• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

H. Rekayasa Nilai (Value Engineering)

I. Rantai Nilai

Setiap perusahaan memiliki beberapa masalah dalam pengendalian dan pengurangan biaya. Berbagai cara telah mereka lakukan untuk mengatasi masalah ini. Salah satu solusinya adalah melakukan analisis rantai nilai. Menurut Blocher, et al. (2012: 20), rantai nilai adalah alat analisis yang digunakan organisasi untuk mengidentifikasi langkah-langkah spesifik yang

dibutuhkan untuk menyediakan barang dan jasa yang kompetitif bagi pelanggan. Istilah rantai nilai digunakan untuk menggambarkan setiap aktivitas yang dimaksudkan untuk menambah nilai pada produk/ jasa bagi pelanggan dengan memahami dengan baik keunggulan kompetitif dan startegi perusahaan dalam memisahkan operasinya berdasarkan aktivitas.

Menurut Hansen dan Mowen (2012: 237-240), dalam mengidentifikasi dan menilai isi nilai suatu komponen biaya akan ditemukan berbagai kegiatan yang bernilai-tambah dan tak-bernilai-tambah.

1. Aktivitas bernilai-tambah adalah berbagai aktivitas yang dibutuhkan untuk dapat bertahan dalam bisnis. Biaya bernilai-tambah timbul dari berbagai aktivitas bernilai-tamabah dengan efisiensi yang sempurna. Contoh: Aktivitas discretionary. Aktivitas discretionary meliputi aktivitas yang menghasilkan perubahan kondisi, perubahan kondisi yang tidak dapat dicapai melalui aktivitas sebelumnya dan aktivitas yang memungkinkan berbagai aktivitas lainnya dilakukan.

2. Aktivitas tak-bernilai-tambah adalah semua aktivitas selain aktivitas yang paling penting untuk tetap bertahan dalam bisnis sehingga dipandang tidak perlu. Aktivitas tak-bernilai-tambah dapat disebabkan oleh aktivitas yang memiliki kinerja yang tidak efisien dari aktivitas bernilai-tambah. Aktivitas tidak-bernilai-tambah dapat diidentifikasikan melalui ketidakmampuan memenuhi salah satu dari tiga kriteria aktivitas bernilai-tambah. Contoh: Aktivitas penjadwalan, perpindahan, waktu tunggu, pemeriksaan dan penyimpanan.

Setiap aktivitas-aktivitas yang ada memiliki tujuan dan manfaat yang berbeda-beda. Setiap input yang ada akan mempengaruhi output yang dihasilkan. Dalam pelaksanaan kegiatan produksi hendaknya perlu dilakukan analisis untuk mengetahui nilai dan manfaat dari setiap aktivitas-aktivitas. Menurut Hansen dan Mowen (2012: 240-241), dalam melakukan analisis aktivitas terdapat empat cara yang dapat mengurangi biaya, yaitu:

a. Eliminasi aktivitas, berfokus pada berbagai aktivitas yang tak-bernilai-tambah. Jika aktivitas akan gagal menambah nilai telah diidentifikasi, maka pengukuran harus dilakukan untuk mengarahkan perusahaan dalam mengeliminasi aktivitas-aktivitas tersebut.

b. Pemilihan aktivitas, melibatkan pemilihan berbagai rangkaian aktivitas yang ditimbulkan oleh beberapa strategi yang saling bertentangan. c. Pengurangan aktivitas, mengurangi waktu dan sumber daya yang

dibutuhkan suatu aktivitas. Pendekatan ini ditujukan untuk memperbaiki efisiensi dari berbagai aktivitas yang dibutuhkan atau menjadi strategi jangka pendek untuk memperbaiki berbagai aktivitas tak-bernilai-tambah sampai aktivitas tersebut dapat ditiadakan.

d. Penyatuan aktivitas, digunakan untuk meningkatkan efisiensi dari berbagai aktivitas yang dibutuhkan dengan menggunakan economy of scale.

Pada zaman modern ini, konsumen lebih selektif dalam memilih barang yang akan mereka konsumsi. Trend, keadaan ekonomi dan selera masyarakat

yang ada sekarang ini sering kali mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Konsumen menginginkan suatu produk yang terjangkau dan memiliki manfaat yang lebih daripada bentuknya. Hal ini membuat setiap produsen berlomba-lomba untuk menciptakan suatu produk yang inovatif dan kompetitif. Untuk menciptakan atau menambah nilai suatu produk/ jasa yang memiliki keunggulan diperlukan sistem rantai nilai yang dapat menunjang terciptanya keunggulan kompetitf tersebut. Menurut Blocher et al. (2011: 64), terdapat tiga dalam penerapan sistem rantai nilai:

1. Fase hulu (manajemen rantai pasokan), mencakup pengembangan produk dan hubungan perusahaan dengan pemasok.

2. Fase operasi, mengacu pada operasi manufaktur atau peritel untuk perusahaan jasa.

3. Tahap hilir (manajemen hubungan pelanggan), mengacu pada hubungan dengan pelanggan, mencakup pengiriman, pelayanan dan aktivitas terkait lainnya.

Bagian penting dari pelaksanaan analisis rantai nilai adalah menganalisis strategi berdasarkan pertimbangan keunggulan kompetitif. Tidak mungkin suatu perusahaan akan membuat sesuatu yang sama dengan pesaingnya. Hal itu akan dianggap plagiat atau menjiplak hasil karya perusahaan lain, tidak kreatif dan terjadi persaingan yang tidak sehat yang nantinya akan merugikan setiap perusahaan yang terlibat. Padahal setiap pelanggan atau konsumen menginginkan suatu produk yang inovatif, memiliki keunggulan tersendiri dan beragam sehingga konsumen akan memiliki pilihan tersendiri untuk

kebutuhannya. Untuk itulah dengan menggunakan analisis rantai nilai, setiap perusahaan dapat menentukan strategi-strategi yang akan diterapkan untuk menciptakan produk dengan keunggulan kompetitif tertentu. Contohnya dalam industri teknologi, Texas Instrument berfokus pada teknologi chips,

Intel berfokus pada teknologi prosessor atau Sony berfokus pada layar monitor. Ataupun produk sepatu olahraga Nike lebih berfokus pada desain

stylist dan bahan yang ringan dipakai dan Adidas berfokus pada ketahanan sepatu yang kuat dan desain mewah/ elegan. Menurut Blocher et al. (2011:64-65), dalam mencapai keunggulan kompetitif tersebut, terdapat dua langkah dalam analisis rantai nilai, yakni:

1. Mengidentifikasi aktivitas rantai nilai.

Perusahaan melakukan identifikasi aktivitas nilai tertentu seperti proses perancangan, produksi dan penyediaan layanan pelanggan untuk melakukan pengembangan rantai nilai.

2. Mengembangkan keunggulan kompetitif dengan menurunkan biaya atau menambah nilai

Hal ini bertujuan untuk mengetahui suatu potensi yang dapat dimanfaatkan melalui analisa aktivitas nilai dan penggerak biaya (cost driven).

Dalam upaya untuk mengetahui potensi-potensi yang ada, terdapat hal-hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a. Identifikasi keunggulan kompetitif.

b. Identifikasi kesempatan untuk menambah nilai melalui identifikasi aktivitas yang dapat menambah nilai bagi pelanggan.

c. Identifikasi peluang untuk mengurangi biaya.

Menurut Blocher, et al. (2012: 222-223), terdapat dua macam aktivitas yang memiliki tambah, yaitu:

1. Aktivitas bernilai tambah tinggi (high-value-added activity) dapat meningkatkan milai produk atau jasa secara signifikan. Contoh: aktivitas merencanakan penyiaran berita sehingga pemirsa dapat mengikuti transisi dari satu berita ke berita berikutnya.

2. Aktivtas bernilai tambah rendah (low-value-added activity) merupakan kegiatan yang menghabiskan waktu, sumber daya atau ruang tetapi menambah sedikit kontribusi untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Aktivitas bernilai tambah rendah adalah aktivitas yang:

a. Dapat dihapuskan tanpa mempengaruhi bentuk, kesesuaian, atau fungsi produk atau jasa.

b. Dimulai dengan awalan “re” (contoh: rework).

c. Menyebabkan pemborosan dan menambahkan sedikit atau tidak sama sekali nilai bagi produk atau jasa.

d. Diduplikasi pada departemen lain atau menambah tahap yang tidak dibutuhkan dalam proses bisnis.

Dokumen terkait