• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3.1 Definisi

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh. Bahkan bila mungkin bayi bisa tidur bersama setempat tidur dengan ibunya (Kosim,dkk, 2010). Rawat gabung juga merupakan suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya (Dewi, 2011). Rawat gabung

memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui anaknya (Rochmah, dkk, 2012)

2.3.2 Tujuan

Menurut Rochmah, dkk (2012) tujuan dari rawat gabung yaitu: a. Bantuan emosional

Rawat gabung memfasilitasi terjalinnya hubungan antara ibu dan bayinya dikarenakan sejak awal bayi akan memperoleh kehangantan tubuh ibu, kelembutan dan kasih sayang. Ibu pun akan sangat senang dan bahagia jika berada di dekat bayinya meskipun telah melewati proses kehamilan dan persalinan yang lama dan melelahkan.

b. Penggunaan ASI

Dengan rawat gabung penggunaan ASI akan lebih efektif karena produksi ASI makin cepat dan banyak karena proses menyusui dilakukan segera dan sesering.

c. Pencegahan Infeksi

Dengan melakukan rawat gabung, infeksi silang dapat dihindari karena kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi dapat segera diberikan kepada bayi. Kolostrum tersebut akan melapisi seluruh permukaan mukosa saluran cerna dan diserap oleh bayi sehingga bayi mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi, terutama diare.

d. Pendidikan Kesehatan

Sesi rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu, terutama primipara. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi, dan merawat diri akan mempercepat mobilisasi sehingga ia akan cepat pulih dari persalinan. Pendidikan kesehatan di rawat gabung sangat penting dilakukan, apabila tidak dilakukan maka ibu tidak akan menganggap positif setiap intervensi yang dilakukan dan hal ini telah dibenarkan oleh Rice (2000) yang mewawancarai 43 wanita Asia yang tinggal di Melbourne, Victoriadan menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan rawat gabung terdapat konflik antara ibu dan petugas kesehatan. Didapatkan hasil bahwa ibu lebih mengutamakan istirahat dan ada ibu yang tidak mengerti mengapa perawat memintanya untuk melakukan rawat gabung dan merawat bayinya sendiri.

2.3.3 Syarat

Syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut (Dewi, 2011)

a. Bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung bisa dilakukan setelah bayi cukup sehat

b. Bayi yang lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anastesi umum, rawat gabungnya pun dilakukan setelah ibu dan bayi sadar penuh

c. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (dengan nilai APGAR minimal 7)

d. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih e. Berat lahir 2.000-2.500 gram atau lebih f. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum g. Bayi dan ibu sehat

2.3.4 Kontraindikasi

Kontraindikasi rawat gabung bagi ibu adalah (Kosim,dkk, 2010) a. Ibu dengan kelainan jantung yang ditakutkan menjadi gagal

jantung

b. Ibu dengan eklampsia atau preeklampsia berat c. Ibu dengan penyakit akut yang berat

d. Ibu dengan karsinoma payudara e. Ibu dengan psikosis

Kontraindikasi rawat gabung bagi bayi (Kosim,dkk, 2010)

a. Bayi dengan berat lahir sangat rendah b. Bayi dengan kelainan kongenital yang berat

c. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus (bayi kejang, sakit berat)

2.3.5 Manfaat

Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung ibu dan bayi menurut Dewi (2011) adalah sebagai berikut.

a. Fisik

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu akan mudah untuk melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan pemberian ASI sedini mungkin, maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan. Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian Asparin,dkk (1996) yang mendapatkan tidak dijumpainya episode gastroenteritis pada kelompok bayi rawat gabung.

b. Fisiologis

Rawat gabung memungkinkan ibu untuk lebih dekat dengan bayinya, sehingga bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses fisiologis yang terjadi tersebut akan memungkinkan bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik serta dapat membantu proses involusi rahim dikarenakan refleks oksitosin yang timbul karena menyusui.

c. Psikologis

Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan psikologis bayi. Selain itu, kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Penelitian kualitatif Bennett & Sheridan (2005) menyimpulkan bahwa secara umum ibu yang mendapatkan perawatan rooming-in

satu partisipan mengungkapkan bahwa rooming-in dapat meningkatkan kedekatan kepada bayinya dan rooming-in sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu saat membawa bayinya pulang ke rumah. Sedangkan hal yang sebaliknya dirasakan oleh ibu yang bayinya dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit), tiga ibu dalam penelitian ini merasa bahwa bayinya seperti bukan milik mereka, mereka merasa diintimidasi oleh staf klinik dan beberapa ibu merasa bahwa mereka perlu izin untuk menyentuh bayi mereka.

d. Edukatif

Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar dan mendapat bimbingan mengenai cara menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan bayi dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya setelah pulang dari RS.

e. Ekonomi

Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi rumah sakit, terutama RS pemerintah, hal tersebut merupakan suatu penghematan terhadap anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot, serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karean ibu berperan besar dalam merawat

bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rachman, Hariyanti dan Riskiyani (2009) yang dari hasil wawancaranya terkait kebijakan Rumah Bersalin di Makassar mendapatkan rawat gabung sangat membantu meringankan pekerjaan, tidak membutuhkan tenaga tambahan untuk merawat dan mengontrol bayi pada ruangan terpisah apalagi kondisi di rumah bersalin tersebut memang kekurangan bidan.

f. Medis

Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.

Teori diatas didukung oleh penelitian Ahn, dkk (2008) didapatkan bahwa bayi yang dirawat gabung memiliki stabilitas emosi yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak dirawat gabung. Hal tersebut terlihat dari:

i. Iritability

Bayi yang tidak dirawat gabung lebih mudah terganggu bahkan hanya karna sedikit rangsangan dibandingkan bayi di rawat gabung.

ii. Self quieting activity

Bayi yang di rawat gabung secara signifikan lebih berusaha sendiri untuk mengembalikan stabilitasnya dari situasi yang

mengganggu dan mereka lebih berhasil dibandingkan bayi yang tidak rawat gabung.

iii. Duration of crying

Bayi yang tidak dirawat gabung memiliki durasi menangis yang lebih lama dibandingkan bayi yang di rawat gabung. 2.3.6 Model Pengaturan Ruangan Rawat Gabung

Menurut Rochmah, dkk (2012) model pengaturan ruangan rawat gabung yaitu:

a. Model perawatan kelas yaitu satu kamar dengan satu ibu dan anaknya.

b. Model yang ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur/ kasur yang sama.

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

Dokumen terkait