• Tidak ada hasil yang ditemukan

Recreation Opportunity Spectrum (ROS)

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 41-46)

Klasifikasi ROS di Pulau Sepanjang menunjukkan bahwa Pulau Sepanjang masih tergolong remote. Hal ini dapat terlihat dari persentase terbesar yaitu 44.41%, kemudian backcountry 42.80%, frontcountry 6.75%, rural 5.08%, urban 0.92% dan wilderness 0.06% (Tabel 34). Sebaran klasifikasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 39 dan 40.

Tabel 34 Luas dan persentase wilayah kategori ROS

Wilayah ROS Kategori ROS

Urban Rural Frontcountry Backcountry Remote Wilderness

Laut (ha) 4.8960 782.3310 3 701.6940 20 966.8550 24 837.8560 33.7920

Darat (ha) 552.2300 2 304.2930 402.3450 5 051.8560 2 160.1400 0.0000

ROS Total (ha) 557.1260 3 086.6240 4 104.0390 26 018.7110 26 997.9960 33.7920

Gambar 39 Spektrum ROS 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Laut Darat ROS Total

P er sent a se RO S P ula u Sepa nja ng Kawasan

Persentase Wilayah ROS Pulau Sepanjang

1% 5% 7% 43% 44% 0% ROS Total

Kelas urban dan rural di Pulau Sepanjang sangat sedikit persentasenya. Ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan oleh masyarakat masih sangat sedikit. Disisi lain ini memberikan keuntungan karena ini artinya pencemaran yang dihasilkan dari masyarakat juga sedikit, selain itu masih ada peluang untuk pengembangan fasilitas-fasilitas pendukung wisata yang bisa dibangun. Tetapi ini bisa menjadi kelemahan karena untuk awal pengembangan wisata, jumlah wisatawan yang bisa datang dan tinggal di Pulau Sepanjang untuk berwisata menjadi terbatas karena terbatasnya pemukiman masyarakat yang bisa dijadikan tempat penginapan.

Pertumbuhan pembangunan fisik sebenarnya secara alami akan terjadi pada kawasan yang berkembang dan menawarkan peningkatan ekonomi. Tetapi jika tidak ada akselerasi yang dilakukan, maka pertumbuhan ini akan berjalan sangat lambat karena tidak adanya pemicu peningkatan pertumbuhannya.

Pada kelas frontcountry, juga masih sangat sedikit persentasenya. Sedikitnya persen kelas frontcountry disebabkan sedikitnya jalan yang bisa dilalui oleh mobil 2 wd dan 4 wd, umumnya jalan yang ada hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua saja, sedangkan untuk mobil keberadaannya hanya dalam jarak yang pendek. Luasan dan keberadaan kelas ini juga berbanding lurus dengan keberadaan kelas urban dan rural, karena keberadaan jalan dipengaruhi adanya bangunan dan penggunaan lahan.

Kelas yang didukung dengan akses yang mudah ini, memberikan pilihan bagi wisatawan untuk melakukan aktivitas dalam waktu yang pendek, bahkan dalam hitungan jam. Kawasan ini juga dapat menawarkan pengalaman wisatawan yang menyukai wisata dengan berbagai fasilitas dan berjumpa dengan penduduk lokal untuk bermasyarakat.

Kawasan dengan kelas frontcoutry juga bisa dijadikan batas untuk pembangunan fisik yang dilakukan kedepannya untuk mendukung volume pengunjung. Adanya penataan pembangunan fisik dengan memberikan ruang untuk kawasan preservasi merupakan bentuk pembangunan wisata berkelanjutan yang tertata dan terarah.

Berbeda dengan kelas backcountry. Kawasan ini lebih memberikan kedekatan dengan alam karena jauh dari pemukiman dan penggunaan lahan lainnya, selain itu perjumpaan dengan masyarakat dan wisatawan lain rendah. Dalam kawasan ini mulai diperlukan adanya pengaturan wisatawan dengan membatasi jumlah wisatawan dan jenis kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan.

Kawasan ini bisa dijadikan daerah penyangga sumberdaya yang ada sehingga bisa lestari, utamanya kawasan yang mengelilingi kawasan remote. Fungsi ini bisa didapatkan karena kelas backcountry berada diantara kawasan frontcountry dan remote, dimana kawasan ini terbentuk setelah area urban, rural dan frontcountry.

Kelas berikutnya adalah remote. Kawasan ini di Pulau Sepanjang keberadaannya paling luas. Ini menunjukkan bahwa Pulau Sepanjang masih alami dan belum banyak termanfaatkan terutama pembangunan fisik.

Jauhnya akses dan sedikitnya pemanfaatan, umumnya kawasan remote memiliki sumberdaya yang masih sedikit mendapatkan tekanan dari manusia, sehingga membuat sumberdaya yang ada tersebut kondisinya baik dan indah. Karakteristik seperti ini yang dapat memberikan kepuasan bagi wisatawan untuk menikmati keindahan alam, ketenangan dan kenyaman. Untuk itu, kawasan yang seperti ini perlu mendapatkan perlindungan agar kondisinya tidak rusak dan tetap lestari.

Kelas terakhir yang didapatkan di Pulau Sepanjang adalah kawasan wilderness. Kelas ini sulit didapatkan di pulau kecil, mengingat buffer yang dibutuhkan sangat jauh (> 10 km dari area penggunaan lahan). Kawasan ini bisa didapatkan di area darat jika basis pemetaannya kepulauan, dan entry pointnya dari pusat administrasi atau pulau dengan kriteria urban.

Kawasan ini sangat sedikit keberadaannya di laut Pulau Sepanjang, dan lebih sesuai untuk kegiatan wisata bahari (berlayar, melihat ikan, menjelajah, dan lain-lain). Meskipun ini memberikan peluang untuk penyediaan jenis wisata yang berbeda, tetapi pelaksanaannya membutuhkan fasilitas yang benar-benar bagus dan wisatawan yang memiliki keterampilan sangat baik, sehingga dalam pengelolaannya membutuhkan biaya yang sangat besar.

Metode ROS yang telah dikembangkan melalui teknologi SIG sangat membantu dan mempercepat perencanaan kawasan untuk wisata. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, sangat penting menggunakan data-data spasial baik dari citra satelit dan sumber-sumber lainnya secara lengkap dan detail, utamanya data penggunaan lahan dan kualitas sumberdaya berkaitan dengan jenis aktivitas yang bisa ditawarkan.

Klasifikasi ROS yang dihasilkan juga menunjukkan besarnya peluang pengembangan rekreasi dengan berbagai jenis pengalaman wisata yang bisa ditawarkan baik di laut maupun di darat. Orams (1999) memberikan contoh aktivitas yang bisa dilakukan di wilayah remote seperti berlayar, memancing dan berperahu. Untuk wilayah backcountry bisa diarahkan ke aktivitas selam, snorkeling, powerboat dan sailing, sedangkan frontcountry bisa diarahkan aktivitas para-sailing, surfing, snorkeling, memancing, berenang dan pemandangan. Untuk wilderness lebih sesuai diarahkan pada aktivitas berlayar, berburu ikan (melihat lumba-lumba, dan lain-lain) dan memancing. Wilayah urban dan rural memungkinkan untuk aktivitas permainan, olahraga pesisir, kuliner, pemandangan, melihat-lihat aktivitas masyarakat dan ikut aktivitas masyarakat.

Pemilihan jenis aktivitas wisata berkaitan dengan akses, tingkat ketenangan dan kenyamanan dalam melakukan aktivitas wisata. Semakin jauh area dari pemanfaatan lahan maka semakin tinggi suasana alam yang bisa dinikmati, tetapi semakin tinggi kriteria wisatawan yang bisa menikmati jenis wisata yang disediakan.

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 41-46)

Dokumen terkait