• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ragam Tipologi Bahasa

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kajian Tipologi Sintaksis

2.2.1.2 Ragam Tipologi Bahasa

Berdasarkan tipologi morfologi Comrie (1989:39) menyebutkan bahasa- bahasa di dunia dapat dikelompokkan beberapa tipe bahasa, yaitu: (i) tipe bahasa aglutinatif yaitu tipe bahasa yang hubungan gramatikalnya dan struktur katanya dinyatakan dengan kombinasi unsur-unsur bahasa secara bebas; (ii) tipe bahasa fleksi, yaitu tipe bahasa yang hubungan gramatikalnya tidak dinyatakan dengan urutan kata, tetapi dinyatakan dengan infleksi; (iii) tipe bahasa isolatif, yaitu tipe bahasa yang dalam menyatakan hubungan gramatikalnya dinyatakan dan bergantung pada urutan kata, sedangkan bentuk katanya tidak mengalami perubahan kata secara morfologis melainkan perubahan yang ada hanya karena perbedaan nada. Tipe bahasa ini disebut juga bahasa Tonis; (iv) tipe bahasa polisintesis ialah tipe bahasa yang untuk menyatakan hubungan gramatikalnya dinyatakan dengan cara melekatkan beberapa morfem yang diimbuhkan secara berturut-turut kepada bentuk dasarnya. Secara morfologis, bahasa tipe ini lebih kompleks dari tipe aglutinatif. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, memper-kan dalam mempersatukan, diper-i dalam dipersenjatai.

Pentipologian bahasa-bahasa, terutama pada tataran sintaksis, berkaitan dengan sistem aliansi gramatikal (grammatical alliance). Pengertian dasar aliansi gramatikal adalah sistem atau kecenderungan persekutuan gramatikal di dalam atau antarklausa dalam satu bahasa secara tipologis; apakah persekutuan itu S = A, ≠ P, atau S = P, ≠ A, atau Sa = A, Sp = P atau sistem yang lainnya (lihat Dixon, 1994).

Dixon (1994) mengemukakan bahwa sistem aliansi gramatikal yang menjadi titik perhatian untuk menentukan tipologi gramatikal yang mungkin

untuk membahas bahasa di dunia dapat dibagi tiga, yaitu sistem akusatif, sistem ergatif, dan sistem S-terpilah (bahasa aktif). Tiga sistem aliansi gramatikal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ini (lihat Jufrizal, 2004).

Sistem Akusatif Sistem Ergatif Sistem S-Terpilah a. Tipe Akusatif

Dixon (1994) mengemukakan bahwa perubahan struktur cenderung terdapat pada bahasa-bahasa yang tergolong dalam bahasa yang mempunyai pemarkah sintaksis, dibandingkan dengan bahasa yang menunjukkan pemarkah semantis. Apabila argumen A berperilaku sama dengan argumen S dan berbeda dengan argumen P, bahasa itu digolongkan bertipe akusatif. Sistem aliansi gramatikal seperti ini pada umumnya ditentukan pada bahasa-bahasa Indo-Eropa karena kebanyakan bahasa – bahasa tersebut mempunyai pemarkah kasus dan perilaku gramatikal secara sintaksis serta bersesuaian dengan sistem tersebut. Contoh klausa bahasa Inggris berikut memperlihatkan kenyataan ini melalui kasus bentuk pronomina orang ketiga tunggal laki-laki, baik untuk S maupun A. Sementara itu, bentuk yang berbeda him digunakan untuk P (lihat Payne, 2002:134).

(a) He (S) left

(b) He (A) hit him (P) S A P A S P Sa Sp A P

Kedua contoh menunjukkan argumen A dan P diperlakukan dengan cara yang sama, yaitu nominatif dan berada sebelum kata kerja. Bahasa-bahasa Quechuan (kelompok bahasa di Pegunungan Andes, Amerika Selatan) mempunyai sistem pengelompokkan yang sama untuk pemarkah kasus morfologis pada frasa nomina bebas. Berikut ini adalah contohnya (dari Webel (1989) dalam Payne, 2002:134). (a) Juan – 0 aywan

Juan – NOM pergi S

‘Juan pergi’

(b) Juan – 0 Pedro – ta maqau Juan – NOM Pedro – AKU pukul A P

‘Juan memukul Pedro’

Pada contoh di atas, pemarkah kasus yang sama, 0 (nol) diberikan untuk S dan A, sementara pemarkah kasus yang berbeda, yaitu –ta diberikan untuk frasa nomina

Pedro yang berperan sebagai P.

Sistem pengelompokan S, A, P (sistem aliansi gramatikal) seperti dikemukakan di atas disebut sistem nominatif-akusatif (sering disebut sebagai bahasa akusatif). Dengan demikian, bahasa yang cenderung mempunyai sistem aliansi gramatikal seperti ini disebut sebagai bahasa bertipologi akusatif. Jika ada permarkah kasus morfologis pada peran S dan A, itu dinamakan kasus nominatif, sementara kasus yang hanya menandai peran P disebut kasus akusatif. Sistem aliansi gramatikal seperti ini umum ditemukan pada bahasa-bahasa Indo-Eropa karena kebanyakan bahasa-bahasa tersebut mempunyai pemarkah kasus (morfologis) dan perilaku gramatikal secara sintaktis juga bersesuaian dengan sistem tersebut.

b. Tipe Ergatif

Bahasa dengan sistem aliansi ergatif dikatakan sebagai bahasa bertipologi ergatif jika S diperlakukan sama dengan P, dan perlakuan yang berbeda diberikan kepada A. Sistem seperti ini tidak lazim bagi penutur bahasa-bahasa Indo-Eropa karena sangat jarang ditemukan kelompok bahasa itu. Keergatifan merupakan sistem aliansi gramatikal dasar bahasa-bahasa asli di Australia, Asia Tengah, dan bahasa di Amerika. Sistem ini juga banyak ditemukan di sebagian Asia Selatan (Nepal, Tibet, India, Pakistan, Banglades, Bhutan). Misalnya, dalam bahasa Kalkatungu (salah satu bahasa Aborigin-Australia), yaitu:

(a). Kalpin (S) inka (Lelaki itu pergi)

(b). Marapai-thu nanya kalpin (P) (Wanita itu melihat lelaki itu)

Berdasarkan kedua contoh di atas, S dan P diperlakukan dengan cara yang sama (tidak bermarkah), sedangkan A ditandai dengan sufiks –thu (Mallison dan Blake, 1981). Sistem pengelompokan relasi-relasi gramatikal yang berbeda ditunjukkan oleh bahasa Yup’ik Eskimo (Alaska). Contoh dan penjelasan berikut diambil dari Payne (2002:135).

(a) Doris-aq ayallmuq Doris-ABS berpergian S

‘Doris berpergian’

(b) Tom-am Doris-aq cingallrua Tom-ERG Doris-ABS menyapa A P

‘Tom menyapa Doris’

Pada contoh di atas, pemarkah kasus –aq terjadi pada argumen S klausa intransitif (a) dan pada argumen P klausa transitif (b). Jika ada kasus morfologis memarkahi A berbeda sendiri maka disebut kasus ergatif. Dengan cara yang serupa, setiap

kasus morfologis yang memarkahi baik S maupun P distilahkan sebagai kasus absolutif (S = P, ≠ A). Sistem aliansi gramatikal seperti inilah yang dinamakan sistem ergatif-absolutif (bahasa bertipologi ergatif). Sistem seperti ini tidak lazim bagi penutur bahasa-bahasa Indo-Eropa karena sangat jarang ditemukan bahasa dalam kelompok bahasa tersebut.

c. Tipe S- Terpilah (Bahasa Aktif).

Sebuah bahasa dikatakan sebagai bahasa Aktif apabila sistem aliansi gramatikalnya menunjukkan bahwa kelompok S berperilaku sama dengan A dan sekelompok S yang berperilaku sama dengan P dalam satu bahasa. Perlakuan sama atau berbeda dalam hal ini dapat terjadi pada tataran sintaksis. Sistem terpilah ini berkaitan dengan sifat-periaku gramatikal dan sifat-perilaku semantis verba yang menjadi poros utama klausa, baik intransitif maupun transitif (Dixon, 1994). Gejala tipe S- Terpilah dapat merujuk pada sistem ergatif-absolutif dan nominatif-akusatif untuk pemarkah kasus pada FN bebas. Bahasa ini juga memperlihatkan sistem aliansi untuk menyusun relasi-relasi gramatikal untuk pemarkah persona verba. Dapat diperhatikan dari contoh berikut ini (Payne, 2002: 136). (a) Away-u Pergi-3TG ‘Dia pergi’ (b) Aywa-a Pergi-1TG ‘Saya pergi’ (c) Maqa- ma-u Memukul-1TG-3TG

Terlihat bahwa sistem aliansi gramatikal yang berdasarkan contoh di atas adalah S=A,≠P sebagai bahasa akusatif. Terdapat juga sistem aliansi gramatikal yang menunjukkan sistem ergatif-absolutif untuk pemarkah persona yang berterima

dalam bahasa Yup’ik tersebut. Dapat diperihatkan dalam contoh berikut ini

(Payne, 2002:136) (a) Ayallrum-nga Bepergian-1TG ‘Saya bepergian’ (b) Ayallrum-q Bepergian-3TG ‘Dia bepergian’ (c) Cingallrum-a-nga menyapa-3TG-1TG

‘Dia menyapa saya’

Berdasarkan contoh-contoh di atas, terlihat bahwa secara morfosintaksis bahasa ini mempunyai sistem aliansi gramatikal S = P, ≠ A (bahasa ergatif), sehingga tipe bahasa tersebut merupakan tipe bahasa S-Terpilah (bahasa aktif).

Dokumen terkait