• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN DI

ANGSANA

ESTATE

, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI,

MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN

SELATAN

TRISNA PRIANDINI QOMAR A24060697

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

TRISNA PRIANDINI QOMAR. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit

(Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate,

PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH)

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh

pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik

teknis maupun manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah

mempelajari pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit pada tanaman

menghasilkan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan

efisiensi pemupukan serta pengaruhnya terhadap produksi kelapa sawit.

Kegiatan magang dilaksanakan di Angsana Estate PT Ladangrumpun Suburabadi, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

yang dimulai dari tanggal 15 Februari hingga 15 Juni 2010.

Metode yang digunakan selama kegiatan magang adalah bekerja langsung

menjadi karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping

asisten. Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu pengamatan terhadap waktu pemupukan, dosis pupuk, jenis pupuk, cara dan

tempat pemupukan serta pengamatan visual terhadap gejala defisiensi hara yang

diperoleh langsung di lapangan maupun diskusi dengan pihak kebun. Data

sekunder meliputi kondisi umum kebun, curah hujan, produksi dan produktivitas

tanaman, jumlah tenaga kerja, realisasi pemupukan dan data-data lain yang

membantu yang diperoleh dari arsip perusahaan.

Hasil kegiatan magang ini menunjukkan bahwa pemupukan di Angsana

Estate telah terealisasi dengan baik sesuai dengan budget yang telah ditetapkan dan telah memenuhi konsep efektivitas tepat jenis dan tepat cara, tetapi belum

(3)

kerja. Defisiensi hara pada tanaman kelapa sawit tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap produksi kelapa sawit karena pemberian pupuk telah

(4)

Generating Plant at Angsana Estate, PT Ladangrumpun

Suburabadi, Minamas Plantation, District of Tanah Bumbu,

South Borneo

The internship was conducted at Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi,

District of Tanah Bumbu, South Borneo on February 15th to June 15th 2010. The internship aims to increase knowledge about the cultivation of oil palm both

technical and managerial, in addition, an internship is to review the management

of oil palm crop fertilization on crop yield, analyze the factors that affect the

efficiency and effectiveness of fertilization and its influence on palm oil

production. Data collection was conducted on the collection of primary data and

secondary data. Primary data obtained by observation and analysis of the

efficiency (time, cost, and labor), effectiveness (the right time, right dose, right

type, and the right way), nutrient deficiency, the productivity of oil palm,

interviews with employees, foremen, and assistant. Secondary data obtained from

data given by the cation garden and library administration. The data obtained was

analyzed by qualitative descriptive method.

The outcomes of this internship showed that fertilization in Angsana Estate has

been realized with good accordance with the budget and in compliance with the

concept of the effectiveness of the right kind and proper manner, but has not met

the concept of timely and appropriate dosage. Angsana Estate also has met the

concept of fertilizer efficiency that is efficient time, cost and labor. Nutrient

deficiency in oil palm plantations do not provide significant effect on palm oil

production because fertilizer has been adjusted based on the results of leaf

analysis done by Minamas Research Centre. The existence of difference in

productivity Angsana Estate with existing standards may be caused by variables

other than fertilization.

(5)

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN DI

ANGSANA ESTATE, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI,

MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN

SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Trisna Priandini Qomar

A24060697

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul

:

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) TANAMAN

MENGHASILKAN DI ANGSANA

ESTATE

,

PT LADANGRUMPUN SUBURABADI,

MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU,

KALIMANTAN SELATAN

Nama

:

TRISNA PRIANDINI QOMAR

NRP

:

A24060697

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS NIP 19570711 198111 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya, 21 Februari 1988, adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Qomarrudin Syafi’I dan Ibu Priandayani. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Ketabang V

Surabaya. Kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di

SLTP Negeri 1 Blitar. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA

Negeri 1 Blitar, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan

tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Pada semester 3, penulis

masuk ke Departemen Agronomi dan Hortikultura.

Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa

Agronomi (Himagron) yaitu menjadi staf departemen pengembangan sumber daya

manusia (PSDM) pada periode 2008 dan menjadi koordinator departemen

pengembangan sumber daya manusia (PSDM) pada periode 2009. Penulis juga

aktif menjadi panitia kegiatan-kegiatan kemahasiswaan seperti: Masa Perkenalan

Departemen 2008 dan 2009, Festival Tanaman XXIX dan XXX, seminar

ketenagakerjaan 2009, Training Organisasi Profesi 2009, Rapat Umum Himagron,

Bubar akbar AGH 2009 dan panitia pemilihan raya BEM A. Selain itu, penulis

juga melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa Cerih, Kecamatan Jatinegara,

Tegal dan untuk menambah wawasan serta pengalaman, penulis juga pernah

menjalani magang di Kurnia Strawberry di Ciwidey, Bandung.

Tugas akhir di perguruan tinggi penulis selesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas

limpahan rahmat, hidayah dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian

Bogor.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Papa, mama, adik-adikdan semua keluarga yang telah memberi dukungan,

doa dan kasih sayangnya selama ini.

2. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS sebagai dosen pembimbing skripsi, Dr. Desta

Wirnas, SP. MSi sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh staf

serta pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura atas bimbingannya.

3. Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Dr. Ir. Ade Wachjar, MS selaku dosen penguji

yang telah menguji penulis dan memberikan kritik serta saran dalam

penyempurnaan skripsi ini.

4. Bp. Masziwa Bachrum selaku General manager, Bp. Iwan Dharmawan selaku Estate manager, Bp. Agus Setiyawan selaku Kasi Administrasi, Bp. Syahnan selaku Asisten Kepala, Bp. Iwan Nuriyanto dan Bp. A. Isa

Almasih selaku Asisten Kebun serta Bp. Trijono atas semua bimbingan,

perhatian dan dukungannya.

5. Seluruh staf kantor besar, mandor, kerani panen, kerani divisi serta semua

karyawan Angsana Estate atas bimbingan dan dukungannya.

6. Oktavia, Rahayu L, Dian Oct., Stevanny, Yani, Anggin, Novia, Andari,

Desi, Kak Haryo, Hari, Maulana, Agus dan seluruh keluarga besar AGH

atas kebersamaannya.

Bogor, November 2010

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Syarat Tumbuh ... 4

Pemeliharaan Tanaman ... 5

BAHAN DAN METODE ... 10

Tempat dan Waktu ... 10

Metode Pelaksanaan ... 10

Pengumpulan Data dan Informasi ... 10

KEADAAN UMUM ... 13

Letak Wilayah Administratif ... 13

Keadaan Iklim dan Tanah ... 13

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ... 14

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 15

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 16

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan ... 17

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 20

Aspek Teknis ... 20

Aspek Manajerial ... 54

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

Efektivitas Pemupukan ... 57

Efisiensi Pemupukan ... 65

Defisiensi Hara ... 70

Produktivitas ... 73

KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

Kesimpulan ... 76

Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada Tanah Mineral ... 7

2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Angsana Estate ... 16

3. Produksi dan Produktifitas Angsana Estate Tahun 2004-2009 ... 16

4. Data Karyawan Angsana Estate ... 19

5. Jenis Pupuk yang Digunakan di Angsana Estate Tahun 2009- 2010 ... 41

6. Dosis Pupuk untuk TBM Pada Tanah Oxisol ... 41

7. Prestasi Kerja Penulis Sebagai Penabur Pupuk ... 42

8. Realisasi Pemupukan Angsana Estate Periode Juli 2009 – Mei 2010 ... 59

9. Data Pengamatan Tepat Dosis pada Tiga Orang Penabur ... 61

10. Pengamatan Waktu Terhadap Penabur Dengan Pelangsir dan Tanpa Pelangsir ... 66

11. Kandungan Hara Pupuk Angsana Estate Tahun 2009-2010 ... 68

12. Prestasi Kerja Penabur Pupuk Angsana Estate ... 69

13. Realisasi Pemupukan Tahun 2009 dan Pengamatan Visual

Defisiensi Hara ... 71

14. Rata-rata Produktivitas Tanaman Angsana Estate tahun 2005- Maret 2010 Berdasarkan Umur Tanaman ... 73

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Aplikasi JJK (a) Pemuatan JJK Menuju Titik Aplikasi, (b) Titik

Aplikasi JJK... 21

2. Aplikasi POME (a) Aplikasi POME, (b) Flatbed ... 23

3. Buffer Zone ... 28

4. Alat Pelindung Diri Tim Semprot Angsana Estate ... 29

5. Penyemprotan Piringan ... 31

6. Aplikasi Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) Tim Semprot Memasuki Blok, (b) Penyemprotan Anak Kayu ... 32

7. Pengeceran Pupuk (a) Pemuatan Pupuk, (b) Pengeceran dari Kendaraan ... 37

8. Sarana dan Prasarana Tim BMS (a) Rumah Pupuk, (b) Alat Pelindung Diri, (c) Pembagian Ekstra Fooding ... 38

9. Antrian Pagi (a) Antrian Pagi Asisten Divisi dengan Para Mandor (b) Antrian Pagi Mandor Pupuk dengan Karyawan Pupuk ... 39

10. Penaburan Pupuk (a) Penabur Mengisi Bin Pupuk (b) Penaburan Pupuk di Bibir Piringan ... 40

11. Pengumpulan Karung Bekas (a) Penggulungan Karung, (b) Gulungan Karung Eks di Sudut Blok ... 43

12. Beneficial Plants. (a) Euphorbia heterophylla, (b) Cassia cobanensis, (c) Antigonon leptopus, (d) Turnera subulata ... 45

13. Burung Hantu (Tyto alba) ... 47

14. Kegiatan Panen. (a) Pemotongan Buah, (b) Penakaran Brondolan di TPH... 53

15. Grafik Curah Hujan Angsana Estate Periode Juli 2009 - Mei 2010 ... 58

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi,Minamas Plantation, Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan

Selatan... 81

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan ... 84

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan ... 86

4. Peta Wilayah Angsana Estate ... 88

5. Curah Hujan Angsana Estate Tahun 1999-2009 ... 89

6. Peta Area Angsana Estate ... 90

7. Struktur Organisasi Angsana Estate ... 92

8. Hasil Pengamatan Tepat Tempat ... 93

9. Rencana Anggaran Biaya Angsana Estate Juli 2009-Juni 2010 .... 94

10. Analisa Biaya Pemupukan PeriodeJuli 2008 – Juni 2009 dan Periode Juli 2009 – Maret 2010 ... 96

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

ekspor non migas yang menjadi prioritas utama dalam meningkatkan devisa

negara. Sejak tahun 2006 hingga tahun 2008, Indonesia menjadi negara penghasil

minyak kelapa sawit terbesar di dunia kemudian diikuti oleh Malaysia pada urutan

kedua (Ditjenbun, 2009). Pahan (2008) menyatakan bahwa lebih dari 85% pasar

dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia.

Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak sawit yang biasa dikenal

sebagai Crude Palm Oil (CPO) yang berasal dari daging buah dan Palm Kernel Oil (PKO) yang berasal dari inti sawit. Kedua jenis minyak tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan seperti mentega, minyak goreng,

kosmetik, sabun dan detergen. Selain itu, kelapa sawit juga dapat digunakan

sebagai biodiesel yang merupakan subtitusi bahan bakar minyak bumi

(Setyamidjaja, 2006).

Manfaat minyak sawit yang cukup beragam tersebut menyebabkan

meningkatnya konsumsi minyak sawit sehingga juga meningkatkan permintaan

produksi minyak sawit. Peningkatan konsumsi minyak sawit tersebut dapat

diketahui dari semakin meningkatnya volume ekspor minyak sawit pada setiap

tahun. Minyak sawit pada tahun 2005 diekspor dengan volume 11 418 987 ton

senilai US$ 4 344 303 dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang besar

yaitu dengan volume ekspor sebesar 18 141 006 ton senilai US$ 14 110 229

(Ditjenbun, 2009).

Peningkatan produksi minyak sawit harus diimbangi oleh pertambahan

luas areal perkebunan kelapa sawit dan peningkatan produksi tandan buah segar

(TBS). Data luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit Indonesia tahun

2005-2008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005 luas

areal perkebunan kelapa sawit Indonesia adalah 5 453 817 ha dengan produksi

(14)

7 363 847 ha dengan produksi CPO 17 539 788 ton pada tahun 2008 (Ditjenbun,

2009).

Menurut Pahan (2008), pemupukan merupakan salah satu kegiatan

pemeliharaan tanaman yang memberi kontribusi besar dalam meningkatkan

produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang

sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan

tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan resistensi

tanaman terhadap penyakit dan pengaruh lingkungan yang kurang

menguntungkan. Selain itu, pemupukan juga bermanfaat untuk melengkapi

persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan

produksi yang maksimal dapat tercapai.

Pemupukan harus dikelola dengan baik sehingga dapat menjamin

tercapainya tujuan pemupukan, karena biaya pemupukan merupakan salah satu

komponen biaya produksi yang besar. PPKS (2003) menyatakan bahwa biaya

pemupukan di perkebunan kelapa sawit mencapai kurang lebih 30% dari total

biaya produksi atau sekitar 40%-60% dari total biaya pemeliharaan. Oleh karena

itu, pemupukan harus dilakukan secara efektif dan efisien.

Efektivitas pemupukan berhubungan dengan tingkat/persentase hara pupuk

yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara

pupuk diserap tanaman. Efektivitas pemupukan meliputi prisip 4T yaitu: tepat

waktu, tepat dosis, tepat jenis dan tepat cara. Efisiensi pemupukan berkaitan

dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja dan upah) dengan tingkat

produksi yang dihasilkan.

Tujuan

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya,

memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa

(15)

Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan

pemupukan tanaman kelapa sawit pada tanaman menghasilkan, menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pemupukan serta

(16)

TINJAUAN PUSTAK

A

Syarat Tumbuh

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman hutan yang dibudidayakan.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah kawasan

khatulistiwa di sekitar 12˚LU - 12˚LS dengan iklim Af dan Am menurut sistem

klasifikasi Koppen, maupun kelas iklim A, B dan C menurut sistem Schmidth-

Ferguson pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (dpl). Jumlah hujan

yang baik (optimum) untuk budidaya tanaman kelapa sawit adalah

2 000 – 2 500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun serta tidak defisit air (Lubis,

2008).

Temperatur yang optimum yaitu 24 – 28˚C, minimum 18˚C dan maksimum 32˚C. Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan membuat tanaman yang

baru menjadi rebah (Lubis, 2008).

Menurut Setyamidjaja (2006), kelapa sawit menghendaki kelembaban

udara sekitar 80% dan penyinaran matahari yang cukup. Kelapa sawit yang tidak

mendapat sinar matahari cukup, pertumbuhannya akan terhambat, produksi bunga

betina menurun dan gangguan hama/penyakit meningkat. Lama penyinaran yang

dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5-7 jam per hari. Lama penyinaran ini

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, tingkat pembentukan

bunga (sex ratio) serta produksi buah. Selain itu, jenis tanah juga berpengaruh

penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat

tumbuh pada berbagai jenis tanah. Jenis tanah yang baik untuk kelapa sawit

adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, alluvial dan

organosol/gambut.

Lubis (2008) menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) tanah sangat

terkait dengan ketersediaan hara yang diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat

tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, tetapi pH optimumnya berada antara 5.0 – 5.6. Tanah

(17)

pengapuran. Tanah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah

gambut.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan

(TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam

pemeliharaan tanaman baik TBM dan TM yaitu: konsolidasi, pemeliharaan jalan,

benteng, teras, parit, penyisipan tanaman, pengendalian gulma, pemupukan,

pengendalian hama dan penyakit, kastrasi serta penunasan pelepah.

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman untuk

menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif

tanaman yang sehat dan produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan

ekonomis serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan yang baik

mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai

dengan kelas kesesuaian lahannya (Sutarta et al., 2003). Poeloengan et al. (2003)

menyatakan bahwa pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit

merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan

pertumbuhan dan potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya, pemupukan menjadi

sangat penting karena usaha tersebut memerlukan biaya sebesar 40 – 60 % dari

biaya pemeliharan tanaman atau sekitar 30 % dari total biaya produksi.

Menurut Pahan (2008), strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus

mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi yang maksimum. Selanjutnya

Sutarta (2002) menambahkan bahwa pemupukan yang ideal harus berprinsip pada

4 T yaitu: tepat jenis pupuk, tepat dosis, tepat cara aplikasi dan tepat waktu

(18)

Pupuk

Menurut PPKS (2005), jenis pupuk dibagi berdasarkan kelompoknya

yaitu: Pupuk Hara Bentuk Asal Biotik/ Abiotik Pelepasan Sifat Kelompok Jumlah Unsur Makro Mikro Tunggal Majemuk Padat Cair Prill Tablet

Organik Binatang

Alam/ Tambang Tanaman Mikro Bio Sintesis Lambat Larut Cepat Larut Mineral Biofertilizer Asam Netral Basa

N, P, K, Ca

B, fe, Cu, Zn

(19)

Dosis Pemupukan

Siahaan dan Buma (1992) menyatakan bahwa untuk mengetahui dosis

pupuk yang harus ditambahkan ke dalam tanah yaitu dengan mempertimbangkan

jumlah hara yang diserap tanaman, status hara dalam daun, hara yang terangkut

bersama hasil panen, hara yang kembali ke tanah, hara yang hilang dari zona

perakaran dan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara. Selain itu, juga

dapat mempertimbangkan data agronomi tanaman (mencakup pertumbuhan,

produksi dan gangguan hama/penyakit), data hasil percobaan pemupukan (kalau

ada) dan pelaksanaan pemupukan sebelumnya. Kisaran dosis pemupukan tanaman

kelapa sawit menghasilkan pada tanah mineral dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada Tanah Mineral

Kelompok Umur (tahun)

Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon)

Urea SP-36 MOP Kieserite Jumlah

3-5 2.00 1.50 1.50 1.00 6.00

6-13 2.75 2.25 2.25 1.50 8.75

14-20 2.50 2.00 2.00 1.50 7.75

21-25 1.75 1.25 1.25 1.00 5.25

Sumber: Lubis (2008)

Menurut Riwandi (2002), tanaman kelapa sawit membutuhkan pupuk N, P

dan K yang sangat banyak sehingga diperlukan takaran pupuk yang tepat dan

optimal. Sementara itu berdasarkan analisis tanah dan daun yang telah dilakukan,

diperoleh hasil bahwa tanaman kelapa sawit memerlukan koreksi takaran pupuk

yang akan diberikan. Namun, takaran pupuk tersebut hanya berlaku 1 tahun

sehingga setiap tahun harus dilakukan analisis ulang tentang tanah dan daun untuk

menentukan takaran pupuk yang tepat bagi tanaman kelapa sawit. Kebutuhan

pupuk untuk setiap lokasi berbeda-beda, bergantung dari kondisi lokasi terebut.

Secara umum terdapat dosis optimal untuk pemupukan tanaman kelapa sawit.

Mangoensoekarjo dan Semangun (2007) menyatakan bahwa gejala

kekahatan salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun. Hal ini

merupakan indikasi bahwa tanaman menderita defisiensi unsur hara tertentu.

(20)

cukup lanjut. Pada tingkat kekahatan yang lebih ringan, tanaman belum

menunjukkan gejala pada daun, tetapi sebenarnya tanaman sudah menderita

kekurangan, tanaman tidak tumbuh optimal dan dengan demikian

produktivitasnya juga tidak optimal (berada dalam kondisi suboptimum).

Tempat dan Cara Penyebaran Pupuk

Menurut Hakim (2007), tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana

pupuk dapat ditaburkan yaitu di dalam bokoran yang bersih dari gulma. Sebelum

kegiatan pemupukan dilakukan pencampuran pupuk, apabila ada jenis pupuk yang

tidak boleh dicampur maka tempat penaburannya harus dipisahkan atau paling

tidak ada jarak sekitar 12 hari antara aplikasi pupuk yang satu dengan pupuk

lainnya.

Hakim (2007) menambahkan bahwa tempat penyebaran pupuk pada

tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan umur 1 bulan sampai pelepah

menutupi bokoran adalah seluruh tempat di bokoran, kecuali Rock Phosphate yang harus ditaburkan di luar bokoran, di atas penutup tanah. Cara tersebut juga

dilakukan pada TBM yang pelepahnya sudah melewati bokoran. Tempat

penaburan pupuk pada tanaman yang sudah menghasilkan (TM) dibedakan

berdasarkan sifat masing-masing pupuk yaitu: (a) nitrogen sebaiknya ditaburkan

antara batang tanaman sampai ujung bokoran, (b) P2O5 dan MgO (phosphate dan

magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung bokoran.

Namun, apabila Rock Phosphate yang digunakan, maka tempat penaburan pupuk

adalah di gawangan di pinggir rumpukan pelepah.

Cara Pemupukan

Menurut Hakim (2007) ada beberapa cara pemupukan pada kelapa sawit

yang biasa digunakan yaitu:

(21)

b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan) c) Sub soil placement (pocket/ dibenam)

d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan) e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang/ kambium sedikit demi

sedikit)

f) Nutritional spray (follar spray/melalui daun)

Waktu Pemupukan

Pemupukan akan efektif dilaksanakan jika tanah mengandung air yaitu

pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pada saat musim hujan tidak

dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan mengalir (run off) ke

tempat yang lebih rendah dan ke sungai. Pagi sampai siang hari merupakan waktu

yang optimal untuk aplikasi pemupukan di lapangan.

Idealnya aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat akar dalam kondisi

baik, artinya tanah dalam keadaan lembab atau basah. Pada musim yang

kemaraunya di bawah 3 bulan, pemupukan dapat dilaksanakan kapan saja dengan

frekuensi di atas 2 kali per tahun. Pada daerah dengan musim kemarau di atas

3 bulan, aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa

sawit (Hakim, 2007).

(22)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

dimulai pada tanggal 15 Februari 2010 sampai 15 Juni 2010.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilaksanakan penulis adalah kegiatan teknis di

lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di kantor.

Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan waktu dan jadwal yang ditentukan oleh

pihak perkebunan.

Kegiatan yang telah dilakukan oleh penulis adalah sebagai karyawan

harian lepas (KHL) selama dua bulan (Lampiran 1), kemudian sebagai

pendamping mandor selama sebulan (Lampiran 2) dan sebagai pendamping

asisten (Lampiran 3).

Kegiatan teknis di lapangan yang dilakukan penulis meliputi kegiatan

pemeliharaan dan kegiatan panen. Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan

pemupukan organik dan anorganik, pengendalian gulma secara kimia dan manual

serta buka piringan pada tanaman belum menghasilkan (TBM). Kegiatan panen

yang diikuti oleh penulis adalah menjadi pengumpul brondolan kelapa sawit

(picker).

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis meliputi pengambilan data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh

secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan

(23)

meliputi efektivitas pemupukan (tepat waktu, dosis, jenis dan cara), efisiensi

pemupukan (efisiensi waktu, biaya dan tenaga kerja) dan defisiensi hara.

Data sekunder diperoleh dari data kebun yang diberikan oleh kasi

administrasi kebun dan studi pustaka. Data sekunder yang diperoleh yaitu data

curah hujan, rekomendasi pemupukan 2009-2010, struktur organisasi, data

ketenagakerjaan, peta area, historis pemupukan dan historis produksi. Data yang

diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Berikut adalah

rincian pengumpulan data primer oleh penulis:

1. Efektivitas pemupukan:

a. Ketepatan waktu pemupukan

Data primer ini penulis peroleh dengan mengamati waktu realisasi

pemupukan kemudian menganalisisnya berdasarkan data curah hujan

Juli 2009 - Mei 2010.

b. Ketepatan dosis pupuk

Data primer ini diperoleh dengan mengamati jumlah pokok yang dipupuk

oleh penabur dalam tiga karung pupuk. Penabur yang diamati sebanyak

tiga orang.

c. Ketepatan jenis pupuk

Penulis mendapatkan data primer ketepatan jenis pupuk dengan

melakukan pengamatan di lapangan kemudian membandingkan dengan

standar kebun.

d. Ketepatan cara pemupukan

Data diperoleh dengan mengambil sampel masing-masing 10 tanaman dari

5 jalur tanaman tiap blok pengamatan. Ada tiga blok pengamatan.

2. Efisiensi pemupukan:

a. Efisiensi waktu

Data primer penulis peroleh dengan melakukan perhitungan waktu

terhadap pelaksanaan pemupukan dengan menggunakan pelangsir dan

membandingkan dengan waktu pelaksanaan pemupukan tanpa pelangsir.

(24)

b. Efisiensi biaya

Data primer diperoleh dengan melakukan analisis terhadap biaya

pemupukan periode Juli 2008 - Juni 2009 dan membandingkan dengan

biaya pemupukan periode Juli 2009 - Juni 2010.

c. Efisiensi tenaga kerja

Data primer untuk parameter ini, penulis peroleh dengan menghitung

prestasi kerja pemupuk kemudian dibandingkan dengan standar kerja yang

telah ditetapkan oleh kebun.

3. Defisiensi hara

Pengamatan gejala defisiensi hara dilakukan pada tiga blok pengamatan

dengan mengambil 170 tanaman/blok. Penulis melakukan pengamatan secara

(25)

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak

perusahaan dari PT Minamas Gemilang, di bawah Sime Darby Group. Selain

ASE, PT LSI juga membawahi Gunung Sari Estate (GSE) dan pabrik kelapa sawit

(PKS) yang bernama Angsana Factory. Angsana Estate (ASE) ini terletak di Desa

Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan

Selatan dengan jarak 240 km dari Banjarbaru. Secara geografis, perkebunan ASE

berbatasan dengan Kebun Hutan Tanaman Industri (HTI) di sebelah utara, di

sebelah timur berbatasan dengan Sungai Sebamban, di sebelah selatan berbatasan

dengan Gunung Sari Estate dan di sebelah barat berbatasan dengan Kebun PT Buana Karya Bakti (BKB). Peta wilayah ASE dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Rata-rata curah hujan tahunan Angsana Estate dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir (1999-2009) adalah 2 400 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata

123 hari. Data curah hujan selama tujuh tahun terakhir dapat dilihat pada

Lampiran 5. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan April (rata-rata

294 mm), sedangkan curah hujan terendah biasa terjadi pada bulan September

dengan rata-rata curah hujan sebesar 104 mm. Menurut kelas iklim

Schmidth-Ferguson, keadaan iklim di Angsana Estate termasuk dalam tipe iklim B, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.

Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh Minamas Research Centre (MRC) pada tahun 2008, diketahui bahwa tanah Angsana Estate tergolong ke dalam ordo oxisol, memiliki tekstur berpasir dengan kandungan besi-besi

(26)

adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 90 cm dari permukaan tanah) dan

pada kedalaman  125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi

sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu). Ciri-ciri MM-19

Plinthic Hapludox adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 90 cm dari permukaan

tanah) dan pada kedalaman  125 cm mempunyai  1 horison yang mengandung

plintit (karatan-karatan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar  0.5

volumenya atau kontinyu.

Areal Angsana Estate Estate memiliki kondisi topografi yang bervariasi yaitu kemiringan 8-15 % seluas 1 855 ha dan kemiringan 15-20 % seluas 389 ha

untuk seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox yang mencakup 71% dari luas kebun, sedangkan kemiringan 3-8 % seluas 903 ha untuk seri tanah MM-19

Plinthic Hapludox yang mencakup 29 % dari luas kebun. Derajat kemasaman tanah (pH) Angsana Estate Estate adalah 4.55-4.58. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Bumbu (2007), Angsana Estate memiliki ketinggian tempat 15 m di atas permukaan laut (dpl) dan suhu rata-rata tahunan berkisar

antara 28–32oC. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk kelapa sawit, Angsana Estate tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable) yaitu pada seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox dan kelas S3 (kurang sesuai/moderately suitable)

pada seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Angsana Estate (ASE) mempunyai hak guna usaha (HGU) dengan total luas lahan sebesar 3 250 ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman

adalah 3 033 ha yaitu 2 506 ha untuk tanaman menghasilkan (TM) dan 527 ha

untuk tanaman belum menghasilkan (TBM). Selanjutnya, 52 ha lahan digunakan

untuk pabrik kelapa sawit, 119 ha untuk emplasemen, jalan, jembatan dan

(27)

ASE terdiri atas 83 blok yang terbagi menjadi tiga divisi yaitu Divisi I,

Divisi II dan Divisi III. Divisi I dengan luas areal yang ditanam seluas 991 ha

yang terdiri dari 33 blok yaitu Blok A026 sampai Blok A036, Blok A26 sampai

Blok A36 dan Blok B26 sampai Blok B36. Divisi II dengan luas areal yang

ditanam 826 ha yang terdiri dari 28 Blok yaitu Blok C24 sampai Blok C36 dan

Blok D24 sampai Blok D38. Divisi III merupakan divisi yang paling luas areal

tanamnya yaitu 1 216 ha yang terdiri dari 49 Blok yaitu Blok A0 14 sampai

A0 25, Blok A14 sampai Blok A25, Blok C14 sampai C25, Blok D21, D22 dan

Blok D23. Peta areal perkebunan Angsana Estate ini dapat dilihat pada Lampiran

6.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Angsana Estate adalah varietas Tenera, hasil persilangan Dura dan Pisifera, yang berasal dari Tenera

Marihat (PPKS), Tenera Socfindo dan Tenera Guthrie. Umumnya pada TM

didominasi oleh varietas Tenera Marihat (PPKS) dan Tenera Socfindo, sedangkan

pada TBM didominasi oleh varietas Tenera Guthrie. Pola tanam yang digunakan

untuk penanaman kelapa sawit di Angsana Estate adalah pola tanam segitiga sama

sisi dengan ukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan standar populasi

136 tanaman/ha. Perubahan jumlah populasi tanaman disebabkan oleh serangan

penyakit yang menyebabkan tanaman mati, roboh, tersambar petir dan terkena

longsor. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di

Angsana Estate terlihat pada Tabel 2.

Tanaman kelapa sawit di Angsana Estate ditanam pada beberapa tahun tanam yaitu untuk TM ditanam pada tahun 1996 (630 ha), tahun tanam 1998

(1 605 ha), tahun tanam 1999 (187 ha) dan tahun tanam 2000 (84 ha), sedangkan

untuk TBM ditanam pada tahun tanam 2006 (308 ha), tahun tanam 2007 (182 ha)

dan tahun tanam 2008 (37 ha). Produksi dan produktivitas Angsana Estate tahun

(28)

Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Angsana Estate

Tahun Tanam

Divisi I Divisi II Divisi III

Luas (ha) Jumlah Tanaman Luas (ha) Jumlah Tanaman Luas (ha) Jumlah Tanaman 1. TM

1996 - - 332 43 860 298 37 951

1998 482 64 934 492 66 510 629 81 937

1999 19 2 516 - - 168 22 067

2000 - - - - 84 10 646

sub total 501 67 450 826 110 370 1179 152 601

2. TBM

2006 271 28 114 - - 37 4 518

2007 182 23 102 - - - -

2008 37 5 013 - - - -

sub total 490 56 229 - - 37 4 518

total 991 179 908 826 110 370 1216 161 637

Sumber: Kantor Besar ASE (Februari, 2010)

Tabel 3. Produksi dan Produktifitas Angsana Estate Tahun 2004-2009

Tahun Produksi (ton)

Produktivitas

(ton/ha) Berat Janjang Rata-rata (kg)

2004 26 954 10.85 7.01

2005 40 294 16.22 9.72

2006 46 982 18.91 11.92

2007 43 937 17.69 13.16

2008 42 977 17.30 15.78

2009 52 023 20.84 17.64

Sumber: Kantor Besar Angsana Estate (Mei, 2010)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Angsana Estate (ASE) dipimpin oleh seorang Estate manager yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan perkembangan kebun yang

(29)

Estate manager dalam melaksanakan kinerjanya dibantu oleh staf-staf kebun, yaitu; kepala seksi (kasi) administrasi, senior asisten, asisten kebun dan dokter.

Kasi bertanggungjawab terhadap semua urusan administrasi kebun dan bersama

dengan senior asisten bertugas mengelola gudang. Kasi administrasi membawahi

para karyawan kantor besar. Struktur organisasi Angsana Estate dapat dilihat pada

Lampiran 7.

Senior asisten biasa disebut asisten kepala (askep) bertugas untuk

mengelola emplasemen, traksidan gudang (bersama dengan kasie) serta

mengorganisasikan para asisten divisi. Selain itu, askep juga menjadi

penanggungjawab sementara kebun apabila Estate manager sedang tidak berada

di kebun. Dokter bertugas memeriksa dan mengobati karyawan yang sakit dan

melahirkan. Asisten divisi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan, baik

kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional yang ada di divisi yang

dipimpinnya. Dalam melaksanakan pekerjaannya, asisten divisi dibantu oleh

mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengorganisir dan mengawasi kinerja

karyawan kebun, sedangkan kerani divisi bertugas mengurus seluruh kegiatan

administrasi di lapangan.

Status karyawan di Angsana Estate terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi Estate manager, kasi administrasi, senior asisten dan asisten divisi, sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan

kantor besar, karyawan traksi, karyawan divisi dan karyawan harian.

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

Angsana Estate memberikan fasilitas-fasilitas untuk kesejahteraan para karyawannya. Fasilitas tersebut berupa rumah, air, listrik, sarana ibadah,

poliklinik, penitipan anak, sarana pendidikan dan sarana olahraga. Fasilitas rumah

yang diberikan adalah mess untuk tamu, perumahan staf dan perumahan

karyawan. Mess dan perumahan staf terletak di emplasemen, sedangkan

perumahan karyawan terletak di sekitar kantor divisi masing-masing. Perumahan

(30)

karyawan Divisi III terletak terpisah dari Divisi I dan II. Rumah staf merupakan

bangunan permanen, sedangkan rumah karyawan adalah bangunan semi

permanen. Rumah karyawan terdiri dari dua tipe yaitu: tipe satu rumah (G1) untuk

mandor I, kerani divisi dan mantri, sedangkan tipe dua rumah (G2) untuk

karyawan pada umumnya.

Fasilitas listrik dan air dikelola oleh masing-masing divisi. Perumahan staf

dan mess dikelola oleh emplasemen dengan aliran listrik selama 24 jam,

sedangkan perumahan di divisi mendapatkan aliran listrik selama 7 jam untuk hari

biasa dan 8 jam untuk hari libur. Fasilitas sarana ibadah yang diberikan berupa

masjid di masing-masing divisi. Sarana olahraga yang ada di emplasemen adalah

lapangan voli, bulutangkis, tenis, tenis meja, bilyard, kolam renang anak dan

berbagai macam permainan untuk anak-anak, sedangkan sarana olah raga yang

ada di masing-masing divisi adalah lapangan voli, lapangan bola dan bulutangkis.

Sarana pendidikan yang difasilitasi oleh kebun adalah Play Group, Taman

Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Selain itu, kebun juga memberikan fasilitas penitipan anak yang ada di

masing-masing divisi. Selain memberikan fasilitas-fasilitas umum, kebun juga

memberikan tunjangan-tunjangan kepada karyawannya, yaitu: tunjangan uang

makan dan kendaraan bagi staf serta tunjangan beras bagi karyawan tetap (SKU).

Selain itu, kebun juga memberi tunjangan pendidikan dengan membebaskan biaya

sekolah, fasilitas bus sekolah, tunjangan kesehatan gratis ke poliklinik atau rumah

sakit, tunjangan hari raya (THR) dan bonus akhir tahun. Upah pokok untuk

karyawan SKU sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yaitu

Rp 1 024 000/bulan atau sekitar Rp 34 000,-/hari kerja. Selain itu, karyawan staf

dan non staf juga mendapatkan asuransi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).

(31)
[image:31.595.83.530.119.804.2]

Tabel 4. Data Karyawan Angsana Estate

Sumber: Kantor Besar ASE (Januari, 2010) No Keterangan

Divisi

Traksi Kantor

Besar Total

I II III

L P L P L P L P L P L P Jumlah

Staf:

1 Manager 1 0 1 0 1

2 Kasie 1 0 1 0 1

3 Senior asisten 1 0 1 0 1

4 Asisten divisi 1 0 0 0 1 0 2 0 2

Non staf:

1 a. Mandor I 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 3 0 3

b. Mandor 8 0 4 0 8 1 0 0 0 0 20 1 21

c. Pekerja langsung

Perawatan 30 16 17 0 27 38 0 0 0 0 74 54 128

Panen 24 20 37 18 35 16 0 0 0 0 96 54 150

d. Pekerja tidak langsung SKU

bulanan 1 0 1 0 1 0 24 0 10 13 37 13 50

SKU harian 3 0 4 2 7 1 38 4 4 5 56 12 68

2

Pekerja

Borongan 19 21 0 0 0 0 3 9 0 0 28 32 60

(32)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pemupukan Organik

Di dalam pengolahan TBS (tandan buah segar) di PKS, selain CPO dan

PKO juga dihasilkan bahan sampingan (by-products) dalam bentuk limbah

padatan yaitu janjang kosong (JJK) dan solid basah/ wet decanter solid (WDS) serta limbah cair (POME atau palm oil mill effluent). Ketiga jenis by-products ini

diproduksi setiap hari di PKS dalam jumlah yang cukup besar (JJK + 23% TBS,

WDS + 4% dan POME + 50% TBS). Penanganan dan pengelolaan ketiga jenis

limbah ini secara ekonomis dan efektif sangat penting untuk menjaga kebersihan

dan kelancaran pengolahan di PKS serta untuk menjaga kelestarian lingkungan

dan meningkatkan profit margin perusahaan melalui peningkatan produksi kelapa

sawit (Manual Referensi Agronomi , 2004). Di bawah ini akan penulis uraikan

aplikasi by products sebagai pupuk organik untuk kelapa sawit oleh Angsana Estate (ASE).

Aplikasi janjang kosong. Angsana Estate melakukan pemupukan organik yaitu dengan menggunakan janjang kosong kelapa sawit. Janjang kosong (JJK)

merupakan sisa proses pengolahan tandan buah kelapa sawit oleh pabrik kelapa

sawit (PKS). Produksi JJK PKS adalah sekitar 23% dari tandan buah segar (TBS).

JJK yang diaplikasi adalah JJK segar yang diangkut langsung dari PKS

dan segera diaplikasikan. JJK yang sudah lama menumpuk di lapangan lebih

dari 1 minggu tetapi belum diaplikasikan akan kehilangan banyak hara terutama

kalium (hilang tercuci), sehingga manfaatnya sebagai pupuk akan jauh berkurang.

(33)

Gambar 1. Aplikasi JJK (a) Pemuatan JJK Menuju Titik Aplikasi, (b) Titik Aplikasi JJK

Metode pengaplikasian JJK dilakukan secara manual. JJK diangkut dari

PKS ke blok aplikasi dengan truk berkapasitas ± 4-5 ton dan ± 6-7 ton, kemudian

ditumpuk di gawangan mati yang telah diberi pancang bambu berukuran 2 m.

Masing-masing pancang digunakan untuk satu tumpuk JJK yang dibawa oleh truk.

Aplikasi dilakukan satu kali per tahun. Untuk TBM diaplikasikan di piringan dan

untuk TM di titik-titik pada gawangan mati (antara pohon). Dosis aplikasi JJK

adalah 27 ton/ha/tahun atau 200 kg/titik aplikasi yang setara dengan 4 kali

angkong. Penyusunan aplikasi JJK dilakukan satu lapis untuk mencegah

perkembangbiakan hama Oryctes rhinocerosdan mempercepat pelapukan.

Tiap mandor JJK yang ada di masing-masing divisi ASE membawahi

sekitar 5 hingga 7 karyawan. Standar prestasi kerja perusahaan untuk aplikasi JJK

adalah 15 titik/HK untuk karyawan SKU. Namun pada saat magang, karyawan

yang digunakan adalah karyawan borongan dengan prestasi kerja karyawan

± 38 titik/HK. Pada saat magang penulis hanya dapat mengaplikasikan satu titik

JJK dan menata 15 titik JJK karena keterbatasan alat angkut yaitu angkong dan

gancu. Harga borong untuk aplikasi JJK adalah Rp 1 250/ titik untuk TM dan Rp

1 500/titik untuk TBM.

Aplikasi palm oil mill effluent (POME). Selain janjang kosong, Angsana Estate juga memanfaatkan POME sebagai salah satu pupuk organik untuk membantu memberi tambahan hara bagi tanaman, menyediakan tambahan air dan

(34)

ditetapkan oleh komisi penilai AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan)

daerah setempat. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen

hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai

BOD air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang

terdapat pada kolam penampung limbah akan semakin tinggi. POME memiliki

kadar BOD yang sangat tinggi, rata – rata berkisar 25 000 – 30 000 ppm. Hal ini

telah merubah keadaan normal air dan untuk pengembalian ke kolam penampung

limbah harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pengujian terhadap kadar

BOD di Angsana Estate dilakukan setiap enam bulan sekali.

Pembuatan flatbed untuk aplikasi POME di kebun yaitu pada gawangan mati/gawangan yang berselingan dengan jalan panen, berbentuk empat persegi

panjang dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 m dan kedalaman efektif 0.3 m,

sehingga volume per flatbed adalah 3.072 m3, setara dengan 3.072 ton. Jumlah flatbed sesuai rekomendasi departemen riset adalah ± 150-160 flatbed/ha.

Dosis aplikasi POME berdasarkan departemen riset adalah

750 ton/ha/tahun dengan rotasi 3 kali setahun. Namun, rata-rata jumlah flatbed di

Angsana Estate adalah 109 flatbed/ha dengan volume aktual flatbed ± 2.3 ton/flatbed. Perbedaan jumlah flatbed per ha dan volume per flatbed tersebut

disebabkan oleh topografi Angsana Estate yang umumnya bergelombang yaitu antara 3-20% dan jenis tanah oxisol, yang bertekstur pasir sehingga memiliki daya

jerap air yang tinggi serta dipengaruhi oleh pendangkalan flatbed karena endapan lumpur POME.

POME yang dihasilkan oleh PKS dengan pH sudah mencapai + 7

kemudian dialirkan ke lapangan dengan menggunakan pompa dan dialirkan

melalui pipa primer berukuran 6 inci ke blok-blok aplikasi. Dari blok aplikasi

(35)

Gambar 2. Aplikasi POME (a) Aplikasi POME, (b) Flatbed

Pengaplikasian POME dari kolam limbah ke flatbed dalam blok dilakukan

selama 24 jam. Pada saat magang, aplikasi POME dilakukan oleh enam orang

karyawan yang dibagi dalam dua shift, dua orang pada pagi hingga siang hari, dua

orang dari siang hingga pagi hari berikutnya dan dua orang yang melakukan

perawatan flatbed. Aplikasi POME tersebut harus diawasi secara ketat untuk mencegah terjadinya limpasan POME dari blok aplikasi ke parit/sungai. Untuk

menghindari pendangkalan dan kerusakan flatbed maka secara periodik selama tiga bulan sekali dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur endapan POME

kemudian dibuang ke kanan kiri flatbed di luar piringan untuk menghindari kebocoran flatbed, sedangkan usaha antisipasi untuk mencegah luapan POME antara lain pembuatan parit isolasi dan tanggul pengaman di akhir jalur flatbed. Selain itu, untuk menjaga konsistensi kualitas limbah cair dan air tanah dilakukan

analisis laboratorium secara rutin dan menghentikan atau mengurangi aplikasi

POME di saat hujan.

Karyawan yang bekerja pada aplikasi POME bertugas untuk mengatur dan

menjaga aliran POME yang diaplikasikan serta membersihkan flatbed dari sampah dan pelepah sawit yang menghambat aliran POME. Standar prestasi kerja

karyawan POME adalah 7 jam/HK, sedangkan subervisi yang dilakukan di luar

jam kerja dihitung sebagai lebih borong dengan upah Rp 5 600/jam. Pada saat

(36)

Leaf Sampling Unit (LSU)

Leaf Sampling Unit (LSU) atau pengambilan contoh daun merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan selain

faktor produksi, curah hujan, kesuburan tanah, konservasi lahan, serangan hama

dan penyakit. Pengambilan contoh daun tahun 2010 ini bertujuan untuk

menentukan rekomendasi pemupukan tahun 2010-2011. Pengambilan contoh

daun pada kelapa sawit dimulai pertama kali pada tanaman berumur tiga tahun.

Jadi, pengambilan contoh daun di Angsana Estate dilakukan pada kelapa sawit tahun tanam 2007 hingga tanaman tertua. Adapun alat dan bahan dalam

pelaksanaan LSU adalah plastik kantong hitam, putih, plastik ukuran satu

kilogram, gunting, cat, pensil, pisau, egrek, form LSU, map coklat, kuas pelepah,

foto defisiensi unsur hara. Pengambilan contoh daun di Angsana Estate tahun 2010 dilakukan pada tanggal 30 Maret 2010 hingga tanggal 24 April 2010. Tiap

divisi memiliki dua tim LSU yang terdiri 3 orang di masing-masing tim. Output tim LSU adalah 90 ha per tim. Pengambilan daun dilakukan pada pagi hari hingga

selesai, pada kondisi cuaca cerah, bila terjadi hujan pengambilan daun harus

ditunda.

Proses pengambilan contoh daun dimulai dengan menentukan daun yang

akan digunakan sebagai contoh. Daun yang digunakan sebagai contoh adalah

pelepah daun ke-17 karena pelepah daun ke-17 merupakan pelepah daun yang

paling peka terhadap unsur hara. Pelepah daun ke-17 di egrek dan diturunkan,

kemudian tiga helai anak daun sebelah kanan dan tiga helai anak daun sebelah kiri

pada peralihan anak daun muda dan tua dalam satu pelepah dipotong daunnya

sepanjang 20 cm. Anak daun sebelah kanan diletakkan pada plastik putih

sedangkan anak daun sebelah kiri diletakkan pada plastik hitam, kemudian daun

dipotong dengan ukuran 2-3 cm. Setelah itu, daun diserahkan ke pihak riset untuk

dioven selama 24 jam dengan suhu 80º-110º C. Daun yang telah dioven kemudian

dikirim ke MRC untuk dianalisis sebagai bahan penentuan rekomendasi

(37)

Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh tim sensus dalam

pengambilan contoh adalah tanaman yang dijadikan contoh tidak boleh tanaman

yang ada di pinggir jalan, dekat perumahan, dekat sungai, rawa, parit dan tanaman

sakit. Jika tanaman contoh termasuk dalam salah satu kriteria tersebut maka yang

menjadi tanaman contoh bergeser dua tanaman ke depan atau ke belakang.

Pengambilan contoh daun diikuti dengan pengamatan vegetatif mengenai

tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar pelepah dan tebal pelepah. Selain itu juga

dilakukan pengamatan visual terhadap defisiensi hara. Tiap tim diberi foto tentang

defisiensi hara untuk mempermudah pengamatan. Kendala-kendala yang dihadapi

dalam pengambilan contoh daun adalah belum terampilnya tim sensus dalam

menentukan pelepah ke-17, faktor ketelitian dalam pengukuran dan pengamatan

dan tanaman yang tinggi sesuai dengan umur tanaman sehingga menyulitkan

pengambilan pelepah.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi

yang tidak diinginkan oleh manusia. Gulma biasa tumbuh di sekitar tanaman yang

sedang dibudidayakan dan berasosiasi dengan tanaman budidaya tersebut secara

khas. Gulma dapat tumbuh pada tempat yang miskin hara hingga tempat yang

kaya akan hara. Dalam pertumbuhannya, gulma akan berkompetisi dengan

tanaman budidaya dalam memperebutkan sarana tumbuh yaitu ruang, air, cahaya

dan unsur hara.

Keberadaan gulma yang berlebihan dapat menyebabkan kerugian yang

sangat besar bagi perkebunan kelapa sawit. Kerugian yang disebabkan oleh

keberadaan gulma yang berlebihan yaitu: (a) menurunkan produksi karena

kompetisi sarana tumbuh, (b) menurunkan mutu produksi karena terkontaminasi

oleh bagian-bagian gulma, (c) mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman, (d) menjadi inang bagi hama,

(38)

ada kegiatan pengendalian gulma (Pahan, 2008). Oleh karena itu, keberadaan

gulma yang berlebihan harus dikendalikan.

Namun, tidak semua gulma di gawangan harus diberantas, misalnya pakis

Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp., Turnera subulata. Gulma-gulma tersebut dapat berfungsi sebagai inang musuh alami hama-hama

kelapa sawit (beneficial plant). Selain itu, tanah yang gundul (bebas dari vegetasi)

tidak diinginkan karena dapat mendorong terjadinya kelembaban tanah yang

rendah dan dapat meningkatkan erosi tanah yang sangat merugikan pertumbuhan

tanaman kelapa sawit (Manual Referensi Agronomi, 2004). Oleh karena itu,

keberadaan gulma-gulma tersebut harus dijaga. Jenis gulma dominan yang

ditemukan di Angsana Estate adalah Imperata cylindrica, Scleria sumatrensis, Mikania micrantha, Borreria alata, Ottochloa nodosa, Melastoma malabatricum dan Ageratum conyzoides.

Kegiatan pengendalian gulma merupakan kegiatan rutin dilakukan

sehingga membutuhkan sistem rotasi dalam pelaksanaannya. Penetapan rotasi

diarahkan pada pendekatan konsep ambang ekonomis, artinya selama kerugian

yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang

harus dikeluarkan untuk pengendaliannya, maka pengendalian tidak perlu

dilakukan. Rotasi yang teratur bertujuan untuk menjaga pertumbuhan atau

penyebaran gulma agar tetap pada ambang ekonomis. Oleh karena itu, jumlah

rotasi per tahun untuk satuan luas sangat berpengaruh terhadap biaya

pengendalian gulma yang dibutuhkan. Menurut Manual Referensi Agronomi

(2004), jumlah rotasi semprot per tahun dipengaruhi oleh umur tanaman, jenis

gulma yang dominan, jenis dan herbisida yang digunakan, jenis tanah dan

kerapatan gulma serta keadaan iklim.

Pengendalian gulma di Angsana Estate meliputi pengendalian gulma secara manual maupun kimia. Teknik pengendalian gulma yang dilaksanakan

bergantung pada jenis dan kerapatan gulma, cuaca, topografi lahan, ketersediaan

tenaga kerja serta alat dan bahan. Pengendalian gulma di Angsana Estate mempunyai rotasi 4 kali dalam setahun yaitu 1 kali pengendalian gulma secara

(39)

Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian gulma dengan cara menyemprotkan bahan kimia (herbisida)

yang telah dilarutkan dengan air pada gulma sasaran. Jenis herbisida yang

digunakan oleh Angsana Estate adalah herbisida sistemik dengan merk dagang Kenlon dengan bahan aktif Triklopir butoksi etil eter 480 g/l yang berbentuk cair

berwarna kuning bening, Prima Up dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 480 g/l yang berbentuk cair berwarna kuning keemasandan Starane dengan bahan

aktif Fluroksipir 200 g/l yang berbentuk cair berwarna ungu.

Keuntungan menggunakan pengendalian gulma kimia adalah dapat

mengurangi penggunaan tenaga kerja (prestasi kerja per HK tinggi) dan dapat

mengurangi pelukaan tanaman akibat penggunaan alat. Kelemahan pengendalian

gulma dengan kimia adalah kekurangtelitian penyemprot dapat menimbulkan

keracunan pada tanaman, adanya pengaruh samping terhadap penyemprotdan

kegiatan penyemprotan hanya dapat dilakukan jika cuaca mendukung.

Pengendalian gulma secara kimia di Angsana Estate dilakukan oleh tim semprot kebun dengan sistem BSS (Block Spraying System), yaitu sistem

penyemprotan yang dikerjakan blok per blok dengan mutu penyemprotan yang

lebih baik, subervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Peralatan dan

perlengkapan yang digunakan oleh tim semprot kebun adalah a) satu unit

kendaraan roda empat (truk atau wheel tractor), satu unit tangki untuk membawa

larutan (jika menggunakan wheel tractor), b) satu unit trailer tambahan untuk membawa alat semprot dan tukang semprot (khusus whell tractor), c) 15 - 20 unit

alat semprot (RB-15), diesel dan selang air untuk mengisi tangki air. Penggunaan

unit semprot mempunyai beberapa keuntungan yaitu: penghematan penggunaan

tenaga subervisi, subervisi lebih baik, mobilitas unit semprot yang tinggi, kualitas

pencampuran racun lebih baik karena pengisian air dilakukan di traksi/sumur

(pada sore hari) dan dapat dikontrol oleh asisten serta pengorganisasian kerja lebih

mudah.

Pada saat magang, Angsana Estate sedang memulai penerapan RSPO

(Rountable and Sustainable of Palm Oil) yaitu suatu pengelolaan perkebunan

(40)

lingkungan. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan operasionalnya, Angsana

Estate sangat memperhatikan kelestarian dan keramahan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3) karyawannya. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan adanya peraturan bahwa aplikasi pupuk anorganik dan kegiatan

pengendalian gulma secara kimia tidak boleh melewati area buffer zone, yaitu meliputi area rawa, sungai dan parit yang terdapat di dalam atau pinggir blok.

Batas area buffer zone ini adalah 30 m dari samping kiri dan kanan rawa, sungai dan parit. Hal ini bertujuan untuk menghindari tercemarnya sumber air akibat

larutan kimia herbisida dan larutnya pupuk anorganik. Area buffer zone dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Buffer Zone

Dalam penerapan RSPO, keselamatan dan keamanan kerja (K3) karyawan

di Angsana Estate juga sangat diperhatikan. Setiap karyawan dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan kegiatan operasional yang dilakukan.

Karyawan semprot juga mendapatkan APD berupa seragam, apron, pelindung

(41)
[image:41.595.114.516.95.413.2]

Gambar 4. Alat Pelindung Diri Tim Semprot Angsana Estate

Berdasarkan cara kerjanya, tim semprot kebun dengan sistem BSS dibagi

menjadi 2 yaitu: tim semprot untuk mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis

dan tempat pengumpulan hasil (TPH) serta tim semprot untuk mengendalikan

gulma di gawangan.

Penyemprotan gulma piringan, pasar rintis dan TPH

Piringan adalah daerah di sekitar tanaman kelapa sawit yang berguna

untuk tempat penyebaran pupuk, tempat jatuhnya brondolan dan tandan buah

segar. Pasar rintis adalah jalan di antara dua jalur kelapa sawit yang berfungsi

sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan menjalankan kegiatan

operasional lainnya. Tempat pengumpulan hasil atau TPH adalah tempat

pengumpulan hasil panen sebelum hasil panen dikirim ke PKS. Ketiga sarana

tersebut merupakan sarana-sarana yang paling penting dalam kegiatan perawatan

dan produksi. Oleh karena itu, sarana-sarana tersebut memerlukan pemeliharaan

yang berkesinambungan subaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Tim semprot piringan, pasar rintisdan TPH menggunakan alat semprot

CDA (Controlled droplet application). Di pasaran, alat ini dikenal dengan nama

PELINDUNG KEPALA

PELINDUNG MATA

MASKER SERAGAM

SARUNG TANGAN APPRON

(42)

Micron Herbi atau merk lainnya dan umum dipergunakan di perkebunan. Alat semprot ini digunakan untuk sistem aplikasi cairan dengan volume rendah (Ultra

low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna biru. Alat ini digerakkan dengan tenaga aki dan dinamo untuk memutar stiknya. Alat ini

mempunyai kapasitas 10 l / knapsack. Bahan kimia (herbisida) yang digunakan

adalah campuran Prima Up dan Starane dengan perbandingan 7.5 : 1.5.

Konsentrasi campuran yang digunakan setelah dilakukan kalibrasi adalah 2.7%,

artinya ada 27 ml herbisida dalam 1 l air.

Tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH terdiri dari enam orang

karyawan tetap perempuan. Dalam pelaksanaannya, penyemprotan herbisida

menggunakan air hujan yang tertampung di parit-parit blok (road site pit) sebagai

pelarutnya. Setelah disemprot, piringan harus bebas dari segala jenis gulma dan

rumput-rumputan. Untuk mempermudah penyemprotan dan agar dihasilkan

semprotan yang merata, penyemprotan piringan dilakukan searah jarum jam (ke

kanan).

Penyemprotan piringan dilakukan secara selektif, artinya bila saat

penyemprotan dijumpai piringan yang masih bersih sesuai standar, maka piringan

tersebut dapat ditinggalkan. Standar prestasi karyawan adalah 5 ha/ HK. Namun

biasanya prestasi kerja karyawan mencapai 7.5 ha /HK, sehingga selisih hektar

antara prestasi dan standar dihitung sebagai premi dengan upah Rp 5 500/ ha.

Prestasi penulis adalah 1 ha/HK karena keterbatasan alat.

Kendala-kendala yang sering dihadapi oleh tim semprot piringan, pasar

rintis dan TPH adalah kerusakan pada alat semprot, kesulitan dalam penyediaan

air pada musim kemarau, kualitas larutan herbisida yang kurang bagus karena

penggunaan air-air keruh yang ada pada parit blok dan kondisi cuaca yang tidak

menentu yang dapat mengurangi efektivitas penyemprotan. Penyemprotan

piringan dapat dilihat pada Gambar 5.

(43)
[image:43.595.223.414.113.258.2]

Gambar 5. Penyemprotan Piringan

Penyemprotan gulma gawangan

Gawangan adalah areal yang berada di luar piringan tanaman dan pasar

rintis. Areal tersebut harus dikendalikan dari gulma yang dapat menghambat

pertumbuhan tanaman, tanaman inang hama serta menciptakan kondisi yang tidak

terlalu lembab agar penyerbukan dapat berlangsung lancar dan mencegah

berkembangnya penyakit tanaman. Selain itu, pengendalian gulma pada gawangan

dapat memberi peluang cahaya matahari sampai ke permukaan tanah.

Pengendalian gulma gawangan adalah membersihkan gulma anak kayu

yang merugikan tanaman maupun menyulitkan kegiatan lain yang ada di

gawangan maupun piringan, pasar rintis dan TPH. Gawangan harus bebas dari

anak kayu, pakis-pakisan (yang merugikan), keladi liar, pisang liar, bambu liar,

kerisan dan kentosan. Jenis gulma dominan yang ada di gawangan antara lain:

Melastoma sp., Chromolaena odorata, goloran dan gulma berkayu lainnya. Penyemprotan gulma di gawangan menggunakan alat semprot punggung

semi-otomatis RB 15 dengan kapasitas 15 l, dengan sistem aplikasi cairan volume rendah ( ultra low volume ). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna hitam.

Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di gawangan adalah

herbisida purna tumbuh yang sistemik dengan nama dagang Kenlon. Konsentrasi

yang digunakan adalah 0.3%, sebanyak 3 ml herbisida dilarutkan dengan 1 l air.

(44)

Penyemprotan gulma di gawangan dilakukan oleh tim semprot yang terdiri

dari 15 orang karyawan tetap wanita dan satu orang mandor dilengkapi dengan

satu unit kendaraan roda empat (truk) untuk membawa tangki air. Penyemprotan

dilakukan block by block dengan standar prestasi kerja sebesar 3 ha/HK untuk areal tanaman TM dan 2 ha/HK untuk areal TBM. Prestasi kerja penulis pada saat

magang adalah 5 ha/HK. Bila prestasi kerja karyawan melebihi standar prestasi

kebun, diberikan premi sebesar Rp 11 000/ha. Kendala - kendala yang sering

dihadapi tim semprot gawangan adalah terjadinya kerusakan pada alat kerja

seperti pada nozel dan pompa knapsack. Selain itu, cuaca yang tidak menentu dengan intensitas hujan yang tinggi juga mengurangi efektivitas penyemprotan

gulma. Tim semprot gawangan memasuki blok dan penyemprotan anak kayu

dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) (b)

Gambar 6. Aplikasi Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) Tim Semprot Memasuki Blok, (b) Penyemprotan Anak Kayu

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual adalah pengendalian gulma yang dilakukan dengan menggunakan alat seperti

cados (cangkul dodos), arit, parang dan garukan. Pengendalian gulma secara manual ini untuk mengendalikan gulma yang ada di piringan, pasar rintis dan

gawangan. Pengendalian manual ini mempunyai kelebihan yaitu dapat dilakukan

kapan saja, tidak terpengaruh waktu dan cuaca serta hasil dapat langsung

diketahui sehingga lebih mudah dalam melakukan pengawasan, sedangkan

kelemahannya adalah terjadi kerusakan akar tanaman atau pelukaan yang

(45)

hujan dapat menyebabkan genangan air dan memperbesar peluang erosi pada

tanah miring.

Kegiatan pengendalian gulma di Angsana Estate umumnya dilakukan oleh

tenaga kerja harian, borongan dan karyawan tetap. Kegiatan pengendalian gulma

manual ini meliputi pekerjaan rawat piringan dan pasar rintis (pada TBM) dan

babat tanaman pengganggu (BTP) pada TBM dan TM.

Rawat piringan dan pasar rintis

Pekerjaan ini biasa dilakukan oleh tenaga harian dan borongan. Piringan

pada tanaman belum menghasilkan (TBM) mempunyai jari-jari 20 cm dari ujung

daun terluar. Rawat piringan pada TBM tersebut menggunakan arit, parang dan

garukan. Gulma yang biasanya terdapat di piringan TBM adalah kacangan,

kentosan (berasal dari brondolan sawit yang tidak terkutip), Mikania micrantha, anak kayu dan rumput-rumputan. Rawat piringan manual dilakukan dengan

membabat gulma dan rumput hingga pangkal, kemudian sisanya dapat dicados

hingga akarnya. Goloran kacangan dan Mikania micrantha yang ada pada tanaman ditarik kemudian dibabat hingga akar, sedangkan kentosan dibersihkan

dengan digaruk dan rumput-rumputan dibabat. Standar kerja karyawan adalah

0.25 ha/HK, namun umumnya prestasi BHL adalah 0.3 ha/HK, dengan upah

Rp 40 000/HK. Prestasi penulis pada saat magang adalah 0.1 ha/HK.

Pengendalian gulma pasar rint

Gambar

Tablet Pupuk Tablet
Tabel 3. Produksi dan Produktifitas Angsana Estate Tahun 2004-2009
Tabel 4. Data Karyawan Angsana Estate
Gambar 4. Alat Pelindung Diri Tim Semprot Angsana Estate
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Peneletian : Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT.. Putri Hijau,

STUOI PENGELOLAAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) 01 PT INOOTRUBA TENGAH,..

Taksonomi dari kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa

Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Kolam Aerob Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre-Nursery..

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan untuk mendapatkan pertambahan pertumbuhan yang baik bagi tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) belum

Pengaruh Beberapa Kombinasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dengan Pupuk NPKMg 12-12-17-2 terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) pada

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq. ) merupakan salah satu tanaman perkebunan penghasil minyak nabati yang telah menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan

Untuk mencapai keefektifan dan efisiensi pemupukan pada kelapa sawit maka manajemen pemupukan di lapangan harus diupayakan seoptimal mungkin, antara lain pemupukan kelapa