MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
(
Elaeis guineensis
Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN DI
ANGSANA
ESTATE
, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI,
MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN
SELATAN
TRISNA PRIANDINI QOMAR A24060697
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
TRISNA PRIANDINI QOMAR. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate,
PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH)
Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh
pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik
teknis maupun manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah
mempelajari pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit pada tanaman
menghasilkan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan
efisiensi pemupukan serta pengaruhnya terhadap produksi kelapa sawit.
Kegiatan magang dilaksanakan di Angsana Estate PT Ladangrumpun Suburabadi, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan
yang dimulai dari tanggal 15 Februari hingga 15 Juni 2010.
Metode yang digunakan selama kegiatan magang adalah bekerja langsung
menjadi karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping
asisten. Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu pengamatan terhadap waktu pemupukan, dosis pupuk, jenis pupuk, cara dan
tempat pemupukan serta pengamatan visual terhadap gejala defisiensi hara yang
diperoleh langsung di lapangan maupun diskusi dengan pihak kebun. Data
sekunder meliputi kondisi umum kebun, curah hujan, produksi dan produktivitas
tanaman, jumlah tenaga kerja, realisasi pemupukan dan data-data lain yang
membantu yang diperoleh dari arsip perusahaan.
Hasil kegiatan magang ini menunjukkan bahwa pemupukan di Angsana
Estate telah terealisasi dengan baik sesuai dengan budget yang telah ditetapkan dan telah memenuhi konsep efektivitas tepat jenis dan tepat cara, tetapi belum
kerja. Defisiensi hara pada tanaman kelapa sawit tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap produksi kelapa sawit karena pemberian pupuk telah
Generating Plant at Angsana Estate, PT Ladangrumpun
Suburabadi, Minamas Plantation, District of Tanah Bumbu,
South Borneo
The internship was conducted at Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi,
District of Tanah Bumbu, South Borneo on February 15th to June 15th 2010. The internship aims to increase knowledge about the cultivation of oil palm both
technical and managerial, in addition, an internship is to review the management
of oil palm crop fertilization on crop yield, analyze the factors that affect the
efficiency and effectiveness of fertilization and its influence on palm oil
production. Data collection was conducted on the collection of primary data and
secondary data. Primary data obtained by observation and analysis of the
efficiency (time, cost, and labor), effectiveness (the right time, right dose, right
type, and the right way), nutrient deficiency, the productivity of oil palm,
interviews with employees, foremen, and assistant. Secondary data obtained from
data given by the cation garden and library administration. The data obtained was
analyzed by qualitative descriptive method.
The outcomes of this internship showed that fertilization in Angsana Estate has
been realized with good accordance with the budget and in compliance with the
concept of the effectiveness of the right kind and proper manner, but has not met
the concept of timely and appropriate dosage. Angsana Estate also has met the
concept of fertilizer efficiency that is efficient time, cost and labor. Nutrient
deficiency in oil palm plantations do not provide significant effect on palm oil
production because fertilizer has been adjusted based on the results of leaf
analysis done by Minamas Research Centre. The existence of difference in
productivity Angsana Estate with existing standards may be caused by variables
other than fertilization.
MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN DI
ANGSANA ESTATE, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI,
MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN
SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Trisna Priandini Qomar
A24060697
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
Judul
:
MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
(
Elaeis guineensis
Jacq.) TANAMAN
MENGHASILKAN DI ANGSANA
ESTATE
,
PT LADANGRUMPUN SUBURABADI,
MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU,
KALIMANTAN SELATAN
Nama
:
TRISNA PRIANDINI QOMAR
NRP
:
A24060697
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS NIP 19570711 198111 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya, 21 Februari 1988, adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Qomarrudin Syafi’I dan Ibu Priandayani. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Ketabang V
Surabaya. Kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di
SLTP Negeri 1 Blitar. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA
Negeri 1 Blitar, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Pada semester 3, penulis
masuk ke Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa
Agronomi (Himagron) yaitu menjadi staf departemen pengembangan sumber daya
manusia (PSDM) pada periode 2008 dan menjadi koordinator departemen
pengembangan sumber daya manusia (PSDM) pada periode 2009. Penulis juga
aktif menjadi panitia kegiatan-kegiatan kemahasiswaan seperti: Masa Perkenalan
Departemen 2008 dan 2009, Festival Tanaman XXIX dan XXX, seminar
ketenagakerjaan 2009, Training Organisasi Profesi 2009, Rapat Umum Himagron,
Bubar akbar AGH 2009 dan panitia pemilihan raya BEM A. Selain itu, penulis
juga melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa Cerih, Kecamatan Jatinegara,
Tegal dan untuk menambah wawasan serta pengalaman, penulis juga pernah
menjalani magang di Kurnia Strawberry di Ciwidey, Bandung.
Tugas akhir di perguruan tinggi penulis selesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat, hidayah dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Papa, mama, adik-adikdan semua keluarga yang telah memberi dukungan,
doa dan kasih sayangnya selama ini.
2. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS sebagai dosen pembimbing skripsi, Dr. Desta
Wirnas, SP. MSi sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh staf
serta pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura atas bimbingannya.
3. Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Dr. Ir. Ade Wachjar, MS selaku dosen penguji
yang telah menguji penulis dan memberikan kritik serta saran dalam
penyempurnaan skripsi ini.
4. Bp. Masziwa Bachrum selaku General manager, Bp. Iwan Dharmawan selaku Estate manager, Bp. Agus Setiyawan selaku Kasi Administrasi, Bp. Syahnan selaku Asisten Kepala, Bp. Iwan Nuriyanto dan Bp. A. Isa
Almasih selaku Asisten Kebun serta Bp. Trijono atas semua bimbingan,
perhatian dan dukungannya.
5. Seluruh staf kantor besar, mandor, kerani panen, kerani divisi serta semua
karyawan Angsana Estate atas bimbingan dan dukungannya.
6. Oktavia, Rahayu L, Dian Oct., Stevanny, Yani, Anggin, Novia, Andari,
Desi, Kak Haryo, Hari, Maulana, Agus dan seluruh keluarga besar AGH
atas kebersamaannya.
Bogor, November 2010
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Syarat Tumbuh ... 4
Pemeliharaan Tanaman ... 5
BAHAN DAN METODE ... 10
Tempat dan Waktu ... 10
Metode Pelaksanaan ... 10
Pengumpulan Data dan Informasi ... 10
KEADAAN UMUM ... 13
Letak Wilayah Administratif ... 13
Keadaan Iklim dan Tanah ... 13
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ... 14
Keadaan Tanaman dan Produksi ... 15
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 16
Fasilitas Kesejahteraan Karyawan ... 17
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 20
Aspek Teknis ... 20
Aspek Manajerial ... 54
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57
Efektivitas Pemupukan ... 57
Efisiensi Pemupukan ... 65
Defisiensi Hara ... 70
Produktivitas ... 73
KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
Kesimpulan ... 76
Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada Tanah Mineral ... 7
2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Angsana Estate ... 16
3. Produksi dan Produktifitas Angsana Estate Tahun 2004-2009 ... 16
4. Data Karyawan Angsana Estate ... 19
5. Jenis Pupuk yang Digunakan di Angsana Estate Tahun 2009- 2010 ... 41
6. Dosis Pupuk untuk TBM Pada Tanah Oxisol ... 41
7. Prestasi Kerja Penulis Sebagai Penabur Pupuk ... 42
8. Realisasi Pemupukan Angsana Estate Periode Juli 2009 – Mei 2010 ... 59
9. Data Pengamatan Tepat Dosis pada Tiga Orang Penabur ... 61
10. Pengamatan Waktu Terhadap Penabur Dengan Pelangsir dan Tanpa Pelangsir ... 66
11. Kandungan Hara Pupuk Angsana Estate Tahun 2009-2010 ... 68
12. Prestasi Kerja Penabur Pupuk Angsana Estate ... 69
13. Realisasi Pemupukan Tahun 2009 dan Pengamatan Visual
Defisiensi Hara ... 71
14. Rata-rata Produktivitas Tanaman Angsana Estate tahun 2005- Maret 2010 Berdasarkan Umur Tanaman ... 73
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Aplikasi JJK (a) Pemuatan JJK Menuju Titik Aplikasi, (b) Titik
Aplikasi JJK... 21
2. Aplikasi POME (a) Aplikasi POME, (b) Flatbed ... 23
3. Buffer Zone ... 28
4. Alat Pelindung Diri Tim Semprot Angsana Estate ... 29
5. Penyemprotan Piringan ... 31
6. Aplikasi Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) Tim Semprot Memasuki Blok, (b) Penyemprotan Anak Kayu ... 32
7. Pengeceran Pupuk (a) Pemuatan Pupuk, (b) Pengeceran dari Kendaraan ... 37
8. Sarana dan Prasarana Tim BMS (a) Rumah Pupuk, (b) Alat Pelindung Diri, (c) Pembagian Ekstra Fooding ... 38
9. Antrian Pagi (a) Antrian Pagi Asisten Divisi dengan Para Mandor (b) Antrian Pagi Mandor Pupuk dengan Karyawan Pupuk ... 39
10. Penaburan Pupuk (a) Penabur Mengisi Bin Pupuk (b) Penaburan Pupuk di Bibir Piringan ... 40
11. Pengumpulan Karung Bekas (a) Penggulungan Karung, (b) Gulungan Karung Eks di Sudut Blok ... 43
12. Beneficial Plants. (a) Euphorbia heterophylla, (b) Cassia cobanensis, (c) Antigonon leptopus, (d) Turnera subulata ... 45
13. Burung Hantu (Tyto alba) ... 47
14. Kegiatan Panen. (a) Pemotongan Buah, (b) Penakaran Brondolan di TPH... 53
15. Grafik Curah Hujan Angsana Estate Periode Juli 2009 - Mei 2010 ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi,Minamas Plantation, Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan
Selatan... 81
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan ... 84
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan ... 86
4. Peta Wilayah Angsana Estate ... 88
5. Curah Hujan Angsana Estate Tahun 1999-2009 ... 89
6. Peta Area Angsana Estate ... 90
7. Struktur Organisasi Angsana Estate ... 92
8. Hasil Pengamatan Tepat Tempat ... 93
9. Rencana Anggaran Biaya Angsana Estate Juli 2009-Juni 2010 .... 94
10. Analisa Biaya Pemupukan PeriodeJuli 2008 – Juni 2009 dan Periode Juli 2009 – Maret 2010 ... 96
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas
ekspor non migas yang menjadi prioritas utama dalam meningkatkan devisa
negara. Sejak tahun 2006 hingga tahun 2008, Indonesia menjadi negara penghasil
minyak kelapa sawit terbesar di dunia kemudian diikuti oleh Malaysia pada urutan
kedua (Ditjenbun, 2009). Pahan (2008) menyatakan bahwa lebih dari 85% pasar
dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia.
Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak sawit yang biasa dikenal
sebagai Crude Palm Oil (CPO) yang berasal dari daging buah dan Palm Kernel Oil (PKO) yang berasal dari inti sawit. Kedua jenis minyak tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan seperti mentega, minyak goreng,
kosmetik, sabun dan detergen. Selain itu, kelapa sawit juga dapat digunakan
sebagai biodiesel yang merupakan subtitusi bahan bakar minyak bumi
(Setyamidjaja, 2006).
Manfaat minyak sawit yang cukup beragam tersebut menyebabkan
meningkatnya konsumsi minyak sawit sehingga juga meningkatkan permintaan
produksi minyak sawit. Peningkatan konsumsi minyak sawit tersebut dapat
diketahui dari semakin meningkatnya volume ekspor minyak sawit pada setiap
tahun. Minyak sawit pada tahun 2005 diekspor dengan volume 11 418 987 ton
senilai US$ 4 344 303 dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang besar
yaitu dengan volume ekspor sebesar 18 141 006 ton senilai US$ 14 110 229
(Ditjenbun, 2009).
Peningkatan produksi minyak sawit harus diimbangi oleh pertambahan
luas areal perkebunan kelapa sawit dan peningkatan produksi tandan buah segar
(TBS). Data luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit Indonesia tahun
2005-2008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005 luas
areal perkebunan kelapa sawit Indonesia adalah 5 453 817 ha dengan produksi
7 363 847 ha dengan produksi CPO 17 539 788 ton pada tahun 2008 (Ditjenbun,
2009).
Menurut Pahan (2008), pemupukan merupakan salah satu kegiatan
pemeliharaan tanaman yang memberi kontribusi besar dalam meningkatkan
produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang
sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan
tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan resistensi
tanaman terhadap penyakit dan pengaruh lingkungan yang kurang
menguntungkan. Selain itu, pemupukan juga bermanfaat untuk melengkapi
persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan
produksi yang maksimal dapat tercapai.
Pemupukan harus dikelola dengan baik sehingga dapat menjamin
tercapainya tujuan pemupukan, karena biaya pemupukan merupakan salah satu
komponen biaya produksi yang besar. PPKS (2003) menyatakan bahwa biaya
pemupukan di perkebunan kelapa sawit mencapai kurang lebih 30% dari total
biaya produksi atau sekitar 40%-60% dari total biaya pemeliharaan. Oleh karena
itu, pemupukan harus dilakukan secara efektif dan efisien.
Efektivitas pemupukan berhubungan dengan tingkat/persentase hara pupuk
yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara
pupuk diserap tanaman. Efektivitas pemupukan meliputi prisip 4T yaitu: tepat
waktu, tepat dosis, tepat jenis dan tepat cara. Efisiensi pemupukan berkaitan
dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja dan upah) dengan tingkat
produksi yang dihasilkan.
Tujuan
Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya,
memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa
Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan
pemupukan tanaman kelapa sawit pada tanaman menghasilkan, menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pemupukan serta
TINJAUAN PUSTAK
A
Syarat Tumbuh
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman hutan yang dibudidayakan.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah kawasan
khatulistiwa di sekitar 12˚LU - 12˚LS dengan iklim Af dan Am menurut sistem
klasifikasi Koppen, maupun kelas iklim A, B dan C menurut sistem Schmidth-
Ferguson pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (dpl). Jumlah hujan
yang baik (optimum) untuk budidaya tanaman kelapa sawit adalah
2 000 – 2 500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun serta tidak defisit air (Lubis,
2008).
Temperatur yang optimum yaitu 24 – 28˚C, minimum 18˚C dan maksimum 32˚C. Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan membuat tanaman yang
baru menjadi rebah (Lubis, 2008).
Menurut Setyamidjaja (2006), kelapa sawit menghendaki kelembaban
udara sekitar 80% dan penyinaran matahari yang cukup. Kelapa sawit yang tidak
mendapat sinar matahari cukup, pertumbuhannya akan terhambat, produksi bunga
betina menurun dan gangguan hama/penyakit meningkat. Lama penyinaran yang
dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5-7 jam per hari. Lama penyinaran ini
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, tingkat pembentukan
bunga (sex ratio) serta produksi buah. Selain itu, jenis tanah juga berpengaruh
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat
tumbuh pada berbagai jenis tanah. Jenis tanah yang baik untuk kelapa sawit
adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, alluvial dan
organosol/gambut.
Lubis (2008) menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) tanah sangat
terkait dengan ketersediaan hara yang diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat
tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, tetapi pH optimumnya berada antara 5.0 – 5.6. Tanah
pengapuran. Tanah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah
gambut.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan
(TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam
pemeliharaan tanaman baik TBM dan TM yaitu: konsolidasi, pemeliharaan jalan,
benteng, teras, parit, penyisipan tanaman, pengendalian gulma, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, kastrasi serta penunasan pelepah.
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman untuk
menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif
tanaman yang sehat dan produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan
ekonomis serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan yang baik
mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai
dengan kelas kesesuaian lahannya (Sutarta et al., 2003). Poeloengan et al. (2003)
menyatakan bahwa pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit
merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan
pertumbuhan dan potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya, pemupukan menjadi
sangat penting karena usaha tersebut memerlukan biaya sebesar 40 – 60 % dari
biaya pemeliharan tanaman atau sekitar 30 % dari total biaya produksi.
Menurut Pahan (2008), strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus
mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi yang maksimum. Selanjutnya
Sutarta (2002) menambahkan bahwa pemupukan yang ideal harus berprinsip pada
4 T yaitu: tepat jenis pupuk, tepat dosis, tepat cara aplikasi dan tepat waktu
Pupuk
Menurut PPKS (2005), jenis pupuk dibagi berdasarkan kelompoknya
yaitu: Pupuk Hara Bentuk Asal Biotik/ Abiotik Pelepasan Sifat Kelompok Jumlah Unsur Makro Mikro Tunggal Majemuk Padat Cair Prill Tablet
Organik Binatang
Alam/ Tambang Tanaman Mikro Bio Sintesis Lambat Larut Cepat Larut Mineral Biofertilizer Asam Netral Basa
N, P, K, Ca
B, fe, Cu, Zn
Dosis Pemupukan
Siahaan dan Buma (1992) menyatakan bahwa untuk mengetahui dosis
pupuk yang harus ditambahkan ke dalam tanah yaitu dengan mempertimbangkan
jumlah hara yang diserap tanaman, status hara dalam daun, hara yang terangkut
bersama hasil panen, hara yang kembali ke tanah, hara yang hilang dari zona
perakaran dan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara. Selain itu, juga
dapat mempertimbangkan data agronomi tanaman (mencakup pertumbuhan,
produksi dan gangguan hama/penyakit), data hasil percobaan pemupukan (kalau
ada) dan pelaksanaan pemupukan sebelumnya. Kisaran dosis pemupukan tanaman
kelapa sawit menghasilkan pada tanah mineral dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada Tanah Mineral
Kelompok Umur (tahun)
Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon)
Urea SP-36 MOP Kieserite Jumlah
3-5 2.00 1.50 1.50 1.00 6.00
6-13 2.75 2.25 2.25 1.50 8.75
14-20 2.50 2.00 2.00 1.50 7.75
21-25 1.75 1.25 1.25 1.00 5.25
Sumber: Lubis (2008)
Menurut Riwandi (2002), tanaman kelapa sawit membutuhkan pupuk N, P
dan K yang sangat banyak sehingga diperlukan takaran pupuk yang tepat dan
optimal. Sementara itu berdasarkan analisis tanah dan daun yang telah dilakukan,
diperoleh hasil bahwa tanaman kelapa sawit memerlukan koreksi takaran pupuk
yang akan diberikan. Namun, takaran pupuk tersebut hanya berlaku 1 tahun
sehingga setiap tahun harus dilakukan analisis ulang tentang tanah dan daun untuk
menentukan takaran pupuk yang tepat bagi tanaman kelapa sawit. Kebutuhan
pupuk untuk setiap lokasi berbeda-beda, bergantung dari kondisi lokasi terebut.
Secara umum terdapat dosis optimal untuk pemupukan tanaman kelapa sawit.
Mangoensoekarjo dan Semangun (2007) menyatakan bahwa gejala
kekahatan salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun. Hal ini
merupakan indikasi bahwa tanaman menderita defisiensi unsur hara tertentu.
cukup lanjut. Pada tingkat kekahatan yang lebih ringan, tanaman belum
menunjukkan gejala pada daun, tetapi sebenarnya tanaman sudah menderita
kekurangan, tanaman tidak tumbuh optimal dan dengan demikian
produktivitasnya juga tidak optimal (berada dalam kondisi suboptimum).
Tempat dan Cara Penyebaran Pupuk
Menurut Hakim (2007), tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana
pupuk dapat ditaburkan yaitu di dalam bokoran yang bersih dari gulma. Sebelum
kegiatan pemupukan dilakukan pencampuran pupuk, apabila ada jenis pupuk yang
tidak boleh dicampur maka tempat penaburannya harus dipisahkan atau paling
tidak ada jarak sekitar 12 hari antara aplikasi pupuk yang satu dengan pupuk
lainnya.
Hakim (2007) menambahkan bahwa tempat penyebaran pupuk pada
tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan umur 1 bulan sampai pelepah
menutupi bokoran adalah seluruh tempat di bokoran, kecuali Rock Phosphate yang harus ditaburkan di luar bokoran, di atas penutup tanah. Cara tersebut juga
dilakukan pada TBM yang pelepahnya sudah melewati bokoran. Tempat
penaburan pupuk pada tanaman yang sudah menghasilkan (TM) dibedakan
berdasarkan sifat masing-masing pupuk yaitu: (a) nitrogen sebaiknya ditaburkan
antara batang tanaman sampai ujung bokoran, (b) P2O5 dan MgO (phosphate dan
magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung bokoran.
Namun, apabila Rock Phosphate yang digunakan, maka tempat penaburan pupuk
adalah di gawangan di pinggir rumpukan pelepah.
Cara Pemupukan
Menurut Hakim (2007) ada beberapa cara pemupukan pada kelapa sawit
yang biasa digunakan yaitu:
b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan) c) Sub soil placement (pocket/ dibenam)
d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan) e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang/ kambium sedikit demi
sedikit)
f) Nutritional spray (follar spray/melalui daun)
Waktu Pemupukan
Pemupukan akan efektif dilaksanakan jika tanah mengandung air yaitu
pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pada saat musim hujan tidak
dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan mengalir (run off) ke
tempat yang lebih rendah dan ke sungai. Pagi sampai siang hari merupakan waktu
yang optimal untuk aplikasi pemupukan di lapangan.
Idealnya aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat akar dalam kondisi
baik, artinya tanah dalam keadaan lembab atau basah. Pada musim yang
kemaraunya di bawah 3 bulan, pemupukan dapat dilaksanakan kapan saja dengan
frekuensi di atas 2 kali per tahun. Pada daerah dengan musim kemarau di atas
3 bulan, aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa
sawit (Hakim, 2007).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan
dimulai pada tanggal 15 Februari 2010 sampai 15 Juni 2010.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilaksanakan penulis adalah kegiatan teknis di
lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di kantor.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan waktu dan jadwal yang ditentukan oleh
pihak perkebunan.
Kegiatan yang telah dilakukan oleh penulis adalah sebagai karyawan
harian lepas (KHL) selama dua bulan (Lampiran 1), kemudian sebagai
pendamping mandor selama sebulan (Lampiran 2) dan sebagai pendamping
asisten (Lampiran 3).
Kegiatan teknis di lapangan yang dilakukan penulis meliputi kegiatan
pemeliharaan dan kegiatan panen. Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan
pemupukan organik dan anorganik, pengendalian gulma secara kimia dan manual
serta buka piringan pada tanaman belum menghasilkan (TBM). Kegiatan panen
yang diikuti oleh penulis adalah menjadi pengumpul brondolan kelapa sawit
(picker).
Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis meliputi pengambilan data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh
secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan
meliputi efektivitas pemupukan (tepat waktu, dosis, jenis dan cara), efisiensi
pemupukan (efisiensi waktu, biaya dan tenaga kerja) dan defisiensi hara.
Data sekunder diperoleh dari data kebun yang diberikan oleh kasi
administrasi kebun dan studi pustaka. Data sekunder yang diperoleh yaitu data
curah hujan, rekomendasi pemupukan 2009-2010, struktur organisasi, data
ketenagakerjaan, peta area, historis pemupukan dan historis produksi. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Berikut adalah
rincian pengumpulan data primer oleh penulis:
1. Efektivitas pemupukan:
a. Ketepatan waktu pemupukan
Data primer ini penulis peroleh dengan mengamati waktu realisasi
pemupukan kemudian menganalisisnya berdasarkan data curah hujan
Juli 2009 - Mei 2010.
b. Ketepatan dosis pupuk
Data primer ini diperoleh dengan mengamati jumlah pokok yang dipupuk
oleh penabur dalam tiga karung pupuk. Penabur yang diamati sebanyak
tiga orang.
c. Ketepatan jenis pupuk
Penulis mendapatkan data primer ketepatan jenis pupuk dengan
melakukan pengamatan di lapangan kemudian membandingkan dengan
standar kebun.
d. Ketepatan cara pemupukan
Data diperoleh dengan mengambil sampel masing-masing 10 tanaman dari
5 jalur tanaman tiap blok pengamatan. Ada tiga blok pengamatan.
2. Efisiensi pemupukan:
a. Efisiensi waktu
Data primer penulis peroleh dengan melakukan perhitungan waktu
terhadap pelaksanaan pemupukan dengan menggunakan pelangsir dan
membandingkan dengan waktu pelaksanaan pemupukan tanpa pelangsir.
b. Efisiensi biaya
Data primer diperoleh dengan melakukan analisis terhadap biaya
pemupukan periode Juli 2008 - Juni 2009 dan membandingkan dengan
biaya pemupukan periode Juli 2009 - Juni 2010.
c. Efisiensi tenaga kerja
Data primer untuk parameter ini, penulis peroleh dengan menghitung
prestasi kerja pemupuk kemudian dibandingkan dengan standar kerja yang
telah ditetapkan oleh kebun.
3. Defisiensi hara
Pengamatan gejala defisiensi hara dilakukan pada tiga blok pengamatan
dengan mengambil 170 tanaman/blok. Penulis melakukan pengamatan secara
KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak
perusahaan dari PT Minamas Gemilang, di bawah Sime Darby Group. Selain
ASE, PT LSI juga membawahi Gunung Sari Estate (GSE) dan pabrik kelapa sawit
(PKS) yang bernama Angsana Factory. Angsana Estate (ASE) ini terletak di Desa
Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan
Selatan dengan jarak 240 km dari Banjarbaru. Secara geografis, perkebunan ASE
berbatasan dengan Kebun Hutan Tanaman Industri (HTI) di sebelah utara, di
sebelah timur berbatasan dengan Sungai Sebamban, di sebelah selatan berbatasan
dengan Gunung Sari Estate dan di sebelah barat berbatasan dengan Kebun PT Buana Karya Bakti (BKB). Peta wilayah ASE dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah
Rata-rata curah hujan tahunan Angsana Estate dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir (1999-2009) adalah 2 400 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata
123 hari. Data curah hujan selama tujuh tahun terakhir dapat dilihat pada
Lampiran 5. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan April (rata-rata
294 mm), sedangkan curah hujan terendah biasa terjadi pada bulan September
dengan rata-rata curah hujan sebesar 104 mm. Menurut kelas iklim
Schmidth-Ferguson, keadaan iklim di Angsana Estate termasuk dalam tipe iklim B, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.
Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh Minamas Research Centre (MRC) pada tahun 2008, diketahui bahwa tanah Angsana Estate tergolong ke dalam ordo oxisol, memiliki tekstur berpasir dengan kandungan besi-besi
adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 90 cm dari permukaan tanah) dan
pada kedalaman 125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi
sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu). Ciri-ciri MM-19
Plinthic Hapludox adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 90 cm dari permukaan
tanah) dan pada kedalaman 125 cm mempunyai 1 horison yang mengandung
plintit (karatan-karatan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar 0.5
volumenya atau kontinyu.
Areal Angsana Estate Estate memiliki kondisi topografi yang bervariasi yaitu kemiringan 8-15 % seluas 1 855 ha dan kemiringan 15-20 % seluas 389 ha
untuk seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox yang mencakup 71% dari luas kebun, sedangkan kemiringan 3-8 % seluas 903 ha untuk seri tanah MM-19
Plinthic Hapludox yang mencakup 29 % dari luas kebun. Derajat kemasaman tanah (pH) Angsana Estate Estate adalah 4.55-4.58. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Bumbu (2007), Angsana Estate memiliki ketinggian tempat 15 m di atas permukaan laut (dpl) dan suhu rata-rata tahunan berkisar
antara 28–32oC. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk kelapa sawit, Angsana Estate tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable) yaitu pada seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox dan kelas S3 (kurang sesuai/moderately suitable)
pada seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox.
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Angsana Estate (ASE) mempunyai hak guna usaha (HGU) dengan total luas lahan sebesar 3 250 ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman
adalah 3 033 ha yaitu 2 506 ha untuk tanaman menghasilkan (TM) dan 527 ha
untuk tanaman belum menghasilkan (TBM). Selanjutnya, 52 ha lahan digunakan
untuk pabrik kelapa sawit, 119 ha untuk emplasemen, jalan, jembatan dan
ASE terdiri atas 83 blok yang terbagi menjadi tiga divisi yaitu Divisi I,
Divisi II dan Divisi III. Divisi I dengan luas areal yang ditanam seluas 991 ha
yang terdiri dari 33 blok yaitu Blok A026 sampai Blok A036, Blok A26 sampai
Blok A36 dan Blok B26 sampai Blok B36. Divisi II dengan luas areal yang
ditanam 826 ha yang terdiri dari 28 Blok yaitu Blok C24 sampai Blok C36 dan
Blok D24 sampai Blok D38. Divisi III merupakan divisi yang paling luas areal
tanamnya yaitu 1 216 ha yang terdiri dari 49 Blok yaitu Blok A0 14 sampai
A0 25, Blok A14 sampai Blok A25, Blok C14 sampai C25, Blok D21, D22 dan
Blok D23. Peta areal perkebunan Angsana Estate ini dapat dilihat pada Lampiran
6.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Angsana Estate adalah varietas Tenera, hasil persilangan Dura dan Pisifera, yang berasal dari Tenera
Marihat (PPKS), Tenera Socfindo dan Tenera Guthrie. Umumnya pada TM
didominasi oleh varietas Tenera Marihat (PPKS) dan Tenera Socfindo, sedangkan
pada TBM didominasi oleh varietas Tenera Guthrie. Pola tanam yang digunakan
untuk penanaman kelapa sawit di Angsana Estate adalah pola tanam segitiga sama
sisi dengan ukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan standar populasi
136 tanaman/ha. Perubahan jumlah populasi tanaman disebabkan oleh serangan
penyakit yang menyebabkan tanaman mati, roboh, tersambar petir dan terkena
longsor. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di
Angsana Estate terlihat pada Tabel 2.
Tanaman kelapa sawit di Angsana Estate ditanam pada beberapa tahun tanam yaitu untuk TM ditanam pada tahun 1996 (630 ha), tahun tanam 1998
(1 605 ha), tahun tanam 1999 (187 ha) dan tahun tanam 2000 (84 ha), sedangkan
untuk TBM ditanam pada tahun tanam 2006 (308 ha), tahun tanam 2007 (182 ha)
dan tahun tanam 2008 (37 ha). Produksi dan produktivitas Angsana Estate tahun
Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Angsana Estate
Tahun Tanam
Divisi I Divisi II Divisi III
Luas (ha) Jumlah Tanaman Luas (ha) Jumlah Tanaman Luas (ha) Jumlah Tanaman 1. TM
1996 - - 332 43 860 298 37 951
1998 482 64 934 492 66 510 629 81 937
1999 19 2 516 - - 168 22 067
2000 - - - - 84 10 646
sub total 501 67 450 826 110 370 1179 152 601
2. TBM
2006 271 28 114 - - 37 4 518
2007 182 23 102 - - - -
2008 37 5 013 - - - -
sub total 490 56 229 - - 37 4 518
total 991 179 908 826 110 370 1216 161 637
Sumber: Kantor Besar ASE (Februari, 2010)
Tabel 3. Produksi dan Produktifitas Angsana Estate Tahun 2004-2009
Tahun Produksi (ton)
Produktivitas
(ton/ha) Berat Janjang Rata-rata (kg)
2004 26 954 10.85 7.01
2005 40 294 16.22 9.72
2006 46 982 18.91 11.92
2007 43 937 17.69 13.16
2008 42 977 17.30 15.78
2009 52 023 20.84 17.64
Sumber: Kantor Besar Angsana Estate (Mei, 2010)
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Angsana Estate (ASE) dipimpin oleh seorang Estate manager yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan perkembangan kebun yang
Estate manager dalam melaksanakan kinerjanya dibantu oleh staf-staf kebun, yaitu; kepala seksi (kasi) administrasi, senior asisten, asisten kebun dan dokter.
Kasi bertanggungjawab terhadap semua urusan administrasi kebun dan bersama
dengan senior asisten bertugas mengelola gudang. Kasi administrasi membawahi
para karyawan kantor besar. Struktur organisasi Angsana Estate dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Senior asisten biasa disebut asisten kepala (askep) bertugas untuk
mengelola emplasemen, traksidan gudang (bersama dengan kasie) serta
mengorganisasikan para asisten divisi. Selain itu, askep juga menjadi
penanggungjawab sementara kebun apabila Estate manager sedang tidak berada
di kebun. Dokter bertugas memeriksa dan mengobati karyawan yang sakit dan
melahirkan. Asisten divisi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan, baik
kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional yang ada di divisi yang
dipimpinnya. Dalam melaksanakan pekerjaannya, asisten divisi dibantu oleh
mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengorganisir dan mengawasi kinerja
karyawan kebun, sedangkan kerani divisi bertugas mengurus seluruh kegiatan
administrasi di lapangan.
Status karyawan di Angsana Estate terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi Estate manager, kasi administrasi, senior asisten dan asisten divisi, sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan
kantor besar, karyawan traksi, karyawan divisi dan karyawan harian.
Fasilitas Kesejahteraan Karyawan
Angsana Estate memberikan fasilitas-fasilitas untuk kesejahteraan para karyawannya. Fasilitas tersebut berupa rumah, air, listrik, sarana ibadah,
poliklinik, penitipan anak, sarana pendidikan dan sarana olahraga. Fasilitas rumah
yang diberikan adalah mess untuk tamu, perumahan staf dan perumahan
karyawan. Mess dan perumahan staf terletak di emplasemen, sedangkan
perumahan karyawan terletak di sekitar kantor divisi masing-masing. Perumahan
karyawan Divisi III terletak terpisah dari Divisi I dan II. Rumah staf merupakan
bangunan permanen, sedangkan rumah karyawan adalah bangunan semi
permanen. Rumah karyawan terdiri dari dua tipe yaitu: tipe satu rumah (G1) untuk
mandor I, kerani divisi dan mantri, sedangkan tipe dua rumah (G2) untuk
karyawan pada umumnya.
Fasilitas listrik dan air dikelola oleh masing-masing divisi. Perumahan staf
dan mess dikelola oleh emplasemen dengan aliran listrik selama 24 jam,
sedangkan perumahan di divisi mendapatkan aliran listrik selama 7 jam untuk hari
biasa dan 8 jam untuk hari libur. Fasilitas sarana ibadah yang diberikan berupa
masjid di masing-masing divisi. Sarana olahraga yang ada di emplasemen adalah
lapangan voli, bulutangkis, tenis, tenis meja, bilyard, kolam renang anak dan
berbagai macam permainan untuk anak-anak, sedangkan sarana olah raga yang
ada di masing-masing divisi adalah lapangan voli, lapangan bola dan bulutangkis.
Sarana pendidikan yang difasilitasi oleh kebun adalah Play Group, Taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Selain itu, kebun juga memberikan fasilitas penitipan anak yang ada di
masing-masing divisi. Selain memberikan fasilitas-fasilitas umum, kebun juga
memberikan tunjangan-tunjangan kepada karyawannya, yaitu: tunjangan uang
makan dan kendaraan bagi staf serta tunjangan beras bagi karyawan tetap (SKU).
Selain itu, kebun juga memberi tunjangan pendidikan dengan membebaskan biaya
sekolah, fasilitas bus sekolah, tunjangan kesehatan gratis ke poliklinik atau rumah
sakit, tunjangan hari raya (THR) dan bonus akhir tahun. Upah pokok untuk
karyawan SKU sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yaitu
Rp 1 024 000/bulan atau sekitar Rp 34 000,-/hari kerja. Selain itu, karyawan staf
dan non staf juga mendapatkan asuransi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).
Tabel 4. Data Karyawan Angsana Estate
Sumber: Kantor Besar ASE (Januari, 2010) No Keterangan
Divisi
Traksi Kantor
Besar Total
I II III
L P L P L P L P L P L P Jumlah
Staf:
1 Manager 1 0 1 0 1
2 Kasie 1 0 1 0 1
3 Senior asisten 1 0 1 0 1
4 Asisten divisi 1 0 0 0 1 0 2 0 2
Non staf:
1 a. Mandor I 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 3 0 3
b. Mandor 8 0 4 0 8 1 0 0 0 0 20 1 21
c. Pekerja langsung
Perawatan 30 16 17 0 27 38 0 0 0 0 74 54 128
Panen 24 20 37 18 35 16 0 0 0 0 96 54 150
d. Pekerja tidak langsung SKU
bulanan 1 0 1 0 1 0 24 0 10 13 37 13 50
SKU harian 3 0 4 2 7 1 38 4 4 5 56 12 68
2
Pekerja
Borongan 19 21 0 0 0 0 3 9 0 0 28 32 60
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pemupukan Organik
Di dalam pengolahan TBS (tandan buah segar) di PKS, selain CPO dan
PKO juga dihasilkan bahan sampingan (by-products) dalam bentuk limbah
padatan yaitu janjang kosong (JJK) dan solid basah/ wet decanter solid (WDS) serta limbah cair (POME atau palm oil mill effluent). Ketiga jenis by-products ini
diproduksi setiap hari di PKS dalam jumlah yang cukup besar (JJK + 23% TBS,
WDS + 4% dan POME + 50% TBS). Penanganan dan pengelolaan ketiga jenis
limbah ini secara ekonomis dan efektif sangat penting untuk menjaga kebersihan
dan kelancaran pengolahan di PKS serta untuk menjaga kelestarian lingkungan
dan meningkatkan profit margin perusahaan melalui peningkatan produksi kelapa
sawit (Manual Referensi Agronomi , 2004). Di bawah ini akan penulis uraikan
aplikasi by products sebagai pupuk organik untuk kelapa sawit oleh Angsana Estate (ASE).
Aplikasi janjang kosong. Angsana Estate melakukan pemupukan organik yaitu dengan menggunakan janjang kosong kelapa sawit. Janjang kosong (JJK)
merupakan sisa proses pengolahan tandan buah kelapa sawit oleh pabrik kelapa
sawit (PKS). Produksi JJK PKS adalah sekitar 23% dari tandan buah segar (TBS).
JJK yang diaplikasi adalah JJK segar yang diangkut langsung dari PKS
dan segera diaplikasikan. JJK yang sudah lama menumpuk di lapangan lebih
dari 1 minggu tetapi belum diaplikasikan akan kehilangan banyak hara terutama
kalium (hilang tercuci), sehingga manfaatnya sebagai pupuk akan jauh berkurang.
Gambar 1. Aplikasi JJK (a) Pemuatan JJK Menuju Titik Aplikasi, (b) Titik Aplikasi JJK
Metode pengaplikasian JJK dilakukan secara manual. JJK diangkut dari
PKS ke blok aplikasi dengan truk berkapasitas ± 4-5 ton dan ± 6-7 ton, kemudian
ditumpuk di gawangan mati yang telah diberi pancang bambu berukuran 2 m.
Masing-masing pancang digunakan untuk satu tumpuk JJK yang dibawa oleh truk.
Aplikasi dilakukan satu kali per tahun. Untuk TBM diaplikasikan di piringan dan
untuk TM di titik-titik pada gawangan mati (antara pohon). Dosis aplikasi JJK
adalah 27 ton/ha/tahun atau 200 kg/titik aplikasi yang setara dengan 4 kali
angkong. Penyusunan aplikasi JJK dilakukan satu lapis untuk mencegah
perkembangbiakan hama Oryctes rhinocerosdan mempercepat pelapukan.
Tiap mandor JJK yang ada di masing-masing divisi ASE membawahi
sekitar 5 hingga 7 karyawan. Standar prestasi kerja perusahaan untuk aplikasi JJK
adalah 15 titik/HK untuk karyawan SKU. Namun pada saat magang, karyawan
yang digunakan adalah karyawan borongan dengan prestasi kerja karyawan
± 38 titik/HK. Pada saat magang penulis hanya dapat mengaplikasikan satu titik
JJK dan menata 15 titik JJK karena keterbatasan alat angkut yaitu angkong dan
gancu. Harga borong untuk aplikasi JJK adalah Rp 1 250/ titik untuk TM dan Rp
1 500/titik untuk TBM.
Aplikasi palm oil mill effluent (POME). Selain janjang kosong, Angsana Estate juga memanfaatkan POME sebagai salah satu pupuk organik untuk membantu memberi tambahan hara bagi tanaman, menyediakan tambahan air dan
ditetapkan oleh komisi penilai AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan)
daerah setempat. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen
hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai
BOD air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang
terdapat pada kolam penampung limbah akan semakin tinggi. POME memiliki
kadar BOD yang sangat tinggi, rata – rata berkisar 25 000 – 30 000 ppm. Hal ini
telah merubah keadaan normal air dan untuk pengembalian ke kolam penampung
limbah harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pengujian terhadap kadar
BOD di Angsana Estate dilakukan setiap enam bulan sekali.
Pembuatan flatbed untuk aplikasi POME di kebun yaitu pada gawangan mati/gawangan yang berselingan dengan jalan panen, berbentuk empat persegi
panjang dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 m dan kedalaman efektif 0.3 m,
sehingga volume per flatbed adalah 3.072 m3, setara dengan 3.072 ton. Jumlah flatbed sesuai rekomendasi departemen riset adalah ± 150-160 flatbed/ha.
Dosis aplikasi POME berdasarkan departemen riset adalah
750 ton/ha/tahun dengan rotasi 3 kali setahun. Namun, rata-rata jumlah flatbed di
Angsana Estate adalah 109 flatbed/ha dengan volume aktual flatbed ± 2.3 ton/flatbed. Perbedaan jumlah flatbed per ha dan volume per flatbed tersebut
disebabkan oleh topografi Angsana Estate yang umumnya bergelombang yaitu antara 3-20% dan jenis tanah oxisol, yang bertekstur pasir sehingga memiliki daya
jerap air yang tinggi serta dipengaruhi oleh pendangkalan flatbed karena endapan lumpur POME.
POME yang dihasilkan oleh PKS dengan pH sudah mencapai + 7
kemudian dialirkan ke lapangan dengan menggunakan pompa dan dialirkan
melalui pipa primer berukuran 6 inci ke blok-blok aplikasi. Dari blok aplikasi
Gambar 2. Aplikasi POME (a) Aplikasi POME, (b) Flatbed
Pengaplikasian POME dari kolam limbah ke flatbed dalam blok dilakukan
selama 24 jam. Pada saat magang, aplikasi POME dilakukan oleh enam orang
karyawan yang dibagi dalam dua shift, dua orang pada pagi hingga siang hari, dua
orang dari siang hingga pagi hari berikutnya dan dua orang yang melakukan
perawatan flatbed. Aplikasi POME tersebut harus diawasi secara ketat untuk mencegah terjadinya limpasan POME dari blok aplikasi ke parit/sungai. Untuk
menghindari pendangkalan dan kerusakan flatbed maka secara periodik selama tiga bulan sekali dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur endapan POME
kemudian dibuang ke kanan kiri flatbed di luar piringan untuk menghindari kebocoran flatbed, sedangkan usaha antisipasi untuk mencegah luapan POME antara lain pembuatan parit isolasi dan tanggul pengaman di akhir jalur flatbed. Selain itu, untuk menjaga konsistensi kualitas limbah cair dan air tanah dilakukan
analisis laboratorium secara rutin dan menghentikan atau mengurangi aplikasi
POME di saat hujan.
Karyawan yang bekerja pada aplikasi POME bertugas untuk mengatur dan
menjaga aliran POME yang diaplikasikan serta membersihkan flatbed dari sampah dan pelepah sawit yang menghambat aliran POME. Standar prestasi kerja
karyawan POME adalah 7 jam/HK, sedangkan subervisi yang dilakukan di luar
jam kerja dihitung sebagai lebih borong dengan upah Rp 5 600/jam. Pada saat
Leaf Sampling Unit (LSU)
Leaf Sampling Unit (LSU) atau pengambilan contoh daun merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan selain
faktor produksi, curah hujan, kesuburan tanah, konservasi lahan, serangan hama
dan penyakit. Pengambilan contoh daun tahun 2010 ini bertujuan untuk
menentukan rekomendasi pemupukan tahun 2010-2011. Pengambilan contoh
daun pada kelapa sawit dimulai pertama kali pada tanaman berumur tiga tahun.
Jadi, pengambilan contoh daun di Angsana Estate dilakukan pada kelapa sawit tahun tanam 2007 hingga tanaman tertua. Adapun alat dan bahan dalam
pelaksanaan LSU adalah plastik kantong hitam, putih, plastik ukuran satu
kilogram, gunting, cat, pensil, pisau, egrek, form LSU, map coklat, kuas pelepah,
foto defisiensi unsur hara. Pengambilan contoh daun di Angsana Estate tahun 2010 dilakukan pada tanggal 30 Maret 2010 hingga tanggal 24 April 2010. Tiap
divisi memiliki dua tim LSU yang terdiri 3 orang di masing-masing tim. Output tim LSU adalah 90 ha per tim. Pengambilan daun dilakukan pada pagi hari hingga
selesai, pada kondisi cuaca cerah, bila terjadi hujan pengambilan daun harus
ditunda.
Proses pengambilan contoh daun dimulai dengan menentukan daun yang
akan digunakan sebagai contoh. Daun yang digunakan sebagai contoh adalah
pelepah daun ke-17 karena pelepah daun ke-17 merupakan pelepah daun yang
paling peka terhadap unsur hara. Pelepah daun ke-17 di egrek dan diturunkan,
kemudian tiga helai anak daun sebelah kanan dan tiga helai anak daun sebelah kiri
pada peralihan anak daun muda dan tua dalam satu pelepah dipotong daunnya
sepanjang 20 cm. Anak daun sebelah kanan diletakkan pada plastik putih
sedangkan anak daun sebelah kiri diletakkan pada plastik hitam, kemudian daun
dipotong dengan ukuran 2-3 cm. Setelah itu, daun diserahkan ke pihak riset untuk
dioven selama 24 jam dengan suhu 80º-110º C. Daun yang telah dioven kemudian
dikirim ke MRC untuk dianalisis sebagai bahan penentuan rekomendasi
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh tim sensus dalam
pengambilan contoh adalah tanaman yang dijadikan contoh tidak boleh tanaman
yang ada di pinggir jalan, dekat perumahan, dekat sungai, rawa, parit dan tanaman
sakit. Jika tanaman contoh termasuk dalam salah satu kriteria tersebut maka yang
menjadi tanaman contoh bergeser dua tanaman ke depan atau ke belakang.
Pengambilan contoh daun diikuti dengan pengamatan vegetatif mengenai
tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar pelepah dan tebal pelepah. Selain itu juga
dilakukan pengamatan visual terhadap defisiensi hara. Tiap tim diberi foto tentang
defisiensi hara untuk mempermudah pengamatan. Kendala-kendala yang dihadapi
dalam pengambilan contoh daun adalah belum terampilnya tim sensus dalam
menentukan pelepah ke-17, faktor ketelitian dalam pengukuran dan pengamatan
dan tanaman yang tinggi sesuai dengan umur tanaman sehingga menyulitkan
pengambilan pelepah.
Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi
yang tidak diinginkan oleh manusia. Gulma biasa tumbuh di sekitar tanaman yang
sedang dibudidayakan dan berasosiasi dengan tanaman budidaya tersebut secara
khas. Gulma dapat tumbuh pada tempat yang miskin hara hingga tempat yang
kaya akan hara. Dalam pertumbuhannya, gulma akan berkompetisi dengan
tanaman budidaya dalam memperebutkan sarana tumbuh yaitu ruang, air, cahaya
dan unsur hara.
Keberadaan gulma yang berlebihan dapat menyebabkan kerugian yang
sangat besar bagi perkebunan kelapa sawit. Kerugian yang disebabkan oleh
keberadaan gulma yang berlebihan yaitu: (a) menurunkan produksi karena
kompetisi sarana tumbuh, (b) menurunkan mutu produksi karena terkontaminasi
oleh bagian-bagian gulma, (c) mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman, (d) menjadi inang bagi hama,
ada kegiatan pengendalian gulma (Pahan, 2008). Oleh karena itu, keberadaan
gulma yang berlebihan harus dikendalikan.
Namun, tidak semua gulma di gawangan harus diberantas, misalnya pakis
Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp., Turnera subulata. Gulma-gulma tersebut dapat berfungsi sebagai inang musuh alami hama-hama
kelapa sawit (beneficial plant). Selain itu, tanah yang gundul (bebas dari vegetasi)
tidak diinginkan karena dapat mendorong terjadinya kelembaban tanah yang
rendah dan dapat meningkatkan erosi tanah yang sangat merugikan pertumbuhan
tanaman kelapa sawit (Manual Referensi Agronomi, 2004). Oleh karena itu,
keberadaan gulma-gulma tersebut harus dijaga. Jenis gulma dominan yang
ditemukan di Angsana Estate adalah Imperata cylindrica, Scleria sumatrensis, Mikania micrantha, Borreria alata, Ottochloa nodosa, Melastoma malabatricum dan Ageratum conyzoides.
Kegiatan pengendalian gulma merupakan kegiatan rutin dilakukan
sehingga membutuhkan sistem rotasi dalam pelaksanaannya. Penetapan rotasi
diarahkan pada pendekatan konsep ambang ekonomis, artinya selama kerugian
yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang
harus dikeluarkan untuk pengendaliannya, maka pengendalian tidak perlu
dilakukan. Rotasi yang teratur bertujuan untuk menjaga pertumbuhan atau
penyebaran gulma agar tetap pada ambang ekonomis. Oleh karena itu, jumlah
rotasi per tahun untuk satuan luas sangat berpengaruh terhadap biaya
pengendalian gulma yang dibutuhkan. Menurut Manual Referensi Agronomi
(2004), jumlah rotasi semprot per tahun dipengaruhi oleh umur tanaman, jenis
gulma yang dominan, jenis dan herbisida yang digunakan, jenis tanah dan
kerapatan gulma serta keadaan iklim.
Pengendalian gulma di Angsana Estate meliputi pengendalian gulma secara manual maupun kimia. Teknik pengendalian gulma yang dilaksanakan
bergantung pada jenis dan kerapatan gulma, cuaca, topografi lahan, ketersediaan
tenaga kerja serta alat dan bahan. Pengendalian gulma di Angsana Estate mempunyai rotasi 4 kali dalam setahun yaitu 1 kali pengendalian gulma secara
Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian gulma dengan cara menyemprotkan bahan kimia (herbisida)
yang telah dilarutkan dengan air pada gulma sasaran. Jenis herbisida yang
digunakan oleh Angsana Estate adalah herbisida sistemik dengan merk dagang Kenlon dengan bahan aktif Triklopir butoksi etil eter 480 g/l yang berbentuk cair
berwarna kuning bening, Prima Up dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 480 g/l yang berbentuk cair berwarna kuning keemasandan Starane dengan bahan
aktif Fluroksipir 200 g/l yang berbentuk cair berwarna ungu.
Keuntungan menggunakan pengendalian gulma kimia adalah dapat
mengurangi penggunaan tenaga kerja (prestasi kerja per HK tinggi) dan dapat
mengurangi pelukaan tanaman akibat penggunaan alat. Kelemahan pengendalian
gulma dengan kimia adalah kekurangtelitian penyemprot dapat menimbulkan
keracunan pada tanaman, adanya pengaruh samping terhadap penyemprotdan
kegiatan penyemprotan hanya dapat dilakukan jika cuaca mendukung.
Pengendalian gulma secara kimia di Angsana Estate dilakukan oleh tim semprot kebun dengan sistem BSS (Block Spraying System), yaitu sistem
penyemprotan yang dikerjakan blok per blok dengan mutu penyemprotan yang
lebih baik, subervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Peralatan dan
perlengkapan yang digunakan oleh tim semprot kebun adalah a) satu unit
kendaraan roda empat (truk atau wheel tractor), satu unit tangki untuk membawa
larutan (jika menggunakan wheel tractor), b) satu unit trailer tambahan untuk membawa alat semprot dan tukang semprot (khusus whell tractor), c) 15 - 20 unit
alat semprot (RB-15), diesel dan selang air untuk mengisi tangki air. Penggunaan
unit semprot mempunyai beberapa keuntungan yaitu: penghematan penggunaan
tenaga subervisi, subervisi lebih baik, mobilitas unit semprot yang tinggi, kualitas
pencampuran racun lebih baik karena pengisian air dilakukan di traksi/sumur
(pada sore hari) dan dapat dikontrol oleh asisten serta pengorganisasian kerja lebih
mudah.
Pada saat magang, Angsana Estate sedang memulai penerapan RSPO
(Rountable and Sustainable of Palm Oil) yaitu suatu pengelolaan perkebunan
lingkungan. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan operasionalnya, Angsana
Estate sangat memperhatikan kelestarian dan keramahan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3) karyawannya. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan adanya peraturan bahwa aplikasi pupuk anorganik dan kegiatan
pengendalian gulma secara kimia tidak boleh melewati area buffer zone, yaitu meliputi area rawa, sungai dan parit yang terdapat di dalam atau pinggir blok.
Batas area buffer zone ini adalah 30 m dari samping kiri dan kanan rawa, sungai dan parit. Hal ini bertujuan untuk menghindari tercemarnya sumber air akibat
larutan kimia herbisida dan larutnya pupuk anorganik. Area buffer zone dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Buffer Zone
Dalam penerapan RSPO, keselamatan dan keamanan kerja (K3) karyawan
di Angsana Estate juga sangat diperhatikan. Setiap karyawan dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan kegiatan operasional yang dilakukan.
Karyawan semprot juga mendapatkan APD berupa seragam, apron, pelindung
Gambar 4. Alat Pelindung Diri Tim Semprot Angsana Estate
Berdasarkan cara kerjanya, tim semprot kebun dengan sistem BSS dibagi
menjadi 2 yaitu: tim semprot untuk mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis
dan tempat pengumpulan hasil (TPH) serta tim semprot untuk mengendalikan
gulma di gawangan.
Penyemprotan gulma piringan, pasar rintis dan TPH
Piringan adalah daerah di sekitar tanaman kelapa sawit yang berguna
untuk tempat penyebaran pupuk, tempat jatuhnya brondolan dan tandan buah
segar. Pasar rintis adalah jalan di antara dua jalur kelapa sawit yang berfungsi
sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan menjalankan kegiatan
operasional lainnya. Tempat pengumpulan hasil atau TPH adalah tempat
pengumpulan hasil panen sebelum hasil panen dikirim ke PKS. Ketiga sarana
tersebut merupakan sarana-sarana yang paling penting dalam kegiatan perawatan
dan produksi. Oleh karena itu, sarana-sarana tersebut memerlukan pemeliharaan
yang berkesinambungan subaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Tim semprot piringan, pasar rintisdan TPH menggunakan alat semprot
CDA (Controlled droplet application). Di pasaran, alat ini dikenal dengan nama
PELINDUNG KEPALA
PELINDUNG MATA
MASKER SERAGAM
SARUNG TANGAN APPRON
Micron Herbi atau merk lainnya dan umum dipergunakan di perkebunan. Alat semprot ini digunakan untuk sistem aplikasi cairan dengan volume rendah (Ultra
low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna biru. Alat ini digerakkan dengan tenaga aki dan dinamo untuk memutar stiknya. Alat ini
mempunyai kapasitas 10 l / knapsack. Bahan kimia (herbisida) yang digunakan
adalah campuran Prima Up dan Starane dengan perbandingan 7.5 : 1.5.
Konsentrasi campuran yang digunakan setelah dilakukan kalibrasi adalah 2.7%,
artinya ada 27 ml herbisida dalam 1 l air.
Tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH terdiri dari enam orang
karyawan tetap perempuan. Dalam pelaksanaannya, penyemprotan herbisida
menggunakan air hujan yang tertampung di parit-parit blok (road site pit) sebagai
pelarutnya. Setelah disemprot, piringan harus bebas dari segala jenis gulma dan
rumput-rumputan. Untuk mempermudah penyemprotan dan agar dihasilkan
semprotan yang merata, penyemprotan piringan dilakukan searah jarum jam (ke
kanan).
Penyemprotan piringan dilakukan secara selektif, artinya bila saat
penyemprotan dijumpai piringan yang masih bersih sesuai standar, maka piringan
tersebut dapat ditinggalkan. Standar prestasi karyawan adalah 5 ha/ HK. Namun
biasanya prestasi kerja karyawan mencapai 7.5 ha /HK, sehingga selisih hektar
antara prestasi dan standar dihitung sebagai premi dengan upah Rp 5 500/ ha.
Prestasi penulis adalah 1 ha/HK karena keterbatasan alat.
Kendala-kendala yang sering dihadapi oleh tim semprot piringan, pasar
rintis dan TPH adalah kerusakan pada alat semprot, kesulitan dalam penyediaan
air pada musim kemarau, kualitas larutan herbisida yang kurang bagus karena
penggunaan air-air keruh yang ada pada parit blok dan kondisi cuaca yang tidak
menentu yang dapat mengurangi efektivitas penyemprotan. Penyemprotan
piringan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Penyemprotan Piringan
Penyemprotan gulma gawangan
Gawangan adalah areal yang berada di luar piringan tanaman dan pasar
rintis. Areal tersebut harus dikendalikan dari gulma yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman, tanaman inang hama serta menciptakan kondisi yang tidak
terlalu lembab agar penyerbukan dapat berlangsung lancar dan mencegah
berkembangnya penyakit tanaman. Selain itu, pengendalian gulma pada gawangan
dapat memberi peluang cahaya matahari sampai ke permukaan tanah.
Pengendalian gulma gawangan adalah membersihkan gulma anak kayu
yang merugikan tanaman maupun menyulitkan kegiatan lain yang ada di
gawangan maupun piringan, pasar rintis dan TPH. Gawangan harus bebas dari
anak kayu, pakis-pakisan (yang merugikan), keladi liar, pisang liar, bambu liar,
kerisan dan kentosan. Jenis gulma dominan yang ada di gawangan antara lain:
Melastoma sp., Chromolaena odorata, goloran dan gulma berkayu lainnya. Penyemprotan gulma di gawangan menggunakan alat semprot punggung
semi-otomatis RB 15 dengan kapasitas 15 l, dengan sistem aplikasi cairan volume rendah ( ultra low volume ). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna hitam.
Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di gawangan adalah
herbisida purna tumbuh yang sistemik dengan nama dagang Kenlon. Konsentrasi
yang digunakan adalah 0.3%, sebanyak 3 ml herbisida dilarutkan dengan 1 l air.
Penyemprotan gulma di gawangan dilakukan oleh tim semprot yang terdiri
dari 15 orang karyawan tetap wanita dan satu orang mandor dilengkapi dengan
satu unit kendaraan roda empat (truk) untuk membawa tangki air. Penyemprotan
dilakukan block by block dengan standar prestasi kerja sebesar 3 ha/HK untuk areal tanaman TM dan 2 ha/HK untuk areal TBM. Prestasi kerja penulis pada saat
magang adalah 5 ha/HK. Bila prestasi kerja karyawan melebihi standar prestasi
kebun, diberikan premi sebesar Rp 11 000/ha. Kendala - kendala yang sering
dihadapi tim semprot gawangan adalah terjadinya kerusakan pada alat kerja
seperti pada nozel dan pompa knapsack. Selain itu, cuaca yang tidak menentu dengan intensitas hujan yang tinggi juga mengurangi efektivitas penyemprotan
gulma. Tim semprot gawangan memasuki blok dan penyemprotan anak kayu
dapat dilihat pada Gambar 6.
(a) (b)
Gambar 6. Aplikasi Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) Tim Semprot Memasuki Blok, (b) Penyemprotan Anak Kayu
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual adalah pengendalian gulma yang dilakukan dengan menggunakan alat seperti
cados (cangkul dodos), arit, parang dan garukan. Pengendalian gulma secara manual ini untuk mengendalikan gulma yang ada di piringan, pasar rintis dan
gawangan. Pengendalian manual ini mempunyai kelebihan yaitu dapat dilakukan
kapan saja, tidak terpengaruh waktu dan cuaca serta hasil dapat langsung
diketahui sehingga lebih mudah dalam melakukan pengawasan, sedangkan
kelemahannya adalah terjadi kerusakan akar tanaman atau pelukaan yang
hujan dapat menyebabkan genangan air dan memperbesar peluang erosi pada
tanah miring.
Kegiatan pengendalian gulma di Angsana Estate umumnya dilakukan oleh
tenaga kerja harian, borongan dan karyawan tetap. Kegiatan pengendalian gulma
manual ini meliputi pekerjaan rawat piringan dan pasar rintis (pada TBM) dan
babat tanaman pengganggu (BTP) pada TBM dan TM.
Rawat piringan dan pasar rintis
Pekerjaan ini biasa dilakukan oleh tenaga harian dan borongan. Piringan
pada tanaman belum menghasilkan (TBM) mempunyai jari-jari 20 cm dari ujung
daun terluar. Rawat piringan pada TBM tersebut menggunakan arit, parang dan
garukan. Gulma yang biasanya terdapat di piringan TBM adalah kacangan,
kentosan (berasal dari brondolan sawit yang tidak terkutip), Mikania micrantha, anak kayu dan rumput-rumputan. Rawat piringan manual dilakukan dengan
membabat gulma dan rumput hingga pangkal, kemudian sisanya dapat dicados
hingga akarnya. Goloran kacangan dan Mikania micrantha yang ada pada tanaman ditarik kemudian dibabat hingga akar, sedangkan kentosan dibersihkan
dengan digaruk dan rumput-rumputan dibabat. Standar kerja karyawan adalah
0.25 ha/HK, namun umumnya prestasi BHL adalah 0.3 ha/HK, dengan upah
Rp 40 000/HK. Prestasi penulis pada saat magang adalah 0.1 ha/HK.
Pengendalian gulma pasar rint