• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan percobaan yang digunakan untuk menganalisis hasil uji fisik, kimia dan mikrobiologi pada pembuatan fish snack (produk ekstrusi) ini adalah Rancangan Acak Lengkap Tunggal. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Package For Social Science (SPSS) pada komputer.

Model rancangan: Yij = µ + Ai + εij

Keterangan :

Yij : Respon pengaruh faktor A taraf ke-i pada ulangan ke-k µ : Nilai tengah umum/rataan

Ai : Pengaruh faktor A pada taraf ke-i εijk : Pengaruh galat percobaan

Bentuk hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut :

H0 : Penambahan flavor tidak berpengaruh terhadap umur simpan fish snack H1 : Penambahan flavor berpengaruh terhadap umur simpan fish snack

Data hasil uji sensori disusun dalam score sheet kemudian dihitung dengan statistik non parametrik, metode Kruskal wallis dengan rumus sebagai berikut :

H =

− + +1) 3( 1) ( 12 2 n ni R n n i H’ = pembagi H Pembagi = 1- ) 1 ( ) 1 ( − +

n n n T Keterangan: ni : banyaknya pengamatan n : total data

Ri : jumlah pangkat bebas dalam contoh ke-i

t : banyaknya pengamatan yang seri dalam kelompok H’ : H terkoreksi

Jika hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan hasil yang berbeda nyata selanjutnya dilakukan uji lanjut multiple comparison dengan rumus sebagai berikut (Steel dan Torrie 1991):

6 ) 1 ( 2 2 n k p R Rij × +

Keterangan:

Ri : rata-rata rangking perlakuan ke-i Rj : rata-rata nilai rangking perlakuan ke-j k : banyaknya ulangan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan

4.1.1. Pembuatan fish snack (produk ekstrusi)

Pembuatan fish snack (produk ekstrusi) dilakukan melalui beberapa tahap yaitu dimulai dengan pembentukan grit terhadap bahan baku yang akan digunakan, pencampuran bahan (pengadonan), pemasakan (ekstrusi), pendinginan, pengemasan hingga penyimpanan produk. Garam ditambahkan sebesar 2,5 % dari berat total saat proses pengadonan yang bertujuan untuk meningkatkan cita rasa produk.

Tahap berikutnya adalah proses ekstruksi. Ektrusi berlangsung singkat dengan suhu pemanasan berkisar antara 60-70 0C. Suhu dalam ekstruder yang dihasilkan selama proses ektruksi dapat mencapai 100 0C dengan tekanan yang diberikan sebesar 1 atm (670 mmHg) sehingga air yang terdapat dalam bahan akan menguap ketika adonan keluar dari cetakan. Adonan akan mengembang dan berpori kemudian menjadi keras setelah pendinginan dan pengeringan. Bentuk dan ukuran produk ditentukan oleh bentuk cetakan dan kecepatan pisau dalam memotong. Suhu, kecepatan proses ekstrusi, kadar air, dan komposisi bahan juga dapat mempengaruhi kenampakan produk akhir (Matz 1997).

Cetakan yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk silinder dengan diameter 3 mm. Bentuk cetakan yang digunakan berpengaruh terhadap tekstur dan penampakan ekstrudat dalam penilaian organoleptik baik secara rating maupun hedonik. Ekstrudat terpilih segera dikemas dengan plastik PP (polypropylene) tebal untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi terutama udara yang dapat menurunkan kerenyahan produk ekstruksi.

Fish snack (produk ekstrusi) yang telah dikemas, kemudian diberikan perlakuan tanpa dan dengan penambahan flavor. Fish snack tanpa penambahan flavor disebut snack TF dan fish snack dengan penambahan flavor disebut snack DF. Flavor yang digunakan adalah perasa keju yang merupakan produk komersil. Metode konvensional dipilih sebagai metode dalam penambahan flavor pada produk fish snack. Penambahan flavor selain meningkatkan cita rasa produk juga berperan sebagai coating yang akan memperbaiki penampakan dari produk tersebut. Kedua jenis snack tersebut selanjutnya disimpan dalam suhu ruang

berkisar antara 28-32 0C sebagai sampel untuk penentuan umur simpan baik secara konvensional maupun dengan metode akselerasi.

4.1.2. Karakteristik dan kadar air awal (Mi) fish snack (produk ekstrusi)

Penentuan karakteristik awal fish snack (produk ekstrusi) berupa analisis proksimat dan uji kerenyahan produk. Karakterisasi awal terhadap fish snack (produk ekstrusi) dilakukan untuk mengetahui mutu serta sifat-sifat (fisik, kimiawi, dan mikrobiologi) produk tersebut. Kadar air merupakan parameter utama snack yang mudah mengalami perubahan terhadap RH lingkungan selama penyimpanan dibandingkan dengan parameter-parameter lainnya. Perubahan kadar air akan mempengaruhi kerenyahan dari produk snack yang bersifat higroskopis ini. Sehingga kadar air ditetapkan sebagai faktor utama yang mempengaruhi parameter produk sehingga tidak dapat diterima oleh konsumen.

Adanya hasil survei konsumen terhadap parameter yang paling menentukan kerusakan produk snack juga mendukung dalam pendugaan umur simpan. Grafik hasil survei konsumen terhadap parameter kerusakan snack dapat dilihat pada Gambar 4:

Gambar 5. Parameter kritis produk snack

Gambar 5 menunjukkan hasil survei konsumen terhadap parameter yang paling mempengaruhi kerusakan produk snack. Panelis memilih parameter tekstur sebagai parameter kritis yang menentukan produk snack sudah tidak layak untuk dikonsumsi dengan persentase sebesar 56,67 % dari 30 panelis. Rasa sebagai parameter kedua juga berperan dalam menentukan kerusakan produk snack

melalui perubahan yang diberikan. Rasa pada produk pangan sangat ditentukan oleh formulasi produk tersebut (Fellows 1990). Perubahan aroma menjadi tengik tidak menjadi parameter utama yang dapat menyebabkan penurunan mutu snack. Bau tengik yang tercipta merupakan hasil oksidasi lemak yang berasal dari bahan baku penyusun produk. Grit ikan patin yang digunakan diduga sebagai salah satu sumber tingginya kandungan lemak pada snack DF disamping adanya penambahan flavor dalam produk. Oleh karena itu produk snack dinyatakan sudah tidak layak konsumsi atau mengalami kerusakan yaitu saat terjadinya penurunan mutu pada parameter tekstur menuju tidak renyah (sogginess) akibat adanya peningkatan kadar air bahan pangan. Tabel hasil analisis proksimat fish snack (produk ekstrusi) dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2. Hasil analisis proksimat fish snack (produk ekstrusi) TF dan DF Proksimat Tanpa Flavor (% BB) Dengan Flavor (% BB)

Kadar air 5,33 5,50

Kadar abu 3,24 3,75

Kadar protein 19,43 18,22

Kadar lemak 1,58 9,50

Kadar karbohidrat 70,41 63,03

Keterangan : % BB = Basis Basah

Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui karakteristik awal dari produk yang akan ditentukan umur simpannya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kandungan gizi pada produk fish snack telah sesuai dengan SNI-01-2886-2000 untuk kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat. Kadar air untuk snack TF adalah 5,33 % dan 5,50 % untuk snack DF. Kadar air yang tinggi pada kedua jenis snack dikarenakan kandungan air dalam grit ikan yang masih tinggi meskipun telah melalui proses pemanasan tinggi selama ekstrusi. Kandungan air dalam produk pangan ikut menentukan acceptability, kesegaran, tekstur, dan daya tahan produk tersebut (Winarno 1994).

Penggunaan grit ikan patin sebagai salah satu bahan baku pembuatan fish snack menjadikannya sumber protein utama produk tersebut. Adanya penambahan tersebut memberikan kandungan protein yang cukup tinggi dan menjadi keunggulan tersendiri produk fish snack. Berdasarkan hasil penelitian, snack TF memiliki kadar protein sebesar 19,43 % sedangkan kadar protein snack DF sebesar 18,22 %. Adanya komponen protein dalam bahan baku

mempengaruhi produk yang dihasilkan, yaitu semakin rendah pengembangannya.

Pengaruh protein ini tergantung pada tipe dan konsentrasi protein (Faubion dan Hoseney 1982).

Unsur mineral dikenal sebagai bahan anorganik yang tidak habis terbakar selama proses pembakaran sehingga terbentuk abu. Kadar abu pada produk fish snack dipengaruhi komponen mineral didalamnya yang sebagian besar berasal dari beras.

Kadar lemak hasil penelitian menunjukkan nilai persentase yang sangat berbeda diantara kedua jenis snack dimana snack DF memiliki kadar lemak yang lebih tinggi yaitu sebesar 9,50 % dibandingkan snack TF yang hanya sebesar 1,58 %. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan flavor dapat meningkatkan kandungan lemak pada produk snack. Jumlah minyak nabati yang digunakan sebagi media saat penambahan flavor juga berpengaruh terhadap kadar lemak akhir dari produk tersebut. Makanan ringan yang mengandung lemak antara 20 – 40 % akan meningkatkan penerimaan dan keinginan konsumen untuk makan lebih banyak (Harper 1981).

Sumber karbohidrat pada produk fish snack terutama diperoleh dari beras dan jagung. Karbohidrat berperan dalam pembentukan karakteristik produk pangan. Kadar karbohidrat ditentukan dengan menggunakan carbohydrate by difference melalui perhitungan kasar berupa selisih dari kadar total produk dengan kandungan gizi makro atau gizi mikro lainnya dalam bahan pangan. Kadar karbohidrat umumnya dicantumkan dalam daftar komposisi bahan pangan (Winarno 1994).

Rendemen fish snack berkisar antara 49,8 – 60 %. Rendemen dihitung berdasarkan persentase perbandingan jumlah produk yang dihasilkan dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Semakin besar nilai rendemen yang dihasilkan maka produk itu dikatakan semakin ekonomis dan efektif dalam proses produksinya.