• Tidak ada hasil yang ditemukan

Touristic Ecological Footprint (TEF)

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 46-50)

Ecological Footprint (EF) dari wisata diukur berdasarkan pada semua jenis konsumsi yang digunakan, baik itu makanan maupun bangunan/fasilitas. Selain itu juga diukur limbah padat yang dihasilkan oleh setiap wisatawan dari makanan dan selama perjalanan.

Jenis kegiatan wisatawan di Pulau Sepanjang umumnya bertujuan untuk melakukan penelitian dengan jumlah rombongan bisa mencapai 5 orang, sedangkan untuk wisatawan lokal umumnya benar-benar berwisata dan bersilaturahmi pada keluarganya. Jenis wisata masyarakat sekitar adalah rekreasi

pantai dan waktu kunjungan terjadi pada hari-hari besar islam saja. Jenis makanan yang dikonsumsi berbahan baku utama padi (0.32 kg/makan/orang) dan ikan (0.29 kg/makan/orang) dengan frekuensi makan 3 kali sehari. Makanan yang dikonsumsi biasanya disediakan oleh tuan rumah tempat wisatawan tersebut menginap. Penginapan yang digunakan adalah rumah penduduk/guest house dengan lama berwisata rata-rata 4 hari (2 hari di perjalanan/pulang-pergi dan 2 hari di akomodasi/menginap).

Pemenuhan kebutuhan wisatawan seperti makanan kecil, oleh-oleh, dan lain-lainnya, biasanya wisatawan dapatkan dengan berbelanja di pasar setempat dan toko-toko yang ada. Di Pulau Sepanjang terdapat 15 tempat yang bisa dikunjungi untuk berbelanja (BPS Kab. Sumenep 2010) dengan rata-rata kunjungan selama berwisata 2 kali.

Jenis kendaraan utama yang digunakan dalam berwisata adalah perahu karena aktivitas paling banyak adalah wisata selam, kemudian mangrove, pantai dan melihat-lihat saja, sedangkan untuk mobilitas di daratan menggunakan sepeda motor dari penduduk. Rata-rata perjalanan wisatawan ke setiap objek yang dikunjungi sejauh 5 km/hari, tetapi jika diukur panjang jalan yang ada menuju objek wisata dengan asumsi panjang jalan ini merupakan panjang potensial untuk dilewati wisatawan adalah 51.36 km.

Tidak ada fasilitas yang mendukung untuk kegiatan wisata, bahkan tempat sampah juga tidak ada. Rata-rata sampah yang dibuang oleh wisatawan sebanyak 1.5 kg/orang (1 kg sampah sisa makanan dan 0.5 kg sampah anorganik berupa plastik, bahan logam, dan lain-lain yang umumnya dihasilkan pada saat melakukan perjalanan). Selain objek sumberdaya, tempat yang bisa dikunjungi adalah tempat perbelanjaan, yaitu pasar tradisional dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan dan makanan kecil selama perjalanan, dan melakukan aktivitas partisipan lain di masyarakat dengan rata-rata waktu 3 jam.

Untuk jarak menuju Pulau Sepanjang setiap wisatawan beragam, tergantung asal wisatawan tersebut, tetapi dalam hal ini yang didapatkan wisatawan paling jauh berasal dari Jabodetabek. Adapun jarak dan jenis kendaraan yang digunakan wisatawan dari Jakarta menuju Pulau Sepanjang antara lain Jakarta-Surabaya 674 km (pesawat terbang) Surabaya-Kalianget 223 km (bus), Kalianget-Pelabuhan

Kangean 265.54174 km (kapal laut), Pelabuhan Kangean – Kayu Aruh 30.55652 km (angkutan umum), Kayu Aruh-Pulau Sapeken 18.48793 km (perahu) dan Pulau Sapeken – Pulau Sepanjang 17.16511 km (perahu).

Beberapa hiburan lain yang bisa dinikmati oleh wisatawan adalah melihat aktivitas masyarakat. Salah satu yang sering dilihat oleh wisatawan adalah olahraga bola volley. Untuk kegiatan budaya wisatawan belum bisa menikmatinya, karena aktivitas budaya tersebut hanya ada pada waktu-waktu tertentu dan belum dikelola untuk produk wisata. Dari hasil di atas, dapat dihitung nilai touristic ecological footprint (TEF) di Pulau Sepanjang, hasil perhitungan tersebut ditunjukkan pada Tabel 35.

Pada Tabel 36 dapat dilihat jumlah total TEF sebesar 0.162504 ha atau setiap wisatawan mengkonsumsi sumberdaya alam sebesar 0.162504 ha/orang. Nilai ini masih terbilang relatif kecil, karena jenis wisata yang ada berbasis pada ekologi dan jenis kegiatan wisata yang ada sedikit, belum terkelola dan menjadi produk utama yang dipasarkan.

Tabel 35 Jumlah dan tipe komponen ecological footprint dari wisatawan Pulau Sepanjang

Tipe Komponen EF (ha) Ratio (%)

Konsumsi Sumberdaya

Food and Fibre, eff 0.007808 4.80

Accommodation, efa 0.000858 0.53 Transport, eft Pesawat 0.031813 19.58 Bus 0.007448 4.58 Kapal cepat 0.002390 1.47 Perahu motor 0.058828 36.20 Mobil 0.042779 26.32 Other 0.000925 0.57 Total 0.144182 88.73 Sightseeing, efs 0.009140 5.62 Purchase, efp 0.000207 0.13 Entertainment, efe 0.000095 0.06 Total 0.162289 99.87

Wastes Solid wastes, efw 0.000215 0.13

Jika dilihat dari persentase dari setiap komponen yang dihitung, maka nilai konsumsi yang paling besar adalah komponen transportasi yaitu 88.73% (0.144182 ha). Dibandingkan dengan wisatawan yang telah dikelola sebagai produk pasar, maka nilai ini masih cukup kecil, seperti yang ada di Shangri-La sebesar 0.17250 ha (Peng dan Guihua 2007) dan Adelaide sebesar 0.66 gha (Agrawal et al. 2006). Hal ini dikarenakan jenis kendaraan yang digunakan sebagai fasilitas wisata di Pulau Sepanjang masih tradisional dan jarak untuk mendapatkan objek wisata yang diharapkan tidak terlalu jauh dari tempat menginap.

Nilai yang terbesar kedua adalah sightseeing yaitu 5.62% (0.009140 ha). besarnya persentase ini disebabkan oleh jenis aktivitas wisata yang memakan energi yang besar yaitu selam dan penjelajahan (pantai dan mangrove), meskipun tidak ada fasilitas bangunan pendukung kegiatan ini. Yang ketiga adalah komponen food dan fibre sebesar 4.80% (0.007808 ha). nilai ini diperkirakan lebih besar 1.1851 kali dari masyarakat lokal dimana masyarakat lokal menghabiskan konsumsi beras sebanyak 25 kg/bulan.

Nilai TEF yang ada, jika dibandingkan dengan biocapacity (BC)/kapasitas lahan Pulau Sepanjang masih tergolong undershoot (BC > EF). Nilai total BC yang terhitung adalah 25 958.91027 ha (Tabel 36), lalu jika dibagi dengan nilai TEF maka nilai daya dukung Pulau Sepanjang mencapai 159 743 orang.

Tabel 36 Analisis daya dukung Pulau Sepanjang menggunakan ecological footprint (EF)

Kategori Area (ha) BC (ha) EF

(ha/capita) Daya Dukung Pulau (BC/EF) (capita) Cropland/Arable Land 26 110.9420 0.162504 159 743 Forest 7 881.51 12 909.91338 Grazing Land/Pasture 2 096 2 121.1520

Marine & Inland Water 48 310.977 10 725.03689

Built-up Land 36.6 91.866

Jumlah 58 351.0870 25 958.91027

Nilai daya dukung pulau (DDPl) tersebut diasumsikan bahwa Pulau Sepanjang mampu menampung sebanyak 159 743 wisatawan untuk semua jenis aktivitas wisata yang ada. Nilai ini digunakan sebagai penanda batas kemampuan

ekologi Pulau Sepanjang karena DDPl tersebut bisa ditingkatkan dengan teknologi dan penguatan ekspor-impor dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan yang ada.

DDPl yang dihitung dari EF jika dibandingkan dengan total nilai daya dukung pemanfaatan wisata (DDP) dengan asumsi setiap hari jumlah wisatawan yang datang sesuai dengan DDP, maka jumlah total DDP menjadi 606 265 orang/tahun, atau jika nilai EF yang merupakan daya dukung dalam satu tahun, apabila dijadikan nilai per hari, maka nilai DDPl menjadi 968 orang/hari. Nilai DDPl ini jauh lebih kecil dibanding DDP atau DDP lebih besar 3.80 kali DDPl.

Selain itu, perlu dipertimbangkan kondisi eksisting yang ada. (Walsh et al. 2010) menyatakan metode-metode yang ada memang butuh dibandingkan dengan analisis EF. Selain itu kesesuaian kondisi lokal sangat penting dan dibutuhkan untuk kebenaran analisis dan agar lebih aplikatif.

Hal ini bukan menjadi permasalahan bagi pengelolaan wisata, karena wisatawan sendiri dalam melakukan wisata di Pulau Sepanjang tidak harus bermalam di Pulau Sepanjang, melainkan bisa bermalam di pulau-pulau sekitarnya. Tetapi nilai DDPl dan DDP ini tetap menjadi patokan utama dalam mengontrol jumlah wisatawan agar sumberdaya Pulau Sepanjang tetap berkelanjutan untuk pemanfaatan wisata dengan kenyamanan, ketenangan dan pengalaman wisatawan tetap tercapai.

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 46-50)

Dokumen terkait