• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

C. Refleksi

Peneliti kembali melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus II. Refleksi ini berguna untuk memperbaiki kendala atau kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan siklus II. Berdasarkan kendala atau kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran siklus II diharapkan guru dapat mengambil manfaat dari hal tersebut. Refleksi yang dilakukan oleh peneliti mencakup dua aspek yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar.

a. Proses Pembelajaran

Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu tanggal 17 dan 22 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 3 × 35 menit (3jp) menyesuaikan alokasi waktu di SDN Perumnas Condongcatur. Pada pertemuan pertama membahas operasi hitung penjumlahan dan pengurangan antar satuan waktu. Kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama ini secara keseluruhan sudah sesuai dengan RPP dan berjalan dengan lancar dibandingkan pada siklus I. Pada pertemuan pertama ini masih terdapat kendala yaitu masih ada beberapa siswa yang malu untuk bertanya kepada guru apabila menemui kesulitan, sehingga guru harus memancing siswa untuk bertanya dengan cara memberikan reward kepada siswa yang berani mengajukan pertanyaan.

Pada siklus II pertemuan kedua semua siswa terlihat lebih antusias untuk mengikuti proses pembelajaran. Setiap siswa sudah bisa bekerjasama dengan baik bersama kelompoknya dan kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua ini sudah tercapai dengan baik sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.

b. Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis

Hasil belajar pada siklus II terdapat peningkatan dibandingkan hasil belajar pada siklus I. Perolehan rata-rata hasil belajar dan persentase ketuntasan meningkat. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran, baik dalam proses pembelajaran ataupun

hasil yang diperoleh. Keterbatasan dalam penelitian ini hanya terbatas pada dua siklus.

3. Grafik Penelitian Hasil Belajar

Gambar 4.1 adalah grafik yang menggambarkan hasil penelitian yaitu rata-rata hasil belajar siswa dari kondisi awal, evaluasi 1, dan evaluasi 2.

Gambar 4.1 Rata-Rata Hasil Belajar

Hasil belajar pada kondisi awal diperoleh rata-rata sebesar 63,38 yang diperoleh dari hasil belajar 1 tahun terakhir. Hasil belajar pada evaluasi 1 diperoleh rata-rata sebesar 73,36 dengan target sebesar 70. Hasil belajar pada evaluasi 2 diperoleh rata-rata sebesar 87,44 dengan target sebesar 75.

Peneliti juga menyajikan grafik yang menggambarkan hasil penelitian mengenai persentase ketuntasan hasil belajar siswa dari kondisi awal, evaluasi 1, dan evaluasi 2 sebagai berikut:

63,38 7073,36 75 87,44 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kondisi awal Evaluasi 1 Evaluasi 2

Kondisi awal Target Pencapaian

Gambar 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Kondisi awal hasil belajar diperoleh persentase 42,85% yang diperoleh dari hasil belajar 1 tahun terakhir. Pencapaian persentase ketuntasan hasil belajar pada evaluasi 1 adalah 76% dengan target sebesar 70%. Pada evaluasi 2 diperoleh persentase sebesar 88% dengan target sebesar 75%.

4. Grafik Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis

Gambar 4.3 adalah grafik yang menggambarkan hasil penelitian kuesioner kemampuan berpikir kritis dari kondisi awal dan kondisi akhir. Hasil penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada siswa.

42,85% 70% 75% 76% 88% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00%

Kondisi awal Evaluasi 1 Evaluasi 2

Kondisi awal Target Pencapaian

Gambar 4.3 Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis

Kondisi awal pada indikator pertama diperoleh nilai 64,4 sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 77,4. Kondisi awal pada indikator kedua diperoleh nilai 60,4 sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 79,6. Kondisi awal pada indikator ketiga diperoleh nilai 62,4, sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 74,4. Kondisi awal indikator keempat diperoleh nilai 63,47, sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 74,13. Kondisi awal pada indikator kelima diperoleh nilai 64,4, sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 78,8. Kondisi awal pada indikator keenam adalah 64,2, sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 78,8. Keseluruhan indikator pada kondisi awal diperoleh nilai 63,08, sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai sebesar 77,04.

Selain grafik rata-rata hasil kuesioner, peneliti juga menyajikan data persentase jumlah siswa yang kritis sebagai berikut:

64,4 60,4 62,4 63,47 64,4 64,2 63,08 77,4 79,6 74,4 74,13 78,8 78,8 77,04 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Awal Siklus Akhir Siklus

Gambar 4.4 Persentase Jumlah Siswa yang Kritis

Kondisi awal pada indikator pertama diperoleh persentase sebesar 48% dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 80% dengan target 70%. Kondisi awal pada indikator kedua diperoleh persentase sebesar 44% dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 84% dengan target 70%. Kondisi awal pada indikator ketiga diperoleh persentase sebesar 44% dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 44% dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 80% dengan target 70%. Kondisi awal pada indikator keempat diperoleh persentase sebesar 43,33% dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 76% dengan target 70%. Kondisi awal pada indikator kelima diperoleh persentase sebesar 40% dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 88% dengan target 75%. Kondisi awal pada indikator keenam diperoleh persentase sebesar 56% dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 84% dengan target 75%.

48% 44% 44% 43,33% 40% 56% 32% 70% 70% 70% 70% 75% 75% 75% 80% 84% 80% 76% 88% 84% 88% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kondisi awal Target Kondisi Akhir

Keseluruhan dari kondisi awal sebesar 32% dan pada kondisi akhir sebesar 88% dengan target 75%.

3. Grafik Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis

Grafik hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini:

Gambar 4.5 Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis

Siklus 1 pada indikator pertama diperoleh skor 56, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 67,5. Siklus 1 pada indikator kedua diperoleh skor 58,5, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 62. Siklus 1 pada indikator ketiga diperoleh skor 56,5, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 59,5. Siklus 1 pada indikator keempat diperoleh skor 60,5, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 65. Siklus 1 pada indikator kelima diperoleh skor 62,5, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 63,5. Siklus 1 pada indikator keenam diperoleh skor 57,5, sedangkan pada siklus

56 58,5 56,5 60,5 62,5 57,5 58,58 67,5 62 59,5 65 63,5 59 62,75 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Siklus 1 Siklus 2

2 diperoleh skor 59. Keseluruhan diperoleh skor 58,58 pada siklus 1, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 62,75. Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada siklus I adalah 60%, sedangkan persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada siklus II adalah 80%.

B. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi pengukuran waktu siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur.

1. Proses Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Proses pembelajaran kontekstual yang digunakan oleh peneliti adalah model pembelajaran kontekstual. Pembelajaran ini menekankan masalah pada kehidupan sehari-hari yang diterapkan pada saat pembelajaran berlangsung. Komponen pembelajaran kontekstual sudah bisa diterapkan pada saat penelitian sesuai dengan rencana yang dibuat oleh peneliti dalam RPP. Pada setiap pertemuan peneliti mencoba untuk menerapkan komponen-komponen yang terdapat pada model pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme, bertanya, masyarakat belajar, inkuiri, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Penerapan komponen tersebut sudah dapat diterapkan di setiap pembelajaran. Konstruktivisme pada penelitian ini seperti kegiatan menggali pengetahuan awal siswa sebelum memahami lebih dalam mengenai materi yang akan dipelajari, serta ketika menyelesaikan soal cerita pengukuran waktu. Bertanya terdapat pada kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa

atau siswa dengan guru. Masyarakat belajar diterapkan melalui kerjasama antar siswa yang tergabung dalam suatu kelompok. Menemukan pada penelitian ini terdapat pada kegiatan memahami konsep pengukuran waktu dengan menggunakan media pembelajaran.

Pemodelan terdapat pada saat guru meminta siswa untuk menunjukkan letak jarum pendek dan jarum panjang pada jam sesuai dengan waktu yang ditentukan. Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran yang berisikan kendala dan pengalaman yang ditemukan siswa selama mengikuti proses pembelajaran serta perasaan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Penilaian sebenarnya terdapat pada rubrik penilaian yang telah ditentukan oleh peneliti.

2. Peningkatan Hasil Belajar

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II pada mata pelajaran matematika mengalami peningkatan hasil belajar siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016 pada materi pengukuran waktu. Penerapan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan tujuh koponen dapat meningkatkan rata-rata dan persentase ketuntasan siswa. Data hasil belajar siswa diperoleh dari jumlah rata-rata hasil evaluasi yang dilakukan pada tiap akhir siklus I dan II. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jihad (2012: 15) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukannya proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan

penelitian yang dilakukan oleh Surtinah (2013), Erma Octaviani (2013), dan Junaida (2013), karena memiliki variabel yang sama yaitu hasil belajar. Agar dapat mengetahui target dan pencapaian dalam penelitian ini, peneliti menjabarkan hasil belajar dalam bentuk tabel 4.23 sebagai berikut:

Tabel 4.22 Perbandingan Target dan Pencapaian Hasil Belajar

Peubahan Indikator Kondisi Awal

Evaluasi Siklus 1 Evaluasi Siklus 2 Target Capaian Target Capaian

Hasil Belajar Nilai Rata-rata siswa 63,38 70 73,36 75 87,44 Persentase jumlah siswa mencapai KKM 42,85% 70% 76% 75% 88%

Hasil belajar siswa yang diperoleh dari setiap evaluasi diperoleh rata-rata yang mengalami peningkatan. Peningkatan dapat dilihat mulai dari kondisi awal dengan rata-rata 63,38 dan terjadi peningkatan sebesar 9,98 sehingga diperoleh rata-rata 73,36 di siklus I dengan target pencapaian 70. Rata-rata kelas juga meningkat dari siklus I yaitu 73,36 menjadi 87,44 di siklus II dengan target pencapaian 75 atau meningkat sebesar 14,08.

Selain rata-rata kelas, peningkatan juga dapat dilihat dari persentase perolehan KKM dan telah mencapai target yang ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan pada kondisi awal yaitu 42,85% meningkat menjadi 76% pada siklus I dengan target 70% atau meningkat sebanyak 33,15%. Persentase ketuntasan pada siklus II yaitu 88% dari target 75% yang artinya

mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 12% dari siklus I. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil.

3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Peningkatan kemampuan berpikir kritis diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi oleh siswa dan diperkuat dengan pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sesuai dengan pendapat Johnson (2007: 183) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Sochibin (2009), karena memiliki variabel yang sama yaitu berpikir kritis.

Setelah dipaparkan hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar menggunakan diagram, agar dapat mengetahui pencapaian dalam penelitian ini, peneliti menjabarkannya dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.23 Perbandingan Target dan Pencapaian Berpikir Kritis dengan Menggunakan Kuesioner

Indikator Berpikir

Kritis

Indikator Kondisi Awal Target Kondisi Akhir 1

Rata-rata nilai berpikir kritis

64,4 Tidak Kritis 70 77,4 Cukup Kritis

2 60,4 Tidak Kritis 70 79,6 Cukup Kritis

3 62,4 Tidak Kritis 70 74,4 Cukup Kritis

4 63,47 Tidak Kritis 70 74,13 Cukup Kritis

5 64,4 Tidak Kritis 70 78,8 Cukup Kritis

6 64,2 Tidak Kritis 70 78,8 Cukup Kritis

1 Persentase jumlah siswa yang kritis 48% Sangat Tidak Kritis 70% 80% Kritis 2 44% Sangat Tidak Kritis 70% 84% Kritis 3 44% Sangat Tidak Kritis 70% 80% Kritis 4 43,33% Sangat Tidak

Kritis 70% 76% Cukup Kritis

5

40% Sangat Tidak

Kritis 75% 88% Kritis

6 56% Tidak Kritis 75% 84% Kritis

7

Keseluruhan 32% Sangat Tidak

Kritis 75% 88% Kritis

Berdasarkan tabel 4.23 pada indikator pertama terjadi peningkatan sebesar 13 dari nilai kondisi awal yaitu 64,4 (tidak kritis) menjadi 77,4 (cukup kritis) pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator kedua terjadi peningkatan sebesar 19,2 dari nilai kondisi awal yaitu 60,4 (tidak kritis) menjadi 79,6 (cukup kritis) pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator ketiga terjadi peningkatan sebesar 12 dari nilai kondisi awal yaitu 62,4 (tidak kritis) menjadi 74,4 (cukup kritis) pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator keempat terjadi peningkatan sebesar 10,66 dari nilai kondisi awal yaitu 63,47 (tidak kritis) menjadi 74,13 (cukup kritis) pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator kelima terjadi peningkatan sebesar 14,4 dari nilai kondisi awal yaitu 64,4 (tidak kritis) menjadi 78,8 (cukup kritis) pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator keenam terjadi peningkatan sebesar 14,6 dari nilai kondisi awal yaitu 64,2 (tidak kritis) menjadi 78,8 (cukup kritis) pada kondisi akhir dengan target 70. Keseluruhan terjadi peningkatan dari 63,80 (tidak kritis) meningkat menjadi 77,04 (cukup kritis) pada kondisi akhir dengan target 70 atau terjadi peningkatan sebesar 13,24.

Selain dilihat dari nilai rata-rata, peningkatan kemampuan berpikir kritis juga dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang kritis. Indikator pertama terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 48% (sangat tidak kritis) menjadi 80% (kritis) pada kondisi akhir dengan target 70% atau terjadi peningkatan sebesar 32%. Indikator kedua terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 44% (sangat tidak kritis) menjadi 84% (kritis) pada kondisi akhir dengan target 70% atau terjadi peningkatan sebesar 40%. Indikator ketiga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 44% (sangat tidak kritis) menjadi 80% (kritis) pada kondisi akhir dengan target 70% atau tejadi peningkatan sebesar 40%. Indikator keempat terjadi peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 43,33% (sangat tidak kritis) menjadi 76% (cukup kritis) pada kondisi akhir dengan target 70% atau terjadi peningkatan sebesar 32,67%. Indikator kelima terjadi peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 40% (sangat tidak kritis) menjadi 88% (kritis) pada kondisi akhir dengan target 75% atau terjadi peningkatan sebesar 48%. Indikator keenam terjadi peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 56% (tidak kritis) menjadi 84% (kritis) pada kondisi akhir dengan target 75% atau terjadi peningkatan sebesar 28%. Keseluruhan terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 32% (sangat tidak kritis) menjadi 88% (kritis) pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 56%.

Peneliti juga melakukan pengamatan untuk memperkuat data peningkatan berpikir kritis dari hasil kuesioner. Pengamatan dilakukan di setiap pertemuan

selama 2 siklus yang dibantu oleh teman sejawat. Hasil pengamatan oleh peneliti terdapat pada tabel 4.24 agar dapat dilihat peningkatannya sebagai berikut:

Tabel 4.24 Hasil Pengamatan Berpikir Kritis

Indikator Kondisi Awal Kondisi Akhir

1 56 Tidak Kritis 67,5 Cukup Kritis

2 58,5 Cukup Kritis 62 Cukup Kritis

3 56,5 Tidak Kritis 59,5 Cukup Kritis

4 60,5 Cukup Kritis 65 Cukup Kritis

5 62,5 Cukup Kritis 63,5 Cukup Kritis

6 57,5 Tidak Kritis 59 Cukup Kritis

Keseluruhan 58,58 Cukup Kritis 62,75 Cukup Kritis

Berdasarkan tabel 4.24 terdapat 6 indikator yang menjadi fokus penelitian dengan hasil pada kondisi awal dan kondisi akhir. Pada indikator pertama terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 56 (tidak kritis) menjadi 67,5 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Pada indikator kedua terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 58,5 (cukup kritis) menjadi 62 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Pada indikator ketiga terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 56,5 (tidak kritis) menjadi 59,5 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Pada indikator keempat terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 60,5 (cukup kritis) menjadi 65 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Pada indikator kelima terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 62,5 (cukup kritis) menjadi 63,5 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Pada indikator keenam terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 57,5 (tidak kritis) menjadi 59 (cukup kritis) pada kondisi akhir.

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada setiap siklus dapat disimpulkan bahwa:

1. Upaya meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi Pengukuran Waktu siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016 dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kontekstual yang diterapkan dalam penelitian ini adalah: membangun pengetahuan, siswa menyusun pertanyaan, siswa mencari dan menemukan data, siswa dibagi kedalam kelompok belajar, guru menggunakan media dalam pembelajaran, guru melakukan penilaian, siswa dan guru melakukan refleksi.

2. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar pada materi Pengukuran Waktu siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pada kondisi awal sebesar 63,38 dengan persentase ketuntasan sebesar 42,85% meningkat pada nilai rata-rata evaluasi siklus I menjadi 73,36 dengan persentase ketuntasan sebesar 76%. Perolehan nilai rata-rata dari evaluasi I juga meningkat pada evaluasi II yaitu dengan nilai rata-rata 87,44 dengan persentase ketuntasan sebesar 84%.

3. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada materi Pengukuran Waktu siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang diperkuat oleh pengamatan peneliti. Kemampuan berpikir kritis dari hasil kuesioner meningkat dari kondisi awal dengan nilai rata-rata sebesar 63,80 (tidak kritis) menjadi 77,04 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis juga meningkat dari kondisi awal 32% menjadi 88% pada kondisi akhir.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini masih memiliki banyak keterbatasan yang dirasakan oleh peneliti, adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner sebagai instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga peneliti tidak dapat mengontrol jawaban dari responden atau siswa, apakah jawaban yang mereka berikan sesuai dengan yang dialami pada saat pembelajaran atau hanya sekedar mengisinya saja.

2. Minimnya penelitian terdahulu mengenai kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah dasar.

3. Terbatasnya alokasi waktu pembelajaran yang disediakan oleh guru, sehingga harus mengambil jam pelajaran lainnya agar materi dapat disampaikan secara keseluruhan.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan peneliti beberapa saran dapat digunakan bagi penelitian selanjutnya antara lain:

1. Diharapkan peneliti memberikan pengertian kepada siswa untuk benar-benar mencermati dan menjawab pernyataan kuesioner dengan jujur dan sebaiknya siswa diberikan waktu yang cukup untuk mencermati kuesioner sehingga siswa tidak terburu-buru dalam memilih pernyataan.

2. Diharapkan dapat mencari sumber penelitian terdahulu lebih banyak mengenai kemampuan berpikir kritis dalam jurnal Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, karena dalam jurnal Bahasa Inggris lebih lengkap.

3. Bagi guru atau peneliti yang akan menerapkan pembelajaran kontekstual sebaiknya dipersiapkan secara matang dan diperhitungkan alokasi waktu agar pembelajaran berlangsung dengan maksimal dan lancar secara tepat waktu.

DAFTAR REFERENSI

Achmad, A. (2007). Memahami berpikir kritis. [Online]. Tersedia:

http://researchengines.com/1007arief3.html. [diakses tanggal 25 Juni 2015]

Achmad, A. (2007). Memahami berpikir kritis. [Online]. Tersedia:

http://ArtikelPendidikanNetwork. [diakses tanggal 25 Juni 2015] Arifin, Z. (2010). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung:

CV Remadja Karya.

Arikunto, S et all. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, L.T. (2009). Matematika 5 untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat

Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Aunurahman. (2011). Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Depdiknas. (2004). Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004. Jakarta:

Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Ghani. (2014). Metodologi Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Hamdayama, J. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan

Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hosnan. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad

21. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.

Jihad, dkk. (2012). Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presino.

Johnson, Elaine B. (2011). Contextual teaching and learning: menjadikan

kegiatan belajar-mengajar mengasyikan dan bermakna. Bandung:

Khaifa.

---. (2007). Contextual teaching and learning: menjadikan

kegiatan belajar mengajar mengasyikan dan bermakna. Bandung :

Khaifa.

---. (2006). Contextual teaching and learning: menjadikan

kegiatan belajar mengajar mengasyikan dan bermakna. Bandung :

Khaifa.

Junaida. (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Melalui

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di SDN No 105447 Nagori Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi Sumatera Utara: Universitas

Negeri Medan.

Kunandar. (2013). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

---. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Kusumah, W, dkk. (2009). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT

Macanan Jaya Cemerlang.

Masidjo, I. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius.

Mustaqim, B dan Astuty, A. (2008). Belajar matematika untuk SD dan MI kelas

V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Peter. (2012). Essence for Teaching Mathematics. Bandung: UPI PRESS.

Purwanto, N. (2009). Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: PT Remadja Rosdakarya Offset.

Purwanto, N. (2011). Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riduwan. (2013). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Riyadi, U. (2008). Memahami Berpikir Kritis. Skripsi Semarang: Universitas

Negeri Semarang, http://lib.unnes.ac.id/16837/1/4001506030.pdf, diakses tanggal 25 Juni 2015.

Rusman. (2012). Model-model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rusman. (2013). Model-model pembelajaran. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Saepudin A, Babudin, M.D.A. 2009. Gemar Matematika untuk

Nasional.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

Siregar, E. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

---. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. (2010). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

---. (2005). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyanto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma

Pressindo.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta. ---. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sumanto. 2008. Gemar Matematika 5 untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat

Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sumarmi T, Kamsiati S. (2009). Asiknya Belajar Matematika untuk SD/MI

Sunaryo, K. W. (2012). Taksonomi kognitif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

Sundayana, R (2015). Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran

Matematika. Bandung : Alfabeta.

---. (2003). Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran

Matematika. Bandung: Alfabeta.

Suryono, H. (2011). Belajar dan pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

---. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenanda Media Grup.

Sutinah. (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Operasi

Penjumlahan Pecahan Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning/CTL Siswa Kelas IVB MIN Kebonagung Imogiri Bantul.

Skripsi Yogyakarta : Universitas Islam Sunan Kalijaga.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:

Kencana

Uhar, Suharputra. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama.

Utomo D. P, Arijanni I. (2009). Asyiknya Belajar Matematika untuk SD/MI

Widoyoko. (2013). Teknik penyususnan instrumen penelitian. Yogyakarta:

Sekolah : SD Negeri Perumnas Condongcatur Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : V (Lima) / Ganjil

Standar Kompetensi : Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah

No Mata Pelajaran / Standar Kompetensi Kompetensi

Dokumen terkait