• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis perbandingan perhitungan biaya produksi menurut perusahaan dengan metode target costing (studi kasus pada pertenunan Santa Maria Boro).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis perbandingan perhitungan biaya produksi menurut perusahaan dengan metode target costing (studi kasus pada pertenunan Santa Maria Boro)."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI

MENURUT PERUSAHAAN DENGAN METODE TARGET COSTING

Ignatius Anugrah Widya Pratama NIM: 112114038

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2015

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perhitungan biaya produksi menurut perusahaan dengan perhitungan biaya produksi menurut target costing. Penelitian ini penting karena mengurangi biaya produksi perusahaan yang akan menawarkan harga jual yang lebih kompetitif.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data adalah observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif untuk membandingkan perhitungan biaya produksi menurut perusahaan dengan perhitungan biaya produksi menurut metode target costing.

Hasil dari analisis data menunjukan bahwa 1) Biaya produksi per unit berdasarkan target costing adalah Rp69.541,00, Rp20.501,00 lebih rendah dari biaya produksi sebelumnya. Laba kotor per unit adalah Rp15.459,00. 2) Perusahaan disarankan untuk mengganti distributor bahan baku dan bahan penolong yang menawarkan harga yang rendah dengan kualitas yang sama. 3) Selanjutnya, perusahaan juga disarankan untuk menggunakan lampu LED dan power saver untuk menghemat biaya produksi.

▸ Baca selengkapnya: perhitungan nama menurut islam

(2)

ANALYSIS OF COMPARISON PRODUCTION COST CALCULATION OF

COMPANY AND TARGET COSTING METHOD

Ignatius Anugrah Widya Pratama

NIM: 112114038 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This research purposed to compare the production cost calculated by company with that of target costing method. This research is important because reducing costs of production will offer the more competitive sales price.

The kind of this research is a case study. Data collecting techniques were observation, documentation and interview. The data analysis technique was descriptive analysis by comparing production cost calculated by company with production cost calculated based on target costing method.

The results of analysis data showed that 1) The production cost per unit based on target costing was Rp69.541,00, Rp20.501,00 lower than the previous one. The gross profit per unit was Rp15.459,00. 2) The company was suggested to change its vendor of materials that offered lower price with the similar quality. 3) Furthermore, it is also suggested to use LED lamps and power saver to economize the production costs.

(3)

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA

PRODUKSI MENURUT PERUSAHAAN DENGAN METODE

TARGET COSTING

Studi Kasus Pada Pertenunan Santa Maria Boro

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun oleh:

Ignatius Anugrah Widya Pratama

NIM: 112114038

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA

PRODUKSI MENURUT PERUSAHAAN DENGAN METODE

TARGET COSTING

(Studi Kasus Pada Pertenunan Santa Maria Boro)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun oleh:

Ignatius Anugrah Widya Pratama

NIM: 112114038

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)

Skripsi

AI\ALISIS

PERBANDINGAN

PERHITINGAN BIAYA

PRODUKSI MENURUT

PERUSAHAAN

DENGAN METODE

TARGET

COSTING

(Studi Kasus Pada Pertenunan Santa Maria Boro)

Pembimbing

411211406& ell

'1

'-f\

\F

\

"v

{-eL

r*e

KB

g --d

ryeec=-* - B

E1l rri i\ Y

ssB

\E

5t

6lur-'ao4q ffi

,ry*LE

.i1#

ts*@

aF

7 .r+E

Disetuiui oleh:

-h'

I J i=rg

|

,.\,.\

.f^'*'

*{\

I

KffiF-

,r#

us I ilF A fol ,# Tr

*#flsa{r

fff

-&*€

E .'TL * {ra

\

{*'

qt f!z

tsse- ft t. &eJ gi \.- f, f.<t ri

^F

'

tsaP-'"* F;;*

f*

fu

a_ F4{r-a

#

).\:t

tFl

iLE

g. a -*" r\ LJSE

tsc. -aa' B.t Eg

(6)

Skripsi

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN

BIAYA

PRODUKSI

MENT]RUT PERUSAHAAN

DENGAN METODE

TARGET COSTING

(Studi Kasus Pada Pertenunan Santa Maria Boro)

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Ignatius Anugrah Widya Pratama

}ffM:'t*2114038

.Tef61r dipe*ahar*qn-di-d9p6o Eiimr+.Penguji

PaOa

tangall I

Desernber 2015' .

Dan dinyatakan memenuhi syarat ' ,,

':_

r:_!i;--.Susuna$.*ryqpPenguji.;t.-i

: -

,:-1/

Dr. Fr. Reni

Rffi

A.;M.Si.,'ld<.,

C.A. %

,,'''

()

_

LisiaApriani, S.E- M.Si., Ak., QIA.,

C.c.

\#

Ketua:,,..

Sekretaris ,

Anggota

-l-Anggota

Anggota

Yogyakarta, 31 Desember 2015

Ekonomi

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Aku Tidak Bilang Kalau Kau Akan Berhasil Jika Tidak Menyerah, Tapi

Kalau Kau Menyerah, Tidak Ada Lagi Yang Tersisa

(Aomine Daiki)

Kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus Ayah dan Ibu tercinta Alm. Embah Ros tercinta

(8)

PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA TULIS

SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

ANALISIS

PERBANDINGAN PBRHITUNGAN

BIAYA

PRODUKSI MENURUT PBRUSAHAAN DENGAN

METODE

TARGET COSTING

(Studi Kasus Pada Pertenunan Santa Maria Boro)

dan diajukan untuk diuji pada tanggal 11 Desember 2015 adalah hasil karya saya.

Dengan

ini

saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak

tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui

seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri

dan

atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain

tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila dikemudian hari saya melakukan tindakan tersebut di atas, saya bersedia menerima sanksi berupa skripsi

ini

digugurkan, ijazah dikembalikan kepada Pimpinan Universitas Sanata Dharma dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E.) dibatalkan.

Yogyakarta, 31 Desember 2015 Yang membuat Pernyataan,

(9)

LEMBAR

PERNYATAAN

PERSETUJUAN

PUBLIKASI

KARYA

ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ignatius Anugrah Widya Pratama

Nomor Induk

Mahasiswa

:112114038

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata

Dharma

karya

ilmiah

yang

berjudul

"ANALISIS

PERBAI\DINGAN PERHITUNGAN

BIAYA

PRODUKSI

MENURUT PERUSAHAAN DENGAN METODE TARGET COSTING (Studi Kasus Pada Pertenunan Surlu Maria Boro)" beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian

saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, lnendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di

Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 31 Desember 2015

VI

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat

karunia dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dari awal

hingga akhir.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana ekonomi dari Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma dengan judul “Analisis Penerapan Metode Target Costing

Sebagai Sarana Pengendalian Biaya Produksi Dalam Mencapai Target Biaya”.

Dalam proses pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari banyak memperoleh

bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku rektor Universitas Sanata Dharma

yang telah memberikan kesempatan belajar dan mengembangkan kepribadian

penulis.

2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata

Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si, QIA selaku Kaprodi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

4. Ir. Drs. Hansiadi Yuli. Hartanto M. Si., Akt selaku pembimbing yang dengan

(11)

viii

5. Trisnawati Rahayu M. Si., Akt yang telah meluangkan waktu dan kesabarannya

untuk memberi bimbingan, arahan dan motivasi bagi penulis.

6. Segenap dosen Fakultas Ekonomi yang telah memberi bimbingan dan ilmu

pengetahuan selama masa perkuliahan.

7. Bruder Petrus Sutimin selaku pemimpin perusahaan dan segenap karyawan,

khususnya Bapak Anto yang telah memberikan segala informasi penting yang

dibutuhkan selama pengerjaan skripsi ini.

8. Kedua orangtua saya dan sanak saudara yang telah memberikan dukungan moral

dan materiil serta doa yang tiada habisnya.

9. Teman-teman seperjuangan kuliah dari berbagai angkatan dan Universitas yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas segala bantuannya baik materi, doa

dan sumbang saran serta kritik.

Penulis menyadari sepenuhnya akan segala kelemahan dan kekurangan yang ada

dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari para pembaca.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.

Yogyakarta, 31 Desember 2015

(12)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xvi

Bab I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 3

E. Sistematika Penulisan ... 4

Bab II LANDASAN TEORI A.Biaya ... 6

B. Harga Pokok Produk ... 12

C.Biaya Standar ... 13

D.Akuntansi Biaya Proses ... 15

E. Strategic Cost Reduction ... 17

F. Target Costing ... 18

G.Kaizen Costing, Kendali Operasional dan Lean Manufacturing ... 26

H.Rekayasa Nilai ... 29

I. Rantai Nilai ... 30

J. Penentuan Harga Jual ... 36

Bab III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C.Ruang Lingkup Penelitian ... 39

D.Jenis Data dan Sumber Data ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

(13)

x

Bab VI GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.Sejarah Perusahaan ... 44

B. Lokasi Perusahaan ... 46

C.Tujuan Didirikan Perusahaan ... 47

D.Modal dan Sumber Dana Perusahaan ... 48

E. Struktur Organisasi ... 48

F. Personalia ... 53

G.Produk ... 54

H.Produksi ... 55

I. Pemasaran ... 59

Bab V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A.Perhitungan Biaya Produksi Yang Dilakukan Perusahaan ... 60

B. Perhitungan Biaya Produksi Dengan Metode Target Costing... 67

C.Membandingkan Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perusahaan Dengan Perhitungan Biaya Produksi Menurut Target Costing ... 90

Bab VI PENUTUP A.Kesimpulan ... 93

B. Keterbatasan Masalah ... 93

C.Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1. Tabel 5.1. Proporsi Pemakaian Bahan Baku Dalam 1 Kali Produksi ... 61

2. Tabel 5.2. Biaya Pemakaian Bahan Baku Selama Tahun 2014 ... 62

3. Tabel 5.3. Pemakaian Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Selama 2014 ... 63

4. Tabel 5.4. Total Biaya Overhead Pabrik Tahun 2014 ... 65

5. Tabel 5.5. Perhitungan Total Biaya Produksi Pertenunan Santa Maria Boro 66 6. Tabel 5.6. Perbandingan Harga Selimut Dengan Produk Pesaing ... 68

7. Tabel 5.7. Pemakaian Bahan Baku Benang Cotton Dalam Mencapai Target Costing ... 68

8. Tabel 5.8. Perbandingan Biaya Bahan Baku Benang Katun Menurut Perusahaan Dengan Target Costing (1 Tahun Produksi) ... 72

9. Tabel 5.9. Total Biaya Bahan Baku Benang Katun Yang Dapat Dihemat (1 Kali Produksi) ... 72

10. Tabel 5.10. Pemakaian Bahan Baku Tepung Kanji Dalam Mencapai Target Costing ... 73

11. Tabel 5.11. Perbandingan Biaya Bahan Baku Tepung Kanji Menurut Perusahaan Dengan Target Costing (1 Tahun Produksi) ... 73

12. Tabel 5.12. Total Biaya Bahan Baku Tepung Kanji Yang Dapat Dihemat (12 kali Produksi) ... 73

13. Tabel 5.13. Pemakaian Bahan Baku Dalam Mencapai Target Costing ... 74

14. Tabel 5.14. Total Biaya Bahan Baku Yang Dapat Dihemat ... 74

15. Tabel 5.15. Pemakaian Tenaga Kerja Langsung Dalam Mencapai Target Costing ... 76

16. Tabel 5.16. Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Yang Dapat Dihemat ... 76

17. Tabel 5.17. Pemakaian Pewarna dan TRO Dalam Mencapai Target Costing 79

18. Tabel 5.18. Perbandingan Pemakaian Pewarna dan TRO Menurut Perusahaan Dengan Target Costing(12 kali Produksi) ... 79

19. Tabel 5.19. Total Pemakaian Pewarna dan TRO Yang Dapat Dihemat (12 kali Porduksi) ... 79

20. Tabel 5.20. Pemakaian Overhead Pabrik Lain-Lain Dalam Mencapai Target Costing ... 83

21. Tabel 5.21. Perbandingan Biaya Overhead Pabrik Lain-Lain Menurut Perusahaan Dengan Target Costing (12 kali produksi) ... 84

(15)

xii

24. Tabel 5.24. Perbandingan Biaya Overhead Pabrik Menurut Perusahaan Dengan

Target Costing(12 kali produksi) ... 87 25. Tabel 5.25. Total Biaya Overhead Pabrik Yang Dapat Dihemat (12 kali

produksi) ... 88 26. Tabel 5.26. Perhitungan Total Biaya Produksi Target Costing Yang

Terealisasi ... 89 27. Tabel 5.27. Perbandingan Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perusahaan

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

xiv

ABSTRAK

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA

PRODUKSI MENURUT PERUSAHAAN DENGAN METODE

TARGET COSTING

Ignatius Anugrah Widya Pratama NIM: 112114038

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2015

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perhitungan biaya produksi menurut perusahaan dengan perhitungan biaya produksi menurut target costing.

Penelitian ini penting karena mengurangi biaya produksi perusahaan yang akan menawarkan harga jual yang lebih kompetitif.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data adalah observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif untuk membandingkan perhitungan biaya produksi menurut perusahaan dengan perhitungan biaya produksi menurut metode target costing.

Hasil dari analisis data menunjukan bahwa 1) Biaya produksi per unit berdasarkan

(18)

xv

ABSTRACT

ANALYSIS OF COMPARISON PRODUCTION COST

CALCULATION OF COMPANY AND TARGET COSTING

METHOD

Ignatius Anugrah Widya Pratama

NIM: 112114038 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This research purposed to compare the production cost calculated by company with that of target costing method. This research is important because reducing costs of production will offer the more competitive sales price.

The kind of this research is a case study. Data collecting techniques were observation, documentation and interview. The data analysis technique was descriptive analysis by comparing production cost calculated by company with production cost calculated based on target costing method.

The results of analysis data showed that 1) The production cost per unit based on target costing was Rp69.541,00, Rp20.501,00 lower than the previous one. The gross profit per unit was Rp15.459,00. 2) The company was suggested to change its vendor of materials that offered lower price with the similar quality. 3) Furthermore, it is also suggested to use LED lamps and power saver to economize the production costs.

(19)

1

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan dalam dunia usaha di era globalisasi ini setiap tahun semakin

ketat. Hal ini ditandai dengan disetujuinya perjanjian-perjanjian perdagangan

antar kawasan dunia seperti AFTA yang nantinya tidak akan akan ada

hambatan tarif (bea masuk 0-5%) ataupun hambatan non tarif untuk negara -

negara anggota ASEAN. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

Indonesia tahun 2014, secara kumulatif nilai impor mencapai US$178,18

miliar atau turun 4,53% dibandingkan periode tahun 2013 sedangkan nilai

ekspor selama 2014 mencapai US$176,29 miliar turun 3,43% dibandingkan

periode tahun 2013 sehingga pada tahun 2014 terdapat defisit pendapatan

sebesar US$1,89 miliar.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), Suryani

SF Motik, menegaskan bahwa Indonesia belum siap menyambut AFTA 2015.

Tingkat ekspor lebih kecil daripada impor mengindikasikan bahwa produk

hasil karya dalam masih kurang diminati pasar mancanegara maupun

domestik dikarenakan harga yang terlalu tinggi dan kualitas produk yang

ditawarkan masih kalah dengan produk dari luar negeri. Padahal

sesungguhnya dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang

melimpah, faktor tersebut selayaknya dapat menjadi modal besar untuk

bersaing di pasaran bebas apabila dikelola dengan baik dan benar. Dalam

(20)

Indonesia perlu menciptakan produk inovatif dan berkualitas yang ditawarkan

dengan harga kompetitif. Salah satu cara untuk menciptakan produk inovatif

yang menawarkan kualitas dengan biaya yang rendah adalah dengan

penggunaan metode target costing yang berbasis desain inovatif dan hemat biaya yang dapat dibangun dalam tahap desain, scout pemasok, sistem produksi dan pelaksanaan aktivitas yang tepat guna.

Target costing merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengurangi biaya produksi yakni dengan cara menentukan harga jual terlebih dahulu yang

kemudian dikurangi perkiraan laba yang ingin dicapai. Metode ini diharapkan

dapat membantu para pelaku bisnis dalam upaya mengurangi biaya produksi

yang dikeluarkan tanpa harus menaikkan harga jual untuk menciptakan

produk yang berinovasi dengan biaya rendah.

Pertenunan Santa Maria Boro yang berlokasi di Kulon Progo Provinsi D.I.

Yogyakarta ini merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang

pembuatan industri pertenunan dengan produk andalannya adalah selimut

sebagai perlengkapan tempat tidur. Disamping itu, Ketua Panita Pelaksana

Deklarasi Busana Indonesia Iman Sucipto Umar menjelaskan bahwa pada

tahun 2013, ekspor kain dalam bentuk pakaian dari Indonesia berjumlah US$

7,52 miliar sebanyak 20% merupakan busana dengan bahan baku kain batik

dan tenun. Hal ini menunjukan bahwa penjualan kerajinan tenun dapat

menjadi komoditas andalan ekspor bagi Indonesia dalam meningkatkan

rangka untuk meningkatkan pemasukan negara. Dengan menggunakan

(21)

dengan harga yang kompetitif dan dapat memperoleh laba yang diinginkan

sehingga segala sesuatu yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai.

Topik yang dipilih oleh penulis: “Analisis Penerapan Metode Target Costing

Sebagai Sarana Pengendalian Biaya Produksi Dalam Mencapai Target Laba

Studi Kasus Pada Pertenunan Santa Maria Boro”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimana perbandingan perhitungan biaya produksi yang dilakukan

perusahaan dengan perhitungan biaya produksi dengan metode target

costing?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui perbandingan perhitungan biaya produksi yang dilakukan

oleh perusahaan dengan perhitungan biaya produksi dengan metode target costing.

D.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Perusahaan

Sebagai alternatif dan sumbangan pemikiran bagi Pertenunan Santa Maria

Boro di Kulon Progo dalam menerapkan metode perhitungan biaya

berdasarkan target dalam upaya untuk menentukan biaya produksi yang

disesuaikan dengan pengeluaran biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

(22)

2. Bagi Universitas

Sebagai karya tulis yang dapat digunakan sebagai referensi bacaan

mengenai target costing bagi pihak yang membutuhkan dan untuk memperkaya kepustakaan.

3. Bagi Penulis

Sebagai sarana dalam mengimplementasikan pengetahuan yang didapat

selama studi kuliah melalui praktek penelitian dan menambah pengetahuan

terkait sejauh mana teori ini dapat diterapkan dalam perusahaan.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari enam bab, yang terdiri dari:

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, batasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika penulisan.

Bab II: Landasan Teori

Pada bab ini membahas mengenai teori-teori yang akan digunakan

sebagai dasar untuk mengolah data yang diperoleh dari penelitian.

Bab III:Metode Penelitan

Pada bab ini membahas mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian, subyek dan obyek penelitian, data-data yang akan

(23)

Bab IV :Gambaran Umum Perusahaan

Berisi tentang sejarah perkembangan perusahaan, tujuan pendirian

perusahaan, struktur organisasi perusahaan, personalia dan proses

produksi.

Bab V : Analisis Data dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang analisis data dan pembahasan data-data

yang diperoleh selama penelitian.

Bab VI : Penutup

Berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil, keterbatasan

(24)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Biaya

Setiap produk yang dihasilkan dalam sistem produksi mengandung

unsur-unsur biaya. Menurut Sprouse dan Moonits yang dikutip Suwardjono (2014:

399), biaya adalah sebuah pengorbanan yang dibuat untuk menjamin laba

dengan harga dan diukur pertukaran. Menurut Hansen dan Mowen (2012:

47), biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang/

jasa yang dharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi

organisasi. Menurut Carter (2006: 30), biaya adalah suatu nilai tukar,

pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan

manfaat. Adapun Witjaksono (2013: 3) berpendapat bahwa biaya atau cost

dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan manfaat sesuai prinsip dapat saling

ditandingkan antara pengorbanan dengan manfaat.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa biaya adalah suatu pengorbanan yang

dilakukan untuk memperoleh manfaat untuk mencapai tujuan tertentu.

Definisi biaya berbeda dengan beban, karena beban sendiri meruakan suatu

arus keluar yang diukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan

(25)

Dalam mengklasifikasi biaya menurut hubungannya dengan produk, Carter

(2006: 40) menggolongkan biaya menjadi dua, yakni:

1. Biaya Manufaktur/ Biaya Produksi

Dalam biaya manufaktur terdapat tiga komponen utama, yakni terdiri dari:

a. Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk

bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam

perhitungan biaya produk.

b. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi

bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara

layak ke produk tertentu.

c. Overhead pabrik sendiri terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik antara lain bahan tidak langsung atau bahan penolong, tenaga kerja tidak

langsung dan biaya tidak langsung lainnya. Bahan baku tidak langsung

adalah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk

tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan

baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk. Tenaga kerja tidak

langsung adalah tenaga kerja tidak secara langsung ditelusuri ke

(26)

2. Biaya Komersial

Dalam biaya komersial terdapat dua komponen utama, yakni terdiri dari:

a. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan ketika proses

manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap dijual. Contoh

biaya pemasaran biaya pengiriman.

b. Biaya administratif termasuk biaya yang terjadi dalam mengarahkan

dan mengendalikan organisasi. Contoh biaya administratif: Gaji

pegawai bagian keuangan.

Dalam menunjang kegiatan operasional suatu perusahaan, diperlukan

departemen-departemen biaya yang bertanggung jawab untuk

mengumpulkan, menyusun dan mengkomunikasikan informasi mengenai

aktivitas-aktivitas suatu perusahaan. Departemen biaya akan berkoordinasi

berbagai departemen lainnya, yakni:

1. Departemen manufaktur, bertugas untuk mendesain dan mengendalikan

produksi.

2. Departemen personalia, bertugas untuk melakukan wawancara dan

memilih karyawan serta memelihara catatan karyawan, termasuk tingkat

upah.

3. Departemen keuangan, bertanggung jawab atas administrasi finansial dari

suatu perusahaan.

4. Departemen pemasaran, menggunakan data biaya utuk menentukan

produk-produk yang menguntungkan dan untuk menentukan kebijakan

(27)

5. Departemen hubungan masyarakat, bertugas untuk memelihara hubungan

baik antara perusahaan dengan masyarakatnya, terutama pelanggan dan

pemegang saham perusahaan. Departemen biaya menyediakan informasi

untuk diumumkan kepada publik menyangkut informasi tentang harga,

gaji dan dividen.

Menurut Hansen dan Mowen (2007: 98), klasifikasi biaya berdasarkan

perilaku biaya:

1. Biaya variabel, yaitu biaya yang dalam jumlah keseluruhan bervariasi

secara proporsional terhadap perubahan keluaran.

2. Biaya tetap, yaitu biaya yang dalam jumlah keseluruhan konstan dalam

relevan ketika tingkat keluaran aktivitas berubah. Yang dimaksud dengan

rentang yang relevan adalah rentang keluaran dimana asumsi huungan

biaya/ keluaran berlaku.

3. Biaya campuran, yaitu biaya yang memiliki komponen biaya tetap dan

biaya variabel.

Menurut Carter (2006: 43), klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya

dengan volume kegiatan:

1. Biaya variabel, yakni jumlah total biaya yang berubah secara proporsional

terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan. Contoh: upah

lembur.

2. Biaya tetap, yakni biaya yang bersifat konstan secara total dalam rentang

(28)

manajemen menengah atau manajemen eksekutif bukan tugas penyelia

operasi. Contoh: biaya sewa.

3. Biaya semivariabel merupakan biaya yang memiliki elemen sifat biaya

tetap dan biaya variabel. Contoh: biaya listrik.

Dalam mengelompokkan biaya sebagai dasar pengambilan keputusan bagi

manajemen, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Biaya relevan, yaitu biaya yang mempengaruhi manajemen dalam

pengambilan keputusan.

2. Biaya tidak relevan, yaitu biaya yang tidak mempengaruhi manajemen

dalam pengambilan keputusan.

Menurut Salman (2013: 26), klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya

dengan fungsi produksi, yakni:

1. Biaya bahan baku adalah besarnya penggunaan bahan baku yang

dimasukkan ke dalam proses produksi unutk mengahasilkan produk jadi.

Contoh: benang dalam perusahaan pertenunan, yaitu mengubah benang

menjadi kain tenun.

2. Biaya pekerja langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk

membayar pekerja yang berkait langsung dengan proses produksi untuk

menghasilkan produk jadi. Contoh: gaji bagian pemotong kain dalam

perusahaan pakaian.

3. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan selain biaya bahan baku dan biaya pekerja langsung. Contoh: biaya

(29)

Menurut Riwayadi (2014: 16), klasifikasi biaya berdasarkan fungsi utama

organisasi, yakni:

1. Biaya produksi (manufacturing cost) adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi. Biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku

langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

2. Biaya pemasaran (marketing expenses) adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi pemasaran. Contoh: biaya iklan dan biaya gaji karyawan

pemasaran.

3. Biaya administrasi dan umum (administrative and general expenses) adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum.

Contoh: biaya gaji karyawan departemen personalia.

Menurut Surjadi (2013: 11), klasifikasi biaya didasarkan pada hubungan

biaya dengan periode akuntansi:

1. Capital expenditure adalah pengeluaran yang mempunyai manfaat untuk masa mendatang, yang dicatat sebagai aktiva.

2. Revenue expenditure adalah pengeluaran yang mempunyai manfaat hanya untuk periode sekarang, yang dicatat sebagai expense.

Menurut Witjaksono (2013: 19-20), biaya berdasarkan pada pertanggung

jawabannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Biaya terkendali (controllable cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu tempat biaya dan atas pengeluaran biaya tersebut seseorang harus

(30)

produksi bertanggung jawab atas biaya produksi yang masih dalam

kendali kekuasaannya, misalnya total jam tenaga kerja karyawan.

2. Biaya tak terkendali (un-controllable cost) adalah biaya yang tidak bisa dibebankan tanggung jawab pengeluarannya pada seseorang manajer/

pimpinan pusat biaya. Contoh: manajer tidak bertanggung jawab atas

kenaikan upah akibat naiknya Upah Minimum Provinsi.

B. Harga Pokok Produk

Menurut Surjadi (2013: 4), biaya diartikan dalam pengertian luas dan

pengertian sempit. Biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan

sumber ekonomis (sifat kelangkaan) yang diukur dalam satuan mata uang

yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi dalam mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan dalam arti sempit, biaya dipandang sebagai bagian dari harga

pokok yang dikorbankan dalam usaha memperoleh penghasilan. Harga pokok

itu sendiri diartikan sebagai bagian dari harga perolehan atau harga beli yang

ditunda pembebanannya atau yang belum dimanfaatkan dalam rangka

merealisasikan pendapatan. Menurut Witjaksono (2013: 16), harga pokok

adalah sejumlah nilai aktiva (asset), tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan,

aktiva tersebut harus dikonversikan ke beban (expense). Menurut Hansen dan Mowen (2009: 55), harga pokok produk diartikan sebagai pembebanan biaya

yang mendukung tujuan manajerial yang spesifik, sehingga harga pokok

produk bergantung pada tujuan manajerial yang sedang berusaha untuk

(31)

C. Biaya Standar

Menurut Horngen, et al. (2013: 256-257), standar adalah penentuan harga,

biaya atau kuantitas yang digunakan secara hati-hati yang digunakan sebagai

patok duga (benchmark) untuk menilai suatu kinerja. Terdapat dua komponen standar, yakni standard input dan standard price. Standard input adalah penentuan kuantitas input secara hati-hati yang dibutuhkan untuk output per unit. Standard price adalah penentuan harga secara hati-hati yang diharapkan oleh perusahaan untuk membayar input per unit. Menurut Witjaksono (2013: 133), biaya standar adalah patok duga (benchmark) yang secara efektif dan efisien ditetapkan dimuka untuk biaya-biaya yang seharusnya dikonsumsi

oleh suatu produk. Penggunaan metode biaya standar memiliki beberapa

keuntungan, yakni:

1. Biaya standar dapat dijadikan pijakan untuk perbandingan biaya, sehingga

memungkinkan dilakukannya patok duga (benchmark).

2. Perhitungan biaya standar diikuti dengan analisis varian yang

memungkinkan manajer untuk menerapkan Management By Exeption.

3. Varian dapat dijadikan alat untuk penilaian kinerja.

4. Motivasi bagi karyawan karena varian dijadikan salah satu indikator

penilaian kinerja.

5. Penggunaan standar dalam penentuan harga produk menyebabkan biaya

produk yang lebih stabil dibandingkan dengan penggunaan biaya aktual.

(32)

Tidak ada sistem yang sempurna, apabila suatu sistem memiliki

keunggulan-keunggulan maka sistem tersebut memiliki suatu kelemahan.

Berikut adalah kelemahan dalam sistem biaya standar:

1. Terlalu menekankan pada hal negatif berdampak pada moral

2. Laporan biaya standar tidak tepat waktu.

3. Insentif pembentukan persediaan.

4. Varian laba Favorable dapat saja salah diinterpretasikan.

5. Continous improvment mungkin lebih penting dari mencapai standar. 6. Penekanan pada standar mungkin mengabaikan objektif yang penting.

Menurut Salman (2013: 206-208), sistem biaya standar bermanfaat untuk

peningkatan perencanaan, pengendalian operasi dalam pengukuran efisiensi

manajerial dan kalkulasi biaya produk. Biaya standar dapat digunakan untuk:

1. Penyederhanaan prosedur penentuan biaya produk.

Penentuan biaya produk menjadi lebih mudah atau sederhana karena biaya

standar telah ditetapkan sebelumnya.

2. Memudahkan pembuatan anggaran.

Penggunaan biaya standar dapat mempermudah pihak manajemen dalam

menyusun anggaran produksi, meliputi anggaran pembelian bahan baku,

anggaran biaya bahan baku, anggaran tenaga kerja, anggaran biaya

(33)

3. Pengendalian biaya.

Biaya standar bertujuan untuk lebih memudahkan dalam melakukan

pengendalian biaya. Pengendalian biaya dapat dilakukan melalui análisis

varians atau selisih antara biaya atau volumen standar dengan biaya atau

volume aktual.

4. Penentuan harga jual.

Biaya standar merupakan salah satu jenis kalkulasi biaya produk, selain

biaya penyerapan penuh (full absorption) dan biaya variabel (variable costing). Biaya standar dapat digunakan untuk menentukan harga jual. Berdasarkan praktiknya, terdapat dua jenis standar yang biasa digunakan

sebagai patokan dalam merancang biaya standar:

1. Standar ideal merupakan efisiensi maksimum dan akan dapat tercapai

apabila semua perencanaa berjalan dengan lancar.

2. Standar yang dapat dicapai merupakan jenis standar yang dapat dicapai

dalam kondisi operasi efisien.

D.

Akuntansi Biaya Proses

Tujuan dalam sebuah sistem perhitungan biaya adalah menentukan biaya

dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam perhitungan biaya proses,

(34)

Menurut Carter (2007: 176), ada tiga bentuk aliran produksi fisik dalam

perhitungan biaya berdasarkan:

1. Aliran Produk Berurutan (Sequential Product Flow)

Pada aliran produk berurutan, setiap produk diproses secara berurutan

dengan langkah-langkah yang sama.

Contoh: mengolah tanah liat menjadi bentuk patung. Patung yang sudah

jadi (sudah dibentuk) kemudian di jemur lalu di lakukan finishing. 2. Aliran Produk Paralel (Parallel Product Flow)

Pada aliran produk paralel, ada beberapa proses untuk membentuk

komponen dari suatu produk secara terpisah, kemudian setelah komponen

selesai akan dilakukan penggabungan komponen dalam divisi perakitan.

Setelah selesai dirakit maka akan dilakukan finishing.

Contoh: dalam pabrik pembuat kacamata, ada dua proses dalam produksi.

Pertama, proses membentuk bingkai kacamata dari bahan dasar besi.

Kemudian ada proses membentuk lensa kacamata. Setelah kedua

komponen selesai, kedua komponen akan dirakit di divsi perakitan untuk

mencocokkan ukuran lensa dengan bingkai. Lalu dari divisi perakitan,

barang dalam proses akan dikirim ke divisi selanjutnya untuk di finishing. 3. Aliran Produk Selektif (Product Selective Flow)

Dalam aliran produk selektif, produk berpindah-pindah ke

departemen-departemen berbeda dalam suatu pabrik, bergantung pada produk final

(35)

alat stabilisasi ekonomi, meningkatkan pemerataan pendapatan,

meningkatkan semangat usaha dan meningkatkan hubungan internasional.

E. Strategic Cost Reduction

Menurut Mulyadi (2007: 412-414), strategic cost reduction memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Bertujuan untuk menempatkan perusahaan pada posisi kompetitif

2. Berlingkup luas

3. Berjangka panjang

4. Bersifat berkelanjutan

5. Bersifat proaktif

6. Berfokus ke seluruh matarantai nilai

7. Berdasarkan mindset yang berfokus kepada customer dan improvment

berkelanjutan

Di berbagai perusahaan di Amerika Serikat telah mengembangkan

berbagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan

dalam menghadapi persaingan global yaitu mengembangkan berbagai sistem

informasi biaya untuk menunjang strategic cort reduction, yakni:

1. Target Costing

2. Kaizen Costing

3. Life Cycle Product Costing

4. Quality Cost System

5. ABC System

(36)

F. Target Costing

Dalam upaya mengurangi jumlah biaya bersifat strategik, target costing

merupakan metode yang tepat dalam mengelola biaya pada tahap desain dan

pengembangan produk untuk mencapai harga kompetitif dalam rangka

memperoleh laba yang diharapkan.

Menurut Mulyadi (2007: 421), target costing adalah suatu metode penentuan kos produk atau jasa yang didasarkan pada harga yang

diperkirakan dapat diterima oleh konsumen atau sering disebut price- driven costing. Menurut penjelasan MBASkool, target costing adalah proses penentuan harga biaya aktual dari setiap produk atau jasa setelah

mempertimbangkan margin laba yang diinginkan di belakang yang sama.

Menurut Rudianto (2006: 260), pendekatan yang digunakan antara target costing dan pendekatan lainnya dalam pembuatan produk sangat berbeda. Target biaya ditentukan pada tahap pertama, kemudian dirancang produk

yang sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan tersebut, sedangkan

pendekatan lainnya, merancang dan menghasilkan produk baru kemudian

menghitung biayanya.

Berikut formula target costing

Ford dalam Blocher, et al. (2012: 176) menyatakan bahwa dengan

menggunakan metode biaya berdasarkan target, para pelaku bisnis biasa

(37)

akan dijual kepada pasar. Apabila ingin mengetahui biaya yang akan

dikeluarkan, sebaiknya biaya harus dihitung secara teliti. Dengan menetapkan

biaya yang rendah, setiap orang akan dipaksa untuk mencapai tingkat

tertinggi efisiensi. Para pelaku bisnis akan berlomba-lomba untuk menggali

keuntungan, dengan demikian akan banyak penemuan-penemuan mengenai

produksi dan penjualan. Apabila metode target costing diamati dengan seksama, sekilas bahwa metode target costing mirip dengan metode biaya standar. Namun hal itu tidak dibenarkan oleh Witjaksono (2013: 175) karena

metode yang diterapkan dalam target costing lebih kompleks dari sistem biaya standar. Penentuan biaya dalam metode ini ditentukan oleh faktor

harga. Perusahaan dituntut untuk menekan biaya menjadi lebih kompetitif,

perbedaan sedikit saja dapat menarik pelanggan kepada produk dengan harga

yang lebih rendah. Sedangkan menurut Rudianto (2006: 260), target biaya

ditetapkan dengan mempertimbangkan berbagai hal yang dianggap relevan

dengan kondisi yang dihadapi perusahaan, seperti harga jual pesaing, daya

beli masyarakat, keadaan perekonomian secara umum, tingkat inflasi, nilai

tukar rupiah dan sebagainya.

Menurut Blocher, et al. (2012: 176-177), terdapat dua pilihan untuk

mengurangi biaya menjadi sebuah tingkat biaya target:

1. Dengan menyatukan teknologi produksi yang baru, menggunakan teknik

manajemen biaya yang lebih maju seperti pembiayaan berbasis aktivitas

(38)

2. Dengan mendesain ulang produk dan jasa. Metode ini sangat

menguntungkan banyak perusahaan karena menunjukan bahwa keputusan

desain bernilai penting bagi kebanyakan biaya total siklus hidup produk.

Dengan perhatian yang teliti terhadap desain, penghematan yang

signifikan pada total biaya menjadi mungkin.

Menurut Maciariello dan Kirby (1994) dalam Nababan (2011: 27), target costing mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi yang secara lengkap mengenai biaya produksi

produk baru, sehingga memudahkan badan usaha untuk melakukan

pemilihan dalam penggunaan material, desain produk dan proses

manufaktur.

2. Mengurangi pengembangan siklus hidup produk yaitu biaya dapat

ditentukan pada saat bersamaan dengan perancangan produk.

3. Menyediakan pemahaman yang lebih mendalam mengenai biaya produksi,

cara untuk mengeleminasi, mengurangi aktifitas yang tidak memberikan

nilai tambah, meningkatkan kualitas, menyederhanakan proses dan

menentukan cost driver.

4. Meningkatkan profitabilitas produk baru melalui pengurangan biaya serta

(39)

Komponen-komponen dalam proses target costing menurut Meigh, et al. (1999) dalam Lucky (2011: 20-21) adalah sebagai berikut:

1. Sumber daya yang dikonsumsi dalam planning and market analysis. Selama perencanaan, tempat pelanggan diidentifikasi dan

didokumentasikan seluruhnya.

2. Pengembangan difokuskan pada product feasibilities studies. Pengembangan melibatkan siklus pengujian dan pemformulasian ulang

produk untuk memahami kebutuhan pelanggan.

3. Production design mengikuti pembentukan konsep produk dalam tahap pengembangan, perancangan dan personal produksi yang berpengalaman

menggunakan value engineering untuk menentukan kombinasi sumberdaya dengan biaya paling rendah untuk menciptakan produk yang

diinginkan oleh konsumen.

4. Permulaan production and continous improvement process digunakan untuk mencapai target costing.

Menurut Blocher, et al. (2012: 177), terdapat lima langkah dalam

menerapkan target costing, yaitu:

1. Melakukan riset pasar untuk menganalisis produk yang diinginkan oleh

pelanggan.

2. Menentukan laba yang diinginkan.

3. Pembuatan perhitungan biaya target pada harga pasar dikurangi laba yang

(40)

4. Penggunaan rekayasa nilai (value engineering) untuk mengidentifikasi cara-cara untuk menghemat biaya produk.

5. Penggunaan pembiayaan kaizen dan kendali operasional untuk menghemat biaya secara lebih baik.

Terdapat enam keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan target costing, yakni:

1. Meningkatkan kepuasan pelanggan, sebagai desain yang berfokus pada

nilai pelanggan.

2. Menekan biaya, melalui desain yang lebih efektif dan efisien.

3. Membantu perusahaan untuk mencapai keuntungan yang diinginkan pada

produk baru atau yang telah dirancang ulang.

4. Dapat menekan total waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan

produk, melalui koordinasi desain yang telah ditingkatkan, produksi dan

manajer pemasaran.

5. Dapat membantu menyediakan sebuah batasan persaingan pada waktu

resesi ekonomi.

6. Dapat meningkatkan kualitas produk secara keseluruhan, sebagaimana

desain telah ditingkatkan secara cermat dan isu-isu produksi

(41)

Menurut Witjaksono (2013: 179-180), dalam penerapannya, target costing

menganut prinsip-prinsip, yakni:

1. Harga Menentukan Biaya (Price-Led Costing)

Dalam praktiknya dalam persaingan yang ketat dan kompetitif, harga jual

kerap ditentukan oleh pasar.

2. Fokus pada Pelanggan

Kebutuhan pelanggan akan kualitas, biaya dan fungsi adalah aspek uatama

yang digunakan dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan desain

dan perhitungan harga pokok produksi. Bagi pelanggan, manfaat atas fitur

dan fungsi barang yang ditawarkan dalam produk harus lebih besar

daripada biaya perolehannya.

3. Fokus pada Desain Produk dan Desain Proses

Pengendalian biaya ditekankan pada tahapan desain produk dan tahapan

desain proses produksi. Tujuannya adalah untuk menekan biaya dan waktu

apabila setiap perubahan dilakukan sebelum proses produksi.

2. Cross Functional Team

Tim/ kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan produk, dimulai dari

konsep produk hingga tahap produksi penuh.

3. Melibatkan Rantai Nilai

Seluruh anggota yang terlibat dalam rantai, dimulai dari pemasok

barang/jasa, distributor hingga pelanggan dilibatkan dalam proses target

(42)

4. Orientasi Daur Hidup Produk

Meminimalkan biaya selama daur hidup produk, diantara harga bahan

baku, biaya operasi, pemeliharaan dan biaya distribusi serta biaya bauran

pemasaran. Terdapat 4 siklus daur hidup produk, yaitu tahap pengenalan,

[image:42.595.100.495.238.602.2]

tahap pertumbuhan, tahap kematangan dan tahap penurunan.

Gambar 2.1: Target Costing Mode

Produksi Produk

YA Tidak

Target Costing Model

Market Share Objective

Target Price Product Functionality

Target Costing Model

Target Cost

Product and Process Design

(43)
[image:43.595.101.512.131.599.2]

Gambar 2.2: Prinsip Penerapan Target Costing

Menurut Rudianto (2006: 260), terdapat dua alasan utama pentingnya

target costing digunakan oleh perusahaan dalam situasi pasar yang sangat kompetitif:

1. Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual

produknya secara sepihak.

Harga jual ditentukan oleh mekanime pasar, yaitu pertemuan anta

penawaran dan permintaan terhadap suatu produk. Perusahaan yang

mengabaikan hal tersebut akan menanggung risikonya sendiri. Oleh

karena itu, harga jual produk yang direncanakan sebaiknya harga jual yang

diantisipasi dengan mempertimbangkan mekanisme pasar yang berlaku.

2. Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap desian.

Setelah produk di desain dan masuk dalam prose produksi, tidak banyak

yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi biayanya. Akan tetapi, jika di

dalam tahap desain biaya telah dipatok dan ditentukan maka proses

Key Principles of

Target Costing Priced Led

Costing

Life-cycle Cost

Fokus Pada

Process

Design Fokus Pada

Pelanggan

Cross-functional Teams

Value-Chain Orientation

(44)

produksi akan disesuaikan dengan desain yang telah dirancang

sebelumnya.

Dalam penerapannya sendiri, target costing dihadapkan dengan beberapa kendala, diantaranya:

1. Konflik antar kelompok dan atau antar anggota kelompok.

2. Karyawan yang mengalami burnout karena tuntutan target penyelesaian pekerjaan.

3. Target waktu penyelesaian yang terpaksa ditambah. Tim/ kelompok

bertanggung jawab atas keseluruhan produk, dimulai dari konsep produk

hingga tahap produksi penuh.

4. Sulitnya melakukan pengaturan atas berbagai faktor penentuan

keberhasilan target costing.

G. Kaizen Costing, Kendali Operasional dan Lean Manufacturing

Tanpa mengabaikan telah terlaksananya target margin dan target cost, maka diperlukan perbaikan secara berkesinambungan dalam produksi secara

massal. Teknik manufaktur yang digunakan untuk melakukan perbaikan

sekaligus penurunan cost secara berkesinambungan saat ini adalah kaizen costing. Menurut Witjaksono (2013: 182), terdapat 2 macam kaizen, yaitu: 1. Paper kaizen merupakan seluruh proses kehidupan produk dari desain,

produksi, pelayanan purna jual hingga daur hidup produk.

2. Kaizen costing merupakan pengembangan metode manufaktur baru dengan memanfaatkan berbagai teknik manajemen seperti pengendalian

(45)

Menurut Blocher, et al. (2012: 181), Kaizen merupakan suatu tahap untuk memperbaiki secara terus menerus, yaitu mencari cara baru untuk menekan

biaya dalam proses pembuatan sebuah produk dengan desain dan

fungsionalitas yang ada.

Adapun fokus dari metode kaizen costing adalah sebagai berikut:

Dalam penerapannya, produsen akan memfokuskan cost reduction target

dalam pelaksanaan improvement yang telah direncanakan dalam satu tahun

anggaran berdasarkan kondisi proses produksi yang ada. Pada saat mendesain

ulang produk, perusahaan menggunakan kaizen untuk menekan biaya produk dalam proses produksi melalui penyederhanaan jaringan-jaringan pasokan

serta meningkatkan metode produksi dan program produktivitas.

Menurut Hansen dan Mowen (2012: 246-247), peranan standar kaizen

adalah standar kaizen mencerminkan perbaikan yang direncanakan untuk periode mendatang. Perbaikan yang direncanakan tersebut diasumsikan dapat

dicapai sehingga standar kaizen adalah jenis standar yang dapat dicapai. Setelah merencanakan bagian-bagian yang akan lakukan perbaikan,

selanjutnya dilakukan berbagai kegiatan untuk mengimplementasikan

perbaikan yang direncanakan (langkah lakukan). Setelah didapat hasil

sesungguhnya, hasil sesungguhnya kemudian dibandingkan dengan standar

kaizen untuk memberikan ukuran tingkat perbaikan yang dicapai (langkah periksa). Penetapan tingkat baru ini sebagai standar minimal untuk kinerja di

(46)

masa mendatang akan mengunci perbaikan yang tercapai, serta memulai

siklus pemeliharaan dan pencarian secara simultan untuk peluang perbaikan

tambahan (langkah bertindak). Siklus pemeliharaan mengikuti urutan

Standar-Lakukan-Periksa-Bertindak. Standar ditetapkan dengan berdasarkan

pada perbaikan sebelumnya. Selanjutnya, kegiatan (langkah lakukan)

dilakukan dan berbagai hasilnya akan diperiksa untuk memastikan kinerjanya

sesuai dengan tingkat standar baru ini (langkah periksa). Jika tidak, tindakan

perbaikan harus dilakukan untuk memulihkan kinerja (langkah bertindak).

Menurut Witjaksono (2013: 182), lean manufacturing, mengacu pada pengertian kegiatan setelah peluncuran produk dan merupakan bagian dari

rantai nilai. Manfaat yang didapat antara lain peningkatan arus persediaan,

mengurangi pemborosan bahan, berkurangnya waktu setup dan optimalisasi

tenaga kerja secara umum.

Berdasarkan penjelasan mengenai kaizen costing dan lean manufacturing

terdapat beberapa tujuan yang sama dengan target costing yakni berusaha untuk mengendalikan dan mengurangi biaya. Pada kaizen costing terdapat upaya untuk mengefektifkan biaya pada tahap produksi produksi sedangkan

pada lean manufacturing berupaya untuk mendeteksi segala kegiatan yang memberi dan tidak memberi nilai tambah, target costing bertujuan untuk mengendalikan dan menekan biaya dengan mengoptimalkan sumberdaya

yang ada dan berusaha menghapus biaya akibat kegiatan yang sebenarnya

(47)

H. Rekayasa Nilai (Value Engineering)

Menurut Blocher, et al. (2012: 178), value engineering digunakan dalam menentukan biaya berdasarkan target untuk menekan biaya produk dengan

cara menganalisis trade-off antara berbagai jenis fungsi produk (jenis fitur produk yang berbeda) dan biaya total produk.

Terdapat dua jenis rekayasa nilai yang umum diterapkan di

perusahaan-perusahaan dalam penentuan biaya berdasarkan target:

1. Analisis fungsional adalah proses pemeriksaan kinerja dan biaya dari

setiap fungsi atau fitur produk. Tujuan dari analisis ini adalah untuk

menentukan keseimbangan yang diinginkan dari fungsi dan biaya. Sebuah

tingkat keseluruhan yang diinginkan dari pencapaian kinerja untuk setiap

fungsi diperoleh sambil menjaga biaya dari semua fungsi untuk tetap

berada di bawah biaya target.

2. Analisis desain (design analysis) adalah bentuk umum dari rekayasa nilai untuk produk dalam kelompok kedua, produk-produk industri dan khusus.

Tim desainer mempersiapkan beberapa kemungkinan desain untuk produk,

masing-masing memiliki fitur yang serupa dengan berbagai tingkat kinerja

dan biaya yang berbeda. Penentuan tolok ukur dan analisis rantai nilai

membantu mengarahkan tim desainer dalam mempersiapkan desain

(48)

Apabila ingin menciptakan produk dengan desain berbiaya rendah,

diperlukan pendekatan pengurangan biaya, meliputi:

a. Tabel biaya adalah basis data terkomputerisasi yang menyertakan

informasi menyeluruh mengenai pemicu biaya perusahaan, misalnya

ukuran produk dan bahan yang digunakan.

b. Teknologi kelompok (group technology) adalah sebuah metode untuk mengidentifikasi kemiripan pada komponen-komponen produk yang

diproduksi sehingga komponen yang sama dapat digunakan pada dua

produk atau lebih, dengan demikian dapat menekan biaya.

Rekayasa berkelanjutan adalah sebuah perkembangan baru dalam proses

desain produk yang menggantikan pendekatan rekayasa dasar di mana

desainer produk bekerja di tempat yang tertutup untuk komponen khusus

dari proyek desain keseluruhan.

Menurut Witjaksono (2013: 182), value engineering analysis bertujuan untuk meningkatkan manfaat produk bagi para pelanggan dengan cara

mengubah desain suatu produk. Dengan mengubah desain produk dapat

memicu peningkatan biaya secara signifikan.

I. Rantai Nilai

Setiap perusahaan memiliki beberapa masalah dalam pengendalian dan

pengurangan biaya. Berbagai cara telah mereka lakukan untuk mengatasi

masalah ini. Salah satu solusinya adalah melakukan analisis rantai nilai.

Menurut Blocher, et al. (2012: 20), rantai nilai adalah alat analisis yang

(49)

dibutuhkan untuk menyediakan barang dan jasa yang kompetitif bagi

pelanggan. Istilah rantai nilai digunakan untuk menggambarkan setiap

aktivitas yang dimaksudkan untuk menambah nilai pada produk/ jasa bagi

pelanggan dengan memahami dengan baik keunggulan kompetitif dan startegi

perusahaan dalam memisahkan operasinya berdasarkan aktivitas.

Menurut Hansen dan Mowen (2012: 237-240), dalam mengidentifikasi

dan menilai isi nilai suatu komponen biaya akan ditemukan berbagai kegiatan

yang bernilai-tambah dan tak-bernilai-tambah.

1. Aktivitas bernilai-tambah adalah berbagai aktivitas yang dibutuhkan untuk

dapat bertahan dalam bisnis. Biaya bernilai-tambah timbul dari berbagai

aktivitas bernilai-tamabah dengan efisiensi yang sempurna. Contoh:

Aktivitas discretionary. Aktivitas discretionary meliputi aktivitas yang menghasilkan perubahan kondisi, perubahan kondisi yang tidak dapat

dicapai melalui aktivitas sebelumnya dan aktivitas yang memungkinkan

berbagai aktivitas lainnya dilakukan.

2. Aktivitas tak-bernilai-tambah adalah semua aktivitas selain aktivitas yang

paling penting untuk tetap bertahan dalam bisnis sehingga dipandang tidak

perlu. Aktivitas tak-bernilai-tambah dapat disebabkan oleh aktivitas yang

memiliki kinerja yang tidak efisien dari aktivitas bernilai-tambah.

Aktivitas tidak-bernilai-tambah dapat diidentifikasikan melalui

ketidakmampuan memenuhi salah satu dari tiga kriteria aktivitas

bernilai-tambah. Contoh: Aktivitas penjadwalan, perpindahan, waktu tunggu,

(50)

Setiap aktivitas-aktivitas yang ada memiliki tujuan dan manfaat yang

berbeda-beda. Setiap input yang ada akan mempengaruhi output yang dihasilkan. Dalam pelaksanaan kegiatan produksi hendaknya perlu

dilakukan analisis untuk mengetahui nilai dan manfaat dari setiap

aktivitas-aktivitas. Menurut Hansen dan Mowen (2012: 240-241), dalam

melakukan analisis aktivitas terdapat empat cara yang dapat mengurangi

biaya, yaitu:

a. Eliminasi aktivitas, berfokus pada berbagai aktivitas yang

tak-bernilai-tambah. Jika aktivitas akan gagal menambah nilai telah diidentifikasi,

maka pengukuran harus dilakukan untuk mengarahkan perusahaan

dalam mengeliminasi aktivitas-aktivitas tersebut.

b. Pemilihan aktivitas, melibatkan pemilihan berbagai rangkaian aktivitas

yang ditimbulkan oleh beberapa strategi yang saling bertentangan.

c. Pengurangan aktivitas, mengurangi waktu dan sumber daya yang

dibutuhkan suatu aktivitas. Pendekatan ini ditujukan untuk

memperbaiki efisiensi dari berbagai aktivitas yang dibutuhkan atau

menjadi strategi jangka pendek untuk memperbaiki berbagai aktivitas

tak-bernilai-tambah sampai aktivitas tersebut dapat ditiadakan.

d. Penyatuan aktivitas, digunakan untuk meningkatkan efisiensi dari

berbagai aktivitas yang dibutuhkan dengan menggunakan economy of scale.

Pada zaman modern ini, konsumen lebih selektif dalam memilih barang

(51)

yang ada sekarang ini sering kali mempengaruhi tingkat konsumsi

masyarakat. Konsumen menginginkan suatu produk yang terjangkau dan

memiliki manfaat yang lebih daripada bentuknya. Hal ini membuat setiap

produsen berlomba-lomba untuk menciptakan suatu produk yang inovatif dan

kompetitif. Untuk menciptakan atau menambah nilai suatu produk/ jasa yang

memiliki keunggulan diperlukan sistem rantai nilai yang dapat menunjang

terciptanya keunggulan kompetitf tersebut. Menurut Blocher et al. (2011: 64),

terdapat tiga dalam penerapan sistem rantai nilai:

1. Fase hulu (manajemen rantai pasokan), mencakup pengembangan produk

dan hubungan perusahaan dengan pemasok.

2. Fase operasi, mengacu pada operasi manufaktur atau peritel untuk

perusahaan jasa.

3. Tahap hilir (manajemen hubungan pelanggan), mengacu pada hubungan

dengan pelanggan, mencakup pengiriman, pelayanan dan aktivitas terkait

lainnya.

Bagian penting dari pelaksanaan analisis rantai nilai adalah menganalisis

strategi berdasarkan pertimbangan keunggulan kompetitif. Tidak mungkin

suatu perusahaan akan membuat sesuatu yang sama dengan pesaingnya. Hal

itu akan dianggap plagiat atau menjiplak hasil karya perusahaan lain, tidak

kreatif dan terjadi persaingan yang tidak sehat yang nantinya akan merugikan

setiap perusahaan yang terlibat. Padahal setiap pelanggan atau konsumen

menginginkan suatu produk yang inovatif, memiliki keunggulan tersendiri

(52)

kebutuhannya. Untuk itulah dengan menggunakan analisis rantai nilai, setiap

perusahaan dapat menentukan strategi-strategi yang akan diterapkan untuk

menciptakan produk dengan keunggulan kompetitif tertentu. Contohnya

dalam industri teknologi, Texas Instrument berfokus pada teknologi chips,

Intel berfokus pada teknologi prosessor atau Sony berfokus pada layar monitor. Ataupun produk sepatu olahraga Nike lebih berfokus pada desain

stylist dan bahan yang ringan dipakai dan Adidas berfokus pada ketahanan sepatu yang kuat dan desain mewah/ elegan. Menurut Blocher et al. (2011:64-65), dalam mencapai keunggulan kompetitif tersebut, terdapat dua langkah

dalam analisis rantai nilai, yakni:

1. Mengidentifikasi aktivitas rantai nilai.

Perusahaan melakukan identifikasi aktivitas nilai tertentu seperti proses

perancangan, produksi dan penyediaan layanan pelanggan untuk

melakukan pengembangan rantai nilai.

2. Mengembangkan keunggulan kompetitif dengan menurunkan biaya atau

menambah nilai

Hal ini bertujuan untuk mengetahui suatu potensi yang dapat dimanfaatkan

melalui analisa aktivitas nilai dan penggerak biaya (cost driven).

Dalam upaya untuk mengetahui potensi-potensi yang ada, terdapat hal-hal

yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a. Identifikasi keunggulan kompetitif.

b. Identifikasi kesempatan untuk menambah nilai melalui identifikasi

(53)

c. Identifikasi peluang untuk mengurangi biaya.

Menurut Blocher, et al. (2012: 222-223), terdapat dua macam aktivitas

yang memiliki tambah, yaitu:

1. Aktivitas bernilai tambah tinggi (high-value-added activity) dapat meningkatkan milai produk atau jasa secara signifikan. Contoh: aktivitas

merencanakan penyiaran berita sehingga pemirsa dapat mengikuti transisi

dari satu berita ke berita berikutnya.

2. Aktivtas bernilai tambah rendah (low-value-added activity) merupakan kegiatan yang menghabiskan waktu, sumber daya atau ruang tetapi

menambah sedikit kontribusi untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.

Aktivitas bernilai tambah rendah adalah aktivitas yang:

a. Dapat dihapuskan tanpa mempengaruhi bentuk, kesesuaian, atau fungsi

produk atau jasa.

b. Dimulai dengan awalan “re” (contoh: rework).

c. Menyebabkan pemborosan dan menambahkan sedikit atau tidak sama

sekali nilai bagi produk atau jasa.

d. Diduplikasi pada departemen lain atau menambah tahap yang tidak

dibutuhkan dalam proses bisnis.

(54)

J. Penentuan Harga Jual

Menurut Supriyono (2008: 332), harga jual adalah sejumlah moneter yang

dibebankan suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau

jasa yang dijual atau diserahkan. Mulyadi (2012: 78), menyatakan bahwa

pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah

dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya ditambah markup. Menurut Rudianto (2006: 231), dalam melakukan penetapan harga jual

produk diperlukan berbagai pertimbangan yang terintegrasi. Mulai dari biaya

produksi, biaya operasional, target laba yang diinginkan perusahaan, daya

beli masyarakat, harga jual pesaing, kondisi perekonomian secara umum,

elastisitas harga produk dan sebagainya. Oleh sebab itu, penentuan harga jual

produk sebaiknya meruapakan kebijakan yang benar-benar dipertimbangkan

secara matang dan terintegrasi karena setiap kebijakan yang dipilh perusahaan

akan berpengaruh secara langsung terhadap berhasil-tidaknya perusahaan

mencapai tujuannya.

Menurut Rudianto (2006: 232-242), terdapat beberapa metode yang dapat

dipergunakan untuk menentukan harga jual suatu produk berbasis pada

besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan:

1. Metode maksimalisasi laba

Dengan memaksimalkan laba usaha per unit yang besar tidak akan bisa

diimbangi dengan penjualan yang optimal, maka akan menghasilkan laba

usaha total yang tidak optimal. Sebaliknya, apabila menetapkan laba usaha

(55)

yang besar, mungkin tidak akan menghasilkan laba usaha total seperti

yang diharapkan. Apabila faktor harga jual berpengaruh terhadap volume

penjualan produk maka diperlukan alternatif dari kombinasi harga jual dan

volume penjualan yang paling menguntungkan untuk mengoptimalkan

perolehan laba usaha perusahaan.

2. Metode tingkat pengembalian atas modal

Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh penanam modal perusahaan

mengharuskan perusahaan menggungkannya sebagai dasar untuk

menetapkan harga jual produk pada kapasitas produksi yang dimilki

perusahaan

3. Metode biaya konversi

Jika perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk dengan

komposisi biaya berbeda satu dengan lainnya, sebaiknya perlu dilakukan

pertimbangan untuk menentukan pilihan produk yang paling memberi

keuntungan total yang paling besar bagi perusahaan.

4. Metode marjin kontribusi

Marjin kontribusi adalah selisih antara harga jual dengan biaya produksi

variabel yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Jika

perusahaan telah mencapai titik impas maka biaya tetap yang dikeluarkan

perusahaan pada periode tersebut telah dibebankan dan ditutup oleh volue

titik impas tersebut.

5. Metode biaya standar

(56)

dalam menentukan besarnya biaya produksi maka penentuan harga jual

dapat pula ditentukan berdasarkan biaya standar yang dimiliki perusahaan.

Namun seringkali terdapat penyimpangan dalam praktiknya, maka

perusahaan diharuskan segera mengambil tindakan cepat untuk merevisi

(57)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah studi kasus, dimana

peneliti mengamati langsung objek secara langsung dengan menggunakan

berbagai sumber data.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan, pada:

Waktu : Februari – April 2015

Tempat : Pertenunan Santa Maria Boro, Kulon Progo, Yogyakarta

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek Penelitian

a. Bagian Produksi

b. Bagian Keuangan

c. Bagian Gudang

d. Bagian Administrasi

2. Obyek Penelitian

Hasil wawancara dengan manajer dan perhitungan biaya produksi Pertenunan

(58)

D. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data kualitatif terdiri atas gambaran umum perusahaan, sejarah berdirinya

perusahaan, pr

Gambar

Tabel 5.24. Perbandingan Biaya Overhead Pabrik Menurut Perusahaan Dengan Target Costing(12 kali produksi) ..................................................................
Gambar Halaman
Gambar 2.1:  Target Costing Mode
Gambar 2.2: Prinsip Penerapan Target Costing
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan biaya produksi dengan sistem Activity Based Costing yang digunakan untuk mengevaluasi perhitungan biaya produksi yang diterapkan pada PD Pasir Kaliki

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan target costing dalam penentuan harga pokok produksi untuk mengendalikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan agar sesuai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pembandingan antara anggaran biaya produksi dan realisasi biaya produksi yang terjadi tahun 2013 menunjukkan terdapat

Tujuan penelitian ini untuk untuk mengetahui dampak penerapan target costing terhadap usaha untuk mengurangi biaya produksi pada perusahaan, untuk mengetahui target costing

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan target costing dalam penentuan harga pokok produksi untuk mengendalikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan agar sesuai

PENERAPAN TARGET COSTING DALAM PENGELOLAAN BIAYA PRODUKSI UNTUK PENINGKATAN LABA PERUSAHAAN (Studi Kasus pada Produsen Kripik Tempe,

Perhitungan dengan menggunakan metode target costing melalui rekayasa nilai value engineering yaitu pengurangan biaya dari bahan baku, biaya benang gulung dan biaya kemasan,

Jurnal Pendidikan Tambusai 3138 Analisis Perbandingan Metode Biaya Tradisional dan Metode Activity Based Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Perusahaan Sakra Jaya Rotan