• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lambda 0.03604 1.12 0.261

Rho 0.54285

Sigma 0.06639

Wald chi2(5) = 493.38 Prob > chi2 = 0.0000

Sumber : Data primer

Keterangan : *signifikan pada taraf nyata 0.05

Secara komprehensif, model seleksi Heckman tahap kedua yang menggunakan persamaan hasil dimana variabel yang dimasukkan adalah faktor- faktor produksi padi organik, hasil pengujian parameter secara simultan dengan uji G didapatkan nilai statistik Wald Chi-square sebesar 493.38 dengan nilai prob>chi2 = 0.0000 (p<0.05). Jika H0 = variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas dan H1 = variabel penjelas berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas, dikarenakan 0.0000 < 0.05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak. Artinya setidaknya ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik dan dalam model ini terdapat 3 variabel yang berpengaruh terhadap produksi padi organik. Pengujian parameter secara parsial dilakukan dengan uji Wald, variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 0.05 adalah jumlah penggunaan benih, jumlah tenaga kerja, dan jumlah kredit seperti yang terlihat pada Tabel 20. Model ini juga tidak mengalami bias seleksi karena nilai Lambda pada Mill’s Ratio tidak signifikan secara statistik yaitu 0.261 > 0.05, sehingga model yang dibangun sudah tepat.

Variabel jumlah penggunaan benih secara statistika memiliki dampak positif dan signifikan pada taraf 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan

46

penggunaan benih akan meningkatkan produksi padi organik. Terutama jika benih yang digunakan merupakan varietas unggul yang direkomendasikan oleh pemerintah untuk digunakan. Diantara varietas benih terbaik yang digunakan oleh petani adalah situ bagendit, inpari, sidenok, sintanur, ciherang, mekonga, dan IR 64. Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Fatullah (2010) bahwa seharusnya maksimal penggunaan benih adalah 15 kg untuk 1 hektar lahan, tapi karena petani merasa tidak yakin maka penggunaan benih melebih jumlah tersebut. Apalagi jika sudah menggunakan benih hibrida berlabel resmi yang diharapkan dapat menghasilkan produksi padi lebih tinggi.

Variabel berikutnya yang signifikan adalah penggunaan tenaga kerja. Semakin banyak menggunakan tenaga kerja, hasil produksi padi organik akan meningkat. Tanda pada koefisien bernilai positif dan signifikan pada taraf 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak penggunaan tenaga kerja akan meningkatkan produksi padi organik. Pada pembahasan sebelumnya mengenai input dan output produksi padi organik telah dijelaskan bahwa perbandingan penggunaan tenaga kerja wanita, pria, dan mesin tidak sama. Diduga bahwa peningkatan salah satunya akan meningkatkan produksi padi organik, yaitu tenaga kerja mesin. Temuan yang sama didapatkan oleh Nuryartono et al. (2005) bahwa penggunaan tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan dari hasil produksi yang lebih tinggi sehingga penerimaan meningkat.

Pada penelitian ini, penggunaan tenaga kerja manusia digabungkan dengan tenaga kerja mesin yang dikonversi ke dalam tenaga kerja pria. Seperti yang ditemukan oleh Zeller et al. 1997, bahwa kredit berpengaruh nyata karena dapat meningkatkan kemampuan petani untuk memperoleh sarana produksi pertanian yang lebih modern. Salah satunya adalah mesin (traktor). Dengan demikian produksi padi dapat ditingkatkan.

Variabel penting yang mempengaruhi produksi adalah kredit mikro. Kredit memiliki koefisien positif dan signifikan para taraf nyata 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kredit memberikan dampak positif terhadap peningkatan produki padi organik. Semakin tinggi jumlah kredit, maka semakin tinggi produksi padi organik karena dapat meningkatkan penggunaan input. Walau demikian jumlah kredit yang tersalurkan masih sangat rendah sehingga belum memberi dampak yang besar terhadap peningkatan produksi padi organik. terbukti dengan tingkat produktifitas yang masih lebih rendah dibandingkan dengan petani yang tidak menerima kredit. Namun hasil yang sama juga ditemukan oleh Crepon et al. (2011), bahwa kredit dapat meningkatkan skala usaha rumah tangga karena dapat membeli input produksi yang lebih baik dan dapat menghasilkan output lebih banyak.

Dampak Kredit Mikro terhadap Pendapatan Usahatani Padi organik

Kredit mikro diharapkan juga dapat memberi dampak positif terhadap pendapatan usahatani padi organik. Untuk itu, sebelum dianalisis menggunakan Model Seleksi Heckman tahap kedua, dilakukan analisis usahatani untuk melihat perbandingan antara biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani. Dalam penelitian ini, usahatani yang dilakukan hanya pada satu musim tanam. Lalu hasil dari penghitungan usahatani akan digunakan pada analisis dampak kredit mikro terhadap pendapatan usahatani padi organik.

47 Analisis usahatani padi organik di Kabupaten Bogor dilakukan dengan cara mengidentifikasi penggunaan input dan output yang dihasilkan selama musim tanam periode Januari sampai Juni 2014. Kemudian dilakukan analisis biaya, penerimaan, serta pendapatan usahatani. Budidaya padi organik di Kabupaten Bogor pertama kali dilakukan pada tahun 2001 berkerjasama dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa dan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Selama kurang lebih 13 tahun, petani mengalami pasang surut produksi dan pendapatan. Hal ini karena terdapat faktor lain di luar teknis usahatani yang sulit dikendalikan seperti cuaca dan hama yang berlebihan.

Sistem budidaya padi organik yang diterapkan belum murni organik karena masih menggunakan sedikit pupuk kimia untuk merangsang pertumbuhan padi. Tapi petani sudah meninggalkan pestisida kimia dan menggantinya dengan musuh alami setiap hama yang muncul atau dibiarkan begitu saja. Dikarekan belum sepenuhnya menerapkan organik murni, petani padi organik di Kabupaten Bogor belum bisa memperoleh sertifikat organik, namun ada beberapa kelompok tani yang sudah memperoleh sertifikat padi organik yaitu di Desa Ciburuy dan dipasarkan ke supermarket.

Tabel 21 Biaya dan pendapatan usahatani padi organik per hektar di Kabupaten Bogor pada musim tanam pertama tahun 2014

Jenis Biaya Petani Penerima Kredit Petani bukan penerima kredit Jumlah (Rp/ha) Persen (%) Jumlah (Rp/ha) Persen (%) A. Penerimaan 15 696 867 17 733 156 B. Biaya B1. Biaya Tunai 11 551 951 6 802 227 Benih 279 922 2.20 402 408 4.98 Pupuk Organik 8 000 0.06 151 492 1.87 Pupuk kimia 197 292 1.59 301 991 3.73 Tenaga kerja luar keluarga 4 787 786 38.47 4 223 636 52.23 Bunga modal 51 633 4.1 - - Sewa lahan 6 227 318 50.03 1 722 700 21.30

B2. Biaya tidak tunai 894 262 1 284 828

Tenaga kerja dalam keluarga 894 262 7.19 1 284 828 15.89

Total biaya (B1-B2) 12 454 213 100.00 8 087 055 100.00

Pendapatan atas Biaya Tunai (A-B1) 4 136 916 10 930 929

Pendapatan atas Biaya (A-B1-B2) 3 242 654 9 646 101

R/C Biaya Tunai 1.35 2.61

R/C Biaya Total 1.26 2.19

Sumber : Data primer

Musim tanam padi organik di Kabupaten Bogor tidak dilakukan secara serempak. Hal ini untuk mencegah serangan hama besar-besaran. Selain itu juga untuk menjaga ketersediaan pangan di pasar. Dengan diterapkannya sistem tanam organik LEISA ini, kondisi tanah semakin subur dan produktifitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produktifitas nasional yang hanya mencapai 5.4 ton per hektar. Hal ini menandakan bahwa usahatani dengan sistem LEISA dapat meningkatkan produksi padi. Tabel 21 menyajikan hasil analisis usahatani padi

48

organik per hektar per satu musim tanam yang dibedakan berdasarkan petani penerima dan tidak menerima kredit mikro.

Berdasarkan struktur biaya produksi padi organik (Tabel 22), tenaga kerja merupakan komponen biaya terbesar bagi petani bukan penerima kredit karena rata-rata melakukan usahatani padi organik di lahan milik sendiri. Untuk biaya input seperti pupuk dan benih tidak terlalu besar presentase-nya terhadap total biaya. Hal ini dikarenakan sistem ussahatani padi organik yang dilakukan memanfaatkan semaksimal mungkin bahan-bahan organik di lingkungan tempat tinggal dan lahan sawah (pupuk kompos dan kandang) tanpa harus mengeluarkan banyak biaya input.

Total biaya dan pendapatan petani padi organik penerima kredit dan bukan penerima kredit, memiliki perbedaan yang relatif besar. Hal ini dikarenakan petani yang tidak menerima kredit tidak dibebankan oleh kredit yang ikut dimasukkan ke dalam biaya tunai. Selain itu juga, petani penerima kredit pada saat penelitian dilakukan sedang mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh hama yang sulit dikendalikan yaitu burung. Petani padi organik di Kabupaten Bogor sudah sangat konsisten untuk tidak menggunakan pembasmi hama kimia sehingga dapat dikatakan bebas dari residu pestisida.

Petani penerima kredit dan non-kredit juga memiliki perbedaan dalam jumlah produksi sehingga hal ini berdampak pada penerimaan dan pendapatan usahatani. Petani penerima kredit dengan luasan lahan 1 hektar memperoleh pendapatan rata-rata sebesar 4 136 916 rupiah terhadap biaya tunai sedangkan petani non-kredit memperoleh pendapatan 10 930 929 rupiah terhadap biaya tunai. Hal ini menunjukkan bahwa kredit mikro yang diperoleh petani belum berdampak besar terhadap produksi sehingga pendapatan belum maksimal. Dilihat dari perbandingan R/C, perbandingan petani penerima kredit dengan non-kredit juga sangat jauh. Walaupun masih dikategorikan layak karena nilainya lebih dari 1 relatif terhadap biaya tunai maupun total. Tapi secara ekonomi, rasio tersebut masih sangat rendah dan belum bisa dianggap optimal.

Untuk membuktikan bahwa kredit mikro berdampak positif terhadap produksi padi organik, dilakukan juga analisis menggunakan model seleksi Heckman tahap kedua, dimana hasil regresi probit tahap pertama mengindikasikan aksesibilitas kredit mikro yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada tahap kedua dari Model Seleksi Heckman ini sampel yang diikutsertakan dalam penghitungan adalah keseluruhan sampel dalam penelitian karena model ini dapat mengakomodasi penggunaan data tersebut.

Secara komprehensif, model seleksi Heckman tahap kedua yang menggunakan persamaan hasil dimana variabel yang dimasukkan adalah faktor- faktor yang diduga dapat mempengaruhi pendapatan usahatani padi organik, hasil pengujian parameter secara simultan dengan uji G didapatkan nilai statistik Wald Chi-square sebesar 84.04 dengan nilai prob>chi2 = 0.000 (p<0.05). Jika H0 = variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas dan H1 = variabel penjelas berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas, dikarenakan 0.000 < 0.05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak. Artinya setidaknya ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik dan dalam model ini semua variabel yang dimasukkan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi organik dengan taraf nyata 0.05 dan 0.20. Pengujian parameter secara parsial dilakukan dengan uji Wald, variabel yang berpengaruh

49 nyata pada taraf nyata 0.05 adalah jumlah kredit, produktifitas, dan harga gabah kering panen seperti yang terlihat pada Tabel 22. Model ini juga tidak mengalami bias seleksi karena nilai Lambda pada Mill’s Ratio tidak signifikan secara statistik yaitu 0.898 > 0.05, sehingga model yang dibangun sudah tepat.

Tabel 22 Dampak kredit mikro terhadap pendapatan usahatani padi organik

Variabel Koefisien Z P>|z|

PENDAPATAN (outcome equation)

Jumlah kredit (Rp) 1.67850* 2.07 0.039

Produktifitas (ton/ha) 9.55445* 4.87 0.000

Harga GKP (Rp/Kg) 38.04328* 3.00 0.003

Konstanta -143.44460 -3.27 0.001

AKSES (selection equation)

Usia petani (tahun) -5.78129* -2.12 0.034

Jumlah anggota keluarga (orang) -2.21032* -2.62 0.009 Lama pendidikan petani (tahun) -0.80455 -0.56 0.573 Pengalaman usahatani padi (tahun) -2.49972* -2.37 0.018 Lama menjadi anggota kel. tani (tahun) 5.37465* 3.21 0.001 Luas lahan garapan (m2) 1.86406* 3.06 0.002

Konstanta 3.62576 0.84 0.404

RASIO MILLS

Lambda -0.46729 -1.01 0.313

Rho -0.45008

Sigma 1.038245

Wald chi2 = 36. 21 Prob > chi2 = 0.0000 Sumber : Data primer

Keterangan : * signifikan pada taraf nyata 0.05

Variabel pertama adalah kredit yang berpengaruh secara positif terhadap peningkatan pendapatan usahatani padi organik. Variabel kredit secara statistik signifikan pada taraf nyata 0.05. Walaupun dampak yang ditimbulkan tidak sebesar yang diharapkan, tapi kredit dapat meningkatkan produksi padi organik dan lalu meningkatkan pendapatan. Secara teori, dengan jumlah kredit yang disalurkan, akan memberikan dampak positif yang lebih besar pada usahatani kecil dibandingkan dengan usahatani besar. Dengan demikian petani tetap melanjutkan usahatani dan mengakses kredit sesuai dengan kemampuan modal dan produksi usahatani mereka. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ibrahim dan Bauer (2013) dimana kredit memberikan dampak positif terhadap pendapatan usahatani.

Variabel selanjutnya adalah produktifitas padi organik. Produktifitas merupakan proksi dari banyaknya jumlah produksi per satuan luas lahan. Semakin produktif usahatani padi organik, maka dampak yang ditimbulkan positif. Koefisien yang dihasilkan bernilai positif yang artinya semakin meningkat produktifitas maka pendapatan juga akan meningkat. Probabilitas variabel ini signifikan pada taraf nyata 0.05. Artinya produktifitas dapat dijadikan acuan jika petani ingin meningkatkan pendapatan. Jika Phahlevi (2013) menggunakan proksi luas lahan dan produksi secara bersama-sama dan memberikan berdampak positif terhadap pendapatan usahatani padi, maka dalam penelitian ini proksi tersebut

50

digabung menghasilkan variabel produktifitas yang juga berdampak positif terhadap pendapatan usahatani padi organik di Kabupaten Bogor.

Variabel terakhir yang dapat menentukan pendapatan usahatani padi organik adalah harga gabah kering panen. Dikarekan petani hanya menjual produknya dalam bentuk gabah kering panen (GKP), maka diasumsikan harga GKP dapat meningkatkan pendapatan usahatani padi organik. Nilai jual yang tinggi akan mendatangkan penerimaan yang tinggi pula sehingga pendapatan juga meningkat setelah dikurangi oleh biaya usahatani. Harga merupakan tolak ukur kualitas terhadap suatu produk/komoditi. Padi organik memiliki kualitas lebih baik daripada padi konvensional karena bebas dari pembasmi hama kimia, sehingga nilai jualnya bisa melebihi padi konvensional. Semakin tinggi kualitas padi maka harga akan meningkat, dengan begitu pendapatan petani akan meningkat pula. Namun demikian, harga yang diperoleh petani masih sama dengan harga GKP konvensional, karena dianggap belum sepenuhnya organik. Tapi jika dijual dalam bentuk beras, harganya sudah lebih baik dari beras non-organik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Phahlevi (2013) bahwa harga padi menentukan besar kecilnya pendapatan usahatani padi sawah. Semakin tinggi harga maka pendapatan usahatani semakin tinggi.

6 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Petani padi organik di Kabupaten Bogor memiliki akses pada kredit mikro

terbatas pada lembaga semi-formal yaitu koperasi dan gapoktan. Hal tersebut karena petani dimudahkan dengan persyaratan administrasi seperti keanggotaan dalam kelompok tani dan atau koperasi serta penerapan bunga yang sangat rendah.

2. Akses kredit dapat memberikan dampak positif terhadap produksi padi organik. Dampak tersebut masih relatif rendah mengingat jumlah kredit hanya memenuhi sebesar 19.59 persen dari biaya usahatani padi organik. 3. Peningkatan produksi padi organik pada akhirnya memberi dampak positif

terhadap pendapatan usahatani padi organik. Namun demikian, dampak yang ditimbulkan masih relatif kecil.

Saran

Beberapa hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut :

1. Penguatan lembaga semi-formal dalam hal ini koperasi dan gapoktan perlu ditingkatkan, terutama pada jumlah kredit yang disalurkan untuk usahatani padi organik. Selain itu juga agar dapat menjangkau lebih banyak petani padi organik lainnya yang belum memperoleh kredit. Salah satu caranya dengan menerapkan sistem channelling agar kredit dari lembaga formal maupun pemerintah dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pembiayaan

51 usahatani padi organik namun tetap dengan kemudahan proses yang telah diterapkan.

2. Sejalan dengan meningkatnya akses terhadap kredit mikro, produksi dan pendapatan usahatani padi organik diharapkan akan meningkat. Hal ini dapat dicapai jika petani tetap konsisten dengan sistem usahatani organik dan mengikuti penyuluhan yang disampaikan melalui kelompok tani serta responsif terhadap informasi terkait inovasi teknologi pertanian.

Dokumen terkait