• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Dasar Kalimat BBT

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITAN

5.1 Struktur Dasar Klausa/ Kalimat BBT

5.1.2 Struktur Dasar Kalimat BBT

Pembahasan dalam konstruksi kalimat BBT didasari oleh telaah teoretis konstruksi kalimat dan paparan data yang telah disajikan sebelumnya. Perhatian pada delapan tipe kalimat tetap menjadi fokus analisis sintaksis dengan mengaitkannya pada ancangan tipologi linguistik. Akan tetapi, untuk mengkaji lebih dalam konstruksi kalimat BBT tidak lagi seluruh tipe pengklasifikasian tersebut akan dibahas. Hal ini dikarenakan terdapat ragam kesamaan konstruksi kalimat dengan konstruksi klausa yang telah dibahas sebelumnya.

Fokus pembahasan data pada tataran sintaksis akan memperhatikan keterhubungan klausa dalam membangun sebuah kalimat. Hubungan ini memerlukan pemarkah kontruksi kalimat, sering dikenal dengan istilah pemarkah koordinatif, subordinatif, dan superordinatif. Karakteristik klasik sintaksis dapat diidentifikasi berdasarkan dua kajian dasar, yaitu: pertama, kedudukan fungsi- fungsi sintaksis dalam sebuah konstruksi, dan kedua, mendeskripsikan pemarkah- pemarkah yang terdapat dalam kalimat BBT.

(a) Konstruksi Kalimat Majemuk

Konstruksi yang terdapat dalam kalimat majemuk tersusun atas dua klausa. Proses penyusan klausa ini meliputi klausa koodinatif, klausa subordinatif,

dan klausa superordinatif. Masing-masing klausa ditandai dengan konjungsi tertentu sehingga terjadi keterhubungan antara klausa koordinatif dengan klausa koordinatif; klausa superordinatif dan klausa subordinatif; klausa subordinatif, klausa superordinatif, dan koordiantif. Berdasarkan keberadaan pemarkah klausa- klausa tersebut, maka kalimat majemuk dibagi atas tiga tipe, yaitu: kalimat mejemuk bertingkat, kalimat mejemuk setara, dan kalimat majemuk campuran.

Kalimat Majemuk Bertingkat

Untuk melihat hubungan klausa superordinatif dan klausa subordinatif dalam kalimat majemuk bertingkat, dapat diperhatikan kalimat berikut:

(134) Mangombak saba do bapa ditingki manangko hepeng ibana. (DLP)

AKT-bajak sawah T bapak disaat mencuri uang dia

‘Bapak sedang membajak di sawah saat ia mencuri uang’ (135) Mangangkati parik do ho, andorang ro udan. (DLW) AKT-lompat parit T kamu, ketika datang hujan ‘Kamu melompati parit, ketika hujan turun.’

Konstruksi kalimat majemuk bertingkat di atas dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu pertama keberadaan sebagai klausa superordinatif (mangombak saba

do bapa dan mangangkati parik do ho). Posisi verba pada (134) dan (135)

superordinatif berada pada awal klausa, dan diikuti oleh O S, sehingga pola lazimnya adalah VOS. Kedua, keberadaan sebagai klausa subordinatif (di tingki

manangko hepeng ibana dan andorang ro udan). Posisi verba pada (134) dan

(135) subordinatif berada pada awal inti klausa, dan diikuti oleh O S. Meskipun terdapat adverbia K di awal klausa, tetapi keradaan K dapat sintaksis BBT adalah secara manasuka, sehingga pola lazimnya adalah tetap VOS.

(136) Diboto parhuta ni si Tiur i do ra, manang aha pe na ro. (DLP)

PAS-ketahui sekampung M si Tiur itu T mungkin, entah apapun PR yang datang

‘Orang sekampung si Tiur itu mungkin tahu entah apapun yang terjadi.’ (137) Mannamnam juhutnai do biang i, manang aha pe namasa. (DLA)

AKT-lahap dagingnya T anjing itu, entah apapun PR yang terjadi

‘Anjing itu tetap melahap dangingnya, entah apapun yang sedang terjadi.’

Konstruksi superordinatif yang terdapat pada kedua kalimat di atas menunjukkan pola lazim VOS. Verba (diboto (136) dan mannamnam (137) berada di awal O (parhuta (136) dan juhutnai (137)) dan S (si Tiur (136) dan biang i (137).

Konstruksi subordinatif ditandai dengan partikel manang ‘entah’ dan pe

‘pun’. Kedua jenis partikel ini memiliki karakteristik tersendiri jika dibandingkan

dengan partikel yang digunakan sebagai konjungsi dalam menghubungkan superordinatif dan subordinatif. Kedua jenis konjungsi ini dapat menggantikan salah satu fungsi sintaksis seperti S, O atau K dalam klausa subordinatif sebagaimana dijelaskan dalam klausa nomina sebelumnya. Konstruksi subordinatif yang pada umumnya dimarkahi oleh konjungsi ini (178) dan (179) berfungsi sebagai S (S dalam kalimat pasif), O, dan K pada klausa subordinatif; atau hanya memberikan atribut pada objek dan subjek klausa superordinatif.

(138) Umbahen na hutanda itoan i, ala naung leleng do au disi.(DLW) Sehingga yang kukenal wanita itu, karena sudah lama T aku di situ ‘Aku memang sudah lama di situ sehingga kenal wanita itu.’

(139) Andorang mangolu dope amana, sonang do ngoluna. (DLA)

Ketika hidup masih bapaknya, senang T hidupnya.

‘Ketika bapaknya masih ada, hidupnya senang.’

Kedua konstruksi kalimat di atas, klausa subordinatif yang dimarkahi konjungsi subordinatif dikedepankan sehingga urutan linearnya menjadi klausa

subordinatif --- klausa superordinatif. Hal ini berarti klausa subordinatif diikuti klausa superordinatif. Akan tetapi, tidak semua klausa subordinatif bersama konjungsi subordinatif yang dimarkahinya dapat dikedepankan.

Kalimat Majemuk Setara

Untuk melihat kalimat majemuk setara perlu diperhatikan hubungan klausa yang direlasikan melalui konjungsi koordinatif yang menyusunnya.

(140 Mangkuling ma ronggur huhut doras ma udan. (DLP) AKT-bunyi T petir dan kuat T hujan

‘Petir berbunyi dan hujan deras.’

(141) Di jabu ma jolo ho paima mulak uma huhut paima masak indahanta on. (DLP)

Di rumah T dahulu kamu sebelum pulang ibu dan sebelum masak nasi kita ini

‘Kamu di rumah dulu sebelum ibu pulang dan sebelum masak nasi kita ini.’ Berdasarkan konstruksi di atas, jika dua klausa koordinatif dihubungkan dengan menggunakan konjungsi koordinatif, hasilnya adalah kalimat majemuk setara. Berdasarkan keberadaan verba yang di depan O S, maka pola lazim masih terdapat dalam konstruksi ini, meskipun terdapat konstruksi yang diawali dengan frase preposisional (141).

(142) Masipatureturean ma hamu dohot hombar nijabumi. (DLA)

AKT-saling memperbaiki T kalian dengan tetanggamu itu

‘Saling membantulah kalian dengan tetanggamu itu.’

Unsur yang digariswabahi ma hamu letaknya berada sebelum konjungsi koordinatif. Konjungsi pada data tersebut yakni partikel topik ma dan subjek

hamu pada kalimat (142). Apabila konstruksi verba itu memiliki resiprokal

(marsipatureturean) maka elipsis dalam konstruksi koordinatif itu kurang tepat jika dikembalikan untuk membentuk dua klausa. Unsur resiprokal itu sudah mengikat konstruksi elipsis sehingga akan mengalami kendala semantis apabila

diperifrasekan menjadi dua klausa. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan dalam data (143) berikut ini.

(143) Marsipastapan do ahu dohot ibana di lapo i. (DLP) AKT-saling tampar T aku dengan dia di kedai itu ‘Aku dan dia saling menampar di kedai itu.’

Keberadaan verba resiprokal berupa prefiks masi- dalam BBT membutuhkan analisis yang lebih mendalam berdasarkan verba dasarnya sehingga akan didapatkan makna dasar kalimat tersebut. Penelusuran konstruksi verba resiprokal ini akan menunjukkan aktor yang diduduki oleh fungsi subjek gramatikal; S tersebut secara bersama-sama melakukan tindakan.

Kalimat Majemuk Campuran

(144) Maringanan ma ibana di Medan ala i san do siahaan nasida, dohot ibotona

dohot ala hurang denggan parkaejoaanna na parjolo i. (DIN)

Bermukim T dia di Medan karena di sana T si sulung mereka, dan saudarinya dan karena kurang bagus pekerjaannya yang pertama itu

‘Dia bermukim di Medan sekarang karena di sana saudaranya tertua, dan

saudarinya dan karena pekerjaannya yang pertama itu kurang bagus.’

(145) Sai dipaingot ibana do tu hita asa olo mangihuthon ia jala asa ringgas

martangiang (DIN)

Selalu diingatkan dia T ke kita supaya mau mengikutinya dan supaya rajin berdoa

‘Dia selalu mengingatkan kita supaya menurut dan rajin berdoa.’

Konstruksi yang terlihat dalam kedua kalimat di atas, dua klausa subordinatif dihubungkan oleh konjungsi koordinatif dan kedua-duanya dirangkaikan pada klausa superordinatif dengan menggunakan subordinatif sehingga terbentuklah kalimat majemuk campuran. Apabila klausa subordinatif dikoordinasikan, maka

distribusi beberapa klausa subordinatif itu bisa di belakang atau di awal kalimat majemu campuran sebagaimana terlihat pada kalimat (144) dan (145).

(146) Pajumpang ma ibana dohot natorasna dung sahat nasida di Tarutung laos

dipaboa ibana ma sangkap ni rohana i tu amana. (DIN)

Bertemu T dia dengan orang tuanya setelah tiba mereka di Tarutung dan diberitahu dia T niat M hatinya itu ke bapaknya

‘Dia bertemu dengan orang tuanya setibanya mereka di Tarutung, dan memberitahukan niatnya kepada bapaknya.’

Kalimat (146) terdiri atas dua klausa subordinatif dan satu klausa subordinatif. Klausa subordinatif dimarkahi konjungsi subordinatif dung yang merupakan bagian fungsi sintaksis klausa superordinatif yang mendahuluinya. Di dalam konsep bertutur, masih tedapat kemungkinan lain mengenai relasi pemarkah dan distribusi klausa (baik koordinatif, subordinatif, dan superordinatif). Akan tetapi jika diperhatikan dari perilaku tutur berupa ujaran-ujaran kalimat , bahwa pemakai bahasa sering menghubung-hubungkan klausa untuk mengungkapkan buah pikiran mereka. Sehingga kemahiran menggunakan konjungsi menjadi faktor penting dalam menyusun pola kalimat dengan cermat.

Dokumen terkait