• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syarat Tumbuh

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman hutan yang dibudidayakan. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah kawasan khatulistiwa di sekitar 12˚LU - 12˚LS dengan iklim Af dan Am menurut sistem klasifikasi Koppen, maupun kelas iklim A, B dan C menurut sistem Schmidth- Ferguson pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (dpl). Jumlah hujan

yang baik (optimum) untuk budidaya tanaman kelapa sawit adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun serta tidak defisit air (Lubis,

2008).

Temperatur yang optimum yaitu 24 – 28˚C, minimum 18˚C dan maksimum 32˚C. Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan membuat tanaman yang baru menjadi rebah (Lubis, 2008).

Menurut Setyamidjaja (2006), kelapa sawit menghendaki kelembaban udara sekitar 80% dan penyinaran matahari yang cukup. Kelapa sawit yang tidak mendapat sinar matahari cukup, pertumbuhannya akan terhambat, produksi bunga betina menurun dan gangguan hama/penyakit meningkat. Lama penyinaran yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5-7 jam per hari. Lama penyinaran ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, tingkat pembentukan bunga (sex ratio) serta produksi buah. Selain itu, jenis tanah juga berpengaruh penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Jenis tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, alluvial dan organosol/gambut.

Lubis (2008) menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) tanah sangat terkait dengan ketersediaan hara yang diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, tetapi pH optimumnya berada antara 5.0 – 5.6. Tanah dengan pH rendah dapat ditingkatkan derajat kemasamannya dengan cara

pengapuran. Tanah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam pemeliharaan tanaman baik TBM dan TM yaitu: konsolidasi, pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit, penyisipan tanaman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, kastrasi serta penunasan pelepah.

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan ekonomis serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya (Sutarta et al., 2003). Poeloengan et al. (2003) menyatakan bahwa pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya, pemupukan menjadi sangat penting karena usaha tersebut memerlukan biaya sebesar 40 – 60 % dari biaya pemeliharan tanaman atau sekitar 30 % dari total biaya produksi.

Menurut Pahan (2008), strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi yang maksimum. Selanjutnya Sutarta (2002) menambahkan bahwa pemupukan yang ideal harus berprinsip pada 4 T yaitu: tepat jenis pupuk, tepat dosis, tepat cara aplikasi dan tepat waktu aplikasi.

Pupuk

Menurut PPKS (2005), jenis pupuk dibagi berdasarkan kelompoknya yaitu: Pupuk Hara Bentuk Asal Biotik/ Abiotik Pelepasan Sifat Kelompok Jumlah Unsur Makro Mikro Tunggal Majemuk Padat Cair Prill Tablet Organik Binatang Alam/ Tambang Tanaman Mikro Bio Sintesis Lambat Larut Cepat Larut Mineral Biofertilizer Asam Netral Basa N, P, K, Ca B, fe, Cu, Zn 1 unsur 3 unsur Urea Pupuk Tablet Pupuk Cair Pupuk Kandang Kompos RP, KCl TSP, Urea RP, Dolomit Pupuk in Organik Pupuk Organik ZA, Kieserit MOP RP, Dolomit TSP, Urea

Dosis Pemupukan

Siahaan dan Buma (1992) menyatakan bahwa untuk mengetahui dosis pupuk yang harus ditambahkan ke dalam tanah yaitu dengan mempertimbangkan jumlah hara yang diserap tanaman, status hara dalam daun, hara yang terangkut bersama hasil panen, hara yang kembali ke tanah, hara yang hilang dari zona perakaran dan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara. Selain itu, juga dapat mempertimbangkan data agronomi tanaman (mencakup pertumbuhan, produksi dan gangguan hama/penyakit), data hasil percobaan pemupukan (kalau ada) dan pelaksanaan pemupukan sebelumnya. Kisaran dosis pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan pada tanah mineral dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada Tanah Mineral

Kelompok Umur (tahun)

Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon)

Urea SP-36 MOP Kieserite Jumlah

3-5 2.00 1.50 1.50 1.00 6.00

6-13 2.75 2.25 2.25 1.50 8.75

14-20 2.50 2.00 2.00 1.50 7.75

21-25 1.75 1.25 1.25 1.00 5.25

Sumber: Lubis (2008)

Menurut Riwandi (2002), tanaman kelapa sawit membutuhkan pupuk N, P dan K yang sangat banyak sehingga diperlukan takaran pupuk yang tepat dan optimal. Sementara itu berdasarkan analisis tanah dan daun yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tanaman kelapa sawit memerlukan koreksi takaran pupuk yang akan diberikan. Namun, takaran pupuk tersebut hanya berlaku 1 tahun sehingga setiap tahun harus dilakukan analisis ulang tentang tanah dan daun untuk menentukan takaran pupuk yang tepat bagi tanaman kelapa sawit. Kebutuhan pupuk untuk setiap lokasi berbeda-beda, bergantung dari kondisi lokasi terebut. Secara umum terdapat dosis optimal untuk pemupukan tanaman kelapa sawit.

Mangoensoekarjo dan Semangun (2007) menyatakan bahwa gejala kekahatan salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun. Hal ini merupakan indikasi bahwa tanaman menderita defisiensi unsur hara tertentu. Menurut para ahli, gejala visual tersebut baru timbul pada tingkat kekahatan yang

cukup lanjut. Pada tingkat kekahatan yang lebih ringan, tanaman belum menunjukkan gejala pada daun, tetapi sebenarnya tanaman sudah menderita kekurangan, tanaman tidak tumbuh optimal dan dengan demikian produktivitasnya juga tidak optimal (berada dalam kondisi suboptimum).

Tempat dan Cara Penyebaran Pupuk

Menurut Hakim (2007), tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat ditaburkan yaitu di dalam bokoran yang bersih dari gulma. Sebelum kegiatan pemupukan dilakukan pencampuran pupuk, apabila ada jenis pupuk yang tidak boleh dicampur maka tempat penaburannya harus dipisahkan atau paling tidak ada jarak sekitar 12 hari antara aplikasi pupuk yang satu dengan pupuk lainnya.

Hakim (2007) menambahkan bahwa tempat penyebaran pupuk pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan umur 1 bulan sampai pelepah menutupi bokoran adalah seluruh tempat di bokoran, kecuali Rock Phosphate yang harus ditaburkan di luar bokoran, di atas penutup tanah. Cara tersebut juga dilakukan pada TBM yang pelepahnya sudah melewati bokoran. Tempat penaburan pupuk pada tanaman yang sudah menghasilkan (TM) dibedakan berdasarkan sifat masing-masing pupuk yaitu: (a) nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran, (b) P2O5 dan MgO (phosphate dan magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung bokoran. Namun, apabila Rock Phosphate yang digunakan, maka tempat penaburan pupuk adalah di gawangan di pinggir rumpukan pelepah.

Cara Pemupukan

Menurut Hakim (2007) ada beberapa cara pemupukan pada kelapa sawit yang biasa digunakan yaitu:

a) Surface application (top dressing, broadcast atau disebar di atas tanah langsung)

b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan) c) Sub soil placement (pocket/ dibenam)

d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan) e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang/ kambium sedikit demi

sedikit)

f) Nutritional spray (follar spray/melalui daun)

Waktu Pemupukan

Pemupukan akan efektif dilaksanakan jika tanah mengandung air yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pada saat musim hujan tidak dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan mengalir (run off) ke tempat yang lebih rendah dan ke sungai. Pagi sampai siang hari merupakan waktu yang optimal untuk aplikasi pemupukan di lapangan.

Idealnya aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat akar dalam kondisi baik, artinya tanah dalam keadaan lembab atau basah. Pada musim yang kemaraunya di bawah 3 bulan, pemupukan dapat dilaksanakan kapan saja dengan frekuensi di atas 2 kali per tahun. Pada daerah dengan musim kemarau di atas 3 bulan, aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa sawit (Hakim, 2007).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dimulai pada tanggal 15 Februari 2010 sampai 15 Juni 2010.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilaksanakan penulis adalah kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di kantor. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan waktu dan jadwal yang ditentukan oleh pihak perkebunan.

Kegiatan yang telah dilakukan oleh penulis adalah sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan (Lampiran 1), kemudian sebagai pendamping mandor selama sebulan (Lampiran 2) dan sebagai pendamping asisten (Lampiran 3).

Kegiatan teknis di lapangan yang dilakukan penulis meliputi kegiatan pemeliharaan dan kegiatan panen. Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan pemupukan organik dan anorganik, pengendalian gulma secara kimia dan manual serta buka piringan pada tanaman belum menghasilkan (TBM). Kegiatan panen yang diikuti oleh penulis adalah menjadi pengumpul brondolan kelapa sawit (picker).

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan maupun diskusi langsung dengan KHL, mandor dan asisten kebun. Data primer

meliputi efektivitas pemupukan (tepat waktu, dosis, jenis dan cara), efisiensi pemupukan (efisiensi waktu, biaya dan tenaga kerja) dan defisiensi hara.

Data sekunder diperoleh dari data kebun yang diberikan oleh kasi administrasi kebun dan studi pustaka. Data sekunder yang diperoleh yaitu data curah hujan, rekomendasi pemupukan 2009-2010, struktur organisasi, data ketenagakerjaan, peta area, historis pemupukan dan historis produksi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Berikut adalah rincian pengumpulan data primer oleh penulis:

1. Efektivitas pemupukan:

a. Ketepatan waktu pemupukan

Data primer ini penulis peroleh dengan mengamati waktu realisasi pemupukan kemudian menganalisisnya berdasarkan data curah hujan Juli 2009 - Mei 2010.

b. Ketepatan dosis pupuk

Data primer ini diperoleh dengan mengamati jumlah pokok yang dipupuk oleh penabur dalam tiga karung pupuk. Penabur yang diamati sebanyak tiga orang.

c. Ketepatan jenis pupuk

Penulis mendapatkan data primer ketepatan jenis pupuk dengan melakukan pengamatan di lapangan kemudian membandingkan dengan standar kebun.

d. Ketepatan cara pemupukan

Data diperoleh dengan mengambil sampel masing-masing 10 tanaman dari 5 jalur tanaman tiap blok pengamatan. Ada tiga blok pengamatan.

2. Efisiensi pemupukan: a. Efisiensi waktu

Data primer penulis peroleh dengan melakukan perhitungan waktu terhadap pelaksanaan pemupukan dengan menggunakan pelangsir dan membandingkan dengan waktu pelaksanaan pemupukan tanpa pelangsir.

b. Efisiensi biaya

Data primer diperoleh dengan melakukan analisis terhadap biaya pemupukan periode Juli 2008 - Juni 2009 dan membandingkan dengan biaya pemupukan periode Juli 2009 - Juni 2010.

c. Efisiensi tenaga kerja

Data primer untuk parameter ini, penulis peroleh dengan menghitung prestasi kerja pemupuk kemudian dibandingkan dengan standar kerja yang telah ditetapkan oleh kebun.

3. Defisiensi hara

Pengamatan gejala defisiensi hara dilakukan pada tiga blok pengamatan dengan mengambil 170 tanaman/blok. Penulis melakukan pengamatan secara visual dari gejala-gejala defisiensi hara yang muncul pada tanaman.

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak

perusahaan dari PT Minamas Gemilang, di bawah Sime Darby Group. Selain ASE, PT LSI juga membawahi Gunung Sari Estate (GSE) dan pabrik kelapa sawit (PKS) yang bernama Angsana Factory. Angsana Estate (ASE) ini terletak di Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan dengan jarak 240 km dari Banjarbaru. Secara geografis, perkebunan ASE berbatasan dengan Kebun Hutan Tanaman Industri (HTI) di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Sungai Sebamban, di sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Sari Estate dan di sebelah barat berbatasan dengan Kebun PT Buana Karya Bakti (BKB). Peta wilayah ASE dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Rata-rata curah hujan tahunan Angsana Estate dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir (1999-2009) adalah 2 400 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 123 hari. Data curah hujan selama tujuh tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan April (rata-rata 294 mm), sedangkan curah hujan terendah biasa terjadi pada bulan September dengan rata-rata curah hujan sebesar 104 mm. Menurut kelas iklim Schmidth-Ferguson, keadaan iklim di Angsana Estate termasuk dalam tipe iklim B, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.

Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh Minamas Research Centre (MRC) pada tahun 2008, diketahui bahwa tanah Angsana Estate tergolong ke dalam ordo oxisol, memiliki tekstur berpasir dengan kandungan besi-besi (plintit/petroferric) yang tinggi, dengan seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox dan MM-19 Plinthic Hapludox. Ciri-ciri seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox

adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 90 cm dari permukaan tanah) dan pada kedalaman  125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu). Ciri-ciri MM-19 Plinthic Hapludox adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 90 cm dari permukaan tanah) dan pada kedalaman  125 cm mempunyai  1 horison yang mengandung plintit (karatan-karatan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar  0.5 volumenya atau kontinyu.

Areal Angsana Estate Estate memiliki kondisi topografi yang bervariasi yaitu kemiringan 8-15 % seluas 1 855 ha dan kemiringan 15-20 % seluas 389 ha untuk seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox yang mencakup 71% dari luas kebun, sedangkan kemiringan 3-8 % seluas 903 ha untuk seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox yang mencakup 29 % dari luas kebun. Derajat kemasaman tanah (pH) Angsana Estate Estate adalah 4.55-4.58. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Bumbu (2007), Angsana Estate memiliki ketinggian tempat 15 m di atas permukaan laut (dpl) dan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 28–32oC. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk kelapa sawit, Angsana Estate tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable) yaitu pada seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox dan kelas S3 (kurang sesuai/moderately suitable) pada seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Angsana Estate (ASE) mempunyai hak guna usaha (HGU) dengan total luas lahan sebesar 3 250 ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman adalah 3 033 ha yaitu 2 506 ha untuk tanaman menghasilkan (TM) dan 527 ha untuk tanaman belum menghasilkan (TBM). Selanjutnya, 52 ha lahan digunakan untuk pabrik kelapa sawit, 119 ha untuk emplasemen, jalan, jembatan dan prasarana lain serta 46 ha lahan yang berbentuk bukit, sungai dan lembah.

ASE terdiri atas 83 blok yang terbagi menjadi tiga divisi yaitu Divisi I, Divisi II dan Divisi III. Divisi I dengan luas areal yang ditanam seluas 991 ha yang terdiri dari 33 blok yaitu Blok A026 sampai Blok A036, Blok A26 sampai Blok A36 dan Blok B26 sampai Blok B36. Divisi II dengan luas areal yang ditanam 826 ha yang terdiri dari 28 Blok yaitu Blok C24 sampai Blok C36 dan Blok D24 sampai Blok D38. Divisi III merupakan divisi yang paling luas areal tanamnya yaitu 1 216 ha yang terdiri dari 49 Blok yaitu Blok A0 14 sampai A0 25, Blok A14 sampai Blok A25, Blok C14 sampai C25, Blok D21, D22 dan Blok D23. Peta areal perkebunan Angsana Estate ini dapat dilihat pada Lampiran 6.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Angsana Estate adalah varietas Tenera, hasil persilangan Dura dan Pisifera, yang berasal dari Tenera Marihat (PPKS), Tenera Socfindo dan Tenera Guthrie. Umumnya pada TM didominasi oleh varietas Tenera Marihat (PPKS) dan Tenera Socfindo, sedangkan pada TBM didominasi oleh varietas Tenera Guthrie. Pola tanam yang digunakan untuk penanaman kelapa sawit di Angsana Estate adalah pola tanam segitiga sama

sisi dengan ukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan standar populasi 136 tanaman/ha. Perubahan jumlah populasi tanaman disebabkan oleh serangan

penyakit yang menyebabkan tanaman mati, roboh, tersambar petir dan terkena longsor. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di Angsana Estate terlihat pada Tabel 2.

Tanaman kelapa sawit di Angsana Estate ditanam pada beberapa tahun tanam yaitu untuk TM ditanam pada tahun 1996 (630 ha), tahun tanam 1998 (1 605 ha), tahun tanam 1999 (187 ha) dan tahun tanam 2000 (84 ha), sedangkan untuk TBM ditanam pada tahun tanam 2006 (308 ha), tahun tanam 2007 (182 ha) dan tahun tanam 2008 (37 ha). Produksi dan produktivitas Angsana Estate tahun 2004-2009 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Angsana Estate

Tahun Tanam

Divisi I Divisi II Divisi III

Luas (ha) Jumlah Tanaman Luas (ha) Jumlah Tanaman Luas (ha) Jumlah Tanaman 1. TM 1996 - - 332 43 860 298 37 951 1998 482 64 934 492 66 510 629 81 937 1999 19 2 516 - - 168 22 067 2000 - - - - 84 10 646 sub total 501 67 450 826 110 370 1179 152 601 2. TBM 2006 271 28 114 - - 37 4 518 2007 182 23 102 - - - - 2008 37 5 013 - - - - sub total 490 56 229 - - 37 4 518 total 991 179 908 826 110 370 1216 161 637

Sumber: Kantor Besar ASE (Februari, 2010)

Tabel 3. Produksi dan Produktifitas Angsana Estate Tahun 2004-2009 Tahun Produksi

(ton)

Produktivitas

(ton/ha) Berat Janjang Rata-rata (kg)

2004 26 954 10.85 7.01 2005 40 294 16.22 9.72 2006 46 982 18.91 11.92 2007 43 937 17.69 13.16 2008 42 977 17.30 15.78 2009 52 023 20.84 17.64

Sumber: Kantor Besar Angsana Estate (Mei, 2010)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Angsana Estate (ASE) dipimpin oleh seorang Estate manager yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan perkembangan kebun yang dipimpinnya. Estate manager memiliki wewenang untuk mengkoordinir kebun yang dikelolanya serta mengambil setiap keputusan kegiatan operasional kebun.

Estate manager dalam melaksanakan kinerjanya dibantu oleh staf-staf kebun, yaitu; kepala seksi (kasi) administrasi, senior asisten, asisten kebun dan dokter. Kasi bertanggungjawab terhadap semua urusan administrasi kebun dan bersama dengan senior asisten bertugas mengelola gudang. Kasi administrasi membawahi para karyawan kantor besar. Struktur organisasi Angsana Estate dapat dilihat pada Lampiran 7.

Senior asisten biasa disebut asisten kepala (askep) bertugas untuk mengelola emplasemen, traksidan gudang (bersama dengan kasie) serta mengorganisasikan para asisten divisi. Selain itu, askep juga menjadi penanggungjawab sementara kebun apabila Estate manager sedang tidak berada di kebun. Dokter bertugas memeriksa dan mengobati karyawan yang sakit dan melahirkan. Asisten divisi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional yang ada di divisi yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan pekerjaannya, asisten divisi dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengorganisir dan mengawasi kinerja karyawan kebun, sedangkan kerani divisi bertugas mengurus seluruh kegiatan administrasi di lapangan.

Status karyawan di Angsana Estate terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi Estate manager, kasi administrasi, senior asisten dan asisten divisi, sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan kantor besar, karyawan traksi, karyawan divisi dan karyawan harian.

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

Angsana Estate memberikan fasilitas-fasilitas untuk kesejahteraan para karyawannya. Fasilitas tersebut berupa rumah, air, listrik, sarana ibadah, poliklinik, penitipan anak, sarana pendidikan dan sarana olahraga. Fasilitas rumah yang diberikan adalah mess untuk tamu, perumahan staf dan perumahan karyawan. Mess dan perumahan staf terletak di emplasemen, sedangkan perumahan karyawan terletak di sekitar kantor divisi masing-masing. Perumahan karyawan Divisi I dan II terletak dalam satu lokasi, sedangkan perumahan

karyawan Divisi III terletak terpisah dari Divisi I dan II. Rumah staf merupakan bangunan permanen, sedangkan rumah karyawan adalah bangunan semi permanen. Rumah karyawan terdiri dari dua tipe yaitu: tipe satu rumah (G1) untuk mandor I, kerani divisi dan mantri, sedangkan tipe dua rumah (G2) untuk karyawan pada umumnya.

Fasilitas listrik dan air dikelola oleh masing-masing divisi. Perumahan staf dan mess dikelola oleh emplasemen dengan aliran listrik selama 24 jam, sedangkan perumahan di divisi mendapatkan aliran listrik selama 7 jam untuk hari biasa dan 8 jam untuk hari libur. Fasilitas sarana ibadah yang diberikan berupa masjid di masing-masing divisi. Sarana olahraga yang ada di emplasemen adalah lapangan voli, bulutangkis, tenis, tenis meja, bilyard, kolam renang anak dan berbagai macam permainan untuk anak-anak, sedangkan sarana olah raga yang ada di masing-masing divisi adalah lapangan voli, lapangan bola dan bulutangkis.

Sarana pendidikan yang difasilitasi oleh kebun adalah Play Group, Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain itu, kebun juga memberikan fasilitas penitipan anak yang ada di masing-masing divisi. Selain memberikan fasilitas-fasilitas umum, kebun juga memberikan tunjangan-tunjangan kepada karyawannya, yaitu: tunjangan uang makan dan kendaraan bagi staf serta tunjangan beras bagi karyawan tetap (SKU). Selain itu, kebun juga memberi tunjangan pendidikan dengan membebaskan biaya sekolah, fasilitas bus sekolah, tunjangan kesehatan gratis ke poliklinik atau rumah sakit, tunjangan hari raya (THR) dan bonus akhir tahun. Upah pokok untuk

karyawan SKU sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yaitu Rp 1 024 000/bulan atau sekitar Rp 34 000,-/hari kerja. Selain itu, karyawan staf

dan non staf juga mendapatkan asuransi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek). Data karyawan yang ada di Angsana Estate terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Karyawan Angsana Estate

Sumber: Kantor Besar ASE (Januari, 2010) No Keterangan Divisi Traksi Kantor Besar Total I II III L P L P L P L P L P L P Jumlah Staf: 1 Manager 1 0 1 0 1 2 Kasie 1 0 1 0 1 3 Senior asisten 1 0 1 0 1 4 Asisten divisi 1 0 0 0 1 0 2 0 2 Non staf: 1 a. Mandor I 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 3 0 3 b. Mandor 8 0 4 0 8 1 0 0 0 0 20 1 21 c. Pekerja langsung Perawatan 30 16 17 0 27 38 0 0 0 0 74 54 128 Panen 24 20 37 18 35 16 0 0 0 0 96 54 150 d. Pekerja tidak langsung SKU bulanan 1 0 1 0 1 0 24 0 10 13 37 13 50 SKU harian 3 0 4 2 7 1 38 4 4 5 56 12 68 2 Pekerja Borongan 19 21 0 0 0 0 3 9 0 0 28 32 60 Total 87 57 64 20 80 56 65 13 17 18 319 166 485

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pemupukan Organik

Di dalam pengolahan TBS (tandan buah segar) di PKS, selain CPO dan PKO juga dihasilkan bahan sampingan (by-products) dalam bentuk limbah padatan yaitu janjang kosong (JJK) dan solid basah/ wet decanter solid (WDS) serta limbah cair (POME atau palm oil mill effluent). Ketiga jenis by-products ini diproduksi setiap hari di PKS dalam jumlah yang cukup besar (JJK + 23% TBS, WDS + 4% dan POME + 50% TBS). Penanganan dan pengelolaan ketiga jenis limbah ini secara ekonomis dan efektif sangat penting untuk menjaga kebersihan dan kelancaran pengolahan di PKS serta untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan profit margin perusahaan melalui peningkatan produksi kelapa sawit (Manual Referensi Agronomi , 2004). Di bawah ini akan penulis uraikan aplikasi by products sebagai pupuk organik untuk kelapa sawit oleh Angsana Estate (ASE).

Aplikasi janjang kosong. Angsana Estate melakukan pemupukan organik yaitu dengan menggunakan janjang kosong kelapa sawit. Janjang kosong (JJK) merupakan sisa proses pengolahan tandan buah kelapa sawit oleh pabrik kelapa

Dokumen terkait