ena pada dasarnya

an. Penelitian ini

arganegaran yang

a untuk memenuhi

an III.

jalankan tugasnya

serta didik untuk

uhi dengan adanya

gam bimbingan.

an dengan esensi

ngan menetapkan

D tersebut dapat

n dengan indikator

(51)

pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam model perangkat

pembelajaran pada penelitian ini diperoleh melalui penggabungan indikator materi

pelajaran Pendidikan Kewarganegaran pokok bahasan “Keputusan bersama”

dengan indikator bimbingan pribadi khususnya ketelitian dan bimbingan belajar

khususnya ketekunan. Pada proses perumusan tujuan pembelajaran juga perlu

memperhatikan tugas perkembangan yang hendak dicapai serta kegiatan

pembelajaran yang mendukung pencapaian tujuan.

Model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran terintegrasi

ragam bimbingan pribadi dapat membantu peserta didik memahami materi

Pendidikan Kewarganegaran tentang cara menerima hasil keputusan bersama

sekaligus membantu mencapai tugas perkembangan pribadi. Model perangkat

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran terintegrasi ragam bimbingan belajar

dapat membantu peserta didik memahami materi Pendidikan Kewarganegaran

tentang bentuk-bentuk keputusan bersama sekaligus membantu mencapai tugas

perkembangan belajar. Melalui model perangkat pembelajaran dalam penelitian

ini diharapkan permasalahan yang dihadapi peserta didik kelas V SD BOPKRI

Demangan III teratasi sehingga dapat teliti dan tekun saat mengikuti pelajaran

(52)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini mengemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan metode

penelitian meliputi: (1) jenis penelitian, (2) desain pengembangan, (3) prosedur

pengembangan, (4) subyek penelitian, (5) jenis data, (6) instrumen pengumpulan

data, dan (7) teknik analisis data.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research

and Development). Sugiyono (2010) menjelaskan penelitian dan pengembangan

atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development (R&D) adalah “metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut” (hlm. 407). Sukmadinata (2008) menjabarkan

penelitian dan pengembangan adalah “suatu proses atau langkah-langkah untuk

mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,

yang dapat dipertanggung jawabkan” (hlm. 164). Penelitian dan pengembangan

Research and Development (R&D) menurut Trianto (2010) juga dapat diartikan

sebagai “penelitian untuk mengembangkan atau menyempurnakan produk yang

dapat berupa perangkat keras seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di

kelas atau perangkat lunak seperti program komputer, model pembelajaran, dan

lain-lain” (hlm. 206).

Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa Research and Development (R&D) merupakan suatu jenis penelitian yang

(53)

pengembangan dalam penelitian ini yang termasuk dalam model prosedural.

Menurut Setyosari (2010) model prosedural maksudnya adalah “model yang

menggambarkan proses dari awal sampai akhir yang harus diikuti untuk

menghasilkan suatu produk tertentu” (hlm. 200). Penelitian kali ini menggunakan

model prosedural milik Dick dan Carey.

3.2. Desain Pengembangan

Sanjaya (2008) menjelaskan desain pengembangan merupakan

serangkaian proses yang disengaja tentang suatu pemikiran, perencanaan, dan

penyeleksian bagian-bagian, teknik, dan prosedur yang mengatur suatu tujuan atau

usaha yang hendak dikembangkan. Pengembangan dalam penelitian ini mencakup

dua hal yaitu: (1) mengembangkan model perangkat pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi khususnya

dalam hal ketelitian dan (2) mengembangkan model perangkat pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan ragam bimbingan belajar

khususnya dalam hal ketekunan. Indikator ketelitian yang akan dikembangkan

adalah memperhatikan petunjuk, berhati-hati melakukan sesuatu, bertanggung

jawab, berpikir kritis, berkonsentrasi, dan menyadari apa yang dipelajari penting

untuk kehidupannya. Indikator ketekunan yang akan dikembangkan adalah

mengingat materi pelajaran,tidak mudah putus asa, mengulang pelajaran,

membuat ringkasan, berkonsentrasi, dan tepat waktu.

Pengembangan pada penelitian ini menghasilkan model perangkat

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berisi konsep rancangan

Gambar

Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kedua (P2)  Model
Gambar 4.1. Alur Analisis Kebutuhan .......................................................
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Gambar 3.1 Langkah-langkah model Dick dan Carey
+7

Referensi

Dokumen terkait

Satuan pendidikan harus menyusun sendiri kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabusnya dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian standar isi dan standar

E. Kepuasan kerja sebagai sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia dimana dalam penelitian ini didapatkan kepuasan kerja total perawat pelaksana

Yang dimaksud dengan “semua pihak” adalah Pihak yang melaksanakan penyelenggaraan pendidikan berbasis agama dan budaya yaitu : guru ngaji di mesjid-mesjid/mushala, guru-guru

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 21 Pada halaman ini terdapat form isian yang harus dimasukan untuk menambahkan Data Penyusunan Peraturan, dimana field isian

“ rising star ”, artinya jahe di Singapura berada pada posisi pasar ideal yang bertujuan memperoleh pangsa pasar ekspor tertinggi dengan nilai RCA lebih besar dari

Jika kamu ingin mengetahui apakah tanaman putri malu itu hidup, mungkin kamu akan menyentuhnya kuat-kuat dan melihatnya apakah sesuatu telah terjadi.. Salah satu ciri organisme

Berdasarkan hasil analisis untuk uji simultan (lihat Tabel 6), ditemukan bahwa nilai F adalah sebesar 3.638 yang signifikan pada taraf 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa

ayakan yang digunakan tergantung dari ukuran bahan yang akan diayak.