• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Rawat Gabung di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Rawat Gabung di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG

RAWAT GABUNG DI PIH RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN

SKRIPSI

Oleh Dewi Yuliana RH

101101041

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Judul : Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Rawat Gabung

di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan.

Nama : Dewi Yuliana RH

Nim : 101101041

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

__________________________________________________________________

Abstrak

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar atau tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya. keberhasilan pelaksanaan rawat gabung dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu terhadap rawat gabung. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel diambil dari ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan sebanyak 40 orang. Sampel diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data mulai bulan Maret sampai April 2014. Data dianalisa secara univariat dan menggunakan teknik komputerisasi dengan uji statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil ddalam kategori baik yaitu 85%, cukup yaitu 15% dan tidak ada yang berpengetahuan buruk (0%). Sikap ibu hamil dari hasil penelitian yang didapat yaitu positif (95%) dan negatif (5%). Dalam penelitian ini pengetahuan ibu hamil dikategorikan baik dan sikap ibu hamil pun positif terhadap rawat gabung, namun bila dilihat secara rinci didapati pemahaman yang masih salah tentang konsep rawat gabung yaitu syarat, kontraindikasi dan pengaturan ruang rawat gabung. Diharapkan pada petugas kesehatan untuk memberikan edukasi tentang syarat, kontraindikasi dan pengaturan ruangan rawat gabung pada masa antenatal care

dan diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti pengetahuan dan sikap perawat tentang rawat gabung serta meneliti hubungan karakteristik responden dengan pengetahuan dan sikapnya.

(4)

Title : Knowledge and Attitude to pregnant women About Rooming-in in PIH RSUP Haji Adam Malik Medan.

Name : Dewi Yuliana RH

Major : Bachelor of Nursing Student Number : 101101058

Year : 2014

__________________________________________________________________

ABSTRAK

Rooming-in is a way of caring that places mother and her baby in one room, a room or a place together and not separated for 24 hours a day. The success of the rooming can be influenced by knowledge and attitude mother with respect of the rooming. Research aims to describe knowledge and attitude pregnant women about rooming-in using design research descriptive. Samples are taken from a pregnant mother went her pregnancy in RSUP Haji Adam Malik Medan some 40 people. Samples are taken with total sampling techniques. Collecting data started from March until April 2014. Data were analyzed by univariate and using computerized techniques with descriptive statistical tests. The results showed that knowledge of pregnant women in categories i.e. 85%, good enough that is 15% and no one knowledgeable bad (0%). The attitude of expectant mothers from the research results obtained are positive (95%) and negative (5%). In this study the knowledge of pregnant women are categorized nicely and even expectant mothers to positive attitude towards rooming, however when viewed has found detailed understanding is still wrong about rooming concept i.e. terms, contraindications and rooming space settings expected on health workers to provide education regarding terms, contraindications and rooming-in room settings during antenatal care and expected further research could also examine the knowledge and attitude of nurses about rooming-in and examine the relationship characteristics of respondents with knowledge and attitude.

__________________________________________________________________

(5)

RAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerah-Nya

skripsi yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Rawat Gabung

di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan” dapat diselesaikan dengan baik.

Selama proses skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan,

dukungan dan bantuan doa maupun dana dari berbagai pihak. Penulis menyadari

bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari banyak pihak, baik mulai dari penulisan

proposal, pengumpulan data sampai pada penyusunan skripsi ini, tentulah akan

terasa sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS selaku dosen Pembimbing Pembantu Dekan I

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara juga selaku dosen PA

dan pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu serta dengan penuh

perhatian dan kesabaran dalam memberikan masukan, bimbingan dan

dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp., M.Pd selaku dosen penguji I yang

telah memberi masukan untuk memperbaiki skripsi ini.

4. Ibu Reni Asmara, S.Kp., MARS selaku dosen penguji II yang telah

memberikan masukan untuk memperbaiki skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(6)

6. Kedua orang tua saya, yakni Bapak saya A. Rumahorbo dan Ibu saya

Dismaria Gultom, S.Pd yang telah memberikan bantuan dukungan doa,

moral dan material untuk kemudahan dalam menyelesaikan pendidikan,

juga adik saya Irma Uli Rumahorbo yang telah memberikan semangat

untuk saya menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat terbaik saya Natal, Monica, Siska, Astika, Ika, Fajar,

Herlina, Ruth, Tantri, Elvis, Kalvin dan Bobi serta semua teman-teman S1

2010 Fakultas Keperawatan yang telah membantu dan memotivasi dalam

penyusunan skripsi ini.

8. PKK saya yang memotivasi saya Kak Ariyanti Silitonga, saudara saya

Norlin, Tantri dan Willy yang mendukung saya dalam doa.

9. Teman satu dosen pembimbing dengan saya yaitu Winda, Fischa dan

Rahsyid.

10.Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menempuh

pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada pembacanya, dan penulis juga

menerima saran yang membangun dari semua pihak untuk hasil yang lebih baik.

Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Medan, Juli 2014

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengetahuan ... 6

2.2 Sikap ... 12

2.3 Rawat Gabung ... 20

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 28

3.1 Kerangka Konseptual ... 28

3.2 Defenisi operasional ... 29

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 30

4.1 Desain Penelitian ... 30

4.2 Populasi dan sampel ... 30

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.4 Pertimbangan Etik ... 31

4.5 Instrumen Penelitian ... 32

4.6 Uji validitas dan realibilitas instrumen ... 33

4.7 Pengumpulan Data ... 34

4.8 Analisa Data ... 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1 Hasil penelitian ... 36

5.2 Pembahasan ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 45

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Defenisi operasional variabel penelitian ... 29

Tabel 1 Karakteristik ibu hamil di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan ... 37

Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu hamiltentang

rawat gabung ... 38

Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban benar responden pada

tiap pertanyaan pengetahuan rawat gabung ... 39

Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu hamil terhadap rawat

(9)

DAFTAR SKEMA

Diagram Proses Pembentukan Sikap ……...………15

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar persetujuan responden

Lampiran 2 Instrumen penelitian

Lampiran 3 Surat validasi

Lampiran 4 Surat izin penelitian

Lampiran 5 Surat selesai penelitian

Lampiran 6 Hasil penelitian

Lampiran 7 Hasil pengetahuan peritem

Lampiran 8 Hasil sikap peritem

Lampiran 9 Taksasi dana

Lampiran 10 Jadwal penelitian

(11)

Judul : Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Rawat Gabung

di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan.

Nama : Dewi Yuliana RH

Nim : 101101041

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

__________________________________________________________________

Abstrak

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar atau tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya. keberhasilan pelaksanaan rawat gabung dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu terhadap rawat gabung. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel diambil dari ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan sebanyak 40 orang. Sampel diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data mulai bulan Maret sampai April 2014. Data dianalisa secara univariat dan menggunakan teknik komputerisasi dengan uji statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil ddalam kategori baik yaitu 85%, cukup yaitu 15% dan tidak ada yang berpengetahuan buruk (0%). Sikap ibu hamil dari hasil penelitian yang didapat yaitu positif (95%) dan negatif (5%). Dalam penelitian ini pengetahuan ibu hamil dikategorikan baik dan sikap ibu hamil pun positif terhadap rawat gabung, namun bila dilihat secara rinci didapati pemahaman yang masih salah tentang konsep rawat gabung yaitu syarat, kontraindikasi dan pengaturan ruang rawat gabung. Diharapkan pada petugas kesehatan untuk memberikan edukasi tentang syarat, kontraindikasi dan pengaturan ruangan rawat gabung pada masa antenatal care

dan diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti pengetahuan dan sikap perawat tentang rawat gabung serta meneliti hubungan karakteristik responden dengan pengetahuan dan sikapnya.

(12)

Title : Knowledge and Attitude to pregnant women About Rooming-in in PIH RSUP Haji Adam Malik Medan.

Name : Dewi Yuliana RH

Major : Bachelor of Nursing Student Number : 101101058

Year : 2014

__________________________________________________________________

ABSTRAK

Rooming-in is a way of caring that places mother and her baby in one room, a room or a place together and not separated for 24 hours a day. The success of the rooming can be influenced by knowledge and attitude mother with respect of the rooming. Research aims to describe knowledge and attitude pregnant women about rooming-in using design research descriptive. Samples are taken from a pregnant mother went her pregnancy in RSUP Haji Adam Malik Medan some 40 people. Samples are taken with total sampling techniques. Collecting data started from March until April 2014. Data were analyzed by univariate and using computerized techniques with descriptive statistical tests. The results showed that knowledge of pregnant women in categories i.e. 85%, good enough that is 15% and no one knowledgeable bad (0%). The attitude of expectant mothers from the research results obtained are positive (95%) and negative (5%). In this study the knowledge of pregnant women are categorized nicely and even expectant mothers to positive attitude towards rooming, however when viewed has found detailed understanding is still wrong about rooming concept i.e. terms, contraindications and rooming space settings expected on health workers to provide education regarding terms, contraindications and rooming-in room settings during antenatal care and expected further research could also examine the knowledge and attitude of nurses about rooming-in and examine the relationship characteristics of respondents with knowledge and attitude.

__________________________________________________________________

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rawat gabung pertama kali diperkenalkan oleh Gessel dan Ilg pada tahun

1943 (Rice, 2000). Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan

ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu tempat secara

bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya (Dewi, 2011).

Bahkan bila mungkin bayi bisa tidur bersama setempat tidur dengan ibunya

(Kosim dkk., 2010). Rawat gabung juga merupakan salah satu dari sepuluh

langkah menuju keberhasilan program ASI ekslusif di Indonesia (Pasal 33

Peraturan Pemerintah RI No.32 Tahun 2012). Pemerintah Indonesia dalam pasal

10 (Peraturan Pemerintah RI No 33 Tahun 2012) telah mewajibkan tenaga

kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan

rawat gabung dan tidak dilakukan kecuali atas indikasi medis yang ditetapkan

oleh dokter.

Rawat gabung memiliki banyak keuntungan diantaranya dari aspek psikologis,

fisik, fisiologis, edukatif, medis dan ekonomi. Dari aspek fisiologis, rawat gabung

akan membuat terjalinnya proses lekat (bonding) antara ibu dan bayi yang sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya karena kehangatan

tubuh ibu merupakan stimuli mental yang mutlak diperlukan oleh bayi yang

memberikan rasa aman, terlindungi dan percaya pada orang lain (basic trust) dan merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Ibu pun akan merasa

(14)

yaitu bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan

refleks prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan refleks oksitosin yang

membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi rahim (Kosim dkk., 2010).

Manfaat tentang rawat gabung tersebut didukung oleh banyak penelitian

sebelumnya, baik manfaat bagi ibu maupun bayi. Asparin dkk. (1996)

mendapatkan hasil bahwa bayi yang dirawat gabung tidak mengalami episode

gastroenteritis. Kemudian Ahn dkk. (2008) menemukan perilaku yang lebih stabil

pada bayi yang dirawat gabung dibandingkan bayi yang dirawat di kamar anak.

Penelitian kualitatif Bennett & Sheridan (2005) menyimpulkan bahwa secara

umum ibu yang melakukan rawat gabung menganggap hal tersebut merupakan

pengalaman yang positif.

Hal yang berbeda diungkapkan Tamba (2010) tentang pengaruh rawat

gabung terhadap produksi ASI pada ibu postpartum di RSUP Haji Adam Malik

Medan yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara rawat gabung terhadap

produksi ASI dan hal tersebut dapat diakibatkan karena pelaksanaan rawat gabung

yang kurang baik. Siregar (2011) juga mengungkapkan bahwa pelaksanaan rawat

gabung di RSUP HAM Medan masih dalam kategori kurang baik, hal ini dapat

diasumsikan karena pengetahuan dan sikap ibu terhadap rawat gabung, Wulandari

dkk. (2007) menemukan bahwa meskipun tindakan rawat gabung ini sudah

dilakukan namun sikap ibu terhadap rawat gabung masih negatif dan faktor yang

menghambatnya ialah kurangnya tingkat pengetahuan ibu tentang rawat gabung

itu sendiri. Hal ini juga didukung oleh Wijayanti (2009) yang mendapatkan

(15)

terhadap rawat gabung. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan juga merupakan langkah pertama

dalam pembentukan sikap ibu tentang rawat gabung (Wulandari dkk., 2007).

Dalam pelayanan antenatal terdapat penyuluhan bagi ibu hamil, salah satunya

ialah penyuluhan ibu mengenai manfaat rawat gabung (Kosim dkk., 2010).

Agustini dkk., (2013) juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif

antara pengetahuan ibu hamil dan cakupan pelayanan antenatal. Pengetahuan juga

memegang peranan penting dalam membentuk sikap seseorang (Notoatmodjo,

2003). Sikap ialah suatu bentuk evaluasi yang dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan terhadap suatu objek (Azwar, 2013). Menurut Dewi (2011) sikap ibu

juga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian

tentang bagaimana pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung sebagai

perawatan yang bermanfaat pasca persalinan di PIH RSUP Haji Adam Malik

Medan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yakni

bagaimanakah pengetahuan serta sikap ibu hamil tentang rawat gabung di PIH

(16)

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menggambarkan pengetahuan

serta sikap ibu hamil tentang rawat gabung di PIH RSUP Haji

Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil yang berkunjung di

poli ibu hamil meliputi usia, pekerjaan, pendidikan, usia

kehamilan, gravida dan jumlah anak.

b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang rawat gabung

c. Mengidentifikasi sikap ibu hamil tentang rawat gabung di PIH

RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Untuk Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi untuk mengevaluasi pengetahuan dan sikap ibu

hamil yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

memperkaya bahan tentang rawat gabung dalam mata kuliah ilmu

keperawatan sehinggan mahasiswa dapat memberikan pendidikan

kesehatan yang benar kepada ibu hamil pada praktek klinik.

1.4.2 Untuk Praktik Keperawatan

Sebagai informasi bagi perawat dalam mengevaluasi pengetahuan

(17)

melakukan pendidikan kesehatan tentang rawat gabung terkait

dengan kebutuhan ibu hamil.

1.4.3 Penelitian keperawatan

Sebagai data tambahan untuk penelitian selanjutnya tentang rawat

gabung yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil.

1.4.4 Ibu

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi ibu

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengetahuan(knowledge)

2.1.1 Definisi

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2 Tingkatan Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan

evaluasi (Notoatmodjo, 2003). Namun tingkatan pengetahuan pada

ibu hamil tentang rawat gabung yang diharapkan ialah tahu dan

memahami.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat yang paling

(19)

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan.

Contoh :

i. Ibu hamil dapat mendefinisikan apa itu rawat gabung.

ii. Ibu hamil dapat menyebutkan syarat dapat dilakukannya rawat

gabung.

iii. Ibu hamil dapat menyebutkan kontra indikasi rawat gabung

dari pihak ibu.

iv. Ibu hamil dapat menyebutkan kontraindikasi rawat gabung dari

pihak bayi.

v. Ibu hamil dapat menyebutkan manfaat rawat gabung.

vi. Ibu hamil dapat menyatakan model pengaturan ruangan rawat

gabung.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

(20)

Contoh:

i. Ibu hamil dapat menjelaskan definisi rawat gabung.

ii. Ibu hamil dapat menjelaskan syarat dapat dilakukan rawat

gabung.

iii. Ibu hamil dapat menyimpulkan kontraindikasi untuk

melakukan rawat gabung.

iv. Ibu hamil dapat menyimpulkan bayinya memiliki atau tidak

kontraindikasi untuk melakukan rawat gabung.

v. Ibu hamil dapat menjelaskan manfaat rawat gabung

vi. Ibu hamil dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi

keberhasilan rawat gabung.

vii.Ibu hamil dapat menjelaskan model pengaturan ruangan rawat

gabung.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

(21)

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis ini menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria kriteria yang telah

ada.

2.1.3 Indikator-indikator Tingkat Pengetahuan

Indikator-indikator tingkat pengetahuan apa yang dapat

dipergunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran

terhadap kesehatan, dapat dikelompokan menjadi:

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup

sehat, indikator inilah yang digunakan untuk mengukur

(22)

i. Apa itu rawat gabung

ii. pentingnya rawat gabung bagi ibu dan bayinya

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.Sebelum seseorang

mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih

dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau

keluarganya. Ibu akan melakukan rawat gabung apabila ia tahu apa

tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan dirinya dan bayinya, dan apa

bahaya-bahayanya bila tidak melakukan rawat gabung tersebut.

2.1.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) faktor – faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah:

a. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

(23)

b. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi dan semakin banyak

informasi yang masuk maka semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat.

c. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam

suatu bentuk yang mempunyai dan mempunyai nilai

nyata dalam membuat keputusan. Informasi yang

diperoleh dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sumber informasi dapat

berupa informasi:

i. Visual (buku, jurnal, makalah, majalah, koran)

ii. Audio (radio)

iii. Audiovisual (televise, pakar/petugas kesehatan, internet)

d. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan

cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh

(24)

e. Pekerjaan

Pekerjaan secara tidak langsung dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, hal ini dikarenakan pekerjaan

berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dimana

terjadi pertukaran informasi yang dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan.

2.2Sikap (attitude)

2.2.1 Definisi

Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,

2003).Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung

atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Berkowits, 1972 dalam Azwar, 2007). Secara lebih sederhana Maramis (2006)

menjelaskan bahwa sikap dapat dianggap sebagai suatu predisposisi

umum untuk berespons atau bertindak secara positif atau negatif

terhadap suatu objek atau orang disertai emosi positif atau negatif.

Sikap membutuhkan penilaian, ada penilaian positif, negatif tau netral

tanpa reaksi afektif apapun, umpama tertarik kepada seseorang, benci

terhadap suatu iklan, menentang suatu kebijakan pimpinan, suka

(25)

2.2.2 Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Sunaryo (2004) sikap mempunyai 3

komponen pokok, yaitu:

a. Komponen kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap

suatu objek

b. Komponen yang meliputi kehidupan emosional atau evaluasi

individu terhadap suatu objek sikap

c. Komponen predisposisi atau kesiapan/ kecenderungan individu

untuk bertindak (tend to behave)

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Bimo Walgito (2001) dalam Sunaryo (2004) :

a. Faktor fisiologis

Faktor yang penting adalah umur dan kesehatan, yang menentukan

sikap individu. Contoh: orang muda umumnya bersikap kurang

perhitungan dengan akal dibandingkan orang tua yang penuh

kehati-hatian dan ibu hamil yang menderita sakit, memiliki sikap

yang lebih negatif dibandingkan ibu hamil yang sehat.

b. Faktor pengalaman

Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap,

berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek sikap tersebut.

Contoh: ibu yang pernah melakukan rawat gabung dan merasakan

(26)

rawat gabung sebaliknya ibu yang pernah melakukan rawat gabung

namun tidak mendapatkan manfaat atau bahkan mengalami

kerugian dari rawat gabung akan bersikap negatif terhadap rawat

gabung.

c. Faktor kerangka acuan (nilai yang diyakini)

Apabila nilai yang diyakini tidak sesuai dengan objek sikap, akan

menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut.

Contoh: ibu yang meyakini istirahat setelah melahirkan itu lebih

penting dibandingkan merawat bayinya dengan melakukan rawat

gabung akan bersikap negatif terhadap rawat gabung.

d. Faktor Informasi

Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan

perubahan sikap pada diri individu tersebut. Azwar (2013) juga

menyatakan bahwa adanya informasi baru mengenai sesuatu akan

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.

Contoh: ibu hamil yang mendapatkan penyuluhan tentang manfaat

rawat gabung akan bersikap lebih positif terhadap rawat gabung.

2.2.4 Ciri-Ciri Sikap

Ciri – ciri sikap menurut Sunaryo (2004) adalah:

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari (learnability) dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang

(27)

b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat

untuk itu sehingga dapat dipelajari.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek

sikap.

d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada

sekumpulan/ banyak objek.

e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga

membedakan dengan pengetahuan.

2.2.5 Proses Pembentukan Sikap

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup,

bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Diagram proses pembentukan sikap

Stimulus Rangsangan

Proses Stimulus Sikap

(28)

Menurut Notoatmodjo (2003) Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu

menerima,merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Namun

tingkatan sikap pada ibu hamil tentang rawat gabung yang

diharapkan ialah menerima dan merespon.

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap

seorang ibu hamil terhadap rawat gabung dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian ibu tersebut untuk menghadiri

penyuluhan tentang rawat gabung.

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan

itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide

tersebut. Contoh: sikap ibu yang merespon tentang rawat gabung

(29)

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang palling tinggi.

2.2.6 Indikator Sikap Kesehatan

Indikator sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan

kesehatan, yaitu

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Indikator inilah yang digunakan untuk mengukur sikap ibu

tentang rawat gabung, misalnya: ibu hamil menilai bahwa rawat

gabung ialah perawatan yang baik dan bermanfaat bagi ibu

maupun bayi.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

2.2.7 Pengukuran Sikap

Pengukuran Sikap menurut Azwar (2013) dibedakan menjadi dua

cara, yaitu:

a. Secara langsung

Dengan cara ini, subjek langsung dimintai pendapat bagaimana

sikapnya terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan

(30)

i. Langsung berstruktur

Cara ini mengukur sikap dengan menggunakan

pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa

dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung

diberikan kepada subyek yang diteliti. Contoh:

Pengukuran sikap dengan skala Bogardus, menyusun

pernyataan berdasarkan jarak sosial; Pengukuran sikap

dengan skala Thurston, mengukur sikap juga

menggunakan metode Equal-Appearing Intervals; Pengukuran sikap dengan skala Likert, dikenal dengan

teknik Summated Ratings. Responden diberikan

pernyataan- pernyataan dengan kategori jawaban yang

telah dituliskan dan pada umumnya 1 sampai dengan 5

kategori jawaban.Untuk sikap ibu hamil tentang rawat

gabung digunakan pengukuran dengan skala ini (skala Likert).Sebagai contoh: seorang ibu sebaiknya tidak dipisahkan dengan bayinya sesaat setelah lahir agar

tercipta kedekatan antara ibu dan bayi. Jawabannya

sebagai berikut.Sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju

(2), sangat tidak setuju (1).

ii. Langsung tak berstruktur

Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana dan

(31)

misalnya sikap dengan wawancara bebas atau free interview, pengamatan langsung atau survei.

b. Secara tidak langsung

Cara pengukuran sikap dengan menggunakan tes. Umumnya

digunakan skala semantik-diferensial yang terstandar. Cara pengukuran sikap yang banyak digunakan adalah skala yang

dikembangkan oleh Charles E. Osgood.

2.2.8 Fungsi- Fungsi Sikap

Katz (1960) dalam Maramis (2006) mengemukakan empat fungsi

dasar sikap, yaitu sebagai berikut.

a. Fungsi penyesuaian: Suatu sikap dapat dipertahankan karena

mempunyai nilai menolong yang berguna; memungkinkan individu

untuk mengurangi hukuman dan menambah ganjaran bila

berhadapan dengan orang-orang disekitarnya. Fungsi ini

berhubungan dengan teori proses belajar.

b. Fungsi pembelaan ego: Fungsi ini berhubungan dengan teori

Freud. Di sini sikap itu “membela” individu terhadap informasi

yang tidak menyenangkan atau yang menganjam, kalau tidak ia

harus menghadapinya. Lain daripada sikap dengan fungsi

penyesuaian, sikap dengan fungsi pembelaan ego keluar dari

konflik internal individu dan bukan dari pengalaman dengan objek

(32)

c. Fungsi ekspresi nilai: Beberapa sikap dipegang seseorang karena

mewujudkan nilai-nilai pokok dan konsep. Kita semua

menganggap diri kita sebagai orang yang seperti ini atau itu

(apakah sesungguhnya demikian atau tidak adalah soal lain);

dengan mempunyai sikap tertentu anggapan itu ditunjang.

“Ganjaran” yang diterima dari itu bukan datang dari lingkungan

atau respons dari orang-orang lain, tetapi dari dalam diri kita

sendiri.

d. Fungsi pengetahuan: kita harus dapat memahami dan mengatur

dunia sekitar kita. Suatu sikap yang dapat membantu fungsi ini

memungkinkan individu untuk mengatur dan membentuk bebrapa

aspek pengalamannya.

2.3Rawat Gabung

2.3.1 Definisi

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang

baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama

dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh. Bahkan bila mungkin bayi

bisa tidur bersama setempat tidur dengan ibunya (Kosim,dkk, 2010).

Rawat gabung juga merupakan suatu cara perawatan yang

menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau

suatu tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24

(33)

memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat

menyusui anaknya (Rochmah, dkk, 2012)

2.3.2 Tujuan

Menurut Rochmah, dkk (2012) tujuan dari rawat gabung yaitu:

a. Bantuan emosional

Rawat gabung memfasilitasi terjalinnya hubungan antara ibu dan

bayinya dikarenakan sejak awal bayi akan memperoleh kehangantan

tubuh ibu, kelembutan dan kasih sayang. Ibu pun akan sangat senang

dan bahagia jika berada di dekat bayinya meskipun telah melewati

proses kehamilan dan persalinan yang lama dan melelahkan.

b. Penggunaan ASI

Dengan rawat gabung penggunaan ASI akan lebih efektif karena

produksi ASI makin cepat dan banyak karena proses menyusui

dilakukan segera dan sesering.

c. Pencegahan Infeksi

Dengan melakukan rawat gabung, infeksi silang dapat dihindari

karena kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi

dapat segera diberikan kepada bayi. Kolostrum tersebut akan

melapisi seluruh permukaan mukosa saluran cerna dan diserap oleh

bayi sehingga bayi mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini

(34)

d. Pendidikan Kesehatan

Sesi rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan

pendidikan kesehatan pada ibu, terutama primipara. Keinginan ibu

untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi, dan merawat diri

akan mempercepat mobilisasi sehingga ia akan cepat pulih dari

persalinan. Pendidikan kesehatan di rawat gabung sangat penting

dilakukan, apabila tidak dilakukan maka ibu tidak akan menganggap

positif setiap intervensi yang dilakukan dan hal ini telah dibenarkan

oleh Rice (2000) yang mewawancarai 43 wanita Asia yang tinggal di

Melbourne, Victoriadan menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan

rawat gabung terdapat konflik antara ibu dan petugas kesehatan.

Didapatkan hasil bahwa ibu lebih mengutamakan istirahat dan ada

ibu yang tidak mengerti mengapa perawat memintanya untuk

melakukan rawat gabung dan merawat bayinya sendiri.

2.3.3 Syarat

Syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut (Dewi,

2011)

a. Bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat

gabung bisa dilakukan setelah bayi cukup sehat

b. Bayi yang lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anastesi umum, rawat gabungnya pun dilakukan setelah ibu dan bayi sadar

(35)

c. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (dengan nilai APGAR

minimal 7)

d. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

e. Berat lahir 2.000-2.500 gram atau lebih

f. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum

g. Bayi dan ibu sehat

2.3.4 Kontraindikasi

Kontraindikasi rawat gabung bagi ibu adalah (Kosim,dkk, 2010)

a. Ibu dengan kelainan jantung yang ditakutkan menjadi gagal

jantung

b. Ibu dengan eklampsia atau preeklampsia berat

c. Ibu dengan penyakit akut yang berat

d. Ibu dengan karsinoma payudara

e. Ibu dengan psikosis

Kontraindikasi rawat gabung bagi bayi (Kosim,dkk, 2010)

a. Bayi dengan berat lahir sangat rendah

b. Bayi dengan kelainan kongenital yang berat

c. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus (bayi

kejang, sakit berat)

2.3.5 Manfaat

Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung ibu dan

(36)

a. Fisik

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu akan mudah untuk

melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan

pemberian ASI sedini mungkin, maka akan mengurangi kemungkinan

terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan. Hal

tersebut dibuktikan oleh penelitian Asparin,dkk (1996) yang

mendapatkan tidak dijumpainya episode gastroenteritis pada

kelompok bayi rawat gabung.

b. Fisiologis

Rawat gabung memungkinkan ibu untuk lebih dekat dengan bayinya,

sehingga bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering.

Proses fisiologis yang terjadi tersebut akan memungkinkan bayi

mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik serta dapat

membantu proses involusi rahim dikarenakan refleks oksitosin yang

timbul karena menyusui.

c. Psikologis

Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat akibat sentuhan

badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan berpengaruh besar

terhadap pertumbuhan psikologis bayi. Selain itu, kehangatan tubuh

ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.

Penelitian kualitatif Bennett & Sheridan (2005) menyimpulkan bahwa

secara umum ibu yang mendapatkan perawatan rooming-in

(37)

satu partisipan mengungkapkan bahwa rooming-in dapat meningkatkan kedekatan kepada bayinya dan rooming-in sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu saat membawa

bayinya pulang ke rumah. Sedangkan hal yang sebaliknya dirasakan

oleh ibu yang bayinya dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit), tiga ibu dalam penelitian ini merasa bahwa bayinya seperti bukan milik mereka, mereka merasa diintimidasi oleh staf klinik dan

beberapa ibu merasa bahwa mereka perlu izin untuk menyentuh bayi

mereka.

d. Edukatif

Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu

menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama

di RS ibu akan melihat, belajar dan mendapat bimbingan mengenai

cara menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali pusat,

memandikan bayi dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat

menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya setelah

pulang dari RS.

e. Ekonomi

Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi rumah sakit,

terutama RS pemerintah, hal tersebut merupakan suatu penghematan

terhadap anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol

susu, dot, serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban perawat

(38)

bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan lain. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Rachman, Hariyanti dan Riskiyani (2009) yang dari hasil

wawancaranya terkait kebijakan Rumah Bersalin di Makassar

mendapatkan rawat gabung sangat membantu meringankan pekerjaan,

tidak membutuhkan tenaga tambahan untuk merawat dan mengontrol

bayi pada ruangan terpisah apalagi kondisi di rumah bersalin tersebut

memang kekurangan bidan.

f. Medis

Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan terjadinya

infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka morbiditas dan

mortalitas ibu maupun bayinya.

Teori diatas didukung oleh penelitian Ahn, dkk (2008) didapatkan

bahwa bayi yang dirawat gabung memiliki stabilitas emosi yang lebih

baik dibandingkan dengan yang tidak dirawat gabung. Hal tersebut

terlihat dari:

i. Iritability

Bayi yang tidak dirawat gabung lebih mudah terganggu

bahkan hanya karna sedikit rangsangan dibandingkan bayi di

rawat gabung.

ii. Self quieting activity

Bayi yang di rawat gabung secara signifikan lebih berusaha

(39)

mengganggu dan mereka lebih berhasil dibandingkan bayi

yang tidak rawat gabung.

iii. Duration of crying

Bayi yang tidak dirawat gabung memiliki durasi menangis

yang lebih lama dibandingkan bayi yang di rawat gabung.

2.3.6 Model Pengaturan Ruangan Rawat Gabung

Menurut Rochmah, dkk (2012) model pengaturan ruangan rawat

gabung yaitu:

a. Model perawatan kelas yaitu satu kamar dengan satu ibu dan

anaknya.

b. Model yang ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur/ kasur yang

sama.

(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL 3.1Kerangka Konseptual

Konsep yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah konsep pengetahuan,

sikap dan rawat gabung. Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang memiliki 6 tingkatan

yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Notoatmodjo,

2003). Dalam penelitian ini, ibu hamil diharapkan pada tingkatan kedua yaitu

memahami tentang konsep rawat gabung. Sikap adalah respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003). Rawat gabung

adalah suatu perawatan dimana ibu dan bayi baru lahir ditempatkan bersama

dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh (Sholeh, dkk, 2010).

Keterangan : Diteliti

Tidak Diteliti

Skema 1. Kerangka Penelitian

Rawat Gabung

- Definisi

- Tujuan

- Syarat

- Kontraindikasi

- Manfaat

- Model pengaturan

ruangan Tindakan

Pengetahuan

(41)

3. 2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan tentang rawat gabung Pemahaman ibu hamil tentang rawat gabung Kuesioner yang berisikan 18 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban.

a. Baik jika total skor 12-18

b. Cukup jika total

skor 6-11

c. Kurang jika total

skor 0-5

Ordinal

2. Sikap terhadap rawat gabung

Pandangan atau respon ibu hamil terhadap rawat gabung Kuesioner yang berisikan 12 pernyataan yang terdiri dari 7 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif.

a. Positif jika total

skor 24 – 48

b. Negatif jika total skor 0 – 23

(42)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui pengetahuan serta sikap ibu hamil tentang rawat gabung.

4.2Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang

memeriksakan kehamilannya di poliklinik ibu hamil RSUP Haji Adam

Malik Medan dari 27 Maret 2014 sampai 27 April 2014 yaitu sebanyak

41 orang.

4.2.2 Sampel

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling yaitu pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel.

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 40 orang, dengan 1

orang calon respon menolak untuk menjadi responden.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan, Jl. Bunga Lau

no 17, karena di rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan yang juga

sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi

(43)

itu penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap rawat gabung

juga merupakan penelitian lanjutan tentang rawat gabung di rumah sakit ini.

Waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 27 Maret sampai 27 April 2014.

4.4Pertimbangan Etik

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan setelah proposal penelitian

disetujui kemudian proposal diperiksa oleh Komisi Etik Penelitian

Keperawatan untuk mendapatkan ethical clearance. Penelitian ini sudah dinyatakan mempertimbangkan prinsip etik dengan mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Keperawatan. Setelah itu peneliti mengajukan surat permohonan izin kepada Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara sebagai pengantar permohonan izin penelitian dari

Direktur RSUP Haji Adam Malik, peneliti mencari responden yang sesuai

kriteria, setelah mendapat calon responden, peneliti memperkenalkan diri,

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, manfaat dan prosedur penelitian.

Peneliti memberi kesempatan bagi calon responden untuk bertanya tentang

hal-hal yang tidak dimengerti terkait dengan penelitian ini Apabila calon

responden bersedia untuk menjadi responden maka peneliti memberikan

informed concern dan meminta calon responden untuk membaca ulang dan menandatangani informed concern terssebut. Pada calon responden yang tidak bersedia menjadi responden, peneliti menghargai hak- hak responden dan

tidak memaksakan calon responden untuk terlibat dalam penelitian. Penelitian

(44)

nama responden pada lembar alat ukur (anonymity) dan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya

(confidentality) (Hidayat, 2009) dan data-data yang telah diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah angket terstruktur

dalam bentuk kuisioner yang didasarkan pada tinjauan kepustakaan. Kuisioner

terdiri dari 3 bagian yaitu data demografi, pengetahuan dan sikap tentang rawat

gabung.

4.5.1 Data demografi

Data demografi responden meliputi kode responden, usia, pekerjaan,

pendidikan, usia kehamilan, gravida dan jumlah anak.

4.5.2 Pengetahuan tentang rawat gabung

Berisikan 18 pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan tentang rawat

gabung. Pertanyaan dalam bentuk multiple choice (pilihan berganda). Setiap jawaban dari pertanyaan yang benar akan diberi skor 1 dan untuk

setiap jawaban dari pertanyaan yang salah akan diberi skor 0.

4.5.3 Sikap terhadap rawat gabung

Berisikan pernyataan tertulis dengan jawaban pilihan, yaitu pernyataan

positif sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak tahu diberi

skor 2, tidak setuju diberi skor 1 dan sangat tidak setuju diberi skor 0. Dan

pernyataan negatif, sangat setuju diberi skor 0, setuju diberi skor 1, tidak

(45)

skor 4. Untuk menentukan panjang kelas (interval), dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hidayat, 2007)

keterangan:

p = panjang kelas interval

rentang = nilai tertinggi – nilai terendah

banyak kelas = jumlah kategori

Dimana nilai tertinggi adalah 48 dan terendah adalah 0. Maka

rentangnya adalah 48. Banyak kelasnya ialah 2 yaitu positif dan negatif,

jadi panjang kelasnya ialah 24.

4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah pengukuran pengamatan yang berarti keandalaan

instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur (Nursalam, 2008). Uji validitas yang dilakukan adalah validitas

internal yaitu untuk mencapai kesesuaian antara bagian – bagian instrumen

dengan instrumen secara keseluruhan (Arikunto, 2010). Uji validitas dilakukan

setelah sidang proposal, uji validitas yang dilakukan hanya uji validitas isi

(content validity) dan tidak dilakukan construct validity. Kuisioner untuk variabel pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung dikonsultasikan kepada 3

orang ahli yang sama yaitu dosen Keperawatan Departemen Maternitas dan Anak

pada bulan Januari. Untuk kuisioner pengetahuan, setelah dilakukan uji validitas

didapati bahwa kuisioner tersebut dinyatakan valid dengan jumlah pertanyaan 18

dari sebelumya 20 pertanyaan ,2 pertanyaan gugur karena dinyatakan tidak valid. P = �������

(46)

Dan untuk kuisioner sikap juga dinyatakan valid dengan jumlah pernyataan 12.

Nilai CVI untuk kuisioner pengetahuan ialah 0.84 dan untuk sikap, nilai CVI 0.92.

Reliabilitas menunjukan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah

baik. Instrumen yang reliabel menghasilkan data yang dapat dipercaya juga dapat

diandalkan. Uji reliabilitas untuk kuisioner pengetahuan dan sikap tentang rawat

gabung dilakukan secara bersamaan dengan memberikan kuisioner pengetahuan

dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung kepada 30 responden yang sama yaitu

ibu hamil di Klinik dan Rumah Bersalin Wira pada bulan Februari selama 2

minggu, untuk instrumen pengukuran pengetahuan dilakukan dengan

menggunakan rumus Kr21 dan didapatkan hasil o.74. reliabilitas sikap digunakan

metode alpha yang dilakukan dengan komputerisasi, dan didapat hasil ujinya ialah 0.817.

4.6 Penggumpulan Data

Proses penggumpulan data dilakukan setelah menerima surat dari Dekan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan dari Direktur

Utama RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti menjumpai setiap ibu hamil yang

memeriksakan diri ke PIH RSUP Haji Adam Malik Medan dan memperkenalkan

diri setelah itu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dan manfaat penelitian,

lalu menanyakan kesediaan calon responden untuk terlibat menjadi responden.

Bagi calon responden yang bersedia menjadi subjek penelitian, peneliti

(47)

pengumpulan data ada 1 orang calon responden tidak bersedia menjadi subjek

penelitan dan peneliti menghargai haknya dan tidak melakukan pemaksaan.

4.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul, meliputi 3 langkah

yaitu:

1. Persiapan

Persiapan dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan data yaitu

dengan cara memeriksa isi instrumen, ternyata tidak ada kekurangan

maka tidak dikembalikan kepada pengisi karena dan selanjutnya

instrumen tersebut dianalisa oleh peneliti.

2. Tabulasi

Tabulasi dilakukan dengan cara memberi skor terhadap item-item yang

perlu diberi skor yaitu kuesioner pengetahuan dan sikap.

Analisa data dilakukan dengan komputerisasi. Analisa data dalam penelitian

ini bersifat deskriptif dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing

jawaban responden, lalu ditampilkan dalam tabel distibusi frekuensi,

kemudian dicari besarnya persentase untuk masing-masing jawaban

(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian setelah dilakukan analisa data

pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung di PIH RSUP Haji Adam

Malik Medan yang melibatkan 40 responden dari bulan 27 Maret 2014 sampai 27

April 2014. Data dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan karakteristik

responden, pengetahuan ibu hamil tentang rawat gabung dan sikap ibu hamil

tentang rawat gabung di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini mencakup usia, pekerjaan,

pendidikan, usia kehamilan, gravida, dan jumlah anak. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 40 responden, mayoritas ibu hamil di PIH RSUP Haji

Adam Malik berusia 25 – 30 tahun (80.0%) dan hanya 3 orang (7.5%) responden

yang berada pada rentang usia >35 tahun yang beresiko untuk kehamilan dan

persalinan. Mayoritas responden ialah ibu rumah tangga (72.5%), dan lebih dari

setengah responden memiliki pendidikan SMA dan perguruan tinggi (62.5%), usia

kehamilan terbanyak ialah pada trimester terakhir (70.0%), status obstetri

mayoritas responden ialah gravida pertama (40.0%) dan belum memiliki anak

(49)
[image:49.595.121.514.152.621.2]

Tabel 1: Karakteristik ibu hamil di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan (N=40)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia

a. 20 - 30 tahun b. 31 - 35 tahun c. >35 tahun

32 5 3 80.0 12.5 7.50 Pekerjaan

a. Ibu Rumah Tangga b. Wiraswasta c. Pegawai Swasta d. PNS 29 5 3 3 72.5 12.5 7.50 7.50 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA

d. Perguruan Tinggi

4 11 14 11 10.0 27.5 35.0 27.5 Usia Kehamilan a. 1 – 3 bulan b. 4 – 6 bulan c. 7 – 9 bulan

5 7 28 12.5 17.5 70.0 Gravida

a. Gravida 1 b. Gravida 2 c. Gravida 3 d. Gravida >3

Jumlah anak a. tidak ada (0) b. 1 orang c. 2 orang d. > 2 orang

(50)

5.1.2 Pengetahuan Ibu tentang Konsep Rawat Gabung

Berdasarkan tingkatan pengetahuan, ibu hamil yang memiliki pengetahuan

baik yaitu sebanyak 34 orang (85,0%) dan ibu hamil yang memiliki pengetahuan

[image:50.595.108.512.295.352.2]

yang cukup ada 6 orang (15.0%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Ibu Hamil tentang Rawat Gabung.

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 30 85.0

Cukup Kurang

5 0

15.0 0

Meskipun mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang

konsep rawat gabung, tetapi ternyata bila dilihat secara rinci (pada lampiran 7)

hasil penelitian menunjukkan ada beberapa perntanyaan yang masih banyak

dijawab dengan salah oleh responden yaitu pertanyaan tentang syarat bahwa usia

kehamilan yang dapat nantinya melakukan rawat gabung yaitu hanya pada usia

kehamilan 37 minggu atau lebih, hanya 5 responden yang dapat menjawab dengan

benar (12.5%), untuk pertanyaan kontraindikasi ibu kanker payudara untuk

melakukan rawat gabung, hanya 7 responden yang dapat menjawab dengan benar

(17.5%), dan untuk pertanyaan bayi diperbolehkan satu tempat tidur dengan ibu,

(51)

5.1.3 Sikap Ibu terhadap Rawat Gabung

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa mayoritas ibu hamil memiliki

sikap yang positif terhadap rawat gabung yaitu 38 orang (95.0%), dan hanya 2

[image:51.595.108.513.297.338.2]

orang (5%) yang bersikap negatif terhadap rawat gabung.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Ibu Hamil terhadap Rawat Gabung

Sikap Frekuensi Persentase (%)

Positif 38 95.0

Negatif 2 5.00

Meskipun sikap ibu hamil pada penelitian ini mayoritas positif tetapi tidak

semua ibu hamil mendukung setiap pernyataan sikap tentang rawat gabung. Hal

ini dapat dilihat dari hasil tiap item pernyataan sikap ibu tersebut (pada lampiran

8) yaitu pernyataan yang menyebutkan bahwa ibu merasa ragu untuk rawa gabung

apabila nanti baynya dilahirkan melalui operasi sesar, pernyataan ini merupakan

pernyataan negatif dan mayoritas ibu bersikap positif terhadap pernyataan ini

(85%) artinya ibu mendukung bahwa ia ragu untuk rawat gabung apabila nantinya

bayinya dilahirkan secara sesar. Seharusnya ibu tidak perlu ragu untuk melakukan

rawat gabung meskipun bayi dilahirkan secara sesar karena rawat gabung pada

bayi yang dilahirkan melalui operasi sesar dilakukan setelah bayi dan ibunya telah

(52)

5.2 Pembahasan

Hasil dari penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden berada pada

rentang usia ibu yang aman untuk hamil yaitu 20-35 tahun dan hanya sebagian

kecil responden yang berada pada rentang usia beresiko yaitu >35 tahun, dan

pengetahuan responden pada penelitian ini mayoritas adalah baik. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Wijayanti (2009) yang respondennya juga berada

pada rentang usia 20-35 tahun dan dalam penelitian tersebut juga didapat bahwa

pengetahuan mayoritas respondennya adalah dalam kategori baik.

Dilihat dari pekerjaan, mayoritas responden adalah ibu rumah tangga

(tidak bekerja), menurut Notoatmodjo (2003) pekerjaan secara tidak langsung

dapat menpengaruhi tingkat pengetahuan karena berkaitan erat dengan faktor

interaksi sosial. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian ini karena pada

penelitian ini mayoritas responden adalah ibu yang tidak bekerja dan pengetahuan

mayoritas responden dikategorikan baik, hal tersebut juga sejalan dengan Arasta

(2010) yang mendapatkan tingkat pengetahuan yang baik tentang rawat gabung

dengan mayoritas responden ibu post partum yang tidak bekerja.

Bila dilihat dari pendidikan, mayoritas responden memiliki tingkat

pendidikan menengah yaitu SMA. Hal tersebut dikaitkan dengan penellitian

Arasta (2010) yang mendapatkan bahwa respopnden yang telah melewati

pendidikan dasar (SMA) mempunyai pola pikir yang lebih baik dalam menerima

(53)

peneliti berasusmsi bahwa tingkat pendidikan dapat mempenaruhi pengetahuan

tentang rawat gabung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sedikit responden yang

memiliki pengetahuan yang cukup tentang rawat gabung, sedangkan hampir enam

kalli lipatnya ialah memiliki pengetahuan yang baik tentang rawat gabung, dan

tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang

rawat gabung. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Wulandari, dkk (2007)

yang mendapatkan pengetahuan yang baik tentang rawat gabung pada mayoritas

respondennya, tetapi pada penelitian ini respondennya ialah ibu post partum.

Bila dilihat secara rinci dari keseluruhan pertanyaan tentang rawat gabung,

maka pertanyaaan tentang tujuan rawat gabung dalam hal bantuan emosional yang

mayoritas dijawab benar oleh responden, dalam hal bantuan emosional rawat

gabung bertujuan untuk terciptanya hubungan antara ibu dan bayinya (bounding attachment). Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang. Pernyataan

dan hasil penelitian tersebut didukung dengan hasil penelitian Mutiara (2013)

bahwa terdapat hungungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan

bounding attachment.

Meskipun hasil yang didapat adalah mayoritas responden memiliki

pengetahuan yang baik tentang konsep rawat gabung, tetapi tidak semua konsep

tersebut dikuasai oleh responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya

(54)

melakukan rawat gabung, usia kehamilan yang diperbolehkan ialah usia

kehamilan 37 minggu atau lebih Hal ini terlihat pada hasil penelitian yang

menjunjukkan bahwa lebih dari dua kali lipat jumlah responden yang tidak

memahami apakah bayi dapat diletakkan di dalam box bayi atau bersama ibu

dalam satu tempat tidur. Pertanyaan nomor 18 berisi tentang apakah dalam rawat

gabung bayi diperbolehkan tidur pada satu tempat tidur denga ibunya, seharusnya

jawaban dari pertanyaan ini adalah diperbolehkan, namun hanya sedikit responden

yang menjawab pertanyaan ini dengan benar, dan lebih dari setengah dari

responden yang menjawab pertanyaan ini dengan salah ialah memilih pilihan

jawaban yang menyebutkan bahwa bayi dapat diletakkan bersama ibu pada satu

tempat tidur apabila sesuai dengan ketentuan perawat. hal ini dimungkinkan

bahwa ibu masih memilliki persepsi bahwa ketentuan perawatlah yang harus

dijalankan, asumsi ini didukung oleh penelitian kualitatif yang dilakukan oleh

Rice (2000) yang mendapatkan bahwa sebagian besar ibu menjalankan rooming-in karena diminta oleh perawat tanpa mereka tahu mengapa harus melakukan rawat gabung.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak

mengetahui tentang kontraindikasi rawat gabung pada bayi maupun pada ibu yaitu

bayi dengan berat badan lahir rendah dan kontraindikasi ibu kanker payudara

melakukan rawat gabung. Bayi dengan berat lahir rendah dilarang melakukan

rawat gabung karena bayi tersebut kurang mampu mengisap air susu ibu

(Wiknjosastro, 2005) selain itu juga ibu yang mengalami kanker payudara tidak

(55)

rawat gabung yang diutamakan ialah proses menyusui unuk meningkatkan

produksi ASI. Peneliti berasumsi apabila dalam hal konsep bahwa rawat gabung

yang terutama adalah proses menyusui, ibu tidak memahaminya maka tidak akan

ada hasil yang baik dalam produksi ASI meskipun ibu melakukan rawat gabung,

asumsi ini sejalan dengan penelitian Tamba (2010) tentang pengaruh perawatan

rooming-in terhadap produksi Asi pada ibu post partum yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara perawatan rooming-in terhadap produksi ASI.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki

sikap yang positif terhadap rawat gabung, hasil tersebut sama seperti yang didapat

Wijayanti (2009) yang dalam penelitiannya mendapatkan bahwa mayoritas

responden memiliki sikap yang mendukung terhadapa rawat gabung, hanya saja

responden dalam penelitiannya adalah ibu post partum. Bennett dan Sheridan

(2005) juga mendapatkan hasil bahwa secara umum ibu yang mendapatkan

perawattan rooming in menganggap hal tersebut merupakan pengalaman yang positif.

Meskipun mayoritas responden memiliki sikap yang positif terhadap rawat

gabung, tetapi bila dilihat lebih rinci pada setiap item pernyataan sikap, maka

didapat bahwa mayoritas ibu mendukung pernyataan yang menyebutkan bahwa

ibu ragu untuk melakukan rawat gabung apabila nantinya bayinya dilahirkan

melalui operasi sesar, seharusnya ibu tidak perlu ragu lagi untuk melakukan rawat

gabung karena rawat gabung pada bayi yang lahir melalui operasi sesar dilakukan

setelah ibu dan bayi cukup sehat. Peneliti berasumsi sikap ibu tersebut timbul

(56)

dari hasil penelitian yang juga menyebutkan bahwa ibu belum benar memahami

kontraindikasi untuk melakukan rawat gabung dan Osgood dalam Azwar (2013)

juga menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan

yang memiliki fungsi pengetahuan dan digunakan untuk dapat mengevaluasi

(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di PIH RSUP Haji Adam Malik

Medan menunjukkan bahwa

a. Karakteristik ibu hamil yang memriksakan kehamilannya di PIH RSUP

Haji Adam malik adalah mayoritas berusia 20-30 tahun, bekerja sebagai

ibu rumah tangga, dengan tingkat pendidikan terakhir yaitu SMA,

mayoritas ibu primigravida dan belum memiliki anak.

b. Pengetahuan ibu hamil tentang rawat gabung tergolong dalam kategori

baik (85%), cukup (15%) dan kurang (0%), tetapi bila dilihat secara rinci

maka hampir seluruh responden belum benar-benar memahami beberapa

item yang penting tentang grawat gabung yaitu tentang apakah bayi dapat

diletakkan dalam box bayi atau satu tempat tidur dengan ibu dan tentang

kontraindikasi rawat gabung pada bayi baru lahir.

c. Sikap ibu hamil tentang rawat gabung ialah positif (95%) dan negatif

(5%).

6.2.Saran

6.2.1 Institusi Pendidikan

Institusi diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa untuk

(58)

praktek klinik mahsiswa tersebut dapat memberikan pemahaman yang benara

kepada ibu hamil tentang konsep rawat gabung terutaman untuk syarat,

pengetahuan tentang pengaturan ruangan dan kontraindikasi rawat gabung.

6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan diharapkan dapat lebih memberikan dan

mengevaluasi pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung,

memanfaatkan program yang ada seperti PKRS (Penyuluhan Kesehatan

Rumah Sakit) tentang rawat gabung dan memberikan edukasi tentang syarat,

kontraindikasi dan pengaturan ruangan rawat gabung kepada ibu hamil pada

saat antenatal care khususnya trimester terakhir pada saat ibu dalam masa

persiapan kelahiran bayinya sehingga dalam pelaksanaan rawat gabung sendiri

dapat benar-benar bermanfaaat karena didasari dengan pengetahuan yang baik

dan sikap yang positif.

6.2.3 Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya menggambarkan karaktersistik dari responden,

diarapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan analisa pada setiap

karakteristik responden terkait hubungannya denga pengetahuan dan sikap.

Penelitian ini juga hanya menggambarakan pengetahuan dan sikap ibu hamil

tentang rawat gabung, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat diteliti

tentang hubungan keduanya. Penelitian selanjutnya juga diharapkan meneliti

pengetahuan dan sikap perawatnya sendiri tentang pengetahuan dan sikap

(59)

6.2.4 Ibu

Ibu hamil diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi melalui

tenaga kesehatan maupun media tentang syarat, kontraindikasi dan pengaturan

ruangan rawat gabung agar memiliki pemahaman yang baik tentang rawat

gabung.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Terdapat kekurangan pada instrumen penelitian ini yaitu kurangnya

pertanyaan tentang apakah ibu pernah medengar informasi tentang rawat

gabung sebelumnya dan dari mana ibu mendapatkan informasi tersebut

sehingga hasil yang didapat yaitu ibu primigravida dengan usia muda

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, N. Y., Suryani, N., Murdani, P. (2013). Jurnal Megister Kedokteran Keluarga. 1 (1). 67- 69.

Ahn, S. Y., Ko, S. Y., Kim, S. Y., Lee, Y. K., Shin, S. M. (August/ 2008). Korean Journal of Pediatrics. 51 (12). 1315- 1319.

Arasta, L. F. (2010). Hubungan Pelaksanaan Rawat Gabung dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan ASI Ekslusif di Polindes Harapan Bunda Desa Kaligadang Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Tahun 2010. Diambil tanggal 15 September 2013 dari

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asparin., Achmad, S., Mardhani, Y., Widhanarto, B. (Desember/ 1986). Berkala Ilmu Kedokteran. 18 (4). 195- 200.

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia. Edisi 5., Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bennet, R. & Sheridan, C. (2005). Ifant. 1 (5). 171- 174

Dewi, V. N. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan & Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kosim, M. S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G. I., Usman, A. (2010). Buku Ajar Neonatologi, Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Maramis, Willy. F. (2006). Ilmu perilaku dalam Pelayanan Kesehatan: Universitas Airlangga: Surabaya.

Gambar

Tabel 1: Karakteristik ibu hamil di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan (N=40)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Ibu Hamil terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Angka metabolisme basal ( Basal Metabolic Rate ) adalah energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi fisiologis normal pada saat istirahat (Kuntarti, 2006). Ibu hamil

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kadar hemoglobin terhadap ibu hamil trimester ketiga dimana didapati kebanyakannya mengalami anemia ringan dimana

Gambaran tindakan ibu-ibu hamil tentang pengambilan imunisasi TT Mayoritas responden dari setiap usia kehamilan yang diperolehi dari penelitian ini yang mempunyai tingkat

Penelitian ini adalah survey cross-sectional yang bersikap deskriptif yang dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif di

Angka metabolisme basal ( Basal Metabolic Rate ) adalah energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi fisiologis normal pada saat istirahat (Kuntarti, 2006). Ibu hamil

Secara defenisi eklamsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah

Namun, diperoleh luaran bayi yang baik dari ibu hamil yang menderita HIV dengan penanganan yang baik pula.. Kata kunci : HIV, ibu hamil,

Hasil tidak adanya pengaruh positif kelas ibu hamil dengan sikap ibu hamil tentang ASI ekskiusif bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya faktor kualitas kelas ibu