PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG
RAWAT GABUNG DI PIH RSUP HAJI ADAM MALIK
MEDAN
SKRIPSI
Oleh Dewi Yuliana RH
101101041
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Rawat Gabung
di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan.
Nama : Dewi Yuliana RH
Nim : 101101041
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2014
__________________________________________________________________
Abstrak
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar atau tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya. keberhasilan pelaksanaan rawat gabung dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu terhadap rawat gabung. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel diambil dari ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan sebanyak 40 orang. Sampel diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data mulai bulan Maret sampai April 2014. Data dianalisa secara univariat dan menggunakan teknik komputerisasi dengan uji statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil ddalam kategori baik yaitu 85%, cukup yaitu 15% dan tidak ada yang berpengetahuan buruk (0%). Sikap ibu hamil dari hasil penelitian yang didapat yaitu positif (95%) dan negatif (5%). Dalam penelitian ini pengetahuan ibu hamil dikategorikan baik dan sikap ibu hamil pun positif terhadap rawat gabung, namun bila dilihat secara rinci didapati pemahaman yang masih salah tentang konsep rawat gabung yaitu syarat, kontraindikasi dan pengaturan ruang rawat gabung. Diharapkan pada petugas kesehatan untuk memberikan edukasi tentang syarat, kontraindikasi dan pengaturan ruangan rawat gabung pada masa antenatal care
dan diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti pengetahuan dan sikap perawat tentang rawat gabung serta meneliti hubungan karakteristik responden dengan pengetahuan dan sikapnya.
Title : Knowledge and Attitude to pregnant women About Rooming-in in PIH RSUP Haji Adam Malik Medan.
Name : Dewi Yuliana RH
Major : Bachelor of Nursing Student Number : 101101058
Year : 2014
__________________________________________________________________
ABSTRAK
Rooming-in is a way of caring that places mother and her baby in one room, a room or a place together and not separated for 24 hours a day. The success of the rooming can be influenced by knowledge and attitude mother with respect of the rooming. Research aims to describe knowledge and attitude pregnant women about rooming-in using design research descriptive. Samples are taken from a pregnant mother went her pregnancy in RSUP Haji Adam Malik Medan some 40 people. Samples are taken with total sampling techniques. Collecting data started from March until April 2014. Data were analyzed by univariate and using computerized techniques with descriptive statistical tests. The results showed that knowledge of pregnant women in categories i.e. 85%, good enough that is 15% and no one knowledgeable bad (0%). The attitude of expectant mothers from the research results obtained are positive (95%) and negative (5%). In this study the knowledge of pregnant women are categorized nicely and even expectant mothers to positive attitude towards rooming, however when viewed has found detailed understanding is still wrong about rooming concept i.e. terms, contraindications and rooming space settings expected on health workers to provide education regarding terms, contraindications and rooming-in room settings during antenatal care and expected further research could also examine the knowledge and attitude of nurses about rooming-in and examine the relationship characteristics of respondents with knowledge and attitude.
__________________________________________________________________
RAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerah-Nya
skripsi yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Rawat Gabung
di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan” dapat diselesaikan dengan baik.
Selama proses skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan,
dukungan dan bantuan doa maupun dana dari berbagai pihak. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari banyak pihak, baik mulai dari penulisan
proposal, pengumpulan data sampai pada penyusunan skripsi ini, tentulah akan
terasa sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS selaku dosen Pembimbing Pembantu Dekan I
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara juga selaku dosen PA
dan pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu serta dengan penuh
perhatian dan kesabaran dalam memberikan masukan, bimbingan dan
dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp., M.Pd selaku dosen penguji I yang
telah memberi masukan untuk memperbaiki skripsi ini.
4. Ibu Reni Asmara, S.Kp., MARS selaku dosen penguji II yang telah
memberikan masukan untuk memperbaiki skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
6. Kedua orang tua saya, yakni Bapak saya A. Rumahorbo dan Ibu saya
Dismaria Gultom, S.Pd yang telah memberikan bantuan dukungan doa,
moral dan material untuk kemudahan dalam menyelesaikan pendidikan,
juga adik saya Irma Uli Rumahorbo yang telah memberikan semangat
untuk saya menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat terbaik saya Natal, Monica, Siska, Astika, Ika, Fajar,
Herlina, Ruth, Tantri, Elvis, Kalvin dan Bobi serta semua teman-teman S1
2010 Fakultas Keperawatan yang telah membantu dan memotivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
8. PKK saya yang memotivasi saya Kak Ariyanti Silitonga, saudara saya
Norlin, Tantri dan Willy yang mendukung saya dalam doa.
9. Teman satu dosen pembimbing dengan saya yaitu Winda, Fischa dan
Rahsyid.
10.Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menempuh
pendidikan dan penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada pembacanya, dan penulis juga
menerima saran yang membangun dari semua pihak untuk hasil yang lebih baik.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
ABSTRAK ... iii
PRAKATA ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR SKEMA ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Pengetahuan ... 6
2.2 Sikap ... 12
2.3 Rawat Gabung ... 20
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 28
3.1 Kerangka Konseptual ... 28
3.2 Defenisi operasional ... 29
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 30
4.1 Desain Penelitian ... 30
4.2 Populasi dan sampel ... 30
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
4.4 Pertimbangan Etik ... 31
4.5 Instrumen Penelitian ... 32
4.6 Uji validitas dan realibilitas instrumen ... 33
4.7 Pengumpulan Data ... 34
4.8 Analisa Data ... 35
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
5.1 Hasil penelitian ... 36
5.2 Pembahasan ... 40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 45
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Defenisi operasional variabel penelitian ... 29
Tabel 1 Karakteristik ibu hamil di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan ... 37
Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu hamiltentang
rawat gabung ... 38
Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban benar responden pada
tiap pertanyaan pengetahuan rawat gabung ... 39
Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu hamil terhadap rawat
DAFTAR SKEMA
Diagram Proses Pembentukan Sikap ……...………15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar persetujuan responden
Lampiran 2 Instrumen penelitian
Lampiran 3 Surat validasi
Lampiran 4 Surat izin penelitian
Lampiran 5 Surat selesai penelitian
Lampiran 6 Hasil penelitian
Lampiran 7 Hasil pengetahuan peritem
Lampiran 8 Hasil sikap peritem
Lampiran 9 Taksasi dana
Lampiran 10 Jadwal penelitian
Judul : Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Rawat Gabung
di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan.
Nama : Dewi Yuliana RH
Nim : 101101041
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2014
__________________________________________________________________
Abstrak
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar atau tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya. keberhasilan pelaksanaan rawat gabung dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu terhadap rawat gabung. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel diambil dari ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan sebanyak 40 orang. Sampel diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data mulai bulan Maret sampai April 2014. Data dianalisa secara univariat dan menggunakan teknik komputerisasi dengan uji statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil ddalam kategori baik yaitu 85%, cukup yaitu 15% dan tidak ada yang berpengetahuan buruk (0%). Sikap ibu hamil dari hasil penelitian yang didapat yaitu positif (95%) dan negatif (5%). Dalam penelitian ini pengetahuan ibu hamil dikategorikan baik dan sikap ibu hamil pun positif terhadap rawat gabung, namun bila dilihat secara rinci didapati pemahaman yang masih salah tentang konsep rawat gabung yaitu syarat, kontraindikasi dan pengaturan ruang rawat gabung. Diharapkan pada petugas kesehatan untuk memberikan edukasi tentang syarat, kontraindikasi dan pengaturan ruangan rawat gabung pada masa antenatal care
dan diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti pengetahuan dan sikap perawat tentang rawat gabung serta meneliti hubungan karakteristik responden dengan pengetahuan dan sikapnya.
Title : Knowledge and Attitude to pregnant women About Rooming-in in PIH RSUP Haji Adam Malik Medan.
Name : Dewi Yuliana RH
Major : Bachelor of Nursing Student Number : 101101058
Year : 2014
__________________________________________________________________
ABSTRAK
Rooming-in is a way of caring that places mother and her baby in one room, a room or a place together and not separated for 24 hours a day. The success of the rooming can be influenced by knowledge and attitude mother with respect of the rooming. Research aims to describe knowledge and attitude pregnant women about rooming-in using design research descriptive. Samples are taken from a pregnant mother went her pregnancy in RSUP Haji Adam Malik Medan some 40 people. Samples are taken with total sampling techniques. Collecting data started from March until April 2014. Data were analyzed by univariate and using computerized techniques with descriptive statistical tests. The results showed that knowledge of pregnant women in categories i.e. 85%, good enough that is 15% and no one knowledgeable bad (0%). The attitude of expectant mothers from the research results obtained are positive (95%) and negative (5%). In this study the knowledge of pregnant women are categorized nicely and even expectant mothers to positive attitude towards rooming, however when viewed has found detailed understanding is still wrong about rooming concept i.e. terms, contraindications and rooming space settings expected on health workers to provide education regarding terms, contraindications and rooming-in room settings during antenatal care and expected further research could also examine the knowledge and attitude of nurses about rooming-in and examine the relationship characteristics of respondents with knowledge and attitude.
__________________________________________________________________
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Rawat gabung pertama kali diperkenalkan oleh Gessel dan Ilg pada tahun
1943 (Rice, 2000). Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan
ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu tempat secara
bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya (Dewi, 2011).
Bahkan bila mungkin bayi bisa tidur bersama setempat tidur dengan ibunya
(Kosim dkk., 2010). Rawat gabung juga merupakan salah satu dari sepuluh
langkah menuju keberhasilan program ASI ekslusif di Indonesia (Pasal 33
Peraturan Pemerintah RI No.32 Tahun 2012). Pemerintah Indonesia dalam pasal
10 (Peraturan Pemerintah RI No 33 Tahun 2012) telah mewajibkan tenaga
kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan
rawat gabung dan tidak dilakukan kecuali atas indikasi medis yang ditetapkan
oleh dokter.
Rawat gabung memiliki banyak keuntungan diantaranya dari aspek psikologis,
fisik, fisiologis, edukatif, medis dan ekonomi. Dari aspek fisiologis, rawat gabung
akan membuat terjalinnya proses lekat (bonding) antara ibu dan bayi yang sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya karena kehangatan
tubuh ibu merupakan stimuli mental yang mutlak diperlukan oleh bayi yang
memberikan rasa aman, terlindungi dan percaya pada orang lain (basic trust) dan merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Ibu pun akan merasa
yaitu bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan
refleks prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan refleks oksitosin yang
membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi rahim (Kosim dkk., 2010).
Manfaat tentang rawat gabung tersebut didukung oleh banyak penelitian
sebelumnya, baik manfaat bagi ibu maupun bayi. Asparin dkk. (1996)
mendapatkan hasil bahwa bayi yang dirawat gabung tidak mengalami episode
gastroenteritis. Kemudian Ahn dkk. (2008) menemukan perilaku yang lebih stabil
pada bayi yang dirawat gabung dibandingkan bayi yang dirawat di kamar anak.
Penelitian kualitatif Bennett & Sheridan (2005) menyimpulkan bahwa secara
umum ibu yang melakukan rawat gabung menganggap hal tersebut merupakan
pengalaman yang positif.
Hal yang berbeda diungkapkan Tamba (2010) tentang pengaruh rawat
gabung terhadap produksi ASI pada ibu postpartum di RSUP Haji Adam Malik
Medan yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara rawat gabung terhadap
produksi ASI dan hal tersebut dapat diakibatkan karena pelaksanaan rawat gabung
yang kurang baik. Siregar (2011) juga mengungkapkan bahwa pelaksanaan rawat
gabung di RSUP HAM Medan masih dalam kategori kurang baik, hal ini dapat
diasumsikan karena pengetahuan dan sikap ibu terhadap rawat gabung, Wulandari
dkk. (2007) menemukan bahwa meskipun tindakan rawat gabung ini sudah
dilakukan namun sikap ibu terhadap rawat gabung masih negatif dan faktor yang
menghambatnya ialah kurangnya tingkat pengetahuan ibu tentang rawat gabung
itu sendiri. Hal ini juga didukung oleh Wijayanti (2009) yang mendapatkan
terhadap rawat gabung. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan juga merupakan langkah pertama
dalam pembentukan sikap ibu tentang rawat gabung (Wulandari dkk., 2007).
Dalam pelayanan antenatal terdapat penyuluhan bagi ibu hamil, salah satunya
ialah penyuluhan ibu mengenai manfaat rawat gabung (Kosim dkk., 2010).
Agustini dkk., (2013) juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara pengetahuan ibu hamil dan cakupan pelayanan antenatal. Pengetahuan juga
memegang peranan penting dalam membentuk sikap seseorang (Notoatmodjo,
2003). Sikap ialah suatu bentuk evaluasi yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan terhadap suatu objek (Azwar, 2013). Menurut Dewi (2011) sikap ibu
juga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
tentang bagaimana pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung sebagai
perawatan yang bermanfaat pasca persalinan di PIH RSUP Haji Adam Malik
Medan.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yakni
bagaimanakah pengetahuan serta sikap ibu hamil tentang rawat gabung di PIH
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menggambarkan pengetahuan
serta sikap ibu hamil tentang rawat gabung di PIH RSUP Haji
Adam Malik Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil yang berkunjung di
poli ibu hamil meliputi usia, pekerjaan, pendidikan, usia
kehamilan, gravida dan jumlah anak.
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang rawat gabung
c. Mengidentifikasi sikap ibu hamil tentang rawat gabung di PIH
RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk Pendidikan Keperawatan
Sebagai informasi untuk mengevaluasi pengetahuan dan sikap ibu
hamil yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
memperkaya bahan tentang rawat gabung dalam mata kuliah ilmu
keperawatan sehinggan mahasiswa dapat memberikan pendidikan
kesehatan yang benar kepada ibu hamil pada praktek klinik.
1.4.2 Untuk Praktik Keperawatan
Sebagai informasi bagi perawat dalam mengevaluasi pengetahuan
melakukan pendidikan kesehatan tentang rawat gabung terkait
dengan kebutuhan ibu hamil.
1.4.3 Penelitian keperawatan
Sebagai data tambahan untuk penelitian selanjutnya tentang rawat
gabung yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil.
1.4.4 Ibu
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi ibu
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengetahuan(knowledge)
2.1.1 Definisi
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2 Tingkatan Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi (Notoatmodjo, 2003). Namun tingkatan pengetahuan pada
ibu hamil tentang rawat gabung yang diharapkan ialah tahu dan
memahami.
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat yang paling
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan.
Contoh :
i. Ibu hamil dapat mendefinisikan apa itu rawat gabung.
ii. Ibu hamil dapat menyebutkan syarat dapat dilakukannya rawat
gabung.
iii. Ibu hamil dapat menyebutkan kontra indikasi rawat gabung
dari pihak ibu.
iv. Ibu hamil dapat menyebutkan kontraindikasi rawat gabung dari
pihak bayi.
v. Ibu hamil dapat menyebutkan manfaat rawat gabung.
vi. Ibu hamil dapat menyatakan model pengaturan ruangan rawat
gabung.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
Contoh:
i. Ibu hamil dapat menjelaskan definisi rawat gabung.
ii. Ibu hamil dapat menjelaskan syarat dapat dilakukan rawat
gabung.
iii. Ibu hamil dapat menyimpulkan kontraindikasi untuk
melakukan rawat gabung.
iv. Ibu hamil dapat menyimpulkan bayinya memiliki atau tidak
kontraindikasi untuk melakukan rawat gabung.
v. Ibu hamil dapat menjelaskan manfaat rawat gabung
vi. Ibu hamil dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi
keberhasilan rawat gabung.
vii.Ibu hamil dapat menjelaskan model pengaturan ruangan rawat
gabung.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis ini menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria kriteria yang telah
ada.
2.1.3 Indikator-indikator Tingkat Pengetahuan
Indikator-indikator tingkat pengetahuan apa yang dapat
dipergunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran
terhadap kesehatan, dapat dikelompokan menjadi:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup
sehat, indikator inilah yang digunakan untuk mengukur
i. Apa itu rawat gabung
ii. pentingnya rawat gabung bagi ibu dan bayinya
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang
isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.Sebelum seseorang
mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih
dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau
keluarganya. Ibu akan melakukan rawat gabung apabila ia tahu apa
tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan dirinya dan bayinya, dan apa
bahaya-bahayanya bila tidak melakukan rawat gabung tersebut.
2.1.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) faktor – faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah:
a. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi dan semakin banyak
informasi yang masuk maka semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat.
c. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam
suatu bentuk yang mempunyai dan mempunyai nilai
nyata dalam membuat keputusan. Informasi yang
diperoleh dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sumber informasi dapat
berupa informasi:
i. Visual (buku, jurnal, makalah, majalah, koran)
ii. Audio (radio)
iii. Audiovisual (televise, pakar/petugas kesehatan, internet)
d. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan
cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
e. Pekerjaan
Pekerjaan secara tidak langsung dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, hal ini dikarenakan pekerjaan
berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dimana
terjadi pertukaran informasi yang dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan.
2.2Sikap (attitude)
2.2.1 Definisi
Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,
2003).Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung
atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Berkowits, 1972 dalam Azwar, 2007). Secara lebih sederhana Maramis (2006)
menjelaskan bahwa sikap dapat dianggap sebagai suatu predisposisi
umum untuk berespons atau bertindak secara positif atau negatif
terhadap suatu objek atau orang disertai emosi positif atau negatif.
Sikap membutuhkan penilaian, ada penilaian positif, negatif tau netral
tanpa reaksi afektif apapun, umpama tertarik kepada seseorang, benci
terhadap suatu iklan, menentang suatu kebijakan pimpinan, suka
2.2.2 Komponen Pokok Sikap
Menurut Allport (1954) dalam Sunaryo (2004) sikap mempunyai 3
komponen pokok, yaitu:
a. Komponen kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap
suatu objek
b. Komponen yang meliputi kehidupan emosional atau evaluasi
individu terhadap suatu objek sikap
c. Komponen predisposisi atau kesiapan/ kecenderungan individu
untuk bertindak (tend to behave)
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Bimo Walgito (2001) dalam Sunaryo (2004) :
a. Faktor fisiologis
Faktor yang penting adalah umur dan kesehatan, yang menentukan
sikap individu. Contoh: orang muda umumnya bersikap kurang
perhitungan dengan akal dibandingkan orang tua yang penuh
kehati-hatian dan ibu hamil yang menderita sakit, memiliki sikap
yang lebih negatif dibandingkan ibu hamil yang sehat.
b. Faktor pengalaman
Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap,
berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek sikap tersebut.
Contoh: ibu yang pernah melakukan rawat gabung dan merasakan
rawat gabung sebaliknya ibu yang pernah melakukan rawat gabung
namun tidak mendapatkan manfaat atau bahkan mengalami
kerugian dari rawat gabung akan bersikap negatif terhadap rawat
gabung.
c. Faktor kerangka acuan (nilai yang diyakini)
Apabila nilai yang diyakini tidak sesuai dengan objek sikap, akan
menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut.
Contoh: ibu yang meyakini istirahat setelah melahirkan itu lebih
penting dibandingkan merawat bayinya dengan melakukan rawat
gabung akan bersikap negatif terhadap rawat gabung.
d. Faktor Informasi
Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan
perubahan sikap pada diri individu tersebut. Azwar (2013) juga
menyatakan bahwa adanya informasi baru mengenai sesuatu akan
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.
Contoh: ibu hamil yang mendapatkan penyuluhan tentang manfaat
rawat gabung akan bersikap lebih positif terhadap rawat gabung.
2.2.4 Ciri-Ciri Sikap
Ciri – ciri sikap menurut Sunaryo (2004) adalah:
a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari (learnability) dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang
b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat
untuk itu sehingga dapat dipelajari.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek
sikap.
d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada
sekumpulan/ banyak objek.
e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.
f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga
membedakan dengan pengetahuan.
2.2.5 Proses Pembentukan Sikap
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup,
bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Diagram proses pembentukan sikap
Stimulus Rangsangan
Proses Stimulus Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003) Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu
menerima,merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Namun
tingkatan sikap pada ibu hamil tentang rawat gabung yang
diharapkan ialah menerima dan merespon.
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap
seorang ibu hamil terhadap rawat gabung dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian ibu tersebut untuk menghadiri
penyuluhan tentang rawat gabung.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan
itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide
tersebut. Contoh: sikap ibu yang merespon tentang rawat gabung
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang palling tinggi.
2.2.6 Indikator Sikap Kesehatan
Indikator sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan
kesehatan, yaitu
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Indikator inilah yang digunakan untuk mengukur sikap ibu
tentang rawat gabung, misalnya: ibu hamil menilai bahwa rawat
gabung ialah perawatan yang baik dan bermanfaat bagi ibu
maupun bayi.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
2.2.7 Pengukuran Sikap
Pengukuran Sikap menurut Azwar (2013) dibedakan menjadi dua
cara, yaitu:
a. Secara langsung
Dengan cara ini, subjek langsung dimintai pendapat bagaimana
sikapnya terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan
i. Langsung berstruktur
Cara ini mengukur sikap dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa
dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung
diberikan kepada subyek yang diteliti. Contoh:
Pengukuran sikap dengan skala Bogardus, menyusun
pernyataan berdasarkan jarak sosial; Pengukuran sikap
dengan skala Thurston, mengukur sikap juga
menggunakan metode Equal-Appearing Intervals; Pengukuran sikap dengan skala Likert, dikenal dengan
teknik Summated Ratings. Responden diberikan
pernyataan- pernyataan dengan kategori jawaban yang
telah dituliskan dan pada umumnya 1 sampai dengan 5
kategori jawaban.Untuk sikap ibu hamil tentang rawat
gabung digunakan pengukuran dengan skala ini (skala Likert).Sebagai contoh: seorang ibu sebaiknya tidak dipisahkan dengan bayinya sesaat setelah lahir agar
tercipta kedekatan antara ibu dan bayi. Jawabannya
sebagai berikut.Sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju
(2), sangat tidak setuju (1).
ii. Langsung tak berstruktur
Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana dan
misalnya sikap dengan wawancara bebas atau free interview, pengamatan langsung atau survei.
b. Secara tidak langsung
Cara pengukuran sikap dengan menggunakan tes. Umumnya
digunakan skala semantik-diferensial yang terstandar. Cara pengukuran sikap yang banyak digunakan adalah skala yang
dikembangkan oleh Charles E. Osgood.
2.2.8 Fungsi- Fungsi Sikap
Katz (1960) dalam Maramis (2006) mengemukakan empat fungsi
dasar sikap, yaitu sebagai berikut.
a. Fungsi penyesuaian: Suatu sikap dapat dipertahankan karena
mempunyai nilai menolong yang berguna; memungkinkan individu
untuk mengurangi hukuman dan menambah ganjaran bila
berhadapan dengan orang-orang disekitarnya. Fungsi ini
berhubungan dengan teori proses belajar.
b. Fungsi pembelaan ego: Fungsi ini berhubungan dengan teori
Freud. Di sini sikap itu “membela” individu terhadap informasi
yang tidak menyenangkan atau yang menganjam, kalau tidak ia
harus menghadapinya. Lain daripada sikap dengan fungsi
penyesuaian, sikap dengan fungsi pembelaan ego keluar dari
konflik internal individu dan bukan dari pengalaman dengan objek
c. Fungsi ekspresi nilai: Beberapa sikap dipegang seseorang karena
mewujudkan nilai-nilai pokok dan konsep. Kita semua
menganggap diri kita sebagai orang yang seperti ini atau itu
(apakah sesungguhnya demikian atau tidak adalah soal lain);
dengan mempunyai sikap tertentu anggapan itu ditunjang.
“Ganjaran” yang diterima dari itu bukan datang dari lingkungan
atau respons dari orang-orang lain, tetapi dari dalam diri kita
sendiri.
d. Fungsi pengetahuan: kita harus dapat memahami dan mengatur
dunia sekitar kita. Suatu sikap yang dapat membantu fungsi ini
memungkinkan individu untuk mengatur dan membentuk bebrapa
aspek pengalamannya.
2.3Rawat Gabung
2.3.1 Definisi
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang
baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama
dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh. Bahkan bila mungkin bayi
bisa tidur bersama setempat tidur dengan ibunya (Kosim,dkk, 2010).
Rawat gabung juga merupakan suatu cara perawatan yang
menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau
suatu tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24
memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat
menyusui anaknya (Rochmah, dkk, 2012)
2.3.2 Tujuan
Menurut Rochmah, dkk (2012) tujuan dari rawat gabung yaitu:
a. Bantuan emosional
Rawat gabung memfasilitasi terjalinnya hubungan antara ibu dan
bayinya dikarenakan sejak awal bayi akan memperoleh kehangantan
tubuh ibu, kelembutan dan kasih sayang. Ibu pun akan sangat senang
dan bahagia jika berada di dekat bayinya meskipun telah melewati
proses kehamilan dan persalinan yang lama dan melelahkan.
b. Penggunaan ASI
Dengan rawat gabung penggunaan ASI akan lebih efektif karena
produksi ASI makin cepat dan banyak karena proses menyusui
dilakukan segera dan sesering.
c. Pencegahan Infeksi
Dengan melakukan rawat gabung, infeksi silang dapat dihindari
karena kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi
dapat segera diberikan kepada bayi. Kolostrum tersebut akan
melapisi seluruh permukaan mukosa saluran cerna dan diserap oleh
bayi sehingga bayi mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini
d. Pendidikan Kesehatan
Sesi rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan
pendidikan kesehatan pada ibu, terutama primipara. Keinginan ibu
untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi, dan merawat diri
akan mempercepat mobilisasi sehingga ia akan cepat pulih dari
persalinan. Pendidikan kesehatan di rawat gabung sangat penting
dilakukan, apabila tidak dilakukan maka ibu tidak akan menganggap
positif setiap intervensi yang dilakukan dan hal ini telah dibenarkan
oleh Rice (2000) yang mewawancarai 43 wanita Asia yang tinggal di
Melbourne, Victoriadan menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan
rawat gabung terdapat konflik antara ibu dan petugas kesehatan.
Didapatkan hasil bahwa ibu lebih mengutamakan istirahat dan ada
ibu yang tidak mengerti mengapa perawat memintanya untuk
melakukan rawat gabung dan merawat bayinya sendiri.
2.3.3 Syarat
Syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut (Dewi,
2011)
a. Bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat
gabung bisa dilakukan setelah bayi cukup sehat
b. Bayi yang lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anastesi umum, rawat gabungnya pun dilakukan setelah ibu dan bayi sadar
c. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (dengan nilai APGAR
minimal 7)
d. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
e. Berat lahir 2.000-2.500 gram atau lebih
f. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
g. Bayi dan ibu sehat
2.3.4 Kontraindikasi
Kontraindikasi rawat gabung bagi ibu adalah (Kosim,dkk, 2010)
a. Ibu dengan kelainan jantung yang ditakutkan menjadi gagal
jantung
b. Ibu dengan eklampsia atau preeklampsia berat
c. Ibu dengan penyakit akut yang berat
d. Ibu dengan karsinoma payudara
e. Ibu dengan psikosis
Kontraindikasi rawat gabung bagi bayi (Kosim,dkk, 2010)
a. Bayi dengan berat lahir sangat rendah
b. Bayi dengan kelainan kongenital yang berat
c. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus (bayi
kejang, sakit berat)
2.3.5 Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung ibu dan
a. Fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu akan mudah untuk
melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan
pemberian ASI sedini mungkin, maka akan mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan. Hal
tersebut dibuktikan oleh penelitian Asparin,dkk (1996) yang
mendapatkan tidak dijumpainya episode gastroenteritis pada
kelompok bayi rawat gabung.
b. Fisiologis
Rawat gabung memungkinkan ibu untuk lebih dekat dengan bayinya,
sehingga bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering.
Proses fisiologis yang terjadi tersebut akan memungkinkan bayi
mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik serta dapat
membantu proses involusi rahim dikarenakan refleks oksitosin yang
timbul karena menyusui.
c. Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat akibat sentuhan
badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan psikologis bayi. Selain itu, kehangatan tubuh
ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
Penelitian kualitatif Bennett & Sheridan (2005) menyimpulkan bahwa
secara umum ibu yang mendapatkan perawatan rooming-in
satu partisipan mengungkapkan bahwa rooming-in dapat meningkatkan kedekatan kepada bayinya dan rooming-in sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu saat membawa
bayinya pulang ke rumah. Sedangkan hal yang sebaliknya dirasakan
oleh ibu yang bayinya dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit), tiga ibu dalam penelitian ini merasa bahwa bayinya seperti bukan milik mereka, mereka merasa diintimidasi oleh staf klinik dan
beberapa ibu merasa bahwa mereka perlu izin untuk menyentuh bayi
mereka.
d. Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu
menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama
di RS ibu akan melihat, belajar dan mendapat bimbingan mengenai
cara menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali pusat,
memandikan bayi dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat
menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya setelah
pulang dari RS.
e. Ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi rumah sakit,
terutama RS pemerintah, hal tersebut merupakan suatu penghematan
terhadap anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol
susu, dot, serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban perawat
bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan lain. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Rachman, Hariyanti dan Riskiyani (2009) yang dari hasil
wawancaranya terkait kebijakan Rumah Bersalin di Makassar
mendapatkan rawat gabung sangat membantu meringankan pekerjaan,
tidak membutuhkan tenaga tambahan untuk merawat dan mengontrol
bayi pada ruangan terpisah apalagi kondisi di rumah bersalin tersebut
memang kekurangan bidan.
f. Medis
Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan terjadinya
infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas ibu maupun bayinya.
Teori diatas didukung oleh penelitian Ahn, dkk (2008) didapatkan
bahwa bayi yang dirawat gabung memiliki stabilitas emosi yang lebih
baik dibandingkan dengan yang tidak dirawat gabung. Hal tersebut
terlihat dari:
i. Iritability
Bayi yang tidak dirawat gabung lebih mudah terganggu
bahkan hanya karna sedikit rangsangan dibandingkan bayi di
rawat gabung.
ii. Self quieting activity
Bayi yang di rawat gabung secara signifikan lebih berusaha
mengganggu dan mereka lebih berhasil dibandingkan bayi
yang tidak rawat gabung.
iii. Duration of crying
Bayi yang tidak dirawat gabung memiliki durasi menangis
yang lebih lama dibandingkan bayi yang di rawat gabung.
2.3.6 Model Pengaturan Ruangan Rawat Gabung
Menurut Rochmah, dkk (2012) model pengaturan ruangan rawat
gabung yaitu:
a. Model perawatan kelas yaitu satu kamar dengan satu ibu dan
anaknya.
b. Model yang ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur/ kasur yang
sama.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL 3.1Kerangka Konseptual
Konsep yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah konsep pengetahuan,
sikap dan rawat gabung. Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang memiliki 6 tingkatan
yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Notoatmodjo,
2003). Dalam penelitian ini, ibu hamil diharapkan pada tingkatan kedua yaitu
memahami tentang konsep rawat gabung. Sikap adalah respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003). Rawat gabung
adalah suatu perawatan dimana ibu dan bayi baru lahir ditempatkan bersama
dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh (Sholeh, dkk, 2010).
Keterangan : Diteliti
Tidak Diteliti
Skema 1. Kerangka Penelitian
Rawat Gabung
- Definisi
- Tujuan
- Syarat
- Kontraindikasi
- Manfaat
- Model pengaturan
ruangan Tindakan
Pengetahuan
3. 2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pengetahuan tentang rawat gabung Pemahaman ibu hamil tentang rawat gabung Kuesioner yang berisikan 18 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban.
a. Baik jika total skor 12-18
b. Cukup jika total
skor 6-11
c. Kurang jika total
skor 0-5
Ordinal
2. Sikap terhadap rawat gabung
Pandangan atau respon ibu hamil terhadap rawat gabung Kuesioner yang berisikan 12 pernyataan yang terdiri dari 7 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif.
a. Positif jika total
skor 24 – 48
b. Negatif jika total skor 0 – 23
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui pengetahuan serta sikap ibu hamil tentang rawat gabung.
4.2Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya di poliklinik ibu hamil RSUP Haji Adam
Malik Medan dari 27 Maret 2014 sampai 27 April 2014 yaitu sebanyak
41 orang.
4.2.2 Sampel
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling yaitu pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel.
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 40 orang, dengan 1
orang calon respon menolak untuk menjadi responden.
4.3Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan, Jl. Bunga Lau
no 17, karena di rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan yang juga
sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi
itu penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap rawat gabung
juga merupakan penelitian lanjutan tentang rawat gabung di rumah sakit ini.
Waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 27 Maret sampai 27 April 2014.
4.4Pertimbangan Etik
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan setelah proposal penelitian
disetujui kemudian proposal diperiksa oleh Komisi Etik Penelitian
Keperawatan untuk mendapatkan ethical clearance. Penelitian ini sudah dinyatakan mempertimbangkan prinsip etik dengan mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Keperawatan. Setelah itu peneliti mengajukan surat permohonan izin kepada Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara sebagai pengantar permohonan izin penelitian dari
Direktur RSUP Haji Adam Malik, peneliti mencari responden yang sesuai
kriteria, setelah mendapat calon responden, peneliti memperkenalkan diri,
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, manfaat dan prosedur penelitian.
Peneliti memberi kesempatan bagi calon responden untuk bertanya tentang
hal-hal yang tidak dimengerti terkait dengan penelitian ini Apabila calon
responden bersedia untuk menjadi responden maka peneliti memberikan
informed concern dan meminta calon responden untuk membaca ulang dan menandatangani informed concern terssebut. Pada calon responden yang tidak bersedia menjadi responden, peneliti menghargai hak- hak responden dan
tidak memaksakan calon responden untuk terlibat dalam penelitian. Penelitian
nama responden pada lembar alat ukur (anonymity) dan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya
(confidentality) (Hidayat, 2009) dan data-data yang telah diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
4.5Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah angket terstruktur
dalam bentuk kuisioner yang didasarkan pada tinjauan kepustakaan. Kuisioner
terdiri dari 3 bagian yaitu data demografi, pengetahuan dan sikap tentang rawat
gabung.
4.5.1 Data demografi
Data demografi responden meliputi kode responden, usia, pekerjaan,
pendidikan, usia kehamilan, gravida dan jumlah anak.
4.5.2 Pengetahuan tentang rawat gabung
Berisikan 18 pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan tentang rawat
gabung. Pertanyaan dalam bentuk multiple choice (pilihan berganda). Setiap jawaban dari pertanyaan yang benar akan diberi skor 1 dan untuk
setiap jawaban dari pertanyaan yang salah akan diberi skor 0.
4.5.3 Sikap terhadap rawat gabung
Berisikan pernyataan tertulis dengan jawaban pilihan, yaitu pernyataan
positif sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak tahu diberi
skor 2, tidak setuju diberi skor 1 dan sangat tidak setuju diberi skor 0. Dan
pernyataan negatif, sangat setuju diberi skor 0, setuju diberi skor 1, tidak
skor 4. Untuk menentukan panjang kelas (interval), dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hidayat, 2007)
keterangan:
p = panjang kelas interval
rentang = nilai tertinggi – nilai terendah
banyak kelas = jumlah kategori
Dimana nilai tertinggi adalah 48 dan terendah adalah 0. Maka
rentangnya adalah 48. Banyak kelasnya ialah 2 yaitu positif dan negatif,
jadi panjang kelasnya ialah 24.
4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah pengukuran pengamatan yang berarti keandalaan
instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur (Nursalam, 2008). Uji validitas yang dilakukan adalah validitas
internal yaitu untuk mencapai kesesuaian antara bagian – bagian instrumen
dengan instrumen secara keseluruhan (Arikunto, 2010). Uji validitas dilakukan
setelah sidang proposal, uji validitas yang dilakukan hanya uji validitas isi
(content validity) dan tidak dilakukan construct validity. Kuisioner untuk variabel pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung dikonsultasikan kepada 3
orang ahli yang sama yaitu dosen Keperawatan Departemen Maternitas dan Anak
pada bulan Januari. Untuk kuisioner pengetahuan, setelah dilakukan uji validitas
didapati bahwa kuisioner tersebut dinyatakan valid dengan jumlah pertanyaan 18
dari sebelumya 20 pertanyaan ,2 pertanyaan gugur karena dinyatakan tidak valid. P = �������
Dan untuk kuisioner sikap juga dinyatakan valid dengan jumlah pernyataan 12.
Nilai CVI untuk kuisioner pengetahuan ialah 0.84 dan untuk sikap, nilai CVI 0.92.
Reliabilitas menunjukan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik. Instrumen yang reliabel menghasilkan data yang dapat dipercaya juga dapat
diandalkan. Uji reliabilitas untuk kuisioner pengetahuan dan sikap tentang rawat
gabung dilakukan secara bersamaan dengan memberikan kuisioner pengetahuan
dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung kepada 30 responden yang sama yaitu
ibu hamil di Klinik dan Rumah Bersalin Wira pada bulan Februari selama 2
minggu, untuk instrumen pengukuran pengetahuan dilakukan dengan
menggunakan rumus Kr21 dan didapatkan hasil o.74. reliabilitas sikap digunakan
metode alpha yang dilakukan dengan komputerisasi, dan didapat hasil ujinya ialah 0.817.
4.6 Penggumpulan Data
Proses penggumpulan data dilakukan setelah menerima surat dari Dekan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan dari Direktur
Utama RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti menjumpai setiap ibu hamil yang
memeriksakan diri ke PIH RSUP Haji Adam Malik Medan dan memperkenalkan
diri setelah itu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dan manfaat penelitian,
lalu menanyakan kesediaan calon responden untuk terlibat menjadi responden.
Bagi calon responden yang bersedia menjadi subjek penelitian, peneliti
pengumpulan data ada 1 orang calon responden tidak bersedia menjadi subjek
penelitan dan peneliti menghargai haknya dan tidak melakukan pemaksaan.
4.7 Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul, meliputi 3 langkah
yaitu:
1. Persiapan
Persiapan dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan data yaitu
dengan cara memeriksa isi instrumen, ternyata tidak ada kekurangan
maka tidak dikembalikan kepada pengisi karena dan selanjutnya
instrumen tersebut dianalisa oleh peneliti.
2. Tabulasi
Tabulasi dilakukan dengan cara memberi skor terhadap item-item yang
perlu diberi skor yaitu kuesioner pengetahuan dan sikap.
Analisa data dilakukan dengan komputerisasi. Analisa data dalam penelitian
ini bersifat deskriptif dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing
jawaban responden, lalu ditampilkan dalam tabel distibusi frekuensi,
kemudian dicari besarnya persentase untuk masing-masing jawaban
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian setelah dilakukan analisa data
pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung di PIH RSUP Haji Adam
Malik Medan yang melibatkan 40 responden dari bulan 27 Maret 2014 sampai 27
April 2014. Data dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan karakteristik
responden, pengetahuan ibu hamil tentang rawat gabung dan sikap ibu hamil
tentang rawat gabung di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan.
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini mencakup usia, pekerjaan,
pendidikan, usia kehamilan, gravida, dan jumlah anak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 40 responden, mayoritas ibu hamil di PIH RSUP Haji
Adam Malik berusia 25 – 30 tahun (80.0%) dan hanya 3 orang (7.5%) responden
yang berada pada rentang usia >35 tahun yang beresiko untuk kehamilan dan
persalinan. Mayoritas responden ialah ibu rumah tangga (72.5%), dan lebih dari
setengah responden memiliki pendidikan SMA dan perguruan tinggi (62.5%), usia
kehamilan terbanyak ialah pada trimester terakhir (70.0%), status obstetri
mayoritas responden ialah gravida pertama (40.0%) dan belum memiliki anak
Tabel 1: Karakteristik ibu hamil di PIH RSUP Haji Adam Malik Medan (N=40)
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia
a. 20 - 30 tahun b. 31 - 35 tahun c. >35 tahun
32 5 3 80.0 12.5 7.50 Pekerjaan
a. Ibu Rumah Tangga b. Wiraswasta c. Pegawai Swasta d. PNS 29 5 3 3 72.5 12.5 7.50 7.50 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA
d. Perguruan Tinggi
4 11 14 11 10.0 27.5 35.0 27.5 Usia Kehamilan a. 1 – 3 bulan b. 4 – 6 bulan c. 7 – 9 bulan
5 7 28 12.5 17.5 70.0 Gravida
a. Gravida 1 b. Gravida 2 c. Gravida 3 d. Gravida >3
Jumlah anak a. tidak ada (0) b. 1 orang c. 2 orang d. > 2 orang
5.1.2 Pengetahuan Ibu tentang Konsep Rawat Gabung
Berdasarkan tingkatan pengetahuan, ibu hamil yang memiliki pengetahuan
baik yaitu sebanyak 34 orang (85,0%) dan ibu hamil yang memiliki pengetahuan
[image:50.595.108.512.295.352.2]yang cukup ada 6 orang (15.0%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Ibu Hamil tentang Rawat Gabung.
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 30 85.0
Cukup Kurang
5 0
15.0 0
Meskipun mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang
konsep rawat gabung, tetapi ternyata bila dilihat secara rinci (pada lampiran 7)
hasil penelitian menunjukkan ada beberapa perntanyaan yang masih banyak
dijawab dengan salah oleh responden yaitu pertanyaan tentang syarat bahwa usia
kehamilan yang dapat nantinya melakukan rawat gabung yaitu hanya pada usia
kehamilan 37 minggu atau lebih, hanya 5 responden yang dapat menjawab dengan
benar (12.5%), untuk pertanyaan kontraindikasi ibu kanker payudara untuk
melakukan rawat gabung, hanya 7 responden yang dapat menjawab dengan benar
(17.5%), dan untuk pertanyaan bayi diperbolehkan satu tempat tidur dengan ibu,
5.1.3 Sikap Ibu terhadap Rawat Gabung
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa mayoritas ibu hamil memiliki
sikap yang positif terhadap rawat gabung yaitu 38 orang (95.0%), dan hanya 2
[image:51.595.108.513.297.338.2]orang (5%) yang bersikap negatif terhadap rawat gabung.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Ibu Hamil terhadap Rawat Gabung
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Positif 38 95.0
Negatif 2 5.00
Meskipun sikap ibu hamil pada penelitian ini mayoritas positif tetapi tidak
semua ibu hamil mendukung setiap pernyataan sikap tentang rawat gabung. Hal
ini dapat dilihat dari hasil tiap item pernyataan sikap ibu tersebut (pada lampiran
8) yaitu pernyataan yang menyebutkan bahwa ibu merasa ragu untuk rawa gabung
apabila nanti baynya dilahirkan melalui operasi sesar, pernyataan ini merupakan
pernyataan negatif dan mayoritas ibu bersikap positif terhadap pernyataan ini
(85%) artinya ibu mendukung bahwa ia ragu untuk rawat gabung apabila nantinya
bayinya dilahirkan secara sesar. Seharusnya ibu tidak perlu ragu untuk melakukan
rawat gabung meskipun bayi dilahirkan secara sesar karena rawat gabung pada
bayi yang dilahirkan melalui operasi sesar dilakukan setelah bayi dan ibunya telah
5.2 Pembahasan
Hasil dari penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden berada pada
rentang usia ibu yang aman untuk hamil yaitu 20-35 tahun dan hanya sebagian
kecil responden yang berada pada rentang usia beresiko yaitu >35 tahun, dan
pengetahuan responden pada penelitian ini mayoritas adalah baik. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Wijayanti (2009) yang respondennya juga berada
pada rentang usia 20-35 tahun dan dalam penelitian tersebut juga didapat bahwa
pengetahuan mayoritas respondennya adalah dalam kategori baik.
Dilihat dari pekerjaan, mayoritas responden adalah ibu rumah tangga
(tidak bekerja), menurut Notoatmodjo (2003) pekerjaan secara tidak langsung
dapat menpengaruhi tingkat pengetahuan karena berkaitan erat dengan faktor
interaksi sosial. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian ini karena pada
penelitian ini mayoritas responden adalah ibu yang tidak bekerja dan pengetahuan
mayoritas responden dikategorikan baik, hal tersebut juga sejalan dengan Arasta
(2010) yang mendapatkan tingkat pengetahuan yang baik tentang rawat gabung
dengan mayoritas responden ibu post partum yang tidak bekerja.
Bila dilihat dari pendidikan, mayoritas responden memiliki tingkat
pendidikan menengah yaitu SMA. Hal tersebut dikaitkan dengan penellitian
Arasta (2010) yang mendapatkan bahwa respopnden yang telah melewati
pendidikan dasar (SMA) mempunyai pola pikir yang lebih baik dalam menerima
peneliti berasusmsi bahwa tingkat pendidikan dapat mempenaruhi pengetahuan
tentang rawat gabung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sedikit responden yang
memiliki pengetahuan yang cukup tentang rawat gabung, sedangkan hampir enam
kalli lipatnya ialah memiliki pengetahuan yang baik tentang rawat gabung, dan
tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang
rawat gabung. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Wulandari, dkk (2007)
yang mendapatkan pengetahuan yang baik tentang rawat gabung pada mayoritas
respondennya, tetapi pada penelitian ini respondennya ialah ibu post partum.
Bila dilihat secara rinci dari keseluruhan pertanyaan tentang rawat gabung,
maka pertanyaaan tentang tujuan rawat gabung dalam hal bantuan emosional yang
mayoritas dijawab benar oleh responden, dalam hal bantuan emosional rawat
gabung bertujuan untuk terciptanya hubungan antara ibu dan bayinya (bounding attachment). Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang. Pernyataan
dan hasil penelitian tersebut didukung dengan hasil penelitian Mutiara (2013)
bahwa terdapat hungungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan
bounding attachment.
Meskipun hasil yang didapat adalah mayoritas responden memiliki
pengetahuan yang baik tentang konsep rawat gabung, tetapi tidak semua konsep
tersebut dikuasai oleh responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya
melakukan rawat gabung, usia kehamilan yang diperbolehkan ialah usia
kehamilan 37 minggu atau lebih Hal ini terlihat pada hasil penelitian yang
menjunjukkan bahwa lebih dari dua kali lipat jumlah responden yang tidak
memahami apakah bayi dapat diletakkan di dalam box bayi atau bersama ibu
dalam satu tempat tidur. Pertanyaan nomor 18 berisi tentang apakah dalam rawat
gabung bayi diperbolehkan tidur pada satu tempat tidur denga ibunya, seharusnya
jawaban dari pertanyaan ini adalah diperbolehkan, namun hanya sedikit responden
yang menjawab pertanyaan ini dengan benar, dan lebih dari setengah dari
responden yang menjawab pertanyaan ini dengan salah ialah memilih pilihan
jawaban yang menyebutkan bahwa bayi dapat diletakkan bersama ibu pada satu
tempat tidur apabila sesuai dengan ketentuan perawat. hal ini dimungkinkan
bahwa ibu masih memilliki persepsi bahwa ketentuan perawatlah yang harus
dijalankan, asumsi ini didukung oleh penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
Rice (2000) yang mendapatkan bahwa sebagian besar ibu menjalankan rooming-in karena diminta oleh perawat tanpa mereka tahu mengapa harus melakukan rawat gabung.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak
mengetahui tentang kontraindikasi rawat gabung pada bayi maupun pada ibu yaitu
bayi dengan berat badan lahir rendah dan kontraindikasi ibu kanker payudara
melakukan rawat gabung. Bayi dengan berat lahir rendah dilarang melakukan
rawat gabung karena bayi tersebut kurang mampu mengisap air susu ibu
(Wiknjosastro, 2005) selain itu juga ibu yang mengalami kanker payudara tidak
rawat gabung yang diutamakan ialah proses menyusui unuk meningkatkan
produksi ASI. Peneliti berasumsi apabila dalam hal konsep bahwa rawat gabung
yang terutama adalah proses menyusui, ibu tidak memahaminya maka tidak akan
ada hasil yang baik dalam produksi ASI meskipun ibu melakukan rawat gabung,
asumsi ini sejalan dengan penelitian Tamba (2010) tentang pengaruh perawatan
rooming-in terhadap produksi Asi pada ibu post partum yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara perawatan rooming-in terhadap produksi ASI.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki
sikap yang positif terhadap rawat gabung, hasil tersebut sama seperti yang didapat
Wijayanti (2009) yang dalam penelitiannya mendapatkan bahwa mayoritas
responden memiliki sikap yang mendukung terhadapa rawat gabung, hanya saja
responden dalam penelitiannya adalah ibu post partum. Bennett dan Sheridan
(2005) juga mendapatkan hasil bahwa secara umum ibu yang mendapatkan
perawattan rooming in menganggap hal tersebut merupakan pengalaman yang positif.
Meskipun mayoritas responden memiliki sikap yang positif terhadap rawat
gabung, tetapi bila dilihat lebih rinci pada setiap item pernyataan sikap, maka
didapat bahwa mayoritas ibu mendukung pernyataan yang menyebutkan bahwa
ibu ragu untuk melakukan rawat gabung apabila nantinya bayinya dilahirkan
melalui operasi sesar, seharusnya ibu tidak perlu ragu lagi untuk melakukan rawat
gabung karena rawat gabung pada bayi yang lahir melalui operasi sesar dilakukan
setelah ibu dan bayi cukup sehat. Peneliti berasumsi sikap ibu tersebut timbul
dari hasil penelitian yang juga menyebutkan bahwa ibu belum benar memahami
kontraindikasi untuk melakukan rawat gabung dan Osgood dalam Azwar (2013)
juga menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan
yang memiliki fungsi pengetahuan dan digunakan untuk dapat mengevaluasi
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di PIH RSUP Haji Adam Malik
Medan menunjukkan bahwa
a. Karakteristik ibu hamil yang memriksakan kehamilannya di PIH RSUP
Haji Adam malik adalah mayoritas berusia 20-30 tahun, bekerja sebagai
ibu rumah tangga, dengan tingkat pendidikan terakhir yaitu SMA,
mayoritas ibu primigravida dan belum memiliki anak.
b. Pengetahuan ibu hamil tentang rawat gabung tergolong dalam kategori
baik (85%), cukup (15%) dan kurang (0%), tetapi bila dilihat secara rinci
maka hampir seluruh responden belum benar-benar memahami beberapa
item yang penting tentang grawat gabung yaitu tentang apakah bayi dapat
diletakkan dalam box bayi atau satu tempat tidur dengan ibu dan tentang
kontraindikasi rawat gabung pada bayi baru lahir.
c. Sikap ibu hamil tentang rawat gabung ialah positif (95%) dan negatif
(5%).
6.2.Saran
6.2.1 Institusi Pendidikan
Institusi diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa untuk
praktek klinik mahsiswa tersebut dapat memberikan pemahaman yang benara
kepada ibu hamil tentang konsep rawat gabung terutaman untuk syarat,
pengetahuan tentang pengaturan ruangan dan kontraindikasi rawat gabung.
6.2.2 Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan diharapkan dapat lebih memberikan dan
mengevaluasi pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang rawat gabung,
memanfaatkan program yang ada seperti PKRS (Penyuluhan Kesehatan
Rumah Sakit) tentang rawat gabung dan memberikan edukasi tentang syarat,
kontraindikasi dan pengaturan ruangan rawat gabung kepada ibu hamil pada
saat antenatal care khususnya trimester terakhir pada saat ibu dalam masa
persiapan kelahiran bayinya sehingga dalam pelaksanaan rawat gabung sendiri
dapat benar-benar bermanfaaat karena didasari dengan pengetahuan yang baik
dan sikap yang positif.
6.2.3 Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini hanya menggambarkan karaktersistik dari responden,
diarapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan analisa pada setiap
karakteristik responden terkait hubungannya denga pengetahuan dan sikap.
Penelitian ini juga hanya menggambarakan pengetahuan dan sikap ibu hamil
tentang rawat gabung, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat diteliti
tentang hubungan keduanya. Penelitian selanjutnya juga diharapkan meneliti
pengetahuan dan sikap perawatnya sendiri tentang pengetahuan dan sikap
6.2.4 Ibu
Ibu hamil diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi melalui
tenaga kesehatan maupun media tentang syarat, kontraindikasi dan pengaturan
ruangan rawat gabung agar memiliki pemahaman yang baik tentang rawat
gabung.
6.3 Keterbatasan Penelitian
Terdapat kekurangan pada instrumen penelitian ini yaitu kurangnya
pertanyaan tentang apakah ibu pernah medengar informasi tentang rawat
gabung sebelumnya dan dari mana ibu mendapatkan informasi tersebut
sehingga hasil yang didapat yaitu ibu primigravida dengan usia muda
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, N. Y., Suryani, N., Murdani, P. (2013). Jurnal Megister Kedokteran Keluarga. 1 (1). 67- 69.
Ahn, S. Y., Ko, S. Y., Kim, S. Y., Lee, Y. K., Shin, S. M. (August/ 2008). Korean Journal of Pediatrics. 51 (12). 1315- 1319.
Arasta, L. F. (2010). Hubungan Pelaksanaan Rawat Gabung dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan ASI Ekslusif di Polindes Harapan Bunda Desa Kaligadang Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Tahun 2010. Diambil tanggal 15 September 2013 dari
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Asparin., Achmad, S., Mardhani, Y., Widhanarto, B. (Desember/ 1986). Berkala Ilmu Kedokteran. 18 (4). 195- 200.
Azwar, S. (2013). Sikap Manusia. Edisi 5., Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bennet, R. & Sheridan, C. (2005). Ifant. 1 (5). 171- 174
Dewi, V. N. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan & Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Kosim, M. S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G. I., Usman, A. (2010). Buku Ajar Neonatologi, Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Maramis, Willy. F. (2006). Ilmu perilaku dalam Pelayanan Kesehatan: Universitas Airlangga: Surabaya.