• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rasio Pajak (Tax Ratio)

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii (Halaman 44-49)

ANAlISIS PENDAPATAN DAERAH

A. Rasio Pajak (Tax Ratio)

Kebijakan pajak daerah yang diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menerapkan closed list system untuk jenis pajak daerah yang dapat dikelola oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dan kota. Pemerintah provinsi diberi kewenangan untuk memungut 5 jenis pajak dan pemerintah kabupaten dan kota diberi kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak. Salah satu kebijakan baru dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 adalah adanya PBB-P2 dan BPHTB dari pusat ke daerah. Dengan adanya pengalihan kewenangan pemungutan kedua pajak tersebut kepada daerah, diharapkan akan menambah peluang bagi daerah untuk melakukan pemungutan secara lebih optimal.

Rasio pajak (tax ratio) merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan jumlah penerimaan pajak dengan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara dalam satu tahun. Di tingkat daerah, rasio pajak merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak daerah dengan PDRB. Rasio

25

Analisa Pendapatan Daerah

pajak dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak, mengukur kinerja perpajakan, dan melihat potensi pajak yang dimiliki.

PDRB sangat erat kaitannya dengan pajak daerah karena dapat menggambarkan kegiatan ekonomi masyarakat. Jika pertumbuhan ekonomi daerah baik tentunya akan menjadi potensi penerimaan pajak di wilayah tersebut. PDRB yang akan digunakan dalam analisis ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku yang merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun. Nilai PDRB ini pada umumnya digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi yang terjadi di suatu wilayah.

Perhitungan rasio pajak di berbagai wilayah di Indonesia akan memberikan gambaran hubungan antara penerimaan pajak daerah di wilayah tersebut dengan PDRB-nya, menilai kondisi suatu daerah, dan membandingkannya dengan daerah lain.

1. Agregat Provinsi, Kabupaten dan Kota

Grafik 2.3 menunjukkan rasio pajak secara agregat provinsi, kabupaten dan kota pada 33 provinsi seluruh Indonesia. Secara agregat, rata-rata pajak yang bisa dipungut oleh pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten dan kota hanya 1,9% dari PDRB non migas.

Provinsi Bali memiliki rasio pajak tertinggi, yaitu sebesar 5,3%. Pencapaian tersebut terutama karena didukung oleh posisi Bali sebagai daerah tujuan wisata, sehingga memiliki basis pajak yang cukup besar terutama yang terkait dengan hotel, restoran dan sarana hiburan lainnya. Sementara itu, provinsi yang memiliki rasio pajak paling rendah adalah Provinsi Riau dan Provinsi Papua Barat, yaitu masing-masing hanya 0,5%.

Kewenangan yang diberikan kepada daerah untuk memungut pajak daerah memang terbatas (closed list). Sumber penerimaan pajak daerah yang

berlaku saat ini cenderung bias ke daerah yang tingkat urbanisasinya tinggi (urban-biased), seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Kendaraan Bermotor.

Grafik 2.3

Rasio Pajak Agregat Provinsi, Kabupaten, dan Kota

Perhitungan rasio pajak di berbagai wilayah di Indonesia akan memberikan gambaran hubungan antara penerimaan pajak daerah di wilayah tersebut dengan PDRB-nya, menilai kondisi suatu daerah, dan membandingkannya dengan daerah lain.

1. Agregat Provinsi, Kabupaten dan Kota

Grafik 2.3 menunjukkan rasio pajak secara agregat provinsi, kabupaten dan kota pada 33 provinsi seluruh Indonesia. Secara agregat, rata-rata pajak yang bisa dipungut oleh pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten dan kota hanya 1,9% dari PDRB non migas.

Provinsi Bali memiliki rasio pajak tertinggi, yaitu sebesar 5,3%. Pencapaian tersebut terutama karena didukung oleh posisi Bali sebagai daerah tujuan wisata, sehingga memiliki basis pajak yang cukup besar terutama yang terkait dengan hotel, restoran dan sarana hiburan lainnya. Sementara itu, provinsi yang memiliki rasio pajak paling rendah adalah Provinsi Riau dan Provinsi Papua Barat, yaitu masing-masing hanya 0,5%.

Kewenangan yang diberikan kepada daerah untuk memungut pajak daerah memang terbatas (closed list). Sumber penerimaan pajak daerah yang berlaku saat ini cenderung bias ke daerah yang tingkat urbanisasinya tinggi (urban-biased), seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Kendaraan Bermotor.

Grafik 2.3

Rasio Pajak Agregat Provinsi, Kabupaten, dan Kota

Sumber: APBD 2014 (Diolah), (*) termasuk Provinsi Kalimantan Utara

*

Sumber: APBD 2014 (Diolah) (*) termasuk Provinsi Kalimantan Utara

Berdasarkan data rasio pajak di seluruh provinsi, diperoleh gambaran bahwa rata-rata rasio pajak daerah secara nasional adalah 1,9%. Provinsi yang memiliki rasio pajak diatas rata-rata nasional sebanyak 12 provinsi sebagaimana terlihat pada grafik diatas.

2. Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi

Grafik 2.4 memperlihatkan rasio pajak per pemerintah kabupaten dan kota untuk masing-masing wilayah provinsi. Rata-rata pajak yang bisa dipungut oleh pemerintah kabupaten dan kota di Indonesia sebesar 0,53% dari PDRB non migasnya. Rasio ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 0,37%. Hal ini menunjukkan bahwa upaya perluasan objek

27

Analisa Pendapatan Daerah

pajak dan pengalihan beberapa jenis pajak ke daerah yang diatur dalam UU 28 Tahun 2009 telah memberikan efek positif kepada penguatan perpajakan daerah. Rasio pajak pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi Bali menunjukkan angka yang paling tinggi, yaitu sebesar 3,4%. Sebagai daerah tujuan wisata, sumber penerimaan pajak daerah di Bali berasal dari sektor pariwisata seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan, sehingga potensi penerimaan pajaknya menjadi lebih tinggi dibanding daerah lain.

Sementara itu, rasio pajak terendah terdapat pada pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi Papua Barat dan Provinsi Riau, yaitu sebesar 0,1%. Rendahnya angka tersebut disebabkan oleh rendahnya potensi penerimaan pajak daerah kabupaten dan kota. Potensi penerimaan yang tinggi di Provinsi Papua Barat dan Riau adalah dari sektor pertambangan, yang merupakan sumber penerimaan Negara, dan selanjutnya akan menjadi sumber pendapatan bagi hasil sumber daya alam (DBH SDA) yang dalam rasio ini tidak dihitung.

Grafik 2.4

Rasio Pajak Pemerintah Kabupaten dan KotaSe-Provinsi *)

Berdasarkan data rasio pajak di seluruh provinsi, diperoleh gambaran bahwa rata-rata rasio pajak daerah secara nasional adalah1,9%. Provinsi yang memiliki rasio pajak diatas rata-rata nasional sebanyak 12 provinsi sebagaimana terlihat pada grafik diatas.

2. Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi

Grafik 2.4 memperlihatkan rasio pajak per pemerintah kabupaten dan kota untuk masing-masing wilayah provinsi. Rata-rata pajak yang bisa dipungut oleh pemerintah kabupaten dan kota di Indonesia sebesar 0,53% dari PDRB non migasnya. Rasio ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 0,37%. Hal ini menunjukkan bahwa upaya perluasan objek pajak dan pengalihan beberapa jenis pajak ke daerah yang diatur dalam UU 28 Tahun 2009 telah memberikan efek positif kepada penguatan perpajakan daerah. Rasio pajak pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi Bali menunjukkan angka yang paling tinggi, yaitu sebesar 3,4%. Sebagai daerah tujuan wisata, sumber penerimaan pajak daerah di Bali berasal dari sektor pariwisata seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan, sehingga potensi penerimaan pajaknya menjadi lebih tinggi dibanding daerah lain.

Sementara itu, rasio pajak terendah terdapat pada pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi Papua Barat dan Provinsi Riau, yaitu sebesar 0,1%. Rendahnya angka tersebut disebabkan oleh rendahnya potensi penerimaan pajak daerah kabupaten dan kota. Potensi penerimaan yang tinggi di Provinsi Papua Barat dan Riau adalah dari sektor pertambangan, yang merupakan sumber penerimaan Negara,dan selanjutnya akan menjadi sumber pendapatan bagi hasil sumber daya alam (DBH SDA) yang dalam rasio ini tidak dihitung.

Grafik 2.4

Rasio Pajak Pemerintah Kabupaten dan KotaSe-Provinsi *)

Sumber: APBD 2014 (Diolah), Tidak termasuk DKI Jakarta, *)termasuk Provinsi Kalimantan Utara

*

Sumber: APBD 2014 (Diolah), Tidak termasuk DKI Jakarta *) termasuk Provinsi Kalimantan Utara

3. Pemerintah Provinsi

Grafik 2.5

Rasio Pajak Pemerintah Provinsi

3. Pemerintah Provinsi

Grafik 2.5 Rasio Pajak Pemerintah Provinsi

Sumber: APBD 2014 (Diolah)*)termasuk Provinsi Kalimantan Utara

Grafik 2.5 memperlihatkan rata-rata pajak yang dipungut oleh pemerintah provinsi sebesar 1,4% dari PDRB non migas. Untuk seluruh pemerintah provinsi di Indonesia, rasio pajak tertinggi dicapai oleh Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu sebesar 3,1%. Tingginya rasio pajak provinsi Kalimantan Selatan ini menarik untuk dikaji, mengingat rasio pajak Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2014 mampu melampaui Provinsi DKI Jakarta.

Sementara itu, rasio pajak terendah terdapat di Provinsi Papua Barat dan Provinsi Riau (0,4%). Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah di kedua provinsi tersebut belum optimal mengingat jumlah pajak yang bisa dipungut dari potensi basis pajak yang ada masih rendah.

4. Per Wilayah

Berdasarkan pembagian 5 wilayah di Indonesia, secara rata-rata rasio pajak per wilayah sebesar 1,97%. Dengan mengeluarkan Provinsi DKI Jakarta dalam perhitungan, rasio pajak di wilayah Jawa dan Bali merupakan wilayah yang rasio pajaknya paling tinggi dibandingkan 4 wilayah lainnya, yaitu sebesar 2,6%, sedangkan wilayah dengan rasio pajak terendah sebesar 1,37% terdapat di wilayah Sumatera.

Grafik 2.6 Rasio Pajak per Wilayah*)

*

Sumber: APBD 2014 (Diolah) *)termasuk Provinsi Kalimantan Utara

Grafik 2.5 memperlihatkan rata-rata pajak yang dipungut oleh pemerintah provinsi sebesar 1,4% dari PDRB non migas. Untuk seluruh pemerintah provinsi di Indonesia, rasio pajak tertinggi dicapai oleh Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu sebesar 3,1%. Tingginya rasio pajak provinsi Kalimantan Selatan ini menarik untuk dikaji, mengingat rasio pajak Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2014 mampu melampaui Provinsi DKI Jakarta.

Sementara itu, rasio pajak terendah terdapat di Provinsi Papua Barat dan Provinsi Riau (0,4%). Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah di kedua provinsi tersebut belum optimal mengingat jumlah pajak yang bisa dipungut dari potensi basis pajak yang ada masih rendah.

29

Analisa Pendapatan Daerah

4. Per Wilayah

Berdasarkan pembagian 5 wilayah di Indonesia, secara rata-rata rasio pajak per wilayah sebesar 1,97%. Dengan mengeluarkan Provinsi DKI Jakarta dalam perhitungan, rasio pajak di wilayah Jawa dan Bali merupakan wilayah yang rasio pajaknya paling tinggi dibandingkan 4 wilayah lainnya, yaitu sebesar 2,6%, sedangkan wilayah dengan rasio pajak terendah sebesar 1,37% terdapat di wilayah Sumatera.

Grafik 2.6 Rasio Pajak per Wilayah*)

Sumber: APBD 2014 (Diolah), *) Tidak termasuk DKI Jakarta

B. Pajak per Kapita (Tax perCapita)

Pajak per kapita (tax per capita) belum banyak digunakan dalam menghitung tingkat keberhasilan pajak sebagai sumber Pendapatan Daerah.Namun begitu, pajak per kapita dapat digunakan sebagai alternatif dalam menghitung efektifitas pemungutan pajak daerah. Pajak per kapita merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak yang dihasilkan suatu daerah dengan jumlah penduduknya, yang berarti pula menunjukkan kontribusi setiap penduduk pada pajak daerah.

Menurut Gregory N. Mankiw1, rasio pajak per PDB merupakan ukuran yang paling umum digunakan. Namun demikian, semakin tinggi tingkat persentase pajak akan semakin menurunkan PDB penduduk setempat sehingga ukuran tersebut dapat terlihat bias. Untuk tujuan tertentu (misalnya statistik yang lebih baik), pajak per kapita (tax per personal) dapat digunakan. Pajak per kapita dihitung dengan mengalikan rasio pajak dengan PDRB per kapita, sehingga diperoleh pajak/PDRB x PDRB/personal=pajak / personal.

1. Agregat Provinsi, Kabupaten dan Kota

Rata-rata rasio pajak per kapita secara nasional (agregat provinsi, kabupaten dan kota) sebesar Rp496.217,00. Provinsi DKI Jakarta memiliki rasio pajak per kapita tertinggi, yaitu sebesar Rp3.189.570,00, yang berarti bahwa secara rata-rata setiap

1http://gregmankiw.blogspot.com/2010/03/taxes-per-person.html Sumber: APBD 2014 (Diolah)

*) Tidak termasuk DKI Jakarta

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii (Halaman 44-49)

Dokumen terkait