• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi jaringan dirancang melalui empat tahapan strategis. Jaringan yang didesain dimiliki oleh petani perlu dibantu perwujudannya, mengingat berbagai keterbatasan petani. Terdapat tiga alternatif pemrakarsa yang dimungkinkan untuk mewujudkan jaringan yakni: pemerintah, lembaga pemberdayaan masyarakat, dan agroindustri farmasi. Secara detil keunggulan dan kelemahan masing-masing alternatif pemrakarsa sebagai berikut :

1. Pemrakarsa berasal dari pemerintah

Pemrakarsa dari pemerintah memiliki nilai positif yakni sebagai bentuk kepedulian terhadap kesejahteraan petani tanaman obat dan menjadikan agroindustri farmasi sebagai industri strategis yang layak dikembangkan. Kelemahan dari pemrakarsa pemerintah terletak dari aspek pengambilan keputusan dan pengalokasian dana mengingat harus melalui persetujuan anggaran oleh dewan legislatif yang memerlukan tahapan pembahasan. Birokrasi dan keterbatasan dana berakibat pada kontinuitas dan luas cakupan areal pembinaan petani tanaman obat. Selain itu, kemungkinan terdapat persinggungan teknis operasional mengingat penanganan agroindustri farmasi menginduk kepada departemen pertanian dan kesehatan sehingga dikhawatirkan terjadi penundaan pengambilan keputusan.

2. Pemrakarsa berasal dari lembaga pemberdayaan/swadaya masyarakat

Lembaga pemberdayaan masyarakat yang profesional sudah terbiasa melakukan pendampingan kepada kelompok marginal sehingga memiliki keunggulan lebih mengenal karakter masyarakat desa dan pendekatan yang sebaiknya dilakukan. Kelemahan yang dimiliki lembaga swadaya masyarakat adalah masih jangkauan pembinaan dan. akses industri sehingga dikhawatirkan mengalami kesulitan di dalam penyaluran hasil produksi. 3. Pemrakarsa dari agroindustri farmasi

Pemrakarsa yang berasal dari agroindustri farmasi memiliki keunggulan memahami karakter pemasok dan permasalahan pasokan. Kebutuhan industri relatif dapat diterjemahkan secara tepat kepada petani. Namun, pemrakarsa industri memiliki kelemahan karena harus berkonsentrasi memenuhi ketentuan pemerintah untuk menghasilkan produk yang bermutu dan cara

pembuatan obat yang baik, selain beranggapan bahwa memberdayakan petani dan penyelesaian di tingkat hulu merupakan tanggungjawab pemerintah. Setelah mempelajari keunggulan dan kelemahan masing – masing, kombinasi antara pemrakarsa industri dengan pemerintah menjadi pendekatan harmonis untuk membangun sistem rantai pasokan basis jaringan. Industri akan mencari tokoh-tokoh di desa yang memiliki kesamaan pandangan untuk memajukan usaha tani tanaman obat tetapi memiliki keterbatasan dalam cakupan pembinaan. Industri akan menjelaskan perlunya mempererat hubungan secara lebih berstruktur dan mendorong para tokoh yang telah mempunyai hubungan dengan petani untuk mewujudkan jaringan.

Mengacu pada temuan selama penelitian, memang terdapat tokoh yang peduli terhadap kemajuan usaha tanaman obat petani. Tokoh dimaksud, atas usaha sendiri melakukan pembinaan dalam skala terbatas. Dengan bertemunya pihak dengan visi sama menjadi kekuatan luar biasa untuk pembangunan jaringan. Pemerintah sesuai dengan perannya mengeluarkan kebijakan dalam hal memajukan petani. Adapun empat tahapan strategis pembangunan jaringan dapat dilihat pada Gambar 25 berikut ini.

INDUSTRI JARINGAN DIMILIKIPETANI

TAHAP I

PELETAKKAN DASAR ORGANISASI JARINGAN TAHAP II OPERASIONALISASI TAHAP III PEMBINAAN TAHAP IV PENGELOLAAN MANDIRI PEMERINTAH

7.1. Tahapan Strategis Pembangunan Jaringan

1. Tahap Pertama : Penetapan dasar organisasi jaringan

Tahap pertama menyelesaikan lima bagian pekerjaan penyiapan jaringan yakni: penataan organisasi, keanggotaan, penataan proses, penyiapan fasilitas dan petugas pelaksana. Tujuannya adalah :

a. Menghasilkan cetak biru pengorganisasian jaringan dengan menetapkan kewenangan pusat manajemen, kelompok petani, petani anggota dan fasilitator. Mengelompokkan fungsi dan menempatkan pada pelaksana fungsi. Menetapkan garis komunikasi dan bagaimana pemrosesan dan aliran informasi. Pengaturan lingkup keputusan dan bagaimana disebarkan ke setiap anggota untuk mencegah timbulnya konflik internal.

b. Menyelesaikan pendeskripsian hak dan kewajiban anggota, ruang lingkup tanggung jawab anggota dan mekanisme koordinasi anggota dan kelompok.

c. Menghasilkan keterhubungan proses, dan data kemampuan proses yang sanggup dilakukan oleh anggota, siapa yang akan mengerjakan bagian proses yang mana dan keterhubungan proses satu sama lain. Seluruh prosedur diuraikan dengan jelas, demikian pula penetapan titik kendali dari setiap proses dan menjadi manual organisasi jaringan.

d. Mempersiapkan fasilitas mencakup lokasi kantor untuk pusat manajemen, gudang penyimpanan, lantai pengeringan dan alat bantu kerja lainnya.

e. Mempersiapkan petugas pengelola di pusat manajemen jaringan sehingga kegiatan dalam lingkup fungsi hubungan eksternal mulai dilakukan.

Peletakkan dasar organisasi pada tahap pertama ini dengan memperhatikan hasil sintesa ISM terhadap sub-elemen struktur dan sistem organisasi pada elemen tujuan. Kejelasan pengorganisasian akan membantu calon anggota membandingkan dan mempelajari apa manfaat yang akan diperoleh bilamana menjadi anggota jaringan. Penjabaran

konsep pada tahap pertama memerlukan kegiatan berpikir secara konseptual sehingga peran pemrakarsa menjadi tinggi.

Aktivitas kunci yang dihasilkan dari sintesa ISM yakni survei lokasi, telah mulai dilaksanakan pada tahap pertama sehingga petani anggota dari beberapa daerah sumber pasokan yang telah tergerak bergabung dapat ditempatkan pada kelompoknya. Bersamaan dengan pertambahan jumlah petani bergabung dengan jaringan, fasilitator akan terus mensosialisasikan manfaat berjejaring. Mekanisme penerimaan anggota diatur sebagaimana Gambar 26 berikut ini.

Mulai

Analisis kesediaan petani bergabung

tinjauan status saat ini (kontrak)

Analisis potensi petani andalan, untuk fasiltator Potensi lahan, tanaman obat, kondisi ikatan dengan pihaklain Menolak ?

Analisis kesediaan memenuhi norma organisasi

tinjauan sikap dan perilaku

Rujukan norma: integritas, komitmen, kerjasama Bersedia ? tidak tidak ya ya Kompetensi sesuai ? Kriteria fasilitator Pengembangan/ pendampingan

Sesuai ? Petani, fasilitator terdaftar

Selesai tidak ya Kepemimpinan, penerimaan lingkungan, pengetahuan Tetap mekanisme dagang/ tidak terikat

tidak

ya

Siapa sebaiknya menjadi fasilitator diperoleh berdasarkan informasi dari petugas pemrakarsa industri atau mitra kerja di desa. Fasilitator dimaksud dapat berasal dari petani, tokoh non petani yang memiliki kemampuan mengkoordinasikan kegiatan dan memahami tanaman obat. Apabila setelah dilakukan survei, ternyata tidak terdapat orang yang tepat sebagai fasilitator, maka industri dapat menempatkan petugasnya sementara waktu sambil melakukan pembinaan atau meminta bantuan pemerintah untuk menempatkan petugas berkemampuan guna memfasilitiasi kegiatan kelompok.

2. Tahap Kedua : Operasionalisasi kegiatan

Setelah tahap penyusunan organisasi jaringan selesai, maka tahap kedua adalah melaksanakan pengoperasian kegiatan dengan sasaran terselenggaranya proses produksi, pemasaran dan pengendalian keuangan secara tertib dan terkendali. Kinerja pengelolaan operasi dinyatakan dengan tingkat penolakan bahan baku rendah, perolehan harga premium, kesesuaian jumlah produksi dengan serapan pasar guna mencegah bahan baku tertahan di gudang.

Perincian ruang lingkup kegiatan pada tahap kedua sebagai berikut : a. Mencari anggota sehingga mencapai jumlah petani sesuai target. b. Melaksanakan sosialisasi secara intensif kepada industri dengan

sasaran pengenalan dan perluasan pembeli.

c. Mengoperasikan transaksi dengan pembeli dan penyaluran bahan baku dalam waktu, jumlah dan tingkat mutu yang sesuai lebih giat dilaksanakan dengan bantuan dari pemrakarsa. Keberhasilan pada tahap ini ditunjukkan dengan kesediaan industri membeli bahan baku yang dipasok.

d. Melaksanakan pembelajaran anggota dan petugas pusat manajemen jaringan dalam mengelola organisasi jaringan. Pembelajaran mencakup perencanaan pengadaan dan pemasaran berdasarkan analisis permintaan dan penawaran, pengambilan keputusan, pengelolaan persediaan, manajemen transportasi dan pembukuan.

e. Mengalihkan pengetahuan dari petugas pemrakarsa yang memiliki kemampuan pengelolaan kepada fasilitator dan pengelola pusat manajemen jaringan, sehingga secara bertahap peran industri dikurangi.

f. Mencari akses modal mengingat faktor tersebut menjadi kendala pada pembangunan jaringan sebagaimana hasil sintesa ISM. Terdapat alternatif sumber modal yakni pinjaman bank, pinjaman industri berupa uang muka pembelian bahan baku dan iuran anggota yang jumlahnya ditetapkan oleh organisasi. Jaringan dapat mengusahakan pencarian pinjaman kepada lembaga pembiayaan untuk kepentingan anggota. Apabila petani kurang memiliki kemampuan melakukan pembayaran iuran anggota secara sekaligus, maka diatur penempatan uang muka dalam prosentase yang disepakati dari total dana penempatan yang ditetapkan. Sisa kewajiban diangsur dari hasil penjualan bahan baku. Pemerintah dapat mengambil peran memfasilitasi kemudahan pinjaman dari pihak pemberi pinjaman.

Bilamana dua tahapan strategis telah dikuasai maka peran pemrakarsa dapat berangsur berkurang dan dialihkan pada pengelolaan terkendali yang dilakukan oleh anggota dan pengurus.

Guna melaksanakan aktivitas operasional pusat manajemen jaringan, pekerjaan dikelompokkan menjadi dua bagian yakni operasional dan keuangan - administrasi umum. Bagian operasional mencakup kegiatan pokok :

1. pengadaan bahan baku, 2. pembinaan anggota dan 3. pemasaran.

Kegiatan pengadaan bahan baku mencakup : perencanaan dan pendataan produksi, penyiapan pasokan, pengendalian mutu dan penyimpanan. Pengaturan arus masuk dan keluar bahan baku dikelola berdasarkan perhitungan saat panen, persediaan bahan baku di gudang dan perkiraan permintaan.

Pembinaan anggota merupakan aktivitas yang dilakukan oleh fasilitator untuk meningkatkan kemampuan anggota dari segi : budidaya, pascapanen dan berorganisasi. Petani diajak untuk berusaha secara profesional dengan mengedepankan komitmen.

Kegiatan pemasaran merupakan serangkaian aktivitas perencanaan target pasar, membina hubungan untuk mempertahankan pembeli, melakukan aktivitas pemasaran, dan menyalurkan bahan baku.. Perluasan pasar akan menjadi perhatian guna memperbesar kemungkinan menyalurkan pasokan anggota.

Desain organisasi yang bertumpu pada peran aktif anggota akan meminimalisir penggunaan pegawai tetap di pusat manajemen sehingga menekan pengeluaran biaya tetap. Bagian keuangan dan administrasi umum mencakup kegiatan pendukung yakni :

(1) akunting dan keuangan

(2) administrasi dan pengelolaan orang

Kelompok keuangan dan administrasi umum akan mengelola aktivitas uang masuk dan keluar, pencatatan keuangan, pengadaan fasilitas organisasi, hubungan dengan lembaga pembiayaan, legalitas dan izin- izin, serta pengelolaan tenaga kerja.

Pengelola pusat manajemen jaringan adalah manajer yang dibantu oleh petugas pelaksana yang menangani operasional dan pengendalian keuangan. Petugas pelaksana operasional bertanggung jawab memantau pergerakan harga tanaman obat dari berbagai sumber pasokan dan harga jual yang ditetapkan oleh pengumpul dari berbagai daerah, berkunjung kepada kelompok petani dan aktivitas berkaitan pemrosesan permintaan dan pasokan. Petugas pelaksana keuangan bertanggungjawab dalam pengendalian arus kas, pengelolaan fasilitas/ aset lembaga, pembayaran berbagai pihak, pembagian sisa hasil usaha, hubungan dengan lembaga pembiayaan, pengolalaan pelaksana dan buruh kerja.

Manajer, bertanggung jawab atas pencapaian kinerja jaringan ditinjau dari keterlibatan anggota, perolehan pendapatan organisasi, dan penjualan / penyaluran bahan baku kepada pihak industri. Manajer

memastikan bahwa perencanaan dan pengendalian staf di bawahnya berjalan dengan baik. Melalui kemampuan berkomunikasi, terdapat kemungkinan diperoleh dana bantuan ataupun pembinaan bekerjasama dengan agroindustri farmasi, departemen teknis atau pemerintah daerah setempat. Setiap individu dapat menjadi manajer dengan syarat memenuhi kelayakan kompentensi generik, teknikal dan manajerial.

Manajer digaji dengan standar upah minimum regional ditambah dengan tunjangan jabatan. Tenaga pelaksana diperhitungkan mendapatkan upah setara dengan upah minimum regional. Bilamana kegiatan jaringan berkembang, dimungkinkan derajad bagian operasional yang dipimpin oleh seorang kepala bagian operasional dan tidak sekedar seorang staf dengan cakupan tanggungjawab yang lebih luas dalam pensupervisian.

Mekanisme pengkoordinasian kegiatan dilakukan melalui pertemuan reguler pusat manajemen dengan fasilitator sehingga senantiasa dapat disampaikan kondisi pasar tanaman obat. Pada tahap ini, pemrakarsa memperkenalkan cara menilai kinerja jaringan secara kuantitatif yang mencakup kinerja : pemasaran, keuangan, operasional / proses internal, dan pembelajaran.

3. Tahap ketiga : Pembinaan Jaringan

Sasaran pada tahap ini adalah memperbaiki fungsi jaringan yang dinilai belum efektif, tercapai pengelolaan operasional berupa kapasitas produksi dan mutu produk, kinerja hubungan antar anggota dan perubahan perilaku anggota. Anggota didorong untuk menganalisis rantai proses yang belum menunjukkan kinerja sebagaimana diharapkan, menilai kembali anggota yang belum terlibat aktif, dan koordinasi yang masih belum berjalan sebagaimana diharapkan. Permasalahan di lapangan dianalisis di dalam kelompok untuk dicari solusinya. Berapa lama tahapan ketiga ini berlangsung, tergantung dari kemajuan pembentukan kelompok dan kemandirian pengelola.

Bilamana target pada tahap ketiga tercapai, menjadi tanda bahwa perangkat organisasi siap memasuki tahap keempat yakni pengelolaan mandiri dimana keterlibatan industri diganti dengan partisipasi anggota dan pengelola pusat manajemen. Kehadiran industri hanya dilakukan dimana diperlukan dan bertindak sebagai konsultan organisasi.

Dalam kegiatan jaringan yang melibatkan banyak individu, diperlukan pengambilan keputusan yang tepat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Lingkungan bisnis yang berubah cepat sering memerlukan keputusan lebih cepat, yang dapat berakibat pada mutu pengambilan keputusan (Turban, Aronson dan Peng Lian, 2005). Pengambilan keputusan semakin kompleks bilamana melibatkan beberapa orang di dalam kelompok.

Area pengambilan keputusan dibagi menjadi dua yakni keputusan strategis dan teknis sebagai berikut :

a. Keputusan teknis operasional adalah keputusan yang diambil oleh kelompok mencakup cara bagaimana anggota berkontribusi dan bagaimana pelaksanaan teknis diselenggarakan mencakup: budidaya dan usaha tani, pengelolaan aktivitas, mekanisme pemecahan masalah anggota dan berpendapat. Dengan bantuan fasilitator, keputusan teknis dikelola sejalan dengan keputusan yang ditetapkan oleh pusat manajemen jaringan.

b. Keputusan strategis berada pada pusat manajemen jaringan mencakup : pemasaran, pengembangan usaha, keorganisasian, dan pemberdayaan anggota dengan cakupan yang lebih luas untuk kepentingan seluruh anggota. Keputusan strategis akan menjadi anutan dari seluruh anggota. Bagan di bawah ini akan menunjukkan bagaimana dua keputusan ditetapkan oleh lembaga jaringan.

Analisis persaingan - pergerakkan harga - pendekatan pesaing - jumlah pesaing Analisis Kebutuhan - pergerakkan permintaan - pergerakkan harga industri - perkembangan pasar agroinidustri Lingkungan Industri dan Jauh

- peraturan - inflasi - suku bunga

Analisis pengadaan nasional

- pasokan desa - nasional - produksi petani non

anggota - prediksi stock Analisis faktor pendukung - ketersediaan gudang - kemungkinan dana pinjaman - penyediaan buruh KEPUTUSAN STRATEGIS Mulai Data lengkap tidak ya

(1). Total ped pengumpul, Jml serapan tan obat, harga

beli.

(2). Total permintaan industri. (3). Harga beli AIF (Ai

Mancur,

Sidomuncul, Nyonya Meneer

Jago)

(4). Suku bunga kredit. Tkt inflasi (5), Sewa,lokasi, luas gudang, biaya buruh. Kebijakan pembelian,tingkat kualitas dan harga Harga sesuai Jumlah stock gudang

Jumlah penyaluran Rujukan Lokasi gudang, FIFO ya - Keputusan harga - Kebijakan produk (jenis,

tingkat mutu, pasokan) - Jumlah pembelian Kapasitas ? Sewa < /= batas ? Penetapan lokasi penyimpanan KEPUTUSAN OPERASIONAL tidak Selesai ya tidak

4. Tahap keempat : Pengelolaan Mandiri

Tanggung jawab pengelolaan jaringan pada tahap ini telah diserahterimakan kepada petani. Dengan demikian rekayasa rantai pasokan berbasis jaringan yang dimiliki sepenuhnya oleh anggota terwujud. Indikator jaringan siap berada pada tahap pengelolaan mandiri ditunjukkan dengan:

1. kemampuan pengelolaan sepenuhnya dilakukan oleh petani, fasilitator dan pengurus,

2. proses bisnis berjalan,

3. pengelolaan administrasi terpenuhi, 4. cara petani beraktivitas telah tepat.

Kondisi dimana kegiatan rutin berjalan sesuai proses bisnis dengan tingkat kesalahan rendah menunjukkan proses pembelajaran telah berjalan baik. Aktivitas kerja jaringan yang berada dalam tanggung jawab masing-masing bagian mengikuti proses bisnis sebagaimana diterakan pada gambar 28. Masing – masing penanggung jawab bagian melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan dalam proses bisnis.

Kegiatan pemasaran Industri Pelaksana operasional Manajer P e rk ira a n ke b u tu h a n b a h a n b a ku P e re n ca n a a n p e n g a d a a n b .b a k u P e m b e lia n P e n g o la h a n P e n y im p a n a n P e n ya lu ra n E va lu a si p e n ca p a ia n Pengadaan fasilitas pergudangan, transportasi Penyediaan buruh operasional Keuangan/ dana operasi Kegiatan pendukung Kegiatan operasi

Staf akunting dan administrasi umum P e m b in a a n p e ta n i Pusat penyimpanan data Kegiatan Sosialisasi Petani anggota Lembaga teknis

Gambar 28 Kegiatan operasi pusat manajemen jaringan.

Keberhasilan jaringan diukur dari : a. keuntungan, arus kas,

b. pertumbuhan permintaan, c. tingkat penolakan produk, d. umur keanggotaan dan e. tingkat kepuasan pelanggan.

Tolok ukur tersebut merefleksikan kemampuan operasional jaringan memuaskan pembeli industri, maupun memenuhi komitmen organisasi memberikan nilai lebih bagi anggota dalam wujud kepuasan, pembinaan dan kemajuan. Efektivitas pengelolaan diwujudkan dari seberapa cepat permintaan pasok bahan baku dapat dipenuhi kepada pembeli. Dalam pemenuhan permintaan pasokan, tenggang waktu (lead time)

diperhitungkan secara seksama dengan menganalisis waktu pengalihan permintaan kepada masing-masing anggota, melakukan pengumpulan bahan baku dan memproses sesuai persyaratan yang diminta.

7.2. Kepemilikan Jaringan

Pada tahap awal pembangunan, jaringan tidak dipusingkan dengan pemilihan hukum usaha. Terdapat tiga jenis badan hukum usaha yang dikenal di Indonesia yakni : 1) usaha swasta, 2) badan usaha pemerintah dan 3) koperasi (Hendrajogi, 1998). Esensi berjejaring lebih mengedepankan bagaimana hubungan pemasok-pemasok. Jaringan diharapkan segera beroperasi tanpa terkendala oleh persyaratan legalitas.

Jaringan menempatkan anggota sebagai pemilik, dimana salah satu alternatif memperoleh modal adalah dari anggota. Setoran modal diatur agar tidak terjebak pada pemusatan modal sehingga dikhawatirkan mempengaruhi keputusan. Dengan demikian, modal saham anggota tidak dipindahtangankan dengan tujuan mendorong anggota petani bersungguh-sungguh berhimpun di dalam jaringan. Atas dasar ini pula diharapkan jaringan menjadi kuat.

Setoran modal anggota merupakan tanda keikutsertaan sebagai anggota. Modal tersebut tidak dihitung untuk mendapatkan manfaat atau nilai deviden. Pengaturan-pengaturan dalam hal permodalan dan pengelolaannya diperlukan sehingga memberikan kepastian. Modal saham diatur tidak dapat ditarik untuk satu masa, yang lama masa tersebut ditetapkan dalam rapat pengurus terutama bagi anggota yang bermaksud mengundurkan diri.

Jaringan berazaskan manfaat pada anggota dimana masing-masing bertanggungjawab atas bagian yang disanggupi, berpartisipasi dan menyumbangkan kemampuan untuk keberhasilan organisasi. Pengelola pusat manajemen akan menetapkan kebijakan dasar, visi dan misi organisasi dan pengendalian operasional secara menyeluruh.

Tenaga pengelola di pusat manajemen ditetapkan oleh anggota. Pengelola berasal dari petani, kemungkinan sulit diperoleh pada tahap pertama dan kedua langkah strategis. Alternatif pertama untuk mengatasi kendala tenaga pengelola dilakukan dengan menarik tenaga profesional yang

dapat mengelola jaringan. Alternatif kedua, memperoleh tenaga pengelola yang berasal dari pemrakarsa industri. Kelanjutan dari pemakaian tenaga profesional sebagai pengelola pusat manajemen dapat diputuskan oleh anggota.

Pengambilan keputusan strategis dan penetapan rencana tahunan akan menemui kesulitan apabila melibatkan seluruh anggota mengingat domisili anggota yang berjauhan. Pemecahannya dilakukan dengan mewakilkan suara anggota kepada anggota lain atau fasilitator.

Kebijakan sisa hasil usaha akan ditetapkan berdasarkan masukan anggota. Distribusi sisa hasil usaha akan terdiri dari keuntungan jaringan setelah disisihkan dana cadangan untuk menghadapi paceklik atau resiko penurunan penjualan, sejumlah prosentase tertentu untuk tujuan pengembangan. Apabila jaringan menderita kerugian, maka ditetapkan alokasi tanggungan anggota. Bilamana terjadi pembubaran, maka modal saham yang telah disetorkan sejauh masih dimiliki sisa, dikembalikan kepada anggota secara proporsional.

Biaya operasional bagi fasilitator disiapkan berasal dari biaya pengelolaan yang dicadangkan untuk setiap kilogram bahan baku sebesar Rp 20,- Adapun alokasi insentif bagi pengelola jaringan disisihkan berasal dari biaya transaksi sebesar Rp 15,- per kilogram.

7.3. Persyaratan Implementasi

Jaringan memerlukan persyaratan-persyaratan agar dapat diimplementasikan. Keberhasilan penerapan sistem dipengaruhi oleh faktor lingkungan usaha dan kemungkinan penghambat internal. Sesungguhnya, apapun bentuk usaha memerlukan komitmen pemerintah dalam memberikan kemudahan dan keamanan berusaha, prasarana, sarana, dan paket kebijakan yang mendorong kemajuan usaha, dan pemihakan kepada kalangan petani.

Lingkungan industri merupakan faktor yang sangat dekat dengan kelangsungan hidup petani tanaman obat. Ekspansi industri akan memberikan dampak pada peningkatan volume produksi yang pada akhirnya mendorong permintaan bahan baku. Sebaliknya kesulitan pemasaran dan hambatan

perluasan usaha industri memberikan dampak negatif kepada petani. Untuk dapat menyejahterakan petani jaringan terlebih dahulu berhasil secara usaha. Persyaratan yang diharapkan terpenuhi dalam membangun rantai pasokan berbasis jaringan adalah :

1. Respon industri

Keberhasilan mewujudkan jaringan dan pengoperasiannya, memerlukan respons industri, dalam bentuk kesediaan menjalin kemitraan dengan jaringan. Dampak dari kesediaan bermitra akan menghasilkan keputusan pembelian bahan baku dengan harga terbaik disesuaikan dengan tingkat mutu bahan baku. Harapan kepada industri agar jaringan dapat diimplementasikan adalah :

a. memiliki visi membangun usaha agroindustri farmasi yang kuat, dan menempatkan petani sebagai aktor penting di dalam manajemen sumber bahan baku.

b. komitmen memberikan informasi kebutuhan bahan baku.

c. tidak memutuskan kontrak secara sepihak dan bersedia memberikan pembinaan.

d. melakukan pembayaran tunai terhadap pembelian bahan baku bahkan bilamana dimungkinkan membayar uang muka pembelian bahan baku yang dapat dipergunakan sebagai modal kerja jaringan minimal pada tahap pertama dan kedua dari empat tahapan strategis.

e. melakukan transaksi secara wajar dan tidak melakukan penekanan yang bersifat oportunistik.

Harga sebagai instrumen penentu transaksi dicapai bilamana keduabelah pihak saling terbuka dan mencapai titik temu untuk kepentingan bersama. Dalam hal penetapan harga beli, kedua belah pihak sebaiknya mencapai kesepakatan harga pembelian bahan baku untuk jangka tertentu. Mengingat harga tanaman obat cenderung berfluktuasi maka pada saat harga bergerak naik di luar kesanggupan pembeli, industri dan jaringan dapat melakukan kesepakatan perubahan harga baru yang tidak merugikan industri. Sebaliknya, bilamana harga bergerak turun, maka dapat disepakati pada tingkat harga sebagaimana ditetapkan

sebelumnya atau terdapat keputusan lain yang saling tidak merugikan. Peluang penyesuaian harga meningkat atau menurun dapat dibicarakan pada saat pertemuan penetapan harga beli yang pada prinsipnya adalah keterbukaan kedua belah pihak dan mempunyai komitmen penyelesaian terbaik sehingga tumbuh secara sehat.

2. Dukungan pemerintah

Keterbatasan kemampuan petani membangun jaringan, membutuhkan kehadiran pemrakarsa industri dengan dukungan pemerintah. Pemerintah membantu jaringan dalam :

1. penyuluhan atau pembinaan kepada petani tanaman obat melalui dinas terkait.

2. mendorong lembaga pembiayaan memberikan kredit bagi kepentingan usaha tani tanaman obat

3. perbaikan infrastruktur, dan menjamin kemudahan sarana produksi . 4. bekerjasama dengan balai penelitian melakukan penyuluhan budidaya. 5. konsistensi peraturan yang melindungi konsumen terhadap

agroindustri farmasi ilegal yang tidak dijamin keamanan produknya

Dokumen terkait