• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA

A. Deskripsi Teoritik

2) Reaksi Orde Satu

Reaksi dikatakan memiliki orde satu terhadap salah satu reaktannya apabila laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi reaktan tersebut.86 Adapun persamaan laju reaksi dan grafiknya adalah sebagai berikut:87

v = k [A]1 v = k [A]

83

Michael Purba, Kimia 2 untuk SMA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga. 2006), h. 113.

84

Purba, op. cit., h. 114.

85

Suharsini, op. cit., h. 85-86.

86

Purba, loc. cit.

87

Suharsimi, op. cit., h. 86.

v

[A]

3) Reaksi Orde Dua

Reaksi dikatakan memiliki orde dua terhadap salah satu reaktannya apabila laju reaksi berbanding dengan pangkat dua dari konsentrasi reaktan tersebut.88 Atau dapat pula dinyatakan dengan hasil kali konsentrasi yang meningkat sampai pangkat satu atau dua dari reaktan-reaktan tersebut.89 Adapun laju reaksi dan grafiknya adalah sebagai berikut:90

v = k [A]2 atau v = k [A][B] v [A] B.Penelitian Relevan

Anita Wulandari, dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa SD Kelas V Pada Materi Kegiatan Manusia yang Mengubah Permukaan Bumi”, memberikan

88

Purba, loc. cit.

89

S. K. Dogra, Kimia Fisik dan Soal-soal, (Jakarta:UI-Press, 1990), Cet. 1, h. 628.

90

Suharsimi, loc. cit.

Grafik orde satu

kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa SD. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan

menggunakan uji t dengan α = 5% didapatkan nilai P-value 0,464 yang lebih

kecil dari α, yang artinya pembelajaran berbasis masalah memberikan

pengaruh baik terhadap literasi sains.91

Arina Khusnayain dengan judul, “Pengaruh Skill Argumentasi menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Literasi Sains Siswa SMP”. Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung 2013. Dalam kesimpulannya menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat memberikan pengaruh positif dan meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan sebesar 53,7% dengan nilai N-gain rata-rata 0,61.92

Orhan Akinoglu dan Ruhan Ozkardes Tandogan., dalam jurnal “The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’

Academic Achievement, Attitude and Concept Learning”, dalam

kesimpulannya menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat memberikan pengaruh positif terhadap prestasi siswa. Hal tersebut dapat juga dilihat dari adanya peningkatan pemahaman konsep siswa dan semakin baiknya sikap sosial serta kerjasama antara siswa ketika melaksanakan pembelajaran.93

I. Kd. Urip Astika, dkk., dalam jurnal “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah Dan Keterampilan Berpikir Kritis”,

91Anita Wulandari, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa SD Kelas V Pada Materi Kegiatan Manusia yang Mengubah Permukaan Bumi”, Skripsi pada Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Bandung, 2013, tidak dipublikasikan.

92Arina Khusnayain, “Pengaruh Skill Argumentasi menggunakan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) terhadap Literasi Sains Siswa SMP”, Skripsi pada Pendidikan Fisika Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2013, tidak dipublikasikan.

93

Orhan Akinoglu dan Ruhan Ozkardes Tandogan, The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education ,Vol. 3, No. 1, 2007.

dalam kesimpulannya menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruh positif terhadap sikap ilmiah dan berfikir kritis siswa.94 Peggy Brickman, dkk., dalam jurnal “Effect of Inquiry-based Learning on

Students’ Science Literacy Skills and Confidence”, dalam kesimpulannya menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan literasi sains siswa dan terdapat pula perkembangan keterampilan proses dalam melakukan penyelidikan saat diterapkannya pembelajaran berbasis inkuiri.95

Mega Wahyanti dengan judul, “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar

dan Literasi Sains”. Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia 2012. Dalam kesimpulannya menyatakan bahwa pembelajaran dengan Contextual Learning dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.96

Sriyani dengan judul, “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)

pada Pokok Bahasan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi”. Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia 2010. Dalam kesimpulannya menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memberikan kontribusi positif yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan penguasaan konsep, dan meningkatkan keterampilan proses sains siswa.97

Lilih Solihat dengan judul, “Analisis Penggunaan Pendekatan Chemie Im Kontext (CHik) Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Dimensi Konten Sains”. Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam Kesimpulannya menyatakan bahwa

94

Urip Astika, dkk., Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah Dan Keterampilan Berpikir Kritis, Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol. 3, 2013.

95

Peggy Brickman, dkk., Effect of Inquiry-based Learning on Students’ Science Literacy Skills and Confidence, International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, Vol. 3, No. 2, 2009.

96

Mega Wahyanti, “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar dan Literasi Sains”, Skripsi pada Pendidikan Fisika UPI Bandung, Bandung, 2012, tidak dipublikasikan.

97

Sriyani, “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) pada Pokok Bahasan Faktor -faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi”, Skripsi Pendidikan Kimia UPI Bandung, Bandung, 2010, tidak dipublikasikan.

penggunaan pendekatan Chemie Im Kontext (CHik) dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa pada dimensi konten sains.98

C.Kerangka Berpikir

Belajar pada dasarnya mengkonstruk pengetahuan dan membutuhkan partisipasi yang aktif antara siswa dengan lingkungannya. Pembelajaran saat ini, umumnya masih menekankan hafalan kepada siswa sehingga siswa hanya paham terhadap teori saja tanpa mengerti proses pengetahuan tersebut diperoleh dan aplikasinya. Sistem pembelajaran yang digunakan pun terlihat kurang bervariatif dan tidak memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa. Hal tersebut menjadikan siswa kurang mampu membangun pemahamannya sendiri sebab siswa tidak berperan sebagai pelaku utama dalam proses pembelajaran (teacher centre). Adanya kenyataan yang seperti itulah yang menyebabkan literasi sains siswa pada dimensi kompetensi sains secara umum masih berada dibawah rata-rata.

Untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan kompetensi sains siswa, perlu adanya inovasi dalam penggunaan model pembelajaran. Dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran ini dipilih sebagai salah satu alternatif pembelajaran karena melalui model ini siswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuannya. Dengan hal tersebut, siswa mampu memahami proses untuk mendapatkan suatu pengetahuan secara mandiri. Oleh sebab itu, pembelajaran ini dirasa dapat meningkatkan kompetensi sains siswa, karena tahapan dari model pembelajaran ini dapat memunculkan indikator yang ada pada kompetensi sains tersebut. Dalam penelitian ini, materi yang digunakan adalah laju reaksi pada pokok bahasan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.

Dalam pelaksanaan penelitian, terdapat keterkaitan antara materi laju reaksi pada KD 3.7 yaitu, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan dan KD

98Lilih Solihat, “Analisis Penggunaan Pendekatan Chemie Im Kontext (CHik) Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Dimensi Konten Sains”, Skripsi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, tidak dipublikasikan.

4.7 yaitu, merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi, dengan tahapan pembelajaran berbasis masalah serta indikator kompetensi sains. Untuk lebih jelasnya, hubungan tersebut dapat dilihat pada kerangka berfikir sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Kompetensi sains (bagian dari literasi

sains) masih rendah.

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam materi laju reaksi dengan mengacu pada KD 3.7 dan KD 4.7.

KD 3.7 dan KD 4.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi

laju reaksi dan orde reaksi

Melakukan percobaan

faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan

orde reaksi Tahap PBM Orientasi siswa pada masalah Mengorga-nisasikan siswa untuk belajar Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membimbing investigasi individual dan kelompok Mengembang -kan dan mempresenta-sikan hasil karya Mengidentifikasi isu ilmiah Menggunakan bukti ilmiah Menjelaskan fenomena ilmiah Mengidentifi-kasi isu ilmiah Indikator kompetensi sains

Kompetensi sains siswa menjadi lebih baik melalui pembelajaran

berbasis masalah Menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

D.Pengajuan Hipotesis

Dengan memperhatikan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir diatas maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kompetensi sains siswa pada materi laju reaksi.

H1 : Terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kompetensi sains siswa pada materi laju reaksi.

51 A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester Ganjil tahun pelajaran 2014-2015, tepatnya pada tanggal 17 November 2014-1 Desember 2014. Sedangkan untuk tempat penelitiannya dilakukan di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan.

B.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design, yaitu desain yang memiliki kelompok kontrol namun tidak dapat berfungsi sepenuhnya dalam mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Eksperimen dikatakan quasi, karena bukan merupakan eksperimen murni namun seolah-olah seperti murni.2 Jadi, dalam metode eksperimen ini variabel-variabel luar yang mempengaruhi proses pelaksanaan penelitian tidak dapat terkontrol sepenuhnya.

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design, yaitu desain penelitian yang hampir sama dengan Pretest-Posttest Control Group Design, namun pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.3 Pada desain ini, terdapat dua kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Masing-masing kelompok tersebut diberikan pretest dan posttest dalam pelaksanaan pembelajaran.

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 11, h. 114.

2

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 7, h. 207.

3

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen Y1 X Y2

Kontrol Y1 Pembelajaran konvensional Y2

Keterangan:

Y1 = Pretest untuk kelompok eksperimen (dengan model pembelajaran berbasis masalah) dan kelompok kontrol (dengan pembelajaran konvensional)

Y2 = Posttest untuk kelompok eksperimen (dengan model pembelajaran

berbasis masalah) dan kelompok kontrol (dengan pembelajaran konvensional)

X = Perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah.

C.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian.4 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari 20 kelas.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.5 Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak dua kelas, yaitu kelas XI MIA 1 dan XI MIA 4. Masing-masing kelas berjumlah 34 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu.6 Adapun pertimbangan yang dilakukan dalam pengambilan sampel ini berdasarkan

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 173.

5

Ibid., h. 174.

6

nilai akademik antara kedua kelas yang hampir sama dan penyesuaian jadwal mata pelajaran pada masing-masing kelas.

Dalam penelitian ini, pada kelompok eksperimen siswa dibagi menjadi 7 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. Pembagian kelompok tersebut terlebih dahulu diawali dengan pembagian sampel menjadi tiga kelompok besar, yaitu kelompok dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini dilakukan agar dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang heterogen sehingga dirasa lebih adil dan tidak ada ketimpangan. Pengelompokkan ini berdasarkan pada nilai ulangan tengah semester pada semester ganjil.

D.Alur Penelitian 1. Tahap 1 (Persiapan)

a. Studi kepustakaan mengenai model pembelajaran berbasis masalah dan kompetensi sains.

b. Mempelajari Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi Inti (KI) sesuai dengan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia SMA Kelas XI. Setelah itu, dilakukan pemilihan materi pada buku paket atau teks untuk menentukan materi dalam melakukan penelitian. Berdasarkan hasil pemilihan tersebut, diputuskan bahwa materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laju reaksi.

c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah, yaitu dengan skenario sebagai berikut:

1) Orientasi siswa pada masalah

Pada tahap ini guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa secara berkelompok. Selain itu, memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam aktivitas pemecahan masalah tersebut dengan mengarahkan dan mendorong siswa agar dapat mengekspresikan ide-ide atau pendapat secara terbuka.

2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Pada tahap ini, guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahan yang dihadapinya dengan mengarahkan siswa agar dapat mempersiapkan segala keperluan .yang dibutuhkan dari permasalahan yang disajikan untuk melakukan penyelidikan

3) Membimbing investigasi individual dan kelompok

Dalam melakukan tahap ini, guru mendorong para siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, akurat, serta melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi dari permasalahan yang telah disajikan.

4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya

Guru pada tahap ini memiliki peran membimbing siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya sesuai dengan eksperimen

yang telah dilakukan serta membimbing mereka dalam

mempresentasikan hasil karya tersebut, seperti laporan atau rekaman video, dan sebagainya.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pada tahap ini, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil dari investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan dalam melakukan pemecahan masalah sehingga didapatkan suatu hasil akhir dari pemecahan masalah tersebut.

d. Mencari contoh soal PISA, yang digunakan sebagai acuan dalam menyusun instrumen penelitian.

e. Membuat instrumen penelitian yang dapat mengukur hasil penelitian yang diharapkan serta menyiapkan bahan ajar untuk pelaksanaan proses pembelajaran dalam penelitian. Instrumen disusun bertujuan sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini instrumen yang dibuat adalah tes tulis. Selain itu dibuat pula lembar observasi kegiatan mengajar dan kegiatan belajar siswa, namun hanya sebagai instrumen penunjang saja dalam penelitian. Instrumen tes tulis yang dibuat oleh peneliti

berdasarkan contoh soal yang digunakan oleh PISA. Sedangkan, bahan ajar yang dibuat dalam penelitian ini adalah LKS yang berisi petunjuk pelaksanaan kegiatan praktikum dengan berdasarkan tahapan model pembelajaran berbasis masalah.

f. Melakukan uji validasi instrumen penelitian dan bahan ajar. Pengujian validasi instrumen penelitian dan bahan ajar yang terdiri dari tes kompetensi sains, lembar observasi, dan LKS dilakukan oleh ahli, kemudian dilakukan revisi sesuai dengan rekomendasi ahli. Setelah instrumen dan bahan ajar dinyatakan telah sesuai dan disetujui oleh ahli, maka instrumen dan bahan ajar akan langsung dipergunakan untuk melakukan penelitian.

g. Menghubungi kepala sekolah dan guru kimia yang bersangkutan untuk menentukan waktu pelaksanaan penelitian.

h. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian. 2. Tahap 2 (Pelaksanaan)

Pada tahap ini, penelitian dilakukan sebanyak lima kali pertemuan. Pertemuan pertama, yaitu pelaksanaan pretest. Pertemuan kedua sampai keempat, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah. Pertemuan kelima, yaitu pelaksanaan posttest. Pertemuan kedua sampai keempat tersebut diisi dengan melakukan kegiatan praktikum dengan menerapkan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah pada kelompok eksperimen dan ceramah serta tanya jawab pada kelompok kontrol. Ketika pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kontrol telah dilaksanakan, dilakukan pemberian posttes kepada kedua kelompok tersebut untuk mengetahui kompetensi sains siswa.

3. Tahap 3 (Akhir)

a. Mengolah data hasil penelitian. b. Membahas hasil temuan penelitian. c. Menarik kesimpulan.

E.Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek dalam penelitian yang bervariasi.7 Variabel pun dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.8

Jadi variabel penelitian adalah segala sesuatu apapun yang menjadi objek penelitian untuk mendapatkan suatu informasi. Ada dua variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel bebas (X) : Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan tanpa model Pembelajaran Berbasis Masalah (dengan menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu ceramah dan tanya jawab).

2. Variabel terikat (Y) : Kompetensi sains siswa

Hasil yang didapatkan dari variabel Y disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel X

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data diperoleh melalui tes kompetensi sains siswa yang diberikan sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Jenis tes yang digunakan berupa tes essai sebanyak 15 butir soal. Dari hasil tersebut peneliti dapat mengetahui bagaimana kompetensi sains siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah. Selain itu, untuk memperoleh data tambahan sebagai penunjang data penelitian digunakan lembar observasi aktivitas mengajar dan lembar observasi aktivitas belajar siswa. 7 Arikunto, op.cit., h. 159. 8 Sugiyono, op.cit., h. 60.

G.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial atau disebut dengan variabel penelitian yang diamati.9 Dengan adanya instrumen penelitian, peneliti dapat melakukan pengukuran dan mengumpulkan data secara lebih terarah dan mudah dalam penelitian. Maka, dengan instrumen pula dapat diketahui sejauh mana hasil dari penerapan pembelajaran berbasis masalah. Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes

“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.10 Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes essai yang disusun berdasarkan panduan soal-soal PISA. Selain itu, dalam pembuatan tes agar kompetensi sains siswa dapat terukur maka soal dibuat dengan mengikuti indikator kompetensi sains tersebut, yang terdiri dari mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. Sebelum digunakan, tes terlebih dahulu diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Adapun kisi-kisi tes tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Essai Materi Laju Reaksi

No Indikator pembelajaran Indikator kompetensi sains

Nomor butir

soal Jumlah

1. Merancang percobaan faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi Mengidentifikasi isu ilmiah

25*, 26*, 28* 3

Merancang percobaan orde

reaksi 31* 1

9

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 11, h. 148.

10

Melakukan percobaan faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

1*, 4*, 8, 10*, 13*, 16, 18, 20*, 21*,

23

10

Melakukan percobaan orde

reaksi 32* 1

2. Melakukan percobaan faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi Menjelaskan fenomena ilmiah

2, 5*, 9*, 11, 14, 17*, 19,

22, 24

9

Melakukan percobaan orde

reaksi 33, 34* 2

3. Menyimpulkan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Menggunakan bukti ilmiah

3*, 6*, 7, 12* 4

Menyimpulkan hasil

percobaan orde reaksi 35*, 36* 2

Menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

15* 1

Menyajikan hasil

percobaan orde reaksi 37*, 38 2

Menganalisis faktor-faktor

reaksi berdasarkan data hasil percobaan

Menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil perobaan

39*, 40 2

Jumlah 40

Keterangan: *soal yang valid

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru, dengan mengecek dilakukan atau tidaknya seluruh aktivitas melalui tahapan model pembelajaran berbasis masalah. Dalam penelitian ini, lembar observasi digunakan sebagai instrumen pelengkap dan berbentuk checklist (ya dan tidak).

H.Kalibrasi Instrumen Penelitian

Adanya kalibrasi instrumen ini dilakukan agar instrumen yang telah dibuat memenuhi persyaratan sehingga layak untuk digunakan. Kalibrasi instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya yaitu:

1. Uji Validitas

Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran yang dilakukan menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur.11 Jadi, instrumen dapat dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mencapai tujuan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur secara tepat dan teliti.

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas isi jika mengukur tujuan

11

khusus tertentu yang sesuai dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.12 Uji validitas dilakukan oleh tim ahli, yaitu dengan bimbingan dosen. Uji validitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus koefisien korelasi biseral. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:13

rbis, (i) = ̅ ̅ Keterangan:

rbis, (i) = Koefisien korelasi biseral antara skor butir soal nomor i dengan skor total

Xi = Rata-rata skor total respondean menjawab benar butir soal nomor i

Xt = Rata-rata skor total semua responden

St = Standard deviasi skor total semua responden

pi = Proporsi jawaban benar untuk butir nomor i

qi = Proporsi jawaban salah untuk butir nomor i

Perhitungan validitas soal dalam penelitian ini menggunakan bantuan software Anates versi 4.0.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan tingkat ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen mempunyai tingkat reliabilitas yang cukup, jika instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang hendak diukur hasilnya sama atau relatif sama ketika dilakukan beberapa kali.14 Dikarenakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian, maka rumus yang digunakan, yaitu rumus Alpha sebagai berikut:15

r11

12

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2, (Jakarta: Bumi Akasara, 2012), h. 82.

13

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 109.

14

Sukmadinata, op.cit., h. 229-230.

15

Keterangan:

r11 = Reliabilitas yang dicari

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total

Dalam penelitian, perhitungan uji reliabilitas soal menggunakan bantuan software Anates versi 4.0.

3. Uji Daya Beda

Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam membedakan antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai.16 Rumusnya adalah sebagai berikut:17

D = = PA - PB

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyakanya peserta kelompok atas

Dokumen terkait